CHOLECYSTITIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan
Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Radiologi
Disusun oleh:
Muhammad Abid Ulil Absor
20090310228
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CHOLECYSTITIS
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat,
petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus Cholecystitis.
Presentasi kasus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak
ternilai kepada :
1. dr. Kus Budayatiningrum Sp.Rad, selaku dosen pembimbing Ilmu Radiologi RSUD
KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah mengarahkan dan membimbing dalam
menjalani stase Ilmu Radiologi serta dalam penyusunan kasus ini.
2. Petugas instalasi radiologi RSUD Setjonegoro Wonosobo
Dalam penyusunan presentasi kasus ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan presentasi
kasus di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
Wonosobo,
Agustus 2014
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
A.
Identitas Pasien
B.
Anamnesis
C.
Pemeriksaan Fisik
D.
Pemeriksaan Penunjang
E.
Diagnosis
F.
Terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
B.
Epidemiologi
C.
Etiologi
D.
Patogenesis
E.
Manifestasi Klinik
11
F.
Diagnosis
12
G.
Komplikasi
13
H.
Penatalaksanaan
13
I.
Prognosis
14
iii
BAB III
15
15
BAB IV
20
PEMBAHASAN
20
BAB V
22
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
iv
Daftar Gambar
17
17
18
Gambar 8. Uterus yang kosong pada pasien dengan amenore selama 7 minggu
19
19
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. Paryoto
Usia
: 61 Tahun
Alamat
: jalan masjid
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk RS
: 21 Agustus 2014
B. Anamnesis
Dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal 23 Agustus 2014 di bangsal
Flamboyan.
Keluhan Utama
Kepala
Mata
THT
Leher
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin & Kimia Klinik (21/08/14) pukul 16.02
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Ureum
Kreatinin
Asam urat
Cholesterol total
Trigliserid
SGOT
SGPT
HBsAg
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Bilirubin Total
Hasil (satuan)
12,2
10,7
2,80
0,20
64,40
23,30
9,30
35
4,1
248
84
30
35
27,8
0.86
3,5
215
411
85,0
90.0
Negatif
17,89
17,89
21,02
Nilai Rujukan
11.7 15.5 g/dL
3.6 11 10^3/ul
24%
01%
50 70 %
25 40 %
28%
40 52 %
3.8 5.2 10^6/ul
150 400 10^3/ul
80 100 fL
26 34 Pg
32 36 q/dL
<50 mg/dL
0.4 1.1 mg/dL
2.0 7.0 mg/dL
<220 mg/dL
70 140 mg/dL
0 35 U/L
0 35 U/L
Negatif
0-0,4
Interprestasi
Normal
Normal
Turun
Normal
Normal
Turun
Naik
Turun
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Naik
Normal
Normal
Normal
Naik
0,1-1,0
Naik
RADIOLOGI
USG Abdomen
E. Diagnosis
Kehamilan Ektopik Terganggu
F. Terapi
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kolesistitis atau radang kandung empedu adalah inflamasi akut atau kronis
dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang
tersangkut pada duktus sistikus dan menyebabkan distensi kandung empedu.
keluhan nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan demam..
B. Epidemiologi
cairan empedu, kolestrol, lisolesitin, dan prostaglandin, yang merusak lapisan dinding
mukosa dinding kandung empedu yang diikuti oleh reaksi inflamsi dan supurasi.
E. Manifestasi Klinik
Keluhan yang khas untuk kolesistitis adalah kolik perut kanan atas
samping epigastrium dan nyeri tekan, takikardi dan kenaiakn suhu tubuh. Keluhan
itu dapat memburuk secara progresif. Kadang-kadang rasa sakit dapat menjalar
kepunggung atau skapula kanan dan kadang dapat berlangsung selama 60 menit
tanpa reda. Berata ringannya sangat berfariasi tergantung dari adanya kelainan
inflamasi yang ringan samapi dengan ganggren atau perforasi kandung empedu.
Sekitar 60-70 % pasien melaporkan adanya riwayat serangan yang sembuh
spontan.
