PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.2 Tujuan
Hari,tangggal
Waktu
: 18.30 WIB
Ruang
: Lab. Petrologi
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1
Alat :
Penggaris
Kamera
Alat tulis
Lembar Deskripsi
2.1.2
Bahan
:
Peraga
Selesai
BAB III
HASIL DESKRIPSI
: 60 A
: Abu-abu
: Fragmental : kristalin
DESKRIPSI KOMPOSISI
Mineral Plagiklas
Mineral Afanit
: warna abu-abu
Petrogenesa
Persentase (%)
Plagioklas
35%
Mineral Afanit
40%
yang skoria. Batuan ini diperkirakan terndapkan dan terbentuk pada zona
sentral sampai zona proksimal gunung api.
Gambar Batuan
Nama Batuan
: Skoriaan (Sturktur)
3.2 Batuan No BF 08
NO. PERAGA
: BF 08
: Abu-abu Cerah
STRUKTUR : Masif
TEKSTUR
: Gelasan : ash
DESKRIPSI KOMPOSISI
Ash
Petrogenesa
Persentase (%)
Ash
100 %
Gambar Batuan
Nama Batuan
: Tuff (Fisher, )
: BF 09
: Ungu
STRUKTUR : Masif
TEKSTUR
: Gelasan
DESKRIPSI KOMPOSISI
Gelasan
Petrogenesa
Persentase (%)
Gelasan
100 %
Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang mempunyai warna ungu
dengan struktur yang masif dan tekstur yang gelasan. Batuan ini dapat
diinterpretasikan terbentuk oleh tipe endapan piroklastik yaitu flow, yang mana
setelah erupsi lava yang keluar dari gunung api langsung terkena oleh air
sehingga batuan ini langsung membeku dan tidak sempat membentuk kristal.
Hal ini terjadi karena lava yang panas langsung terkena oleh air yang
mempunyai suhu yang berbeda jauh dengan lava.
Gambar Batuan
Nama Batuan
: 46
: Abu-abu Gelap
: Fragmental : kristalin
DESKRIPSI KOMPOSISI
Petrogenesa
Persentase (%)
Mineral Hornblende
20 %
Mineral Biotit
30 %
Masa Dasar
40 %
Gambar Batuan
Nama Batuan
: Skoriaan (Stuktur)
10
: 113
: Putih
STRUKTUR : Masif
TEKSTUR
: Gelasan : ash
DESKRIPSI KOMPOSISI
Ash
Petrogenesa
Persentase (%)
Ash
100 %
terbentuk dari hasil endapan piroklastik dengan tipe jatuhan, yang mana
diperkirakan merupakan hasil dari erupsi gunung api yang berupa ash. Material
ash ini diperkirakan terbawa oleh udara dan diatas utara mengalami pemiliahn
ukuran butir sehingga waktu pengendapan dan kompaksi ash ini memiliki
struktur yang masif dan memiliki sortasi yang baik. Batuan ini diperkirakan
terendapakan dan terbentuk pada zona medial sampai zona distal.
11
Gambar Batuan
Nama Batuan
: Tuff (Fisher, )
12
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum petrologi kali ini membahas tentang batuan beku
fragmental yang mana para praktikan mendeskripsi 5 jenis batuan beku
fragmental. Berikut pembahasan tiap-tiap batuan yang dideskripsi :
13
bahwa batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu aliran, yang
mana saat terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh
gunung api terlontarkan keluar dan membeku sebagian kecil kemudian lava
ini mengalir dan membeku dengan cepat karena udara mempunyai suhu
yang berbeda dengan suhu lava yang keluar. Dan juga pada jenis lava ini
diperkirakan mempunyai tekanan gas yang rendah sehingga pada saat
membeku lava ini menghasilkan lubang-lubang gas pada batuan yang tidak
beraturan. Hal ini terjadi karena sifat gas mempunyai sifat yaitu mencari
tekanan yang lebih rendah dan berusaha keluar dari lava dan terbentuklah
lubang gas pada batuan ini. Namun pada saat terjadi pembekuan dengan
cepat, lava ini masih bisa membentuk mineral karena pada batuan ini
terlihat ada mineral walaupun ukuran dari mineral itu tidak kasar namun
sedang mungkin pembentukan mineral ini langsung terjadi pada saat magma
keluar dari gunung api dan ada juga mineral yang afanit karena mungkin
saat proses pembentukan suhu yang ada pada lingkunganya sudah berbeda
dan dipengaruhi juga oleh lamanya waktu aliran lava tersebut sehingga lava
tidak sempat lagi membentuk mineral yang berukuran agak sedang. Dari hal
ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal pembentuk batuan ini bersifat
asam.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang mineral plagioklas dan mineral
afanit. Dan untuk menentukan penamaan dari batuan ini dilihat dari jenis
strukturnya yaitu vesikuler skoria, jadi batuan ini bernama Skorian (Thorpe
and Brown, 1985). Batuan ini berdasarkan sifat terendapkannya dapat
ditemukan pada zona proksimal karena batuan ini terbawa oleh jenis
endapan aliran maka biasanya hanya sampai di zona proksimal saja. Zona
proksimal itu sendiri terdapat pada daerah yang dekat dengan gunung api.
