Anda di halaman 1dari 46

APLIKSI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI

ALAT PENGHITUNG DENGAN TAMPILAN SEVEN SEGMENT


PADA SISTEM PARKIR DI KOMPLEK KAMPUS DIII FT.UNDIP
Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah Sistem Kendali Diskrit

Nama : Okta Ervianto


Nim : L0F007053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, karunia
dan hidayahNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan
baik.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, Makalah ini tentunya tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
dalam kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Bp.. yang telah memberikan bimbingan selama ini kepada kami.


1. Kepada seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis sampai selesainya pembuatan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangannya
sehingga kami mengharapkan saran maupun kritik demi sempurnanya Makalah ini.

Semarang, Desember 2009

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan manusia dalam bidang keamanan meningkat tajam, kebutuhan akan
tenaga dan sistem konvensional dalam bidang keamanan telah mulai di tinggalkan karena
sistem konvensional dirasakan lebih lambat dan tidak presisi. Menanggapi situasi kebutuhan
manusia dewasa ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
dalam bidang elektronika memegang peranan yang sangat penting untuk meringankan beban
pekerjaan manusia dan juga untuk mengurangi resiko kesalahan-kesalahan yang kemungkinan
dapat timbul oleh tenaga manusia. Sehingga sistem yang semula menggunakan sistem
manual, berangsur- angsur berganti dengan sistem otomatisasi digital.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut diatas, maka penyusun mencoba merancang sebuah
perangkat untuk menghitung jumlah kendaraan pada suatu sistem parkir, yang bermanfaat
bagi manusia dan bekerja secara semi otomatis untuk di kerjakan dalam bidang keamanan
yaitu Sistem Parkir.
Dalam pembuata perangkat penghitung kendaraan ini digunakan suatu mikrokontroler sebagai
pusat control dalam sistem ini. Mikrokontroler adalah suatu sistem komputer yang dirancang
untuk keperluan pengontrolan sistem.Mikrokontroler dilengkapi dengan CPU (Unit
Pemrosesan Pusat)
, memori dan perangkat perantara lainnya sehingga sering disebut mikrokomputer serpih
tunggal. Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program
aplikasi ( misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya ), mikrokontroler
hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja (hanya satu program saja yang bisa
disimpan).
IC AT89S51 adalah mikrokontroler dengan daya rendah, CMOS 8-bit daya kerja
tinggi dengan 4K byte In System Programmable Flash Memory. AT89S51 dibuat
mengguanakan nonvolatile teknologi memori kepadatan tinggi milik Atmel dan dapat
digabungkan dengan set instruksi dan pin out standar pabrik 80C51. Flash di dalam chip
melewatkan program memori untuk dapat diprogram ulang di dalam sistem atau oleh suatu
pemrograman memori nonvolatile konvensional.
Pada AT89S51 tersedia beberapa kelengkapan standar yaitu : flash 4 Kbyte, RAM 128
byte, 32 jalur I/O, 2 pewaktu/ penghitung 16 bit, 5 penyelaan (baris arsitektur interupsi) 2
tingkat, pintu serial 2 arah, oscillator satu serpih, dan rangkaian detak. AT89S51 juga didesain
dengan logika statistik untuk operasi turun ke frekuensi nol dan mendukung dua software
dengan model daya yang dapat dipilih. Model Idlle (daya kerja rendah), menghentikan CPU
saat melewatkan RAM, pewaktu/ couter, serial port, dan sistem interupsi kepada pemfungsian
kendali. Model daya menurun menyimpan kadar RAM tetapi mendinginkan oscillator,
menonaktifkan fungsi chip yang lain sampai interupsi eksternal selanjutanya atau reset
hardware.
Dengan aplikasi mikrokontroler tersebut maka alat penghitung kendaraan dapat
dijalankan. Kemudian proses penghitungan akan ditampilkan melalui Seven segment dan
print out. Seven segment kami pilih sebagai tamilan dengan alasan barang tersebut cukup
elegan dan bisa dilihat oleh pengguna parkir lainnya. Selain menggunkan seven segment kami
juga memakai print out sebagai tampilan, dengan pertimbangan print out sebagai tampilan,
dengan pertimbangan print out merupakan suatu bukti tertulis (nyata) dalam suatu
penghitungan pada sistem ini.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Mikrokontroler AT89S51


Mikrokontroler adalah suatu mikoprsesor yang sudah dilengkapi dengan perangkat
masukan/keluaran (I/O) dan periferal lainnya yang terintegrasi di dalam sebuah singgle chip
yang di rancang untuk keperluan pengendalian sebuah sistem.Teknologi yang sekaranga
sedang berkembang menyebabkan mikrokontroler mwmpunyai jenis yang beragam. Salah
satu diantaranya adalah mikrokontroler keluarga MCS 51, terdiri dari AT89C51, AT89C52,
AT89C55, AT89S51, AT89S53, AT89S8252, AT89C1051, AT89C2051, dan sebagainya.
AT89S51 adalah mikrokontroler CMOS 8 dengan 4 Kbyte ROM yang bertipe flash yang
dapat di program dan dihapus dihapus dengan cepat dengan tegangan rendah tanpa
dibutuhkan sinar ultraviolet untuk menghapusnya. Kombinasi CPU 8 bit dan memori flash
membuat AT89S51 dapat dioperasikan secara serpih tunggal (singgel chip) ataupun dengan
perluasan 4 buah jalur masukan / keluaran 8 bit.
Mirokontroler Atmel seri AT89S51 ini merupakan generasi terbaru dari produk terbaru dari
produk sebelumnya yaitu AT898C51, yang mengalami penyempurnaan untuk mempermudah
dalam meolakukan pengisian program ke dalam mikrokontroler. Dengan menggunakan
system ISP (In- System Programing), maka pengisian program dapat dilakukan secara On The
Fly yaitu pengisian program secara langsung pada mikrokontroler yang sedang terpasang pada
rangkaian aplikasi.
2.1.1 Fasilitas Mikrokontroler AT89S51
Beberapa fasilitas yang dimiliki mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki memori system terprogram (ISP) 4 KByete berjenis flash
2. Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam system
3. Jangkauan operasi tegangan antara 4.0 Volt sampai 5.5 Volt

4.Beroperasi statis penuh pada frekuensi 0 sampai 33 MHz


5. Terdapat tiga kunci Memori program
6. Terdapat 128 x 8 bit RAM internal
7. Terdapat 32 Penyemat masukan /keluaran (I/O) yang dapat di program
8. Memiliki dua boleh pewaktu 16 bit timer/conter dan 6 buah sumber penyelaan
(interupsi)
9. Daya rendah saat mode menganggur (idle) dan pengaman dari tegangan jatuh ( power
Down Mode).
2.1..2 Konfigurasi Mikrokontroler
Konfigurasi penyemat mikrokontroler AT89S51 dapat diperlihatkan pada gambar 2-2 :
Fungsi masing-masing penyemat secara rinci adalah sebagai berikut:

1.Penyemat 1-8 (port 1) merupakan port dua arah masukan/ keluaran 8 bit dengan pull-
up dalam. Tiap penyemat pada port 1 dapat mengendalikan 4 masukan TTL. Bila
logika 1 dikirim ke penyemat port 1, maka dapat digunakan sebagai masukan dengan
tahapan pull-up dalam. Pada mode program port 1 digunakan sebagai alamjat byte
rendah .
2. Penyemat 9 (reset) merupakan masukan reset aktif tinggi. Pulsa transisi dari rendah
ketinggi akan mereset mikrokontroler.
3. Penyemat 10-17 (penyemat 3) merupakan penyemat paralel 8 bit untuk keperluan
masukan/ keluaran namun mempunyai beberapa fungsi pengganti. Fungsi-fungsi
pengganti tersebut diuraikan dalam Table 2-1

Tabel 2-1 Fungsi Khusus Pada port 3.

Penyemat Port Fungsi Pengganti


P3.0 RXD (Receiver Data): Penyemat penerima data seri
P3.1 TXD ( Transmit Data): Penyemat pengirim data seri
P3.2 INTO (Interupt 0): Penyelaan luar no.0
P3.3 INTI (Interupt 1): Penyelaan luar no 1
P3.4 T0 ( Timer 0): Masukan luar waktu 0
P3.5 T1 (Timer 1): Masukan luar pewaktu 1
P3.6 WR (Write): Tulis memori data luar
P3.7 RD (Read): Baca memori data luar
4. Penyemat 18 (XTAL2) merupakan penyemat keluaran dari amplifier osilator internal
dengan reverensi frekwensi dari Kristal.
5. Penyemat 19 (XTALI) merupakan masuakan ke amplifier osilator internal atau dapat
dipakai untuk sumber osilator dari luar
6. Penyemat 20 (GND) merupakan hubungan untuk jalur 0 atau pentanahan.
7. Penyemat 21-28 (port 2) merupakan penyemat paralel 8 bit dua arah penyemat ini juga
menyalurkan byte alamat tinggi pada saat melakuakan akses memori luar.
8. Penyemat 29 (PSEN = Program Store Enable) merupakan sinyal pengendali yang
memperbolehkan program memori luar masuk ke dalam jalur data selama pemberian
atau pemberian instruksi.
9. Penyemat 29 (Penyemat 29 (PSEN = Program Store Enable) merupakan sinyal
pengendali yang memperbolehkan program meori masuk ke dalam jalur data selama
pemberian atau pemberian instruksi.
10. Penyemat 30 (ALE/PROG = Address Latch Enable) berfungsi untuk menahan alamat
memori alamat selama pelaksanaan instruksi. Penyemat ALE juga dipakai untuk pulsa
program selama selama proses pemrograman memori flash

11.Penyemat 31 (EA/Vpp = External Acces Enable) digunakan untuk memilih


pelaksanaan program. Bila penyemat ini diberi logika rendah mikrokontroller akan
melaksanakan seluruh instruksi dari memori program luar, sebalikanya jika diberi
logika tinggi maka mikrokontroller akan melaksanakan program pada memori dalam.
12. Penyemat 32-39 (Penyemat 0) merupakan penyemat paralel 8 bit dua arah dengan
drain terbuka. Jika melakukan pembacaan atau penulisan memori luar maka akan
memulti pleks byte rendah alamat memorid dengan data.
13. Penyemat 40 (Vcc) merupakan jalur catu daya mikrokontroler sebesar 5 Volt.

2.1.3. Organisasi Memori


Mikrokontroler AT89S51 memiliki ruang alamat memori program dan data yang
terpisah. Pemisahan memori program dan memori data memungkinkan memori data dapat
dijangkau dengan menggunakan alamat 8 bit dimana akan lebih cepat disimpan dan
dimanipulasi dengan CPU 8 bit. Meskipun demikian pengalamatan memori data 8 bit dapat
dijangkau dengan DPRT.
Memori program hanya dapat dibaca dan dapat mencapai 64 Kbyte yang dapat
dialamati secara langsung.Sinyal pembaca untuk pembacaan memori program luar yaitu
menggunakan Program Store Enable (PSEN).
Untuk memori data menempati ruang alamat yang terpisah dari memori program
dengan kapasitas mencapai 64 Kbyte. Untuk menjangkau memori data luar CPU
membangkitkan sinyal baca (RD) dan tulis (WR) selama berhubungan dengan memori data
luar. Memori program luar dan memori data luar dapat digabungkan dengan memberikan
sinyal (RD) dan (WR) ke masukan AND dan keluarannya digunakan sebagai sinyal strobe
pembacaan memori program/data luar.

Memori program dalam hanya dapat dibaca dan dapat mencapai 4 Kbyte dengan jenis
flash ISP (In-Sistem Programing) yang dapat diprogram. Kapasitas memori bagian dalam
AT89S51 sebanyak 128 byte, terdiri dari memori (RAM) dan register fungsi khusus (Special
Fungtion Register/SFR).
2.1.4. Memori Program
AT89S51 memiliki memori program dalam 4 Kbyte dengan alamat 0000H s/d FFFFH yang
dapat di aktifkan jika EA dihubungkan ke Vcc, alamat selebihnya secara otomatis di baca dari
luar, bagian terendah memori program dipakai untuk vektor penyelesaian seperti Gambar 2.4.

Batas ruang yang diberikan dari masing-masing arah penyelaan sebesar 8 byte. Untuk
mengakses memori program luar dipakai PSEN sedangkan pada pengaksesan memori dalam
tidak digunakan. 16 buah I/0(P0 an P2) dipakai sebagai bus selama berhubungan dengan
memori program luar. P0 untuk bus data/alamat byte rendah secara bergantian (multipleks),
awalnya mengeluarkan byte rendah dari program counter sebagai alamat kemudian menjadi
ambang sambil menunggu byte kode dari memori program.
Saat byte rendah sudah siap di PO sinyal ALE akan memindahkan kode byte ke
penahan alamat (address latch). Pada saat yang sama P2 mengeluarkan Program Counter byte
tinggi, kemudian PSEN mengirim sinyal sehingga mikro membaca kode byte. Alamat
program memori yang dikeluarkan selalu 16 byte meskipun jumlah memori program yang
digunakan kurang dari 64Kbyte.

2.1.5. Memori Data


Memori data mikrokontroler AT89S51 memungkinkan memori data untuk diakses
alamat 8 bit. Sekalipun demikian, alamat data memori 16 bit dapat dihasilkan melalui register
DPTR (Data Pointer Register). Memori data terbagimenjadi dua, yaitu memori data dalam
dan memori data luar.

2.1.6. Timer/ Couter


Mikrokontroler AT89S51 memiliki dua buah timer/counter 16-bit, yaitu
Timer/Counter 0 dan Timer/counter 1 yang dapat dioperasikan sebagai waktu atau
penghitung.

Apabila timer/conter diaktifkan pada frekuensi keja 12 MHz, timer/counter akan


melakukan penghitungan waktu sekali setiap 1 µ-detik secara independen. Satu sirklus
penghitung berpadanan dengan satu sirklus pelaksanaan instruksi. Misal suatu urutan instruksi
telah selesai dalam waktu 5µ-detik.
Jika periode waktu tertentu telah dilampaui, timer/counter segera mengginterupsi
mikrokontroler untuk memberitahukan bahwa penghitungan periode waktu telah selesai
dilaksanakan.

2.1.7. Pewaktu/ Kristal


Fasilitas on-chip oscilator yang dimiliki AT89S51 digunakan sebagai sumber detak
bagi CPU. Untuk menggunkan on-chip oscilator, sebuah quarst kristal atau resonator keramik
dihubungkan ke pin XTAL1 dan XTAL2, serta menghubungkan kapasitor ke ground seperti
terlihat pada gambar 2-6a. Jika dikehendaki menggunakan esternal oscilator maka pin XTAL2
dibiarkan terbuka (NC = no conection) dan sumber external osclator dihubungkan ke pin
XTAL1.

2.1.8 Metode Pemrograman


Mikrokontroler AT89S51 mampu deprogram pada mode hight voltage (12 V) melalui
mode parallel programing, adapun mode low voltage (5V) melalui mode serial programing.
Pemrograman Flash mode serial dapat di program menggunakan antar muka ISP serial dengan
menghubungkan RST ke Vcc. Antarmuka ini terdiri dari SCK, MOSI sebagai masukan dan
MISO sebagai keluaran. Setelah RST di set tinggi, interupt pengaktifan pemrograman perlu
untuk dieksekusi sebelum operasi lain dapat dieksekusi. Frekuensi serial SCK maksimum
kurang dari1/16 dari frekuensi kristal. Apabila dekat osilator 33MHz frekuensi SCK
maksimum adalah 2 MHz. Pemrograman mode serial dapat di lihat pada gambar 2.7.

2.2. Bahasa Assembly


Bahasa assembler adalah bahasa komputer yang kedudukannya di antara bahasa mesin
dan bahasa level tinggi misalnya bahasa C atau Pascal. Bahasa asembler merupakan perangkat
lunak yang mendjadi bagian dari sistem yang berupa program yang mengatur kerja dari
mikrokontroler AT89S51 dan keseluruhan perangkat keras yang dihubungkan dengan
mikrokontroler AT89S51.

2.2.1 Format Bahasa Assembly


Program sumber dalam bahasa assembly menganut prinsip 1 baris untuk satu perintah,
setia baris perintah tersebut bisa terdiri atas beberapa bagian (field), yakni label, bagian
instruksi, bagian operand yang bisa lebih dari satu dan terakhir bagian komentar.
2.2.2. Ekspresin Assembler
Keluarga mikrokontroler MCC51 memiliki banyak sekali instruksi yang dapat
dikelompokkan menjadi bebrpa bagian yang meliputi instruksi 1 byte sampai 4 byte.
1. Instruksi Transfer Data
2. Instruksi Aritmatika
3. Instruksi Logika dan Manipulasi Bit
4. Instruksi Percabangan
5. Instruksi stack, I/0, dan control
2.2.3 Assembly Directive
Asembler Directive merupakan perintah-perintah yang hanya dikenali oleh program
pengasdembly (assembler). Asembler directive berfungsi untuk memudahkan pengembangan
program dalam bahasa assembly, sehingga proses assembl lebih mudah dan lebih cepat.
Beberapa assembler directive antara lain:
1. EQU(Equate)
2. ORG(Origine)
3. DB(Define Byte)
4. DW (Define Word)
5. END
2.2.4. Mode Pengalamatan
Data atau operasi bisa berada di tempat yang berbeda sehingga ada beberapa cara untu
mengakses data atau operasi tersebut. Proses mengakses data/operan tersebut dinamakan
mode pengalamatan (addressing mode), yang dibedakan menjadi lima mode, yaitu:
1. Mode pengalamatan segera (immediate addressing mode)
2. Mode pengalamatan langsung (direct addressing mode)
3. Mode pengalamatan tidak langsung (indirect addressing mode)

4.Mode pengalamatan register (register addressing mode)


5. Mode pengalamatan kode tidak langsung (code indirect addressing mode)
2.3. Seven Segment
Pada dasarnya seven segmen adalah tujuh buah LED yang disusun sehingga dapat
menampilkan suatu bentuk karakter tertentu misalnya suatu huruf atau angka. Untuk
mempermudah penggunaan seven segmen, maka ketujuh ruas dari peraga tersebut diberi label
a sampai g sehingga dapat dibedakan antara posisi ruas yang satu dengan ruas yang lain.
Identifikasi ruas-ruas pada seven segmen ditunjukkan pada gambar 2.8 sebagai berkut.
Masing-masing ruas atau segmen (a sampai g ) pada seven segmen berisi satu buah LED yang
akan memancarkan cahaya jika diberi tegangan. Menurut jenisnya seven segmen dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu seven segmen common anoda dan seven segmen
common katoda.

