Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Memahami pengertian dari batuan piroklastik.

Menentukan petrogenesa dari batuan tersebut

Menentukan nama dari batuan

Menentukan interpretasi facies gunung api

1.2 Tujuan

Dapat memahami pengertian dari batuan piroklastik

Dapat menentukan petrogenesa dari batuan tersebut

Dapat menentukan nama dari batuan

Dapat menginterpretasikan facies gunung api

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaa

Hari,tangggal

: Selasa, 8 April 2014

Waktu

: 18.30 WIB

Ruang

: Lab. Petrologi

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1
Alat :
Penggaris
Kamera
Alat tulis
Lembar Deskripsi
2.1.2

Bahan

:
Peraga

2.2 Diagram Alir


Deskripsi Batuan
Mulai

Menyiapkan lembar deskripsi dan alat tulis

Mengambil batuan peraga

Mendeskripsi batuan secara megaskopis dengan menentukan jenis


batuan, warna, struktur, tekstur, komposisi, petrogenesa, sketsa
batuan dan penamaan batuan

Setelah deskripsi, batuan peraga difoto untuk data

Selesai

BAB III
HASIL DESKRIPSI

3.1 Batuan Peraga No 60 A


NO. PERAGA

: 60 A

JENIS BATUAN : Batuan Beku


KENAMPAKAN MEGASKOPIS
WARNA

: Abu-abu

STRUKTUR : Vesikuler : Skoria


TEKSTUR

: Fragmental : kristalin

DESKRIPSI KOMPOSISI

Mineral Plagiklas

: warna putih susu, kekerasan 5-6 Skala Mohs

Mineral Afanit

: warna abu-abu

Petrogenesa

Material Piroklastik / Mineral

Persentase (%)

Plagioklas

35%

Mineral Afanit

40%

Batuan ini merupakan batuan beku fragmental yang mempunyai warna


abu-abu dengan sturktur vesikuler yang skoria dan mempunyai tekstur
fragmental yang tersusun atas kristalin, yang mana setelah dideskripsi kristal
itu merupakan mineral plagioklas dan mineral afanit. Batuan ini dapat
diinterpretasikan terbentuk dari tipe endapan piroklastik yaitu aliran, yang
mana diperkirakan setelah terjadinya erupsi lava yang keluar dari gunung api
mengalir dan kemudian lava itu membeku dengan cepat dan karena tekanan
gasnya yang sedikit membuat lava yang memebeku itu menghasilkan struktur

yang skoria. Batuan ini diperkirakan terndapkan dan terbentuk pada zona
sentral sampai zona proksimal gunung api.

Gambar Batuan

Nama Batuan

: Skoriaan (Sturktur)

3.2 Batuan No BF 08
NO. PERAGA

: BF 08

JENIS BATUAN : Batuan Beku


KENAMPAKAN MEGASKOPIS
WARNA

: Abu-abu Cerah

STRUKTUR : Masif
TEKSTUR

: Gelasan : ash

DESKRIPSI KOMPOSISI
Ash

: warna abu-abu, sortasi baik

Petrogenesa

Material Piroklastik / Mineral

Persentase (%)

Ash

100 %

Batuan ini merupakan batuan beku fgramental yang mempunyai warna


abu-abu cerah dengan sturktur yang masif dan mempunyai tekstur fragmental
yang tersusun atas ash. Batuan ini dapat diinterpretasikan bahwa terbentuk dari
hasil endapan piroklastik dengan tipe jatuhan, yang mana diperkirakan
merupakan hasil dari erupsi gunung api yang berupa ash. Material ash ini
diperkirakan terbawa oleh udara dan diatas utara mengalami pemiliahn ukuran
butir sehingga waktu pengendapan dan kompaksi ash ini memiliki struktur
yang masif dan memiliki sortasi yang baik. Batuan ini diperkirakan
terendapakan dan terbentuk pada zona medial sampai zona distal.

Gambar Batuan

Nama Batuan

: Tuff (Fisher, )

3.3 Batuan Peraga No BF 09


NO. PERAGA

: BF 09

JENIS BATUAN : Batuan Beku


KENAMPAKAN MEGASKOPIS
WARNA

: Ungu

STRUKTUR : Masif
TEKSTUR

: Gelasan

DESKRIPSI KOMPOSISI
Gelasan

Petrogenesa

: warna ungu, kilap kaca

Material Piroklastik / Mineral

Persentase (%)

Gelasan

100 %

Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang mempunyai warna ungu
dengan struktur yang masif dan tekstur yang gelasan. Batuan ini dapat
diinterpretasikan terbentuk oleh tipe endapan piroklastik yaitu flow, yang mana
setelah erupsi lava yang keluar dari gunung api langsung terkena oleh air
sehingga batuan ini langsung membeku dan tidak sempat membentuk kristal.
Hal ini terjadi karena lava yang panas langsung terkena oleh air yang
mempunyai suhu yang berbeda jauh dengan lava.

Gambar Batuan

Nama Batuan

: Obsidisan (Thorpe and Brown, 1985)

3.4 Batuan Peraga No 46


NO. PERAGA

: 46

JENIS BATUAN : Batuan Beku


KENAMPAKAN MEGASKOPIS
WARNA

: Abu-abu Gelap

STRUKTUR : Vesikuler : