Anda di halaman 1dari 26

Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fasa dispersi dan medium pendispersi.

Kedua fasa
tersebut, dapat berwujud zat cair, zat padat atau berwujud gas. Berdasarkan hubungan antar fase
dispersi dan medium dispersi, maka koloid dapat kita kelompokan
1. Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas dalam medium pendispersinya cair
adalah buih atau busa. Contoh untuk koloid ini adalah putih telur yang dikocok dengan
kecepatan tinggi.
2. Buih atau busa padat adalah jenis koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium
pendispersinya padat, jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet busa.
3. Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium pendispersinya gas dikenal dengan
aerosol cair. Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut (hair spray) dan
parfum semprot.
4. Emulsi merupakan jenis koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair di dalam medium
pendispersi cair. Emulsi dapat kita temukan seperti susu, santan, mayonaise dan minyak
ikan.
5. Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium pendispersi padat disebut
dengan emulsi padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam keju, mentega, jeli,
semir padat ataupun lem padat.
6. Aerosol padat merupakan yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan medium
dispersinya berupa gas. Contohnya asap dan debu di udara.
7. Sol merupakan koloid yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan medium
pendispersinya berwujud cair. Sol paling banyak kita jumpai seperti, agar-agar panas, cat,
kanji, putih telur, sol emas, sol belerang, lem dan lumpur.
8. Jenis koloid yang terakhir adalah koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium
pendispersinya zat padat, jenis koloid ini disebut dengan sol padat. Contoh sol padat
adalah; batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, perunggu, kuningan dan lain-lain.
Berdasarkan ukuran partikel dari fasa terdispersi yang spesifik dan medium pendispersi yang
beragam, maka koloid memiliki beberapa sifat utama yaitu :
1. Sistem koloid menunjukan adanya gerak Brown yaitu pergerakan yang tidak teratur (zigzag) dari partikel-partikel koloid, gerakan diamati oleh Robert Brown. Gerakan ini terjadi
secara terus menerus akibat dari tumbukan yang tidak seimbang antara medium koloid
dengan partikel koloid. Gerak Brown dapat menstabilkan sistem koloid atau mencegah
terjadinya pengendapan. Gerakan ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop (lihat Gambar 11.8).
2. Efek Tyndall merupakan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel yang terdapat
dalam sistem koloid sehingga berkas cahaya dapat dilihat jelas walaupun partikelnya
tidak tampak dan efek ini diamati oleh John Tyndall. Dalam kehidupan sehari-hari efek
Tyndal dapat diamati pada langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya
pantulan cahaya dari partikel koloid diudara. Demikian pula pada saat matahari terbenam
pantulan partikel di udara memberikan warna jingga, lihat Gambar 11.9.
3. Koagulasi koloid adalah pengumpulan dan penggumpalan partikel-partikel koloid.
Peristiwa koagulasi terjadi pada kehidupan sehari-hari seperti pada pembentukan delta.
tanah liat atau lumpur terkoagulasi karena adanya elektrolit air laut. Proses koagulasi dari

karet juga terjadi karena adanya penambahan asam formiat kadalam lateks. Demikian
pula halnya dengan lumpur koloid dapat dikoagulasikan dengan tawas yang bermuatan.
4. Sistem koloid juga memiliki daya adsorbsi yang kuat untuk menarik ion atau muatan
listrik dan molekul netral. Hal ini disebabkan karena partikel koloid memiliki permukaan
yang sangat luas. Misalnya proses penyerapan air oleh kapur tulis, sol Fe(OH)3 dalam air
mngandung ion Fe3+ yang diadsorbsi. Sedangkan untuk yang bermuatan negatif adalah
molekul As2S3, ion S2- yang diadsorbsi. Pemanfaatan sifat adsorbsi dari koloid anatara
lain dalam penjernihan air, misalnya penggunaan tawas untuk mengikat kotoran atau zat
warna dari tanah (Gambar 11.10).
5. Sistem koloid yang bermuatan dapat ditarik oleh elektroda yang dialiri oleh arus listrik
searah. Untuk koloid yang bermuatan negatif bergerak menuju anoda yaitu elektroda
positif dan koloid yang bermuatan positif bergerak menuju katoda atau elektroda negatif
(Gambar 11.11).

Gambar 11.8. Gerak Brown partikel koloid

Gambar 11.9. Effek Tyndall dari partikel koloid

Gambar 11.10. Adsorbsi muatan positif dari koloid Fe(OH)3

Gambar 11.11. Adsorbsi muatan negatif dari koloid As2S3


Berdasarkan affinitas partikel-partikel fase dispersi terhadap medium dispersi, maka terdapat
dua macam sistem koloid:

Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik antara
partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersi dalam liofil
sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel koloid juga dapat mengadsorbsi molekul
cairan sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung
inilah yang menyebabkan koloid liofil lebih stabil.
Koloid Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik yang lemah
antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersinya
sering disebut dengan hidrofob. Pertikel-partikel koloid tidak dapat mengadsorbsi
pelarutnya sehingga koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah terkoagulasikan
dengan penambahan elektrolit.
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindung koloid lain agar tidak
terkoagulasikan. Contoh menarik adalah penambahan koloid liofil ke dalam liofob,
dimana koloid liofob terbungkus tidak mengumpul, seperti pembuatan es krim agar tidak
menggumpat ditambahkan gelatin. Demikian pula halnya dengan cat dan tinta memiliki
koloid pelindung agar tidak mengendap atau menggumpal.

STERIL
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik
dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam
keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung
yang kuat)
Tidak semua mikroba dapat merugikan, misalnya mikroba yang terdapat dalam usus
yang dapat membusukkan sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba yang patogen
misalnya Salmonella typhosa yang menyebabkan penyakit typus, E.coli yang menyebabkan
penyakit

perut.

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang / benda menjadi steril atau suatu proses
untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu
medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat
membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sedangkan
sanitasi adalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat..

B. Tujuan Suatu Obat Dibuat Steril


Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung dengan
darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak
selengkap yang berada di saluran cerna / gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi
untuk menetralisir / menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi).
Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak
berlaku relatif steril atau setengah steril , hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant, tablet
hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth., cuci mata / Collyrium dan
salep mata / Oculenta.

C. Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.


1. Sterilisasi uap

Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15
menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf,
dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.
Alat :
Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat, mempunyai lubang
tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara, klep
pengaman.
Cara bekerja :
Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran udara pada
otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar dari bagian bawah yang
dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung pipa karet dalam air.
Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup
otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang
dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.
Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan tekanan
atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena
suhunya lebih tinggi.
Bahan / alat yang dapat disterilkan :
Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat tertentu.
2. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang
dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi
kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250o .
Alat :
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan lubang
tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.
Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering

Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong), bahan
obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
Ciri-ciri pemanasan kering :
1. Yang dipanaskan adalah udara kering
2. Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara
3.

Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150o. Satu gram udara pada suhu 100o, jika
didinginkan menjadi 99o hanya membebaskan

0,237 kalori.

4. Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
5. Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert,
tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik,
kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang
mengandung ion klorida.
Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal,
jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau
panas kering.
Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada
otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan
gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah
yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop
(radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif, misalnya Cobalt 60.
Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang
diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan
maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman
dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan

dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk
sediaan akhir.
Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas
dan khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia
rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
5. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya dapat
dipisahkan secara fisika.
Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau
dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas penyaring media atau penyaring
subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme
pengayakan.
Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus dihindari
penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa digunakan.
Ukuran porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm 0,45 mm
tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini adalah
selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil
klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah steril, kemudian
ditutup kedap menurut teknik aseptik .
Keuntungan cara ini :
1. Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
2. Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.
3. Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya dikurangi.
4. Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi
Kerugian cara ini :
1. Masih diperlukan zat bakterisida.
2. Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa minyak.

3. Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya kecil.
4. Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.
5. Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes melepaskan asbes ke
dalam larutan.
6. Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.
Cara-cara menyaring :
Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :
1. Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari
udara luar.
2. Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).
Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2) yang
dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
1. Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl panas lalu
dibilas.
2. Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena pH 8,5)
3. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau secara
kimiawi..
6. Sterilisasi dengan cara aseptic
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau
komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk
ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi
cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara penyaringan.
Caranya :
Bahan obat

Zat pembawa :

memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.


disterilkan tersendiri dahulu.

Zat pembantu
Alat-alat

uang kerja :

: disterilkan tersendiri.
:

disterilkan dengan cara yang cocok.

bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara lain yang sesuai.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam ruang aseptic
hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah secara aseptic.
D. Pemilihan cara sterilisasi
Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:

1. Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh mengalami
perubahan setelah proses sterilisasi.
2. Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses yang
sederhana, cepat dan biaya murah.
3. Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan kecepatan
tercapainya suhu penyeterilan yang merata.
Dengan penambahan zat-zat tertentu.
Zat-zat yang ditambahkan dapat berfungsi sebagai :
1. Penyuci hama (desinfektan) :
Suatu zat anti mikroba yang digunakan untuk berbagai peralatan kedokteran / instrumen / barang
/ benda dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada manusia; dapat mematikan
mikroba patogen, jadi mencegah infeksi (germisida), mematikan bakteri (bakterisida),
mematikan fungi / cendawan / jamur (fungisida).
2. Antiseptika :
Suatu zat anti mikroba yang biasa digunakan secara topikal / lokal pada tubuh manusia ; dapat
mencegah pembiakan bakteri.
Bakteriostatika : mencegah pertumbuhan fungi / cendawan / jamur.
Zat pengawet : mencegah pertumbuhan bakteri dan cendawan dalam makanan atau minuman.
3. Antibiotik :
Segolongan zat yang dihasilkan oleh cendawan atau bakteri yang dapat menentang / mematikan
cendawan atau bakteri lain.

2. Untuk alat-alat sterilisasi dapat dilakukan dengan :


Zat yang dipakai : alkohol-alkohol, kresol, fenol, formaldehida, garam raksa organik / anorganik,
amonium kwartener.
Caranya :
Alat yang disterilkan direndam dalam larutan bakterisida, untuk logam tambahkan zat yang dapat
mencegah perkaratan (Natrium nitrat, Natrium borat). Didihkan selama 20 menit bersama
dengan Natrium karbonat 1 2 %, sefirol 1 %, fenol 5 %, losol 2 %.
3. Untuk Ruangan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :
Disemprot dengan larutan bakterisida kemudian didiamkan beberapa waktu. Udara diisap dan
diganti dengan udara yang sudah steril (dilewatkan melalui penyaring udara).
Zat yang digunakan :
- uap farmaldehida
- Campuran 1 bagian etilen oksida dan 9 bagian gas karbondioksida (CO2) dan dapat dipanaskan
hingga suhu 600. Jika hanya etilen oksida saja dengan udara akan mudah terbakar atau meledak.
Yang disterilkan : Penisillin-Na, Streptomycin sulfat, Hidrolisat protein, Hormon pituitarium,
insulin, vaksin influensa, vaksin cacar.

METODE STERILISASI
Saat ini informasi yang diperoleh dari bidang mikrobiologi memberikan sumbangan yang sangat
besar, khususnya dalam mengawasi penyakit menular. Selain itu, mikroorganisme telah
digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pula pada bentuk
kehidupan yang lebih tinggi. Banyak fakta tentang metabolisme manusia yang diketahui
sekarang mula-mula diketahui terjadi pada mikroorganisme. Demikian pula dengan teknologi
yang sekarang sedang popular, misal Rekayasa Genetik, yang tidak lain merupakan
perkembangan genetika molekuler yang menjelaskan bagaimana gen mengatur aktivitas
sel.Semua ini berasal dari studi tentang mikroorganisme. Jadi, bidang mikrobiologi tidak hanya
studi tentang penyebab penyakit tetapi merupakan studi tentang semua aktivitas hayati
mikroorganisme.
Mikroorganisme banyak dipelajari di laboratorium untuk banyak tujuan. Derajat perinciannya
untuk mempelajari itu tergantung kepada maksud pemerikasaan laboratories tersebut.
Tersedianya pula teknik untuk menentukan ukuran,bentuk, danstruktur sel-sel individu serta
beberapa prosedur untuk menumbuhkan (membiakkan) mikroorganisme di laboratorium.

Pada bahasan berikut ini dititikberatkan pada metode/prosedur untuk membebaskan suatu bahan
atau benda dari semua bentuk kehidupan atau yang biasannya dikenal dengan istilah
sterilisasi.Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat
pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas
(pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam
perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses
ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik,
misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak
digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter
chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan
benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring
yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring
tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang
umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih
harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka
tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb.
Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan
asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang
terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas.
Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat
dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu
sulit untuk dibersihkan.
Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga
agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus
ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan

mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah
memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman
udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow
bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan
khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila
sudah tidak berfungsi lagi.
2. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik
untuk dipakai sebagai antiseptik.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan
kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain
yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal,
derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.
Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik

Desinfeksi meja kerja


a. Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan ruang kerja
b. Semprotkan meja kerja denga alkohol 70 % beberapa kali hingga merata
c. Kemudian semprotkan lagi alkohol pada tlapak tangan
d. Letakkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan pada meja kerja dan semprotkan kembali
alkohol pada semua peralatan.
e. Setelah itu diamkan beberapa saat dan kembali semprotkan alkohol ke seluruh permukaan
tangan ketika hendak mulai bekerja.
f. Letakkan pembakar spiritus lalu biarkan.
Memindahkan Biakan secara Aseptis
a. Persiapkam alat dan bahan seperti spirirtus,jarum inokulum(jarum ose),rak tabung dan dua
buah tabung tertutup yang berisi biakan bakteri/virus.
b. Bakarlah ujung hingga pangkal jarum inokulum dengan pembakar spirirtus.
c. Buka tutup kedua tabung dan bakar mulut kedua buah tabung tersebut dengan pembakar
spiritus agar kontaminan mati.
d. Ambil satu ulasan pada tabung pertama dengan jarum inokulum kemudian masukkan jarum
tadi pada tabung kedua dengan teknik spread zig-zag.
e. Bakar kembali mulut tabing agar kontamina pada proses transfer mati.
f. Tutup kembali tabung tersebut, dan bakar ujung jarum inokulum untuk memebunuh sisa
bakteri yang ada.

Memindahkan Biakan dari Cawan


a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Bakar mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya di atas api, serta pijarkan jarum inokulum
dan di dinginkan.
c. Buka mulut cawan yang berisi biakan koloni dan ambil koloni tunggalnya dengan
menempelkan jarum inokulum loop.

d. Kemudian tanamkan kembali koloni yang sudah diambil tadi pada media yang baru dengan
teknik spread kontinyu.
e. Panaskan kembali mulut cawan dan tutup rapat serta panaskanjarum inokulum yang telah
digunakan.

Memindahkan Cairan dengan pipet


a. Persiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
b. Lepaskan bungkus pipat dan panaskan ujung pipet pada pembakar spiritus. (Usahakan daerah
ujung pipet berdekatan dengan api).
c. Ambil dua buah tabung dan buka tutpnya untuk dipanaskan bagian ujung mulut tabung.
d. Pipet cairan pada tabung pertama dengan menekan tombol S pada filter dengan volume
tertentu. Kemudian pindahkan ke tabung lainnya dan keluarkan cairan tersebut dengan menekan
E pada filter.
e. Setelah itu bakar kedua mulut tabung tadi dan tutup kembali dengan rapat.

Menuangkan Media
a. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Panaskan mulut erlenmeyer yang berisi media pertumuhan mikroorganisme.
c. Tuangkan media dalam erlemneyer ke cawan petri yang berisi biakan murni.
d. Ratakan dengan menggoyangkan cawan.

Prinsip cara kerja autoklaf


Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan
tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C.

Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan.


