Anda di halaman 1dari 7

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK BIJI PINANG (Areca

catechu L.) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN


Pseudomonas aeruginosa ATCC 2785
ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF ARECA SEED ( Areca catechu L.)
ETHANOLIC EXTRACT AGAINST Staphylococcus aureus ATCC 25923 AND
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
Nony Puspawati
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi
Jl. Let.Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127
ABSTRAK
Biji pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu alternatif baru yang digunakan
masyarakat sebagai obat tradisional, biasanya untuk mengobati kudisan, bidul dan eksema.
Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanolik biji pinang
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC
27853, dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak etanolik
biji pinang terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853. Ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) diperoleh dari ekstraksi secara
maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Metode yang digunakan adalah metode
dilusi (pengenceran tabung). Untuk melihat Konsentrasi Bunuh Minimum setiap tabung
diinokulasikan pada media selektif, Vogel Jhonson Agar untuk Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas Selektif Agar untuk Pseudomonas aeruginosa. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah ekstrak etanolik dari biji pinang (Areca catechu L.) mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853. Konsentrasi Bunuh Minimum untuk Staphylococcus aureus
ATCC 25923 adalah 1,57% dan untuk Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah
25%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak etanolik biji pinang mempunyai aktivitas
antibakteri lebih efektif terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 daripada
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.
Kata kunci: antibakteri, pinang, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa
ABSTRACT
Areca seed (Areca catechu L.) is one of new alternatives used as traditional medicine,
usually to treat scabies, ulcer and eczema. The experiment was aimed to know the
antibacterial activity of areca seed ethanolic extract against Staphylococcus aureus ATCC
25923 and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, and to find out whether there was a
difference of antibacterial activity of areca seed ethanolic extract against Staphylococcus
aureus ATCC 25923 and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Areca seed (Areca
catechu L.) extract was obtained by maceration extract using ethanol 70% as solvent. The
method used was dilution method (tubes dilution). To know the Minimal Killing
Concentration, each tube was inoculated in selective media, Vogel Jhonson Agar for
Staphylococcus aureus and Pseudomonas Selective Agar for Pseudomonas aeruginosa.
The result of the experiment was that areca seed (Areca catechu L.) ethanolic extract had
antibacterial activity against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Pseudomonas
aeruginosa ATCC 27853. The Minimal Killing Concentration (MKC) of Staphylococcus
aureus ATCC 25923 was 1.57% and the MKC of Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
was 25%. The result of statistical test showed that areca seed (Areca catechu L.) ethanolic
extract had antibacterial activity more effective against Staphylococcus aureus ATCC
25923 than Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.
Key words: antibacterial, areca seed, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa.

PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah
digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun menurun mempunyai
kelebihan antara lain tidak ada efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi
pada pengobatan kimiawi, bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri dan dapat
diramu sendiri (Thomas 2004). Obat tradisional ialah obat yang berasal dari bahan tumbuhtumbuhan, hewan, mineral, atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman floranya yang berkhasiat dan berpotensi
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Salah satu dari tanaman tersebut adalah
pinang (Areca catechu L.) yang sejak jaman dahulu digunakan sebagai obat untuk
menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur), biji pinang juga digunakan oleh
masyarakat sebagai obat cacing, untuk obat luka, obat batuk, dan peluruh haid.
Penyakit infeksi bakteri kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan
negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila kebersihan juga kurang sempurna,
sehingga dapat dipahami bahwa pertumbuhan bakteri sangat mudah terjadi dan dapat
menimbulkan penyakit yang serius pada manusia. Luka bernanah timbul karena luka yang
terinfeksi ringan oleh bakteri pembentuk nanah seperti Staphylococcus dan Pseudomonas.
Infeksi untuk jenis Staphylococcus aureus yang terutama menimbulkan penyakit pada
manusia, karena dapat menimbulkan sapurasi, membentuk abses, berbagai infeksi piogenik,
dan bahkan septikemia yang fatal. Staphylococcus aureus yang patogen dapat
menyebabkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan berbagai enzim
dan toksin ekstraseluler. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang
merupakan anggota flora normal kulit, selaput lendir, saluran pernafasan, dan saluran cerna.
Staphylococcus aureus tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif secara
metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari
putih hingga kuning tua (Jawetz et al. 2007).
Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan kelompok patogen manusia yang
besar, bersifat invasif dan toksigenik, menyebabkan infeksi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang abnormal, dan merupakan patogen nosokomial yang penting. Pseudomonas
aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar, menimbulkan pus hijau
kebiruan, meningitis bila masuk bersama pungsi lumbal dan infeksi saluran kemih bila
masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Pseudomonas
aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, yang berbentuk batang, motil dan bersifat
aerob (Jawetz et al. 2007).
Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit diare
berdarah, kudisan, hidung berdarah, sakit gigi, bidul, eksema, sariawan, menguatkan gigi
(digunakan bersama daun sirih dan kapur), juga sebagai penyembuh penyakit cacingan,
obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari penyakit gigi dan menambah vitalitas
seksual (Anonim 2000).
Bagian dari tanaman pinang (Areca catechu L.) yang dapat dimanfaatkan adalah biji
karena mempunyai kandungan alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin,
guvasine, dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavon, senyawa fenolik,
asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam. Pada tanaman
pinang (Areca catechu L.) yang mengandung flavonoid yaitu terletak di biji (Syamsuhidayat
& Hutapea 1991).
Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh
dunia tumbuhan, serta berkhasiat sebagai penghambat bakteri (Robinson 1995). Tanin
selain digunakan untuk proses penyamakan, dapat juga digunakan untuk perlindungan
karena mempunyai daya antiseptik. Tanin digunakan juga untuk pengobatan luka bakar
dengan cara mempresipitasikan protein karena ada daya antibakterinya (Anonim 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilusi, karena dapat menentukan
secara kuantitatif konsentrasi terkecil suatu obat yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Metode ini berdasarkan pengamatan kekeruhan larutan. Prinsipnya adalah