14
15
jatuhan dan biasanya tertransport jauh, zona yang jauh dari gunung api
adalah zona medial dan distal.
16
Dari segi tekstur batuan ini memiliki tekstur fragmental yang terdiri dari
kristal yaitu mineral hornblende dan mineral biotit. Batuan ini mempunyai
sortasi yang buruk karena ukuran antar butirnya tidak seragam. Setelah
dilakukan deskripsi batuan ini ternyata mengandung mineral hornblende dan
biotit. Yang pertama adalah mineral hornblende, mineral hornblende dalam
batuan ini mempunyai warna hitam. Mineral ini dapat tercerat menggunakan
kaca berarti mineral ini mempunyai kekerasan sekitar 5-6 Skala Mohs,
setelah dicerat batuan ini memiliki warna cerat yaitu hitam. Kemudian
mineral ini disinari untuk mengetahui kilapnya, setelah disinari ternyata
mineral ini mempunyai kilap kaca dan mineral ini juga mempunyai
transparansi yaitu transparan karena mempunyai kilap kaca. Kandungan
mineral hornblende dalam batuan ini mempunyai persentase sebanyak 20%.
Yang ketiga adalah mineral biotit, mineral biotit dalam batuan ini
mempunyai warna hitam. Mineral ini dapat tercerat dengan menggunakan
kuku berarti batuan ini mempunyai kekerasan yaitu 2,5-3 Skala Mohs,
setelah dicerat ternyata batuan ini mempunyai warna cerat yaitu putih.
Kemudian batuan ini disinari untuk mengetahui kilapnya, setelah disinari
ternyata mineral ini mempunyai kilap logam dan mineral ini mempunyai
transparansi yaitu opaq. Kandungan mineral biotit dalam batuan ini
mempunyai persentase sebanyak 30% dan sisanya adalah masa dasar yang
tidak bisa dideskripsi.
Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis batuan ini memiliki
warna abu-abu, stuktur vesikuler yang skoria, memiliki tekstur yang
fragmental yang tersusun atas kristal. Batuan ini juga mengandung mineral
hornblende dan mineral biotit. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian
bahwa batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu aliran, yang
mana saat terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh
gunung api terlontarkan keluar dan membeku sebagian kecil kemudian lava
ini mengalir dan membeku dengan cepat karena udara mempunyai suhu
yang berbeda dengan suhu lava yang keluar. Dan juga pada jenis lava ini
diperkirakan mempunyai tekanan gas yang rendah sehingga pada saat
17
membeku lava ini menghasilkan lubang-lubang gas pada batuan yang tidak
beraturan. Hal ini terjadi karena sifat gas mempunyai sifat yaitu mencari
tekanan yang lebih rendah dan berusaha keluar dari lava dan terbentuklah
lubang gas pada batuan ini. Namun pada saat terjadi pembekuan dengan
cepat, lava ini masih bisa membentuk mineral karena pada batuan ini
terlihat ada mineral walaupun ukuran dari mineral itu tidak kasar namun
sedang mungkin pembentukan mineral ini langsung terjadi pada saat magma
keluar dari gunung api dan ada juga mineral yang afanit karena mungkin
saat proses pembentukan suhu yang ada pada lingkunganya sudah berbeda
dan dipengaruhi juga oleh lamanya waktu aliran lava tersebut sehingga lava
tidak sempat lagi membentuk mineral yang berukuran agak sedang. Dari hal
ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal pembentuk batuan ini bersifat
asam.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang mineral plagioklas dan mineral
afanit. Dan untuk menentukan penamaan dari batuan ini dilihat dari jenis
strukturnya yaitu vesikuler skoria, jadi batuan ini bernama Skorian
(Struktur). Batuan ini berdasarkan sifat terendapkannya dapat ditemukan
pada zona proksimal karena batuan ini terbawa oleh jenis endapan aliran
maka biasanya hanya sampai di zona proksimal saja. Zona proksimal itu
sendiri terdapat pada daerah yang dekat dengan gunung api.
18
yang tersusun atas ash.. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian bahwa
batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu jatuhan, yang mana saat
terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh gunung api
disertai dengan debu-debu yang diperkirakan berasal dari material exsisting
yang hancur karena dorongan dan tekanan yang kuat dari magma yang
kelaur dari gunung api kemudian hancur membentuk debu-debu. Setelah
proses erupsi tersebut debu yang terbentuk terbawa oleh angin atau udara,
kemudian diudara material debu tersebut mengalami pemilihan dan
kemudain setelah angin tidak mampu lagi membawa material debu tersebut
material debu terendapaka mengikuti keadaan muka bumi yang ada. Lalu
setelah itu untuk waktu yang beberapa lama mengalami kompaksi dan
karena tidak ada factor pengganggu maka material ini terkompaksi dengan
sempurna dan akhirnya membentuk batuan tuff. Dan juga akibat dari
pemilihan material yang dilakukan diudara tersebut batuan ini mempunyai
sortasi yang baik. Dari hal ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal
pembentuk
batuan
ini
bersifat
asam
karena
proses
erupsinya
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
20
21