Cara Penggunaan :

1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari
batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil
destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus
dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar
dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak
keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai
selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol).
Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan
kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15
menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu
tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut
(sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di
ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat
kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu,
maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian
2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan
tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap
air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf
diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik.
Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan
tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji
yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya
mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya
substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral
lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya, sisa ruang dibirkan
kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur
dengan waktu 30 menit.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika
terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter
yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan
tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang
disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan
pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau
aluminium foil.

Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold
Steam Sterilizen atau dandang).
Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian
hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh
sehingga mudah dibunuh.
Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet
ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul
kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja mikrobiologi. BSC
memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada
kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II
vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi didalam
ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar,
untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang
keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke
ruangan lain.
Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.

BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi udara
seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk
kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung
bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja.
Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau
kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.

Uji Sterilitas
penjelasan tentang uji sterilitas
pengertian uji sterilitas
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba baik yang patogen maupun
yang tidak patogen baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk spora.
Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan atau bahan
farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan steril. Dengan
demikian sediaan dan peralatan tersebut harus bebas dari mikroorganisme. Jadi, hanya dikenal
sediaan dan peralatan tersebut steril atau tidak steril, tidak ada istilah hampir atau setengah steril.
tujuan uji sterilitas
Menurut Farmakope edisi IV (1995), uji sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah
suatu bahan/sediaan farmasi yang diharuskan steril memenuhi syarat sesuai dengan uji sterilitas
seperti yang tertera pada masing-masing monografi, diaman untuk penggunaannya sesuai dengan
prosedur pengujian sterilitas sebagai bagian dari pengawasan mutu pabrik, seperti yang tertera
dalam sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan.
sterilitas, kontrol ruang dan personalia

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.

Pembagian Ruang Steril :


Ruang Kelas I (White Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 100/ft3
Ruang Kelas II (Clear Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 10000/ft3
Ruang Kelas III (Grey Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 100000/ft3
Ruang Kelas IV (Black Area)
Jumlah Partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 100000/ft3
Syarat Ruangan Steril :
Tembok dan langit-langit harus dibuat miring.
Lantai tidak terbuat dari semen atau tegel.
Dinding harus licin dan sebaiknya dibuat dari porselin dan jangan beton atau semen agar mudah
pembersihannya.
Lantai dan dinding sedapat mungkin jangan ada sambungan, jadi mempunyai permukaan yang
betul-betul licin
Dinding-dindingnya tidak boleh ada susut-sudut yang tajam, karena menjadi sumber debu dan
sukar untuk dibersihkan.
Ruangan jangan terlalu penuh dengan meubel,harus secukupnya saja serta meubel mempunyai
permukaan yang licin, tidak ada sambungan atau celah sedapat mungkin dipasang pada dinding
jadi tidak berkaki agar lantai mudah dibersihkan.
Pintu dan jendela diusahakan adanya bertekanan positif agar kalau pintu terbuka tidak ada udara
yang masuk membawa debu dan mikroorganisme.
Tidak boleh ada ruangan terbuka (jalan hanya satu arah).

i.

1.
2.
3.
4.

Memiliki tempat pembuangan khusus.Ruangan disterilkan dengan cara disemprot dengan larutan
bakterisid lalu didiamkan beberapa waktu lalu dihisap dan diganti dengan udara steril (udara
yang dilewatkan pada penyaringan udara). Zat yang dipakai yaitu:
Uap formaldehid
Campuran etilenglikol, resorsin+air+alkohol sama banyak (spray)
Etilenoksida dalam CO2 100% karena etilenoksida mudah meledak jika sendiri
Ozon, kloropikrin, propylenoksid, metilbromid.
Ruangan untuk pembuatan sediaan-sediaan injeksi dan sediaan mata dan telinga biasanya
dirancang khusus yang memiliki fasilitas pembersihan dengan kran-kran untuk mencuci kaki
atau anggota badan lainnya dari pekerja, sabun-sabun antiseptik dan pengering tangan dengan
udara panas yang dilakukan sebelum memasuki ruangan oleh para pekerja pada setiap proses
pengerjaan. dalam pabrikasi terhadap beberapa produk harus menggunakan pakaian pelindung
steril termasuk gowns, celana panjang, sepatu, penutup kepala, masker wajah serta sarung
tangan.
Mikroorganisme dapat berpindah ke dalam preparat farmasi pada proses pengerjaan oleh
para pekerja atau operator. hal ini tidak diinginkan pada sediaan parenteral. bahaya pemindahan
mikroorganisme dari manusia ke sediaan farmasi, dapat dikurangi dengan latihan yang kontinyu
dari personalianya, serta dilakukan pengecekan kesehatan yang teratur untuk mencegah adanya
bakteri patogen yang berasal dari kontak dengan beberapa hasil jadi dari obat-obatan.
sediaan steril
jenis-jenis sediaan steril beserta pengertiannya

1. Sterile dosage form; 15-16


a. Injeksi
Larutan obat dalam bahan yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan, digunakan
untuk penggunaan parenteral didefenisikan sebagai injeksi. Sebuah injeksi bisa disiapkan sebagai
dosis tunggal atau dosis ganda, volumenya bisa sama kecilnya dengan setengah militer, seperti
injeksi atropine sulfat, atau sebesar 1 liter, seperti injeksi dextrose. Istilah ini juga bisa digunakan
sebagai emulsi steril.
b. Cairan infus
Cairan infus intravena merupakan kelompok injeksi yang terkarakterisasi oleh metode
pemberian. Ini termasuk sediaan yang digunakan sebagai nutrisi dasar, seperti injeksi dextrose,
untuk penyimpanan keseimbangan elektrolit, seperti injeksi ringer mengandung ion natrium,
kalium, dan kalsium, untuk penggantian cairan, kombinasi seperti injeksi dextrose dan nacl, dan
untuk beberapa kegunaan lain, seperti hiperalimentasi parenteral.
c. Radiofarmasetik
Bahan radiofarmasetik yang digunakan untuk uji fungsi organ terpisah sebagai kelompok
injeksi di bawah istilah radiofarmasetikal. Mereka berbeda dari injeksi lain yaitu obat dalam
bentuk radioaktif, teknik berbeda juga dibutuhkan dalam penyiapan dan penanganan.
d. Padatan steril
Sejak beberapa obat tidak memiliki stabilitas yang cocok dalam larutan untuk
membolehkan pembungkusan sebagai injeksi, mereka disiapkan sebagai padatan kering agar

e.

f.

g.

h.

i.

j.

ditempatkan dalam larutan pada saat penggunaan. Jika padatan kering tidak mengandung buffer,
pengisi, atau bahan tambahan lain, mereka dilabeli sebagai obat steril, seperti natrium nafcilin
steril. Jika bentuk kering dari obat juga mengandung buffer, pengisi, dan bahan tambahan lain,
sediaan dilabeli sebagai obat untuk injeksi, seperti amfoterisin b untuk injeksi. Perbedaan dalam
pelabelan mengindikasikan kehadiran atau ketiadaan dari bahan.
Suspensi steril
Obat yang disuspensikan dalm bahan parenteral yang cocok dibuat sebagai suspensi obat
steril, contohnya suspensi steril hidrokortison asetat. Jika obat dalam bentuk kering dan akan
menjadi suspensi dengan penambahan bahan parenteral yang cocok, ditandai sebagai obat steril
untuk suspensi, seperti suspensi steril kloramfenikol. Tidak seperti injeksi, 2 tipe suspensi tidak
pernah diberikan intravena atau diinjeksikan ke dalam kanal sum-sum tulang belakang.
Larutan mata, suspensi dan salep
Obat dalam larutan diberikan dengan cara ditanamkan pada mata adalah sediaan steril,
walaupun istilah steril tidak umum termasuk dalam namanya, contoh larutan mata natrium
sulfasetamida atau suspensi mata hidrokortison asetat. Mereka juga berbeda dari sediaan
sebelumnya yaitu tidak perlu bebas pirogen karena tempat penggunaannya. Dalam penyiapan
salep mata, bahan obat baik dalam larutan atau padatan termikronisasi ditambahkan agar tidak
mengiritasi basis salep. Salep disterilkan dengan panas kering atau dengan radiasi; beberapa
disiapkan dengan penyiapan steril melalui kombinasi aseptik dari bahan steril. Mereka harus
dikemas dalam wadah bersegel dan bebas dari bahan partikulat yang tidak diinginkan seperti
partikel logam.
Larutan irigasi
Larutan yang digunakan untuk mencuci luka terbuka, didefenisikan sebagai larutan irigasi
dan digunakan secara topikal, tidak pernah secara parenteral.
Bahan diagnostik
Larutan yang diberikan secara parenteral untuk tujuan diagnostik, seperti injeksi evans
blue, digunakan untuk menentukan volume darah.
Ekstrak allergenio
Ekstrak allergenio adalah konsentrasi allergen atau bahan yang bertanggung jawab untuk
sensitivitas yang tidak biasa dari beberapa individu, digunakan untuk diagnostik atau pengobatan
reaksi allergenik.
Larutan dialisis peritonial
Larutan digunakan dengan teknik dialisis peritoneal untuk menurunkan sampah tubuh,
cairan tubuh, elektrolit serum dan bahan racun.
ALASAN TERTENTU KESTERILAN SEDIAAN DAN ALAT KESEHATAN TERSEBUT
Karena obat itu berhubungan langsung dengan darah dan jaringan tubuh dimana
pertahanan terhadap zat asing tidaklah selengkap yang ada di saluran cerna (misalnya hati
berfungsi sebagai deteksi), diharapkan dengan disterilkan dapat terhindarkan dari bahan infeksi
sekunder. Dalam hal ini, tidak berlaku istilah relatif steril tetapi yang berlaku steril atau tidak
steril.

SISTEM DISPERSI
Filed under: Materi Tinggalkan komentar
23 Mei 2010

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat ain, maka aka terjadi penebaran secara merata dari suatu
zat ke zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji bila dimasukkan ke dalam air
panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai medium pendispersi dan
tepung kanji disebut zat pendispersi.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu larutan,
koloid, dan suspensi. Secara aepintas perbedaan antara suspensi (sering disedbut suspensi kasar)
dengan larutan (sering disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan
sulit dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspensi kasar.
1. Suspensi
Merupakan suatu sisem dispersi dengan partikel yang berukuran relative besar tersebar merata di
dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang
heterogen.
Sebagai conth adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air. Dalam sistem
dispersi tersebut partikel-partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop atau bahkan
dengan mata telanjang.
.Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus
menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap
tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran partikel
tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan suspensi dapat dilakukan
dengan proses penyaringan (filtrasi).
Contoh suspensi adalah pengendapan Fe(OH)3

2. Larutan
Larutan merupakan sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga tidak
dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun
menggunakan maikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan merupakan
campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hamper sama maka
sifat zat terdispersi dalam arutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi. Bila
ke dalam air ditambahkan garam dapur maka air akan membeku dibawah 00C, semakin banyak
garam yang ditambahkan semakin besar penurunan titik bekunya.

3. Koloid
Koloid berasal dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem. Koloid merupakan
suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 100 nm), sehingga terkena efek
Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau
gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Bebrapa koloid dapat terpisah bila didiamkan dalam waktu yang relatif ama meskipun tidak
semuanya, misalnya koloid belerang dalam air dan santan. Beberapa koloid lain yang sukar
terpisah misalnya lem, cat dan tinta.
Perbedaan secara umum antara suspensi, koloid da larutan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Perbedaan Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid dan Larutan


Perbedaan
Suspensi
Koloid
Larutan
Ukuran Partikel

>100 nm

1-100 nm

< 100 nm

Penampilan fisis

Keruh

Keruh-jernih

Jernih

Pertikel terdispersi
dapat diamati
langsung dengan mata
telanjang

Partikel terdispersi
hanya dapat diamati
dengan mikroskop
ultra

Partikel terdispersi
dapat diamati dengan
mikroskop ultra.