2.3.1. Seven Segmen Common Anoda


Seven Segmen Common Anoda adalah peraga seven segmen dimana semua anoda
digabungkan satu sama lainnya dan dikeluarkan sebagai hubungan tunggal (common).
Masukan pada sebelah kiri menjadi ruas-ruas dari penapil. Gambar 2.9 merupakan gambar
rangkaian peraga seven segmen common anoda.
Tabel 2.3 Masukkan Seven Segmen Common Anoda.
Tampilan a b c d e f g
0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 1 1 1 1
2 0 0 1 0 0 1 0
3 0 0 0 0 1 1 0
4 1 0 0 1 1 0 0
5 0 1 0 0 1 0 0
6 0 1 0 0 0 0 0
7 0 0 0 1 1 1 1
8 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 1 0 0

2.3.2. Seven Segmen Common Katoda


Semua katoda pada seven segmen common katoda digabungkan satu sama lain dan
keluaran pada sisi kanan sebagai hubungan tunggal (pemakaian bersama). Masukan sisi kiri
sebagai ruas-ruas dari penampilan dan kanan sebagai katoda.

Tabel 2.4 Masukan Seven Segmen Common Katoda.


Tampilan a b c d e f g
0 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 0 0 0
2 1 1 0 1 1 0 1
3 1 1 1 1 0 0 1
4 0 1 1 0 0 1 1
5 1 0 1 1 0 1 1
6 1 0 1 1 1 1 1
7 1 1 1 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 0 1 1
2.4. Transistor
Pada prinsipnya transistor merupakan sambungan dari dua buah dioda, dioda yang
satu disebut dengan dioda kolektor dan dioda yang lainnya disebut dioda emitor. Berdasarkan
sambungan dari dua buah dioda tersebut, maka transistor dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu jenis PNP dan jenis NPN.
Transistor PNP dan NPN mempunyai sifat yang saling berkebalikan walaupun
sebenarnya prinsip kerja kedua jenis transistor tersebut adalah sama.Untuk transistor PNP
diperlukan arus dan tegangan yang berlwanan dengan transistor NPN. Jika pada transistor
NPN kolektornya lebih positif daripada emitor, maka transistor PNP emitornya lebih positif
dari pada kaki kolektornya.
Gambar 2.11 merupakan simbol dan konfigurasi sambungan(junction) dari transistor
jenis NPN dan PNP.

2.5. Transformator
Transformator merupaka komponen yang dapat digunakan untuk memindah daya yang
diikuti oleh perubahan arus dan tegangan. Transformator terdiri dari dua buah lilitan yaitu
lilitan primer (N1) dan lilitan sekunder(N2) yang dililitkan pada suatu inti yang saling
terisolasi atau terpisah antara satu sama lain. Besarnya tegangan pada lilitan sekunder dan
lilitan primer ini di tentukan oleh jumlah lilitan yang terdapat pada bagian primer maupun
sekundernya. Simbol dari transformator dapat dlihat pada gambar 2.12.

2.6 Catu Daya DC


Untuk dapat menggerakkan atau mengaktifkan suatu rangkaian DC diperlukan suatu
sumber daya yang dapat merubah tegangan AC menjadi DC, yaitu catu daya DC. Prinsip kerja
utama dari suatu catu daya terlihat pada gambar 2.13 dibawah ini.

Komponen utama dari rangkaian catu dya adalah transformator penurun tegangan (step
down), dioda penyearah, kapasitor penapis (filter), dan peregulasi tegangan (regulator).
2.6.1. Penyearah
Penyearah dibagi dua yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang
penuh yaitu:

1.6.1.1. Penyeara Setengah Gelombang


Penyearah setengah gelombang merupaankan suatu rangkaian yang mengubah
tegangan AC menjadi DC berdenyut. Pada setengah sirklus positif tegangan jala-jala, dioda di
bias forward. Ada setengah sirklus negatif, dibias reverse. Inilah sebabnya mengapa tegangan
pada RL merupakan sinyal setengah gelombang.

2.6.1.2. Penyearah Gelombang Penuh


Penyearah gelombang penuh ini, selama positif tegangan sekunder, dianoda sebelah
atas di bias forward dan dioda sebelum bawah di bias reserve. Oleh sebab itu, arus melalui
dioda sebelah atas, rensistor beban setengah lilitan atas. Sedangkan selama setengah sirklus
negatif, arus melalui dioda bawah, rensistor beban dan setengah lilitan bawah. Inilah sebabnya
mengapa tegangan pada RL merupakan sinyal gelombang penuh.

Tegangan bolak balik yang telah di turunkn oleh transformator kemudian dilewatkan
pada rangkaian penyearah. Fungsi penyearah adalah mengubah tegangan bolak-balik menjadi
tegangan searah.

2.6.2. Regulasi Tegangan


Rangkaian terpadu (Intergrated Circuit) jenis IC78XX adalah rangkaian terpadu
regulator yang menghasilkan tegangan konstan sebesar XX Volt. Tegangan yang akan
dimasukkan pada peregulasi melalui terminal masukan. Rangkaian dalam dari peregulasi
tegangan diperlihatkan dalam gambar 2.16
Rangkaian terpadu peregulasi seri 78XX adalah peregulasi dengan tiga terminal. Setiap
rangkaian terpadu peregulasi memiliki batas tegangan maksimal dan minimal pada tegangan
masukan untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan seri peregulasi tersebut.
Sebagai contoh, jenis rangkaian terpadu peregulasi 7812 menghasilkan tegangan keluaran
sebesar 12 Volt, dengan tegangan masukan di luar batas tegangan maksimal dan minimal atau
di luar range tegangan masukkan, rangkaian peregulasi tidak akan bekerja. Berikut ini adalah
tabel batas tegangan maksimal dan minimal (range) rangkaian terpadu peregulasi seri 78XX.
Tabel 2.5 Batas Tegangan Maksimal dan Minimal (range) Rangkaian Terpadu Peregulasi Seri
78XX.
Tipe V Out I Out V in I in
78XXC 78LXX 78MXX Min Max
7805 5 1 0,1 0,5 7,5 20 1
7806 6 1 0,1 0,5 8,6 21 1
7808 8 1 0,1 0,5 10,6 23 1
7810 10 1 0,1 0,5 12,7 25 1
7812 12 1 0,1 0,5 14,8 27 1
7815 15 1 0,1 0,5 18 30 1
7818 18 1 0,1 0,5 21 33 1
7824 24 1 0,1 0,5 27,3 38 1

BAB III
PERANCANGAN APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI
ALAT PENGHITUNG DENGAN TAMPILAN
SEVEN SEGMEN

3.1 Diagarm Blok Perancangan Sistem


Gambar 3.1 Diagram blok sistem menggunakan mikrokontoler AT89S51.

3.2. Cara Kerja Rangkaian Penghitung


Ketika tombol sw up ditekan maka inputan mikrokontroler pada port P#.1 mendapat
logic high kemudian akan di cacah atau dihitung dengan pada sistem mirokontroler. Setelah di
Proses oleh mikrokontroler AT89S51 kemudian mikrokontroer tersebut mengeluarkan out put
pada port 1. Output darimikrokontroler ini dibagi menjadi dua, sebuah out put akan disalurkan
ke ic decoder 74248 dan sebuah output lagi akan disalurkan ke driver seven segment.
Rangkaian sistem penghitung dapat di lihat pada gambar 3.2 sebagai berikut :

Gambar 3.2 Rangkaian sistem penghitung.


Output mikrokontroler yang akan di hubungkan ke IC dekoder 74248 berupa data
biner. Sedangkan untuk inputan yang dibutuhkan oleh seven segment adalah berupa data
desimal. Sehingga output mikrokontroler yang berupa data biner perlu di konvert menjadi dat
desimal supaya seven segmen dapat membaca data input. Dengan demikian fungsi dari IC
74248 adalah sebagai BCD to seven segmen decoder atau dapat dijelaskan lagi untuk
mengubah data biner menjadi data desimal.
Sedangkan output yang di hubungkan ke driver seven segmen berupa logic 1 atau
logic 0. Untuk mengatasi kesalahan pembacaan data oleh transistor driver, maka sebelum data
dihubungkan ke driver seven segmen terlebih dahulu masuk ke ULN 2803 untuk menguatkan
logic keluaran dari mikrokontroler, karena transistor yang digunakan untuk driver seven
segmen mempunyai tegangan kerja yaitu 5 volt. Setelah dikuatkan oleh uln 2803 maka akan
jelas mana inputan yang berlogic 1 atau 0, sehingga transistor TIP 31 akan bekerja bila
mendapatkan logic 1. Prinsip kerja transistor ini adalah jika inputan atau pada kaki basis
diberi logic 1 maka seolah-olah menswicth kolektor untuk terhubung dengan emitor. Dalam
keadaan normal kaki eitor sudah di hubungkan dengan ground, dengan demikian jika kolektor
dialiri ground yang kemudian dihubungkan dengan kutub katoda seven segmen. Dengan
demikian seven segmen dapat menyala dan printer dapat mengeluarkan print out.
Demikian juga jia tombol swicth down ditekan maka proses kerjanya sama dengan
proses kerja pada saat tombol swicth up ditekan. Tetapi yang dibedakan adalah jika tombol
swicth up di tekan, maka peghitungan akan bertambah dan menyimpan data pada memori
mikrokontroler yang kemudian untuk proses print total dari pencacah yang dilakukan. Namun
jika tombol swicth down maka pengitungan akan berkurang dan tidak menyimpan data pada
memori mikrokontroler
Sistem penghitung kendaraan bermotor ini dibuat meliputi rangkaian catu daya,
rangkaian mikrokontroler, rangkaian bcd to 7 segmen decoder dan driver seven segment.
Rangkaian mikrokontroler digunakan sebagai pengendali rangkaian driver seven segment.
Sedangkan rangkaian bcd to 7 segment decoder dan driver seven segment digunakan untuk
menampilkan hasil penghitungan kendaraan bermotor yang akan ditampilkan pada seven
segment.

Gambar 3.1 merupakan gambar diagram blok dari sistem penghitung yang masing-
masing mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Catu daya 5 volt, digunakan untuk suplai tegangan pada rangkaian mikrokontroler dan
rangkaian driver seven segment.
2. Rangkaian mikrokontroler digunakan untuk proses pencacah atau penghitung
kemudian mengeluarkan output yang akan digunakan sebagai input decoder.

3.BCD To Segment Decoder 74248 digunakan untuk mentransfer dan menkoverter data
dari mikrokontroler supaya dapat ditam pilkan pada seven segment.
4. Driver Seven Segment yang terdiri dari rangkaian multipleksing dan rangkaian driver,
digunakan untuk menampilkan angka hasil dari pencacah atau penghitung yang telah
dikendalikan oleh mikrokontroler.
3.3 Rangkaian Catu Daya
Catu daya yang digunakan dalam proyek akhir ini mempunyai tegangan keluaran + 5
volt dan 0 volt (Ground). Rangkaian catu daya ini mendapatkan tegangan masukan tegangan
bolak-balik sebesar 220 Volt dari jala-jala PLN.
Transformator yang digunakan adalah transformator step down yang digunakan untuk
mentransfer daya, sehingga setelah melewati transformator, tegangan jala-jala akan
diturunkan. Tegangan yang masih berupa tegangan bolak balik tersebut diserahkan oleh
rangkaian penyearah yang menggunakan dua buah dioda. Dari hasil penyearah masih terdapat
tegangan bolak-baliknya (tegangan riak). Untuk mengurangi tegangan riak hasil dari
penyearahan digunakan rangkaian penapis yaitu kapasitor. Semakin besar nilai kapasitor,
semakin kecil tegangan riaknya.
Untuk mendapatkan output yang diinginkan, digunakan IC regulator tegangan LM
7805 untuk tegangan 5 Volt pada keluaran dan IC tersebut dipasang transistor penguat arus
TIP 3055 yang digunakan untuk memperkuat arus keluaran. Dioda pada laki-laki IC nomor 2
dihubungkan dengan ground untuk memberkan kompensasi sebesar 0,7 Volt. Gambar 3.3
adalah rangkaian catu daya yang digunakan salam pembuatan tugas akhir ini.

Gamabar 3.3 Rangkaian catu daya yang digunakan pada sistem penghitung.
3.4. Rangakaian Mikrokontroler
Rangkaian mikrokontroler yang dipakai pada sistem penghitung ini terdiri dari sebuah
sistem minimum mikrokontroler AT89S51. Sistem minimum mikrokontroler AT89S51 terdiri
atas sebuah kristal 11,059 MHz dan dua buah kondensator 33pF untuk mendukung rangkaian
oscilator internal. Sistem minimum ini juga dilengkapi rangkaian power on reset supaya
terjadi reset terdiri atas satu buah rensistor 10kΩ dan sebuah kondensator elektrolit 10µF/16V.
Gambar 3.4 merupakan rangkaian mikrokontroler.
Port 3 dalam mikrokontroler AT89S51 ini berfungsi sebagai input rangkaian
mikrokontroler, dalam rangkaian ini inputan berupa tombol tekan. Tombol sw up untuk
menambah dan sw down untuk mengurang. Sedangkan Port 1 pada rangkaian ini sebagai
keluaran mikrokontroler yang akan dihubungkan dengan rangkaian bcd to 7 segment ecoder
74248 dan driver seven segment.
Gambar 3.4 Rangkaian mikrokontroler

3.5. BCD TO 7 SEGMENT DECODER 74248


Dalam sistem pengitung semi otomatis ini menggunakan sebuah modul penampilan
seven segment, untuk menampilkan angka hasil penghitungan yang dilakukan oleh
mikrokontroler.
Setiap penampilan seven segment memerlukan tujuh bit untuk dapat menampilkan
sebuah karakter angka dan satu bit untuk tanda titik. Untuk dapat menampilakan data biner
dari mikrokontroler ke sebuah penampilan seven segment, diperlukan sebuah IC BCD (Binary
Coded Decimal Converter) yaitu sebuah decoder yang mengubah data biner menjadi kode
desimal 0 hingga 9 dan heksadesimal A hingga F. Contoh dari IC BCD adalah tipe TTL 7448
atau 74248 yang keduanya memiliki konstruksi open analog sehingga hanya digunkan untuk
seven segmen common katoda. Konfigurasi kaki-kaki dari decoder 74248 dapat dilihat pada
gambar 3.5.

Gambar 3.5 Konfigurasi pin IC BCD Dekoder 74248

Gambar 3.6 Rangkaian BCD Dekoder 74248


Jika dilihat dari gambar 3.6 rangkaian bcd dekoder, komponen-komponen penting
pada rangkaian ini adalah driver display IC 74LS48 (BCD to 7 segment) pencacah lain,
seperti 4 bit binary counter yang bisa mencacah sampai 16, tetapi disini yang digunakan
adalah pencacah 10 (modulus 10) karena yang hendak dibuat adalah alat pencacah bilangan
desimal.
Agar mudah dimengerti kode biner ini diubah untuk men-dirve LED 7-segment
dengan menggunakan komponen IC 74LS48. Dengan demikian, rangkaian ini dapat
menampilkan angka desimal yang sesuai. Pada rangkaiana ini dipakai LED 7-segment
Common katoda, dimana sebuah kutub katoda dari masing-masing LED segment-nya
terhubng menjadi satu dan dihubungkan dengan ground. Sedangkan masing-masing kutub
anoda dihubungkan dengan out put 74248 sesuai dengan fungsi masing-masing pin.
3.6 Driver seven segment
Tampilan satu buah seven segment dengan dekoder BCD memerlukan 4 bit untuk
menyalakan satu buah karakter, jika menggunkan tiga buah seven segmen maka diperlukan 12
bit. Hal tersebut dapat diatasi dengan metode multipleksing. Karena penampilan seven
segment akan menyala secara bergantian sesuai dengan pengalaman yang dilakukan.
Pengalaman dilakukan dengan cepat sehingga seolah-oleh menyala bersamaan. Kecepatan
kedip harus di atas frame mata manusia (22Hz). Rangkaian multipleksing seven segment
ditunjukkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 rangkaian multipleksing penampilan seven segment


Sebelum masuk ke driver seven segment, input logic yang dikirim oleh mikrokontroler
terlebih dahulu masuk ke IC ULN 2803. Dimana fungsi dari ULN 2803 adalah menguatkan
logicndari mikrokontroler menuju TR driver. Transistor TIP 31 yang bertipe NPN, jika pada
basis diberi logika high maka transistor akan on dan mengakibatkan seven segment menyala.
BAB IV
PEMBUATAN BENDA KERJA

Proses pembuatan benda kerja pada Tugas akhir ini lebih dulu dmulai dengan merinci
alat dan bahan yang dibutuhkan, serta merinci proses kerja. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam proses pembuatan alat dan untuk meminimalisasi apabila ada kendala-
kendala yang timbul dalam pembuatan Tugas akhir ini, sehingga apabila terjadi kesalahan
dapat diketahui dengan cepat. Proses pembuatan untuk Tugas akhir ini terdiri atas beberapa
bagian.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1. Pembuatan bagian elektronik
2. Pembuatan bagian mekanik
3. Pembuatan program
Masing-masing bagian mempunyai tujuan yang sama yaitu agar ketiga bagian yang
merupakan satu kesatuan sistem yang akan dibuat dapat saling merupakan satu kesatuan
sistem yang akan dibuat dapat saling melengkapi satu sama lain, sehingga tercipta suatu
sistem yang handal.
1.1 Pembuatan Bagian Elektronika
4.1.1. Alat dan Bahan Dalam Pembuatan Bagian Elektronika
Pada proses pembuatan benda kerja dibutuhkan bahan-bahan dan alat kerja sebagai
berikut :
4.1.1.1. Daftar Alat Dalam Pembuatan Bagian Elektronika
Pada proses pembuatan benda kerja bagian elektronik dibutuhkan peralatan dan
bahan-bahan untuk mendukung proses tersebut. Berikut ini daftar alat yang dibutuhkan
dalam proses pembuatan benda kerja bagian elektronik.
Tabel 4.1 Daftar alat dalam Pembuatan Bagian Elektronika
No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah
1 Alat tulis (Kertas milimeter, spidol, - 1set
penggaris, penghapus, pensil)
2 Bak Plastik - 1 buah
3 Cutter (pisau pemotong) Kenko A-300 1 buah
4 Kikir Instrumen Pipih dan bulat 1 buah
5 Mata Bor Ø0,8 mm danØ1 1 buah
mm
6 Mesin Bor PCB Kitani Mini Drill 1 buah
7 Multimeter Digital Heles Ux-838-TR 1 buah
8 Obeng (+,-) 0,5 cm 2 buah
9 Penyedot Timah Goot GS100 1 buah
10 Paku (Penitik PCB) - 1 buah
11 Palu Besi ½ kg 1 buah
12 Solder Goot,30W,220V 1 buah
13 Tang Jepit - 1 buah
14 Lem Tembak Mini Glue Gun 1 buah
GM-160