penghambatan pertumbuhan kuman dalam pembenihan cair oleh suatu obat yang
dicampurkan kedalam pembenihan. Pembenihan yang dipakai secara optimum dan tidak
menetralkan obat yang digunakan (Bonang dan Koeswardono 1982).
Penelitian ini bertujuan Pertama, untuk mengetahui apakah ekstrak etanolik biji pinang
mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Kedua, untuk mengetahui KHM dan KBM dari
ekstrak etanolik biji pinang (Areca catechu L.) yang dapat memberikan efek antibakteri.
Ketiga, untuk mengetahui apakah ada perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak etanolik biji
pinang (Areca catechu L.) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pinang (Areca catechu L.)
yang dipetik secara acak dengan ciri-ciri buah berwarna hijau, yang diambil di daerah Solo,
Jawa Tengah. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi
Universitas Setia Budi Surakarta. Medium yang digunakan dalam adalah medium Vogel
Johnson Agar (VJA), Pseudomonas Selektif Agar (PSA), Brain Heart Infusion (BHI), Sulfida
Indol Motilitas (SIM), Kligler Iron Agar (KIA), Lysin Iron Agar (LIA), dan citrate. Bahan kimia
yang digunakan dalam adalah etanol 70%, aquadest steril, reagen ehrlich, reagen H2SO4
3%, HCL 2N, FeCL3 5%, FeCL3 b/v, H2O2 3%, serbuk Mg, alkohol, amil alkohol.
Identifikasi tanaman
Biji pinang berbentuk kerucut dengan serabut halus sebagai penutup, irisan biji
seperti marmer, coklat tua dengan bintik-bintik keputihan. Buah pinang berwarna
kekuningan bila masak dengan panjang 4-5 dan lebarnya 2,5-3 cm (Heyne 1987).
Identifikasi tanaman dilakukan di laboratarium morfologi dan sistematik tumbuhan Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi.
Pembuatan serbuk simplisia
Biji pinang dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel, dikeringkan dalam alat pengering (oven) pada suhu 40 C selama 48 jam,
setelah kering dibuat serbuk dan diayak dengan ayakan nomer 40, kemudian dilakukan
perhitungan prosentase bobot kering terhadap bobot basah.
Pembuatan ekstrak etanolik serbuk biji pinang
Serbuk biji pinang ditimbang sebanyak 100 gram dimasukkan dalam botol coklat diisi
dengan pelarut etanol 70% sebanyak 750 ml, kemudian direndam 5-6 hari. Ekstrak yang
diperoleh kemudian dipekatkan dalam evaporator hingga volume 30 ml (Anief 1989).
Identifikasi kandungan kimia hasil maserasi biji pinang
Flavonoid. Ekstrak dilarutkan dalam 1-2 ml metanol panas 50% (v/v), kemudian ke dalam
larutan ditambahkan serbuk magnesium dan 2 ml larutan alkohol : asam klorida (1:1) dan
pelarut amil alkohol. Campuran larutan ini dikocok kuat-kuat, kemudian dibiarkan memisah.
Reaksi positif ditandai dengan adanya warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol (Robinson 1995).
Alkaloid. Ekstrak ditambah dengan sedikit larutan HCl 2%, kemudian panaskan lalu
ditambahkan larutan Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
dan dengan Bouchardat terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada
kemungkinan terdapat alkaloid (Depkes 1987).

Tanin. Ekstrak ditambah tiga tetes FeCl3, warna akan berubah menjadi biru kehitaman atau
hijau kehitaman (Depkes 1987).
Pembuatan suspensi bakteri uji
Bakteri uji dari biakan murni diambil beberapa mata ose dan ditanam pada media
BHI (Brain Heart Infucion) cair. Kekeruhannya disesuaikan dengan kekeruhan modifikasi
Brown II yang dianggap setara dengan 758 juta sel bakteri per ml. Kemudian diinkubasi
pada suhu 370 C selama 24 jam.
Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
Suspensi bakteri Staphylococcus aureus, diisolasikan pada media Vogel Johnson
Agar dan ditambahkan kalium tellurit 1%, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
370C. Hasil pengujian ditunjukkan dengan warna koloni hitam dan medium berwarna kuning.
Kemudian dilakukan pengujian biokimia, yaitu tes koagulase dan katalase.
Identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
Suspensi bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 diinokulasikan pada
media Psedomonas Selective Agar dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C.
Penampakan membentuk koloni bulat halus dengan pigmen kehijauan. Kemudian dilakukan
pengujian biokimia, pada media KIA, SIM, LIA, Citrat.
Pengujian efek antibakteri
Metode ini dilakukan dengan memasukkan bahan uji ke dalam masing-masing
tabung reaksi kecuali tabung nomor 10 sebagai kontrol positif. Masing-masing tabung reaksi
tersebut mempunyai beberapa seri konsentrasi bahan uji yang berbeda dengan
menambahkan bahan pengencer. Suspensi bakteri dalam medium BHI dimasukan ke dalam
masing-masing tabung uji kecuali tabung 1 sebagai kontrol negatif. Seluruh tabung
diinkubasi pada suhu kamar selama 24-28 jam, lalu diamati kekeruhannya.
Menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yaitu batas terendah tabung
media yang jernih atau yang memberikan hasil negatif (-). Kemudian menentukan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dengan cara tabung media yang jernih diinokulasikan
pada media selektif untuk masing-masing bakteri uji. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar
selama 24-48 jam. Mengamati ada tidaknya koloni yang tumbuh pada permukaan media
lempeng. KBM ditunjukkan oleh konsentrasi terendah pada media Vogel Jhonson Agar
(VJA) dan Pseudomonas Selektif Agar (PSA) yang tidak menunjukkan koloni bakteri yang
tumbuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai kandungan kimia dalam ekstrak etanolik biji pinang
menunjukkan bahwa ekstrak etanolik biji pinang mengandung alkaloid, tanin dan flavonoid.
Kandungan bahan aktif tersebut yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah tanin
karena tanin dapat mendenaturasi protein yang terdapat pada dinding sel sehingga bakteri
dapat dihambat, sedangkan flavonoid memiliki aktivitas dalam menghambat enzim-enzim
bakteri (Robinson 1995).
Hasil identifikasi bakteri Staphylococcus aureus
Identifikasi Staphylococcus aureus yang diinokulasikan pada medium Vogel Jhonson
Agar yang sudah ditambah kalium tellurit 1% setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37C berdasarkan pengamatan koloni yang dihasilkan berwarna hitam dan warna medium di
sekitarnya menghasilkan warna kuning (Jawetz et al. 2007).

Koloni berwarna
hitam

Media berwarna
kuning

Gambar 1. Staphylococcus aureus dalam medium VJA.


Hasil ini dikarenakan Staphylococcus aureus mereduksi tellurit menjadi metalik
tellurit dan manitol diubah dalam suasana asam menjadi berwarna kuning (Jawetz et al.
2007) Uji katalase untuk Staphylococcus aureus memberikan hasil positif yang ditunjukkan
dengan adanya gelembung-gelembung udara sebab Staphylococcus aureus mempunyai
enzim katalase yang dapat menguraikan H2O2 3% menjadi air dan oksigen.
Uji koagulase hasilnya positif ditunjukkan dengan terdapat gumpalan plasma yang
tidak terlepas dan tetap melekat pada dinding tabung jika tabung tes dibalik, hal ini
disebabkan karena adanya enzim koagulase yang dapat mengumpalkan plasma. Koagulase
berikatan dengan protrombin, bersama-sama keduanya menjadi aktif secara enzimatik dan
menginisiasi polimerisasi fibrin.
Hasil identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Bakteri uji Pseudomonas aeruginosa diinokulasikan pada medium Pseudomonas
Selektif Agar, tumbuh dengan koloni bulat halus dengan membentuk pigmen yng berwarna
kehijauan (Jawezt et al. 2007).

Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa pada medium PSA


Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri uji Pseudomonas aeruginosa secara biokimia
Media

Hasil

KIA
SIM
LIA
Citrat

K/KS--+
K/KS+

Pustaka (Banirupa
1994)
K/KS--+
K/KS+

Pengujian dengan media KIA , memberikan hasil K/KS-, hal ini menunjukkan bahwa bakteri
tidak memfermentasi glukosa dan laktosa, S- artinya uji H2S negatif ditunjukkan tidak
adanya pembentukan warna hitam pada media KIA. Pengujian dengan SIM memberikan
hasil - - +, artinya uji H2S negatif ditandai dengan tidak adanya pembentukan warna hitam
pada media SIM, pada penambahan 5 tetes reagen Erlich A dan B permukaan media tidak
berwarna merah ini berarti uji indol negatif, uji motilitasnya positif, ditunjukan dengan adanya
penyebaran pertumbuhan bakteri di media SIM. Pengujian dengan media LIA memberikan
hasil K/KS-, hal ini menunjukan bahwa bakteri tidak mendeaminasi lisin, S- artinya uji H2S
negatif ditunjukan dengan tidak adanya warna hitam pada media LIA. Pengujian pada media
citrat memberikan hasil positif yang ditandai warna biru pada media citrat. Hal ini
menunjukkan bahwa Pseudomonas aeruginosa menggunakan citrat sebagai sumber karbon
(Banirupa 1994).
Hasil pengujian aktivitas anti bakteri
Tabel 2. Hasil inokulasi sediaan ekstrak etanolik biji pinang terhadap bakteri Staphylococcua
aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

No
tabung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Konsentrasi
(%)
Kontrol negatif
50
25
12,5
6,25
3,13
1,57
0,79
0,40
Kontrol positif

Inokulasi
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
I
II
III
I
II
III
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Keterangan :
(-) : Tidak ada pertumbuhan bakteri
(+) : Ada pertumbuhan bakteri
Tabung 1 : Kontrol negatif, berisi ekstrak etanolik biji pinang
Tabung 10 : Kontrol positif, berisi suspensi bakteri

Gambar 3. Hasil uji dilusi ekstrak etanolik biji pinang dalam media VJA dan
etanolik biji pinang dalam media PSA

Hasil uji ekstrak etanolik biji pinang (Areca catechu L.) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
dapat dilihat pada table. Dalam penelitian ini KHM tidak dapat diamati, karena larutan uji
berwarna keruh, sehingga hanya dapat ditentukan KBM. Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa KBM untuk Staphylococcus aureus adalah 1,57% dan untuk Pseudomonas
aeruginosa adalah 25%.
Ekstrak etanolik biji pinang dapat menghambat dan membunuh bakteri karena di
dalamnya terkandung senyawa kimia yang berfungsi sebagai antibakteri yaitu seperti
alkaloid, flavon dan tanin. Tanin dapat mendenaturasi protein yang terdapat pada dinding sel
sehingga bakteri dapat dihambat, dan flavonoid yang memiliki aktivitas dalam menghambat
enzim-enzim bakteri. Mekanisme kerja antibakteri dalam menghambat dan membunuh
bakteri yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel, menganggu metabolit sel bakteri,
mengganggu keutuhan membran sel bakteri, menghambat sintesis protein sel bakteri dan
menghambat atau merusak asam nukleat sel bakteri.
Konsentrasi bunuh minimum untuk bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan
Staphylococcus aureus merupakan Gram positif yang hanya mengandung peptidoglikan,
sedangkan bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan Gram negative dimana dinding
selnya selain peptidoglikan yang tipis, juga mengandung lipopolisakarida, yang relative
lebih sulit untuk dirusak oleh senyawa-senyawa kimia.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Pertama, ekstrak etanolik biji pinang dapat
menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan bakteri
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Kedua, Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) untuk
bakteri Staphylococcus aureus adalah 1,57% dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa
adalah 25%. Ketiga, bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 lebih rentan terhadap
senyawa-senyawa yang terdapat didalam biji pinang daripada Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1993, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 168-169
Anonim. 2000, Pinang. http:/id.wikipedia.org/wiki/Pinang [29 April 2008].
Anonim . 2008, Ekstrak Etanolik Biji Pinang/Majalah Farmasi Indonesia [6 Mei 2008].
Bonang G, Koeswardono ES. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium & Klinik.
Universitas Katolik Indonesia. Atma jaya. hlm 77, 190-191.
[Departemen Kesehatan RI]. 1989. Materi Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. hlm 55-58, 538-539.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
hlm 460-465.
Jawetz. E, Melnick. J.L, Adelberg. E.A. 2007. Medical Microbiology. 23 th Ed. Elferia NR,
penerjemah; Jakarta. hal 170, 225-228, 266-270
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press. hlm 71- 72,
157, 191 192, 208.
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Volume I.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta. hlm 64-65.

Anda mungkin juga menyukai