Kestabilan (bila
didiamkan)

Mudah terpisah
(mengendap)

Sukar terpisah (relatif


stabil)

Tidak terpisah (sangat


stabil)

Cara pemisahan

Filtrasi (disaring)

Tidak dapat disaring

Tidak dapat disaring

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, cair atau gas kedalam
zat pendispersi dalam fase padat, cair atau gas. Beberapa jenis koloid:
Fase Terdispersi

Jenis Koloid

Medium Pendispersi

Contoh

Gas

Cair

Buih

Busa sabun, Krim kocok

Gas

Padat

Buih padat

Batu apung, Karet Busa

Cair

Gas

Aerosol cair

Kabut, Awan

Cair

Cair

emulsi

Susu, santan

Cair

Padat

Emulsi padat

Mentega, Keju

Padat

Gas

Aerosol padat

Asap, debu

Padat

Cair

Sol

Sol, tinta

Padat

Padat

Sol padat

Gelas berwarna, intan


hitam

Gambar koloid:

Air Aromatik
AIR AROMATIK (AQUA AROMATICA)
Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Diantara air aromatika,
ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi digunakan untuk memberi aroma pada obatobat atau sebagai pengawet. Air aromatika harus mempunyai baud an rasa yang menyerupai
bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain,tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara membuatnya:
1. Iarutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml
etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc,kocok,diamkan,saring.
4. encerkan 1 bagian filtrate dengan 39 bagian air.
Etanol berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc berguna untuk
membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran
sehingga aqua aromatic yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam Fl ll, buku lain juga mencantumkan aqua
aromatic adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil
minyak atsirinya.
Aqua aromatic yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi
dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak
terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.

Pemberian aqua aromatika: cairan jernih, atau agak keruh, baud an rasa tidak boleh menyimpang
dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep: jika air aromatic keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Khasiat: zat tambahan
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu:
1.Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air.Aqua foeniculi dibuat dengan
melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml talc, kocok,diamkan saring.Encerkan 1 bagian
filtrate dalam 39 bagian air.Pemerian,penyimpanan sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep: seperti aqua aromatic dan sebelum digunakan harus disaring lebih dahulu.
2.Aqua Menthae Piperitae= air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan: lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua aromatika dengan
menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatic.
3.Aqua Rosae= air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.Cara pembuatan:
larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrate tambahkan air secukupnya
hingga 5000 ml, saring. Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua
aromatika.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk karena etanol akan menghablur,
jadi disimpan pada suhu kamar, kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan.Aqua foeniculi bila
menghablur harus dipanaskan pada suhu 25C dan kemudian dikocok kuat-kuat, sebelum
digunakan harus disaring.
1. Aquadest = aqua destilata yaitu air yang dihasilkan dari satu kali proses destilasi/penyulingan, sering
disebut air murni namun tetap mengandung mineral-mineral tertentu
2. Aquabidest = aqua bi destilata yaitu air yang dihasilkan dari proses destilasi/penyulingan bertingkat
(2x proses destilasi/penyulingan), dan mengandung mineral lebih sedikit dari aquadest.
3. Aqua demin = aqua demineralisata yaitu air bebas mineral baik ion positif yang berasal dari logam
(besi dan magnesium dll)), kesadahan (kalsium dll) maupun ion negatif yang berasal dari udara, gas
halogen, belerang dll serta memenuhi persyaratan mikroorganisme tertentu.
4. Air Filtrasi : air yang diproses melalui proses penyaringan, ada yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan ion positif dan ion negatif, ada yang ditujukan untuk menyaring mikroorganisme dll.
Pada umumnya air filtrasi lebih ditujukan untuk menghilangkan kandungan ion positif (besi, mangan,
kalsium dan beberapa mikroba).
Dari segi harga tentunya yang paling mahal adalah aqua demin kemudian aqua bidest baru aquadest/air
filtrasi.
Untuk dilute ONR dll, semua jenis air diatas bisa dipake walaupun yang paling bagus adalah Aqua Demin,
namun dengan kondisi lingkungan di Indonesia maka aqua demin pada saat disemprotkan ke cat/MF

tidak lama juga sudah terkontaminasi dengan ion negatif yang berasal dari udara....he3x. Jadi lakukan
dilute dengan volume sesuai kebutuhan aja.

Anda mungkin juga menyukai