Tabel di bawah ini menunjukakan bahan-bahan yang dipergunaka dalam proses


pembuatan bagian elektronika.
Tabel 4.2 Daftar Bahan Pembuatan Bagian Elektronik
No Bahan Spesifikasi Jumlah/Ukuran
1 Papan Tembaga (PCB) Polos - 40 cm X35 cm
2 Larutan FeCl3 - 100 gr
3 Tinner Kupu-kupu 100 ml
4 Timah Solder Well smart 2 rol

5 Mur dan Baut - 20 Buah


6 Seven Segmen Common Katoda 3 Buah
7 Komponen-komponen - Sesuai Kebutuhan

Setelah alat-alat dan bahan-bahan dalm pembuatan rangkaian elektronik telah


disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan bagian elektronika yang tahap-
tahapnya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Rangkaian
2. Percobaan Sementara
3. Pembuatab PCB (Printed Circuit Broad)
4. Pemasangan Komponen
4.1.2. Perencanaan Rangkaian
Perancangan rangkaian dilakukan untuk mendapatkan rangkaian yang sesuai dengan
kebutuhan rancangan. Hal ini dilakukan dengan mencari data-data dan prinsip dasar serta
karakteristik dari tiap-tiap komponen. Setelah itu komponen-komponen tersebut dibuat skema
terlebih dahulu, setelah itu diimpllementasikan dalam sebuah rangkaian.

Gambar 4.1. Perencanaan rangkaian


4.1.3. Percobaan Sementara
Dalam Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah sistem yang tentunya membutuhkan rangkaian
yang benar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk itu akan dilakukan percobaan
dan penelitian agar didapatkan rangkaian sesuai yang diharapkan. Setelah skema dari
rangkaian dibuat maka akan dilakukan percobaan terhadap rangkaian untuk mengetahui
apakah rangkaian sudah bekerja sesuai yang diharapkan. Setelah skema dari rangkaian dibuat
maka akan dilakukan percobaan terhadap rangkaian untuk mengetahui apakah rangkaian
sudah bekerja sesuai dengan yang kita harapkan. Pembuatan dilakukan dengan menggunakan
papan percobaan (protoboard) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan apabila
terjadi kesalahan dalam rangkaian tidak bekerja sesuai yang diharapkan, maka komponen
akan mudah diganti. Setelah rangkaian bekerja sesuai dengan kebutuhan rangkaian, maka
akan dilanjutkan dengan pembuatan pola PCB.
4.1.4. Pembuatan PCB (Printed Circuit Broad)
Dalam proses pembuatan PCB dilakukan beberapa langkah. Langkah-langkah pembuatan
PCB adalah sebagai berikut :
1. Proses Pembuatan Jalur PCB
2. Proses Pelarutan PCB
3. Proses Pengeboran PCB
4.1.4.1 Proses Pembuatan Jalur PCB
Dalam pembuatan Jalur PCB ada beberapa langkah yaitu :
a. Merancang jalur rangkaian menggunakan program Protel 98 . Pola hasil
rancangan kemudian dicetak di kertas transparan dengan skala
1:1 Berikut gambar tampilan program Protel 98.

Gambar 4.2 Tampilan Pembuatan Jalur PCB power suplly

Gambar 4.3. Tampilan Pembuatan Jalur PCB mikrokontroler

Gambar 4.4 Tampilan Pembuatan Jalur PCB driver seven segment

Gambar 4.5. Tampilan Pembuatan Jalur PCB Relay Driver Dengan Transistor

Gambar 4.6 Tampilan Pembuatan Jalur PCB SSR


b. Memotong papan PCB sesuai dengan kebutuhan rancangan jalur PCB dan
membersihkan permukaan dari lemak dan kotoran.
c. Memindahkan jalur PCB yang telah dicetak pada kertas transparan ke
permukaan PCB dengan menggunakan teknik sablon.
4.1..4.2. Proses Pelarutan PCB
Tahap yang harus dilakukan dalam proses pelarutan adalah sebagai berikut:
a. Melarutkan papan PCB yang telah disablon dengan larutan feeri-cloridha (FeCl3).
Pelarutan ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan tembaga yang tidak diperlukan
dengan cara menggoyang-goyangkan papan PCB yang sedang dilarutkan serta terkena
sinar matahari langsung. Untuk mempercepat proses pelarutan maka digunakan air
hangat dalam proses pelarutan dengan menggunakan larutan ferri-cloride (FeCl3) yang
mempunyai konsentrasi yang pekat.
b. Setelah lapisan tembaga yang tidak diperlukan terlarut, maka langkah selanjutnya
adalah menghilangkan sablon dari rangkaian dengan menggunakan tinner. Kemudian
mencucinya dengan air sabun dan dikeringkan. Setelah ini, PCB telah jadi dan siap
untu digunakan.
4.1.4.3. Proses Pengorbanan PCB
Titik-titik untuk lubang kaki komponen pada PCB ditandai dengan menggunakan
penitik PCB agar dalam pengeboran akan lebih mudah. Untuk pengeboran dengan diameter
0,8 mm. Untuk lobang kaki komponen yang lebih besar menggunakan mata bor dengan
diameter 1 mm atau meyesuaikan dengan besarnya kaki komponen. Sedangkan untuk obang
tepi dudukan (spacer) menggunakan mata bor dengan diameter 3 mm.
4.1.4.4. Pemasangan Komponen Pada PCB
Sebelum komponen dipasang pada papan PCB, maka terlebih dahulu perlu dilakukan
pembersihan terhadap kaki-kaki komponen agar tidak ada kotoran yang menempel. Kotoran
yang menempel dapat menunggu proses penyolderan. Jika yang bersih dan mengkilap.
Adapun urutan proses penyolderan adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa hubungan antara jalur PCB untuk memastikan bahwa semua jalur
terhubung dengan baik, tidak ada jalur yang terputus ataupun terhubung singkat.
b. Memasang dan menyolder komponen pasif, dimulai dengan komponen yang lebih
tahan panas seperti tahanan. Pemasangan komponen harus sesuai dengan posisinya
masing-masing.

c. Memasang dan menyolder komponen-komponen aktif, dimulai dengan komponen


yang lebih tahan panas seperti dioda, kemudian komponen yang kurang tahan panas
seperti transistor dan IC. Perlu diperhatikan dalam proses pemasangan komponen
kaki-kakinya tidak boleh tertukar atau salah posisi.
d. Memasang dan menyolder soket untuk komponen-komponen yang memerlukannya,
seperti rangkaian terpadu (IC).
e. Memasang terminal pada input atau output komponen yang memrlukannya sehingga
akan memudahkan dalam penyambungan kabel antar rangkaian.
f. Memotong panjangn laki-laki komponen yang tersisa dan membersihkan sisa lemak
solder dengan tiner untuk mengurangi proses korosi pada jalur PCB.

Gambar 4.7. Contoh pemasangan komponen dan hasil penyolderan

1.1. Pembuatan Bagian Mekanik


Bendan kerja mekanik adalah berupa dudukan alat penggerak pintu portal, yang
terdiri dari motor dan reducer, serta dua buah box atau otak rangkaian yaitu satu
kotak yang digunakan untuk menempatkan rangkaian power suply, mikrokontroler,
driver relay serata rangkaian driver motor dan satu kotak lagi yang digunakan untuk
tempat driver 7 segment dan tiga buah sevent segment. Penempatan dari
keseluruhannya mempertimbangkan segi kemudhan pemakaian, keamanan serta
keindahan. Dalam pembuatan benda mekanik ini membutuhkan beberapa bahan dan
peralatan untuk mendukung prosses pembuatan. Berikut ini daftar alat dan bahan
yang dibutuhkan dalam proses pembuatan benda kerja adalah
Tabel 4.3 Daftar Alat Pembuatan Benda Mekanik
No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah/Ukuran
1 Alat tulis STAEDLER 1 Set
(Pensil, Penghapus, Spidol)
2 Palu - 1 Buah
3 Kunci Pas Silver Swallow 1 Set
4 Tang Jepit - 1 Buah
5 Gergaji - 1 Buah
6 Mesn Las - 1 Buah
7 Amplas - 1 Buah
8 Mesin Bor Hitachi 1 Buah
9 Mata Bor Ø 8 mm dan Ø 1 Buah
10mm
10 Obeng (+/-) 0,5 cm 2 Buah

Tabel 4.4 Daftar Bahan Pembuatan Bagian Mekanik


No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah/Ukuran
1 Kotak Radio FM - 1 buah
2 Mur/Baut - 8 buah
3 Triplek - 25 cm X 60 cm
4 Cat Pylox RJ London 1 buah
5 Besi siku - 5m
6 Plat besi 1mm - 70 cm X 50 cm
7 Motor 1 phase, ¾ hP JY 2B-4 1 buah
8 Reducer 1:60 WPA 50 1 buah
9 POLLY 8” dan 3” - 1 buah
10 Fillow block 20 mm - 1 buah
11 As Baja 20 mm - 1 buah
12 Gear 3 ” dan 12” (RS 60) 1 buah
13 Rantai RS 60 1 buah
14 Vanbelt Mitsubhisi 96 cm
15 Klem Besi - 12 buah
16 Cat Besi Avian 1 kaleng
17 Tinner Kupu-kupu 1 kaleng

4.2.1. Perencanaan Benda Kerja Mekanik


Pembuatan benda kerja mekani ini Terdiri dari 3 bagian, perencanaan
dudukan Motor dan Reducer, perencanaan kotak rangkaian yang digunakan untuk
menempatkan keseluruh rangkaian dan perencanaan seven segment yang digunakan
untuk menempatkan driver segment dan tiga buah seven segment.

4.2.1.1. Perencanaan Dudukan Motor dan Reducer


Perencanaan dudukan Motor dan Reducer dilakukan dengan memperhatikan
kemudahan dalam mengoperasiannya. Perencanaan dilakukan

Gambar 4.8 Desain Dudukan Motor dan Reducer

4.2.1.2. Perencanaan Kotak Rangkaian


Perencanaan kotak rangkaian disini adalah sebuah kotak yang digunakan
untuk menempatkan beberapa rangkaian kecil, yaitu rangkaian power suply,
mikrokontroler, driver relay serta rangkaian driver motor. Untuk memudahkan dalam
pembuatan, maka dalam pembuatan kotak rangkaian ini, menggunakan kotak Radio
FM yang telah di modifikasi sedemikian rupa dengan menambahkan beberapa
variasi.
Gambar 4.9. Desain tampilan box rangkaian tampak depan

Gambar 4.10 Desain tampilan box rangkaian tampak belakang

4.2.1.3. Kotak Seven Segment


Perencanaan kotak seven segmen yang digunakan untuk mendapatkan driver
seven segment, ini dilakukan dengan memperhatikan kemudahan serta kenyamanan
dalam pemasangan dilapangan. Oleh karena itu sangat diperhatikan penempatan dari
setiap rangkaian, dengan tentu saja tidak melupakan keindahan rancangan baik ddari
dalam maupun dari luar, sehingga kemasan tugas akhir ini menjadi lebih menarik.

Gambar 4.11 Desain box seven segment


1.1.2. Pembuatan Benda Kerja Mekanik
1.1.2.1. Pembuatan Dudukan Motor dan Reducer
Setelah merancang dudukan motor dan reducer yang akan dibuat, langkah selanjutnya
adlah sebagai berikut:

1.Memotong besi siku sebagai penyangga dan memotong plat besi sebagai
penutup dalam instalasi motor dan reducer sesuai dengan ukuran dan
keperluan.
2. Menempatkan motor dan Reducer, dengan posisi sedemikian rupa karena
mempertimbangkan faktor keindahan dan alokasi ruang yang dibutuhkan, agar
tidak banyak memakan tempat.
3. Menentukan bagian yang akan dilakukan pengeboran dan pengelasan,
kemudian dilakukan pengeboran dan pengelasan.
4. Merakit atau memasang perangkat mekanik sesuai fungsi masing-masing.
Gambar 4.12. Tampilan Dudukan Motor dan Reducer
4.2.2.2. Pembuatan Kotak Rangkaian
1. Menyiapkan kotak atau box radio FM yang akan digunakan sebagai kotak
rangkaian.
2. Setelah dilakukan perancangan dan telah menentukan tata letak PCB rangkaian
kemudian mengebor atau melubangi box untuk dudukan PCB dan untuk panel
kontrol. Proses pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan mata bor.

3.Menghitung trafo dan PCB rangkaian tersebut, kemudian menyekrup bagian tepi
dari PCB tersebut. Pada saat pemasangan rangkaian, posisi PCB diatur
sedemikian rupa sehingga PCB rangkaian yang terpasang tidak mengganggu
komponen yang lain. Disamping itu kabel penghubung dan komponen pelngkap
lainnya diatur sedemikian rupa agar segi keindahan dan kerapiannya tetap terjaga.
Gambar berikut memperlihatkan bentuk kotak rangkaian :

Gambar 4.13. Tampilan Kotak Rangkaian


1.2.2.2. Pembuatan Kotak Seven Segment
1. Memotong papan kayu atau tripek sebagai bodi kotak atau box sesuai
dengan bentuk dan ukuran masing-masing.
2. Menggabungkan papan sesuai dengan perencanaan, dengan cara memaku
atau dengan memberi mur lancip dikotak bagian belakang supaya dapat
dibongkar-pasang.
3. Membuat dudukan di dalam box untuk tempat rangkaian driver seven
segment dan tiga buah seve segment.
4. Mengecat box, sebelum dilakukan pengecatan, bok dihaluskan terlebih
dahulu dengan mengamplas supaya box tampak rapi dan cat dapat merekat
sempurna. Pengectan dilakukan dua kali untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

Gambar 4.14. Tampilan Kotak Seven Segment


4.2.3. Perakitan Alat
Rangkaian-rangkaian yang telah dibuat secara terpisah, kemudian akan dirakit
secara keseluruhan pada box rangkaian. Selanjutnya yang dilakukan adalah
memasang kabel penghubung pada bagian belakang panel meja kerja, juga
kabel-kabel lain yang digunakan untuk menghubungkan tiap-tiap bagian,
yaitu bagian dudukan motor reducer, bagian kotak seven segment dan bagian
kotak rangkaian. Kabel-kabel tersebut diatur sedemikian rupa agar kerapian
serta keindahan terjaga.
Berikut ini adalah hubungan antara tiap-tiap bagian :

Gambar 4.15. Hubungan dalam satu sistem

4.2.4. Pemberian Label Fungsi


Pemberian label fungsi dilakukan agar lebih memudahkan pengoperasian
sistem. Adapun langgkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menempelkan label fungsi dan petunjuk pada bagian panel depan kotak
rangkaian utama mengunakan huruf gosok/rogos.
2. Melapisi bagian permukaan kotak yang telah diberi label fungsi dengan
menggunakan isolasi transparan agar label atau tulisan tidak mudah
terlepas.
3. Menempelkan petunjuk teknis penggunnaan alat box atau kotak utama
yang berguna untuk menginformaasikan cara penggunaan alat dengan
baik dan benar, sehingga tidak terjadi kerusakan alat karena kesalahan
dalam prosedur pemakaian.
1.2. Pembuatan Program
Dalam pwmbuatan Tugas akhir ini penggunaan perangkat lunak sangat
penting. Mengingat perangkat lunak digunakan untuk pengaturan dari
keselururuhan kerja sistem baik perangkat keras maupun perangkat lunak itu
sendiri. Langkah-langkah pembuatan program tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat diagram alir (flow chart) dari program yang dibuat
2.Membuat program menggunakan program assembler dengan referensi
diagram alir.
3. Mengkomplikasi program yang telah dibuat sampai tidak terjadi
kesalahan.
4. Pengisian program.
4.3.1. Pembuatan Diagram Alir
Dalam penyususnan diagram alir diusahakan dapat membagi proses yang
komplek menjadi sub program yang lebih kecil, sehingga pencarian kesalahan akan
lbih mudah. Selain itu akan akan memudahkan orang lain dalam membaca alir
program yang dibuat.
4.3.2. Pembuatan Program
Penulisan program dilaksanakan setelah diagram alir selesai dirancang.
Pemilihan editor teks disesuaikan dengan kebiasaan dan kesenangan. Penulisan ini
dilakukan menggunakan software Editor Teks.
1.2.3. Asembling dan Debuging
Asembling dan debuging merupakan proses penulisan kode mesin dari hasil
asembling (berupa file berformat HEX) kedalam memori program flash
mikrokontrole. Proses ini dilakukan menggunakan perangkat programmer
(hardware) beserta software programernya, yaitu menggunakan antarmuka
ISP beserta software ISPnya.
Perangkat yang dibutuhkan dalam pengisian Flash AT89S51, adalah:
1. Catu daya 5 volt
2. Rangkaian ISP (in system programming).
3. Rangkaian mikrokontroler AT89S51
4. PC dengan sistem operasi MS Windows
5. Perangkat lunak pemrograman
6. Kabel ISP dengan konektor DB-9 untuk komunikasi PC dengan
ISP.
Urutan cara pengisian program kedalam program flash AT89S51 adalah sebagai berikut:
1. Pasang IC AT89S51 rangkaian sistem minimum.
2. Pastikan kabel ISP telah terhubung dengan PC
3. Hubungan pin-pin yang diperlukan sesuai dengan keperluan outputan dengan
rangkaian AT89S51
4. Berikan catu daya 5 volt pakai masing-masing rangkaian.
5. Siapkan program yang telah dibuat.
6. Jalankan perangkat lunak pemrograman.
Program yang dimasukan adalah:
ALL PROGRAM
Dttimer equ 1000
strobe bit P2.0
ack bit p2.1
busy bit P2.2
portData equ P0
dirmtr bit p0.0
upjummtr bit p3.0
dwnjummtr bit p3.1
upportal bit p3.2
dwnportal bit p3.3
printdt bit p3.4
pwrmtr bit p3.6
mtrdir bit p3.7
hitmsec equ 0bh
Dly equ 0ch
IdxBfrdisp equ 0dh
maxbfrd equ 0eh
temp equ 0fh
jummtr1 equ 10h
jummtr2 equ 11h
dlytmbl equ 12h

revdt bit 20h.0


strsnd bit 20h.1
keyp bit 20h.2
onrun bit 20h.3
mtrup bit 20h.4
mtrdwn bit 20h.5
Isdwn bit p2.7
Isup bit p2.6
jummtr equ 08h
Ttlmtr equ 09h
IdxScan equ 0h
jmp Main
org 0bh
jmp Tmr0Int
org 30h
Start: mov ttlmtr,#0
mov jummtr,#0
mov th0,#highndttimer
mov th0,#low dttimer
setb tr0 ;timer u scaning 7 seg dan cek Limit Sw
Main: jb upjummtr,cetmbl2 ;jika tombol up motor ditekan
Call IncjumMtr ;naikkan dng 1 variabel jum motor
setb onrun
jmp main
cetmbl2: jb dwnjummtr,cetmbl3 ;jika tombol portal up ditekan
Call DecJumMtr ;kurangi dng 1 var jum motor
clr keyp
setb onrun
jmp main
cetmbl3: jb unportal,cetmbl4 ;jika tombol portal ditekan
setb mtrdwn ;gerak turun motor
setb mtrdir
setb pwrmtr
setb onrun
jmp main
cetmbl4: jb dwnportal,cetmbl5 ;jika tombol print total ditekan
setb mtrdwn ;gerak turunkan motor
clr mtrdir
setb pwrmtr
setb onrun
jump main
cetmbl5: jb Printdt,cetmbl6 ;jika tombol print total ditekan
setb onrun
Call PrtTtlStruk ;cetak total print
Cetmbl6: jmp main
;---------------Scanning 7 segment -----------------------------------
D7seg: mov a,@r0 ;ambil data bcd di mem r0
;jz endscan
anl a,#0fh
push acc
mov a,idxscan ;idxscan idxscaning seg
anl a,#0fh
swap a
pop b
orl a,b
mov p2,a
mov R5,#06
call delay
dec idxscan
inc r0
cjne r0,#034h,D7seg
mov r0,#031h
mov idxscan,#0
endscan:
ret
;--------------------------------------------------------
Tmr0Int: mov th0,#high dttimer
Mov tl0,#low dttimer

djnz dlytmbl,wtdlytmbl
mov dlytmbl,wtdlytmbl
jnb mtrup,nowtlsup ;jika mtr gerak keatas cek posisi Isup
clr pwrmtr ;jika Isup tertekan matikan motor
clr mtrup
jmp wtdlytmbl
nowtlsup: jnb mtrdwn,nowtlsdwn ;jika motor tdk gerakturun
jb Isdwn,nowtlsdwn
clr pwrmtr
clr mtrdwn
jmp wtdlytmbl
keypressd: setb keyp
wtdlytmbl: djnz hitmsec,norstdis
clr tr0
;setb strsnd
Mov hitmsec,#02
Call D7Seg ;tampilkan 7 segment
cjne a,maxbfrd,norstdis ;sampe 3digit
mov idxscan,#04h
mov idxbfrdisp,#032h
norstdis:
setb tr0
;setb strsnd
reti
;=======================================================
IncjumMtr: mov a.jummtr1
clr c
add a,#01
da a
mov jummtr1,a
jnc extup1
mov a,jummtr2
clr c
add a,#099h
da a
mov jummtr1,a
jc extdwn1
mov a,jummtr2
clr c
add a,#099h
da a
mov jummtr2,a
extdwn1: Call SvBfrDisp
ret
;===================================================
SvBfrDisp mov a,jummtr1
anl a,#0fh
mov 34h,a
mov 33h,a
mov a,#0fh
mov 32h,a
ret ;
;===================================================
Printchar:
setb strobe
mov portData,a
setb busy
jb busy,$
mov portData,a
setb strobe
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
clr strobe
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
Setb strobe
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
setb busy
jb busy
nop
nop
jb ack,$
jnb ack,$
mov r5,#0200
call delay
ret
;--------------------------------------
PrnStr move a,@a+dptr
jz endprnstr
call PrintChar
inc dptr
jmp prnstr
endprnstr; ret
PrnStruk: mov dptr,#dprn1
ov a,#0
call Prnstrm
mov dptr,#dprn2
mov a,#0
call Prnstr
mov a,jummtr
swap a
anl a,#0fh
Call PrintChar
mov a,jummtr
anl a,#0fh
Call PrintChar
mov dptr,#dprn4
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn5
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn6
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn7
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn8
mov a,#0
call Prnstr
ret
dprn1 : db ‘*Selamat Datang*’,0
dprn2 : db ‘Parking Area’,0
dprn3 : db ‘No:’,0
dprn4 : db ‘Struk ini sebagai tanda bukti parkir. Tunjukan struk ini pada saat anda
meninggalkan area parkir. Mohon di perhatikan.’,0
dprn5 : db ‘Terima Kasih....’,0
dprn6 : db ‘_________________________________________’,0
dprn7 : db ‘PSD III .FAKULTAS TEKNIK UNDIP SEMARANG’,0
dprn8 : db ‘Jl.Prof.Sudarto,Tembalang’,0
;---------------------------------------------
PrnTtlStruk: mov dptr,#dprn1
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn2
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn9
mov a,#0
call Prnstr
mov a,Ttlmtr
swap a
anl a,#0fh
Call PrintChar
mov a,Ttlmtr
anl a,#0
Call PrintChar
mov dptr,#dprn10
mov a,#
call Prnstr
mov dptr,#dprn11
mov a,#
call Prnstr
mov dptr,#dprn6
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn7
mov a,#0
call Prnstr
mov dptr,#dprn8
mov a,#0
call Prnstr
ret
dprn9: db ‘Total:’,0
dprn10: db ‘Struk ini sebagai tanda bukti parkir. Total jumlah pengguna area parkir
dalam hari ini.’,0
dprn11: db ‘Terima Kasih....’,0
;--------delay
Delay: mov r6,#0ffh
wait: djnz r6,$ ;
djnz r5,wait
ret
;--------delay
DlyR7: mov r5,#0ffh
mov r6,#0ffh
WDlyR7: dinz r6,$
djnz r5,WDlyR7
djnz r7,DlyR7
ret ;
end

BAB V
PENGUJIAN DAN PENGUKURAN

Pengujian pada Tugas Akhir ini membahas tentang tujuan, alat dan bahan
yang digunakan, proses pengujian dan pengukuran pada rangkaian sistem.

1.1 Tujuan

Pengujian alat/benda kerja bertujuan untuk mendapatkan data-data spesifikasi dari


alat yang dibuat. Sehingga pada saat terjadi kesalahan atau kerusakan dapat
ditanggulangi dengan cepat dan murah. Selain tujuan tersebut,pengujian juga
dilakukan untuk :

1. Memastikan bahwa alat tersebut dapat bekerja sebagaimana mestinya


2. Mengetahui apakah komponen – komponen bekerja sesuai dengan
fungsinya
3. Dapat menarik kesimpulan dari pengujian dan pengukuran yang
dilakukan

1.1Alat dan Bahan yang Digunakan


Peralatan dan bahan digunakan untuk memudahkan proses pengujian guna
mendapatkan data-data spesifikasi alat. Alat dan bahan tersebut adalah sebagai
berikut

1.Multimeter analog :1 buah

2.Multimeter digital :1 buah

3.Kabel penghubung :2 meter(5x@0,5)

1.1. Proses Pengujian dan Pengukuran

1.1.1 Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pembuka pintu portal dan
sistem penghitung dapat bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Pengujian ini dilakukan dengan memasang pada rangkaian mikro controller dan
memberi tegangan 5 volt dan melihat apakah rangkaian dapat bekerja lalu di
lakukan pencatatan.

1.2.1 Pengukuran

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa rangkaian adalah sebagai


berikut:
1. Mempersiapkan rangkaian catu daya, mikrokontroler, driver motor, driver
seven segment.

2.Mempersiapkan semua peralatan yang digunakan dan memastikan berada


dalam kondisi normal.

3.Melakukan pengujian masing masing fungsi tombol .


4. Mengukur tegangan pada titik-titik tertentu.
5. Mencatat hasil yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Pengujian dan pengukuran dilakukan secara urut dan bertahap pada semua bagian
dengan memulainya dari yang palig sederhana dengan tujuan menghindari
kesalahan sejak awal.

5.3.3Rangkaian Pengujian dan Pengukuran


1 Rangkaian Catu Daya

Gambar 5.1 Titik pengujian pada bagian CATU DAYA

Data hasil pengukuran yan diperoleh:

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Catu daya Dengan Multimeter


No. Titik Pengukuran Tegangan
1 Tp 1 214
2 Tp 2 8.25
3 Tp 3 13.26
4 Tp 4 5.06
5 Tp 5 5.05
6 Tp 6 5.04
7 Tp 7 13.06

1.Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Seven Segment

Gambar 5.2 Titik pengujian pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Seven Segment
Pada rangkaian ini dilakukan pengujian pada saat seven segment menunjukan angka 158. Data hasil
pengukuran pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran mikrokontroler AT 89S51 Dengan Multimeter
Port Pin Port Pin
No. Tegangan No. Tegangan
AT 89S51 AT 89S51 AT 89S51 AT 89S51
1 P1.0 1 3.36 21 P2.0 21 5
2 P1.1 2 0.04 22 P2.1 22 5.03
3 P1.2 3 1.69 23 P2.2 23 5.03
4 P1.3 4 1.71 24 P2.3 24 5.03
5 P1.4 5 1.25 25 P2.4 25 5.03
6 P1.5 6 1.24 26 P2.5 26 5.03
7 P1.6 7 1.25 27 P2.6 27 5.03
8 P1.7 8 0.18 28 P2.7 28 5.03
9 Reset 9 0.01 29 PSEN 29 5.05
10 P3.0 10 5.03 30 ALE 30 1.68
11 P3.1 11 5.03 31 EA/VPP 31 5.05
12 P3.2 12 5.03 32 P0.7 32 5.05
13 P3.3 13 5.03 33 P.6 33 5.05
14 P3.4 14 5.03 34 P.5 34 5.04
15 P3.5 15 5.03 35 P.4 35 5.04
16 P3.6 16 0.02 36 P.3 36 5.04
17 P3.7 17 0.44 37 P.2 37 5.04
18 XTAL2 18 2.28 38 P.1 38 5.04
19 XTAL1 19 2.10 39 P0.0 39 5.04
20 Gnd 20 0.01 40 VCC 40 5.04
Tabel 5.3 Hasil Pengukuran TIP 31 Dengan Multimeter
TR 1 TR2 TR3
(Volt) (Volt) (Volt)
B C E B C E B C E
Teg 15.9 7.6 13.4 13.01 7.52 13. 13.08 7.4 13.51

Tabel 5.4 Hasil Pengukuran ULN 2803 Dengan Multimeter


Tegangan
Pin ULN 2803
(volt)
1 0.18
2 1.24
3 1.24
4 1.25
5 0.01
6 0.01
7 0.01
8 0.01
9 0.01
10 12.8
11 1
12 1
13 1
14 1.1
15 9.2
16 9.2
17 9.2
18 1.4

Tabel 5.5 Hasil Pengukran driver 74248 Dengan Multimeter


Input Out Put
A B C D a b c d e f g
7 1 2 6 13 12 11 10 9 15 14
Teg. 3.37 0.04 1.70 1.70 1.88 1.83 0.20 1.91 3.55 1.88 1.91

2.Ragkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor

Gambar 5.3 Titik pengujian pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor
Tabel 5.6 Hasil Pengukuran pada Rangkaian Mikrokontroler Dan Driver Motor

Daerah pengujian 1 Port Pada


Arah Titik pengujian
(pin moc 3041) AT 89S51
putaran (Volt)
(Volt) (Volt)
motor
TP1 TP2 TP3 1 2 4 6 25 26
KANAN 0.44 0.44 13.7 1.15 0.04 5.4 7.2 VAC H H
KIRI 0.44 0.0 0.0 1.15 0.04 5.5 7. VAC5 L H
Keterangan motor:
Pada saat tombol up portal ditekan maka tegangan motor adalah : 203 V, dan saat portal
menyentuh limit switch maka tegangan motor menjadi 0V. Demikian juga bila tombol down
portal ditekan maka tegangan motor adalah : 203 V, dan sat portal menyentuh limit switch
maka tegangan motor menjadi 0V.
Perhitungan kecepatan motor
Putaran motor = 1420 r.p.m
Output motor dipasang pulley 3” dan pada input gear box di pasang pulley 8”, sehingga
dapat di peroleh perbandingan 3:8, maka putaran untuk input gear box menjadi 1420 X 3/8 =
532,5 rpm. Input putaran pada gear box kemudian diperlambat dengan perbandingan 1:60,
maka output putaran dari gear box menjadi 532.5 X 1/60 = 8,875 rpm. Pada output gear box
dipasang sebuah gear 3”(12 gerigi) yang akan dihubungkan dengan gear 12” (53 gerigi) yang
terpasang pada titik tumpul pada portal,sehingga terdapat sebuah perbandingan lagi yaitu
perlambatan dari gear 3” ke gear 12” dengan perbandingan 12:53, sehingga putaran pada gear
12” menjadi 8,875 X 12/53 = 2,009 rpm. Maka dapat dibulatkan menjadi 2 putaran permenit,
jika ingin mengatur agar gerakan pintu portal hanya 60 drajjat maka dapat dihitung sebagai
berikut :

Gambar 5.4 skema lebar sudut bukaan pintu portal


5.4. Spesifikasi Benda Kerja
Spesifikasi alat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Nama alat : Pembuka pintu portal semi otomatis dilengkapi


dengan sistem penghitung kendaraan bermotor
dengan tampilan seven segment dan print out.

2. Motor AC : Tipe JY2B-4 singg=le phase ¾ HP, 1420 rpm

3. Seven segment : Tipe katoda (ukuran 8x5 cm)

BAB VI
PENUTUP

1.1.Kesimpulan
Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan telah
menyelesaikan penyusunan laporan tugas ini. Dari tugas akhir yang berjudul
“APLIKASI MIKROKONTROLER AT 89S51 SEBAGAI ALAT PENGHITUNG
DENGAN TAMPILAN SEVEN SEGMENT PADA SISTEM PARKIR DI
KOMPLEK KAMPUS D III FT.UNDIP” ini dapat kita ambil kesimpulan sebagai
berikut
1. Sistem penghitungan pada tugas akhir ini menggunakan Mikrokontroler
AT89S51 sebagai pusat pencacah atau penghitung data, yang bekerja secara
semi otomatis. Dimana diperlukan seorang operator untu memasukkan data
dalam hal ini data berupa kendaraan bermotor. Operator hanya bertugas
menekan tombol sw up jika ada kendaraan yang masuk dan menekan sw down
jika ada kendaraan yang keluar, kemudian inputan dari tombol tersebut akan di
respon oleh mikrokontroler yang bertugas sebagai pencacah atau penghitung
yang kemudian hasil pencacah akan ditampilkan melalui seven segment.
2. Dengan menggunakan Mikrokontroler AT89S51 memudahkan untuk merubah
progam ataupun menambahkan progam bilaingin memodifikasi sistem
penghitung sesuai dengan kebutuhan yang kita inginkan.

1.2 Saran
Untuk melengkapi kesempurnaan alat ini maka penyusun menyarankan :

1.Sebelum menghubunkan Mikrokontroler AT 89S51 dengan inputan dan


outputnya, sebaiknya dilihat dulu spesifikasi dari Mikrokontroler AT89S51
tersebut dangan mempelajari data sheetnya. Sehingga tidak terjadi kesalahan-
kesalahan yang tidak diinginkan yang akan berakibat fatal.
2. Sebaiknya diberi tambahan berupa print out sebagai bukti pencacahan
kendaraan, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
3. Jika terjadi kerusakan atau kegagalan program pada Mikrokontroler AT89S51
akan mudah terdeteksi dengan bantuan adapter sebagai interface progam pada
komputer.
4. Sebelum mengoperasikan alat sebaiknya dilakukan pengecekan terlebih
dahulu, untuk menghindari kegagalan dalam proses pencetakan.

Dalam penyusunan tugas akhir ini masih kurang dari sempurna, untuk itu
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Jika ada kekurangan
ataupun kesalahan ataupun kesalahan dalam penyusunan tugas akhir ini penyusunan mohon
maaf sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budioko totok.2005. Belajar dengan mudah dan cepat pemrograman bahasa C dengan
SDCC (small device C compiler) pada mikrokonroler AT89X051/ AT89S51/52 teori
simulasi dan aplikasi. Yogyakarta: gava media
Eko Putra, agfianto.2002.Belajar mikrokontroler AT89S51/52/55 (teori dan aplikasi).
Yogyakarta: gava media
Malvino, Albert Paus. 1979.Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga
Setiawan,sulham.2006. Mudah dan menyenangkan belajar mikrokontroler.Yogyakata :ANDI
Suryono.2005. mikrokontroler oleh ISP MCS-51 generasi terbaru in-system programable
tanpa menggunakan down-loader AT89S51/52/53 dan AT89S8252. Semarang: UNDIP
Wasito.1998. Vandemekum Elektronika. Jakarta: Elek Media Komputindo
Yudiono,K S. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Ilmiah.Semarang: UNDIP
http://www.data_sheet.com

Anda mungkin juga menyukai