Pasien mengalami anoreksia dan sering mual. Muntah relatif sering terjadi
dan dapat menimbulkan gejala dan tanda deplesi volume vaskuler dan
ekstraseluler. Pada pemeriksaan fisk kuadran kanan atas abdomen hampir selalu
nyeri bila dipalpasi. Pada seperempat sampai separuh pasien dapat dirab kandung
empedu yang tegang dan membesar. Inspirasi yang dalam atau batuk sewaktu
palpasi subkosta kuadran kanan atas biasnya menambah nyeri dan menyebabkan
inspirasi terhenti ( tanda murphy).
F. Diagnosis
Diagnosis kolesistitis biasanya dibuat berdasarkan dibuat berdasarkan riwayat
yang khas dan pemeriksaan fisik. Trias yang terdiri nyeri pada kuadran atas, demam dan
leukositosis sangat sugestif. Biasanya terjadi leukositosis yang berkisar antara 10.000
sampai dengan 15.00 sel permikroliter dengan pergeseran kekiri dengan hitung jenis.
Bilirubin serum sedikit meningkat biasanya pada 45% pasien, sementara 25% pasien
yang mengalami peningkatan aminotransferase serum (biasanya kurang dari kali lipat).
Pemeriksaan alkali fosfatase biasanya meningkat pada 25% pasien dengan kolesistitis.
Urinalisis diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pielonefritis. Apabila keluhan
bertambah berat disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan
terjadi empiema dan perforasi kandung empedu dipertimbangkan.
Foto polos abdomen tidak bisa memperlihatkan gambaran kolesistitis. Hanya
pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh
karena mengandung kalsium yang cukup banyak.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan
sangat bermanfaat untuk untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding
kandung empedu, dan saluran empedu ekstra hepatik. Nilai ketepan dan kepekaan USG
mencapai 90-95%. Adapun gambaran USG pada kolesistiti diantaranya adalah terdapat
cairan perikolisti, penebalan dinding kantdung empedu lebih dari 4mm dan tanda murphy.
Adanya batu empedu membantu menegakkan diagnosis.
Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan CT scan abdomen dan MRI dilaporkan
lebih besar dari 95%. Pada kolesistitis dapat ditemukan cairan perikolestik, penebalan
dinding kandung empedu lebih dari 4mm, edema subserosa tanpa adanya asites, gas
intramular dan lapisan mukosa yang terlepas. Pemeriksaan dengan CT-scan dapat
memperlihatkan adanya abses yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada
pemeriksaan USG.
G. Komplikasi
Empiema kandung empedu biasanya terjadi karena akibat perkembangan
kolesistitis dengan sumbatan duktus sistikus persisten menjadi sumber infeksi kandung
empedu yang tersumbat tersebut disertai kuman pembentuk pus. Biasanya terjadi pada
pasien laki-laki dengan kolesistitis akalkulus dan juga menderita diabetes militus.
Gambaran klinis mirip dengan kolangitis dengan demam tinggi, nyeri kuadaran kanan
hebat, leukositosis berat dan sering keadaan umum lemah. Empisema kandung empedu
sering memiliki resiko yang tinggi menjadi sepsis gram negatif dan perforasi.
kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E. Coli, faecalis, dan Kleibsiela,
namun pada pasien diabetes dan pasien yang memperlihatakan tanda sepsis gram negatif,
lebih dianjurkan menggunakan antibiotik kombinasi.
Berdasrkan rekomendasi Sanford, dapat diberikan ampisilin atau sulbactam
dengan dosis 3 gram/ 6 jam IV, cefalosporin generasi ketiga atau metronidazole dengan
dosis awal 1gram, lalu diberikan 500 mg / 6 jam iV. Bila terdapat mual dan muntah dapat
diberikan anti emetik atau dipasang nasogastrik tube. Pemberian CCK secara intravena
dapat membantu merangsang pengosongan kandung empedu dan mencegah statis aliran
empedu lebih lanjut. Pasien-pasien dengan kolesistitis akut tanpa komplikasi yang hendak
dipulangkan harus dipaastikan tidak demam dengan tanda- tanda vital yang stabil, tidak
terdapat tanda-tanda obstruksi pada hasil laboratorium dan USG, penyakit-penyakit lain
yang menyertai (seperti diabetes mellitus) telah terkontrol. Pada saat pulang pasien
diberikan antibiotik yang sesuai seperti levofloxasin 1x500mg PO dan metronidazol
2x500mg PO, anti-emetik dan analgesik yang sesuai.
I.
Prognosis
Pada kasus kolesistitis akut tanpa komplikasi, perbaikan gejala dapat terlihat
dalam 1-4 hari bila dalam penanganan yang cepat. Penyembuhan yang spontan
didapatkan pada 85 kasus, sekalipun kadang kandung empedu menjadi tebal, fibrotik,
penuh dengan batu, dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang pula menjadi kolesistitis
rekuren. Kadang- kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi ganggren,
empiema, dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati dan peritonitis umum pada 1015% kasus. Bila hal ini terjadi angka kematian dapat mencapai 50-60%. Hal ini dapat
dicegah dengan pemberian antibiotikyang adekuat pada awal serangan. Pasien pada
kolesistitis akut akalkulus memiliki angka mortalitas sebesar 10-50%. Tindakan bedah
pada pasien tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan
banyak timbul komplikasi pasca bedah.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS RADIOLOGI
- Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam keadaan
penuh.
Gambar USG kolesistitis.
Pada pemeriksaan USG, tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering
ditemukan batu, penebalan dinding kandung empedu, hidrops dan kadang-kadang
terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan adanya perikolesistitis atau
perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada penekanan dengan transduser yang
dikenal sebagai Morgan sign positif atau positif transduser sign.
Pemeriksaan USG pada pasien kolesistitis menunjukkan adanya penebalan
pada dinding vesika felea maupun pada sebagian dinding dan parenkim hepar.
Sehingga memberikan kesan adanya peradangan pada kandung empedu dan hepar.
Pemeriksaan radiologi untuk kolesistitis dapat berupa USG, foto polos
abdomen dan CT scan abdomen. Pada pasien ini dilakukan pencitraan dengan
USG karena pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit
pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Pemeriksaann ini tidak mempunyai
kontraindikasi, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk
penyakit penderita. Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama
atau kedua.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Kolesistitis atau radang kandung empedu adalah inflamasi akut atau kronis
dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang
tersangkut pada duktus sistikus dan menyebabkan distensi kandung empedu.
keluhan nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan demam..
Diagnosis cholesistitis ditegakkan berdasarka gejala yang timbul , pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala-gejalanya antara lain keluhan nyeri
perut bagian kanan atas badan terasa lemas dan bdan berwarna kuning 2 bulan. Pasien
menyangkal adanya mual (+), muntah (-), demam (-), badan gatal seluruh tubuh, Buang
air kecil seperti teh dan buang air besar seperti dempul 1 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan terdapat nyeri tekan pada perut atas kanan
bawah. Sedangkan pada pemeriksaan darah rutin didapatkan kenaikan pada bilirubin
direk 17,89, bilirubin indirek 17,89 dan bilirubin total 21,02.
Pemeriksaan penunjang menggunakan USG pada pasien ini didapatkan gambaran
pada Hepar ukuran normal, struktur echo parenchym kasar homogen System biliare
tampak melebar kesan kolesistitis.
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah kolesistitis melalui
hasil anamsesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada
anamnesis yang menunjang diagnosis kolesistitis adalah terdapat nyeri pada perut kanan
atas, jaundice. Dan dari pemeriksaan laboratoium didapatkan peningkatan pada bilirubin.
Pada pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis kolesistitis.
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan terapi konservatif.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Dasar-Dasar Penyakit EGC.
Jakarta 2006.
2.
3.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
2009
4.
5. Cox MR, Wilson TG, Luck AJ, et al. Laparoscopic cholecystectomy for acute
inflammation of the gallbladder. Ann Surg
6. Isselbacher, KJ, Braunwald E, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrison:Prinsip
Harrison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor BahasaIndonesia: Prof. Dr. H.
Ahmad H. Asdie. Edisi 13. EGC. Jakarta. 2009.
7. Towfigh S, McFadden DW, Cortina GR, et al. Porcelain gallbladder is notassociated
with gallbladder carcinoma. Am Surg
8. Jan 2010;67(1):7-10.19.Wilson E, Gurusamy K, Gluud C, Davidson BR. Cost-utility
and value of information analysis of early versus delayed laparoscopic
cholecystectomy for acute cholecystitis. Br J Surg
9. Yates MR, Baron TH. Biliary tract disease in pregnancy. Clin Liver Dis.2009;3:131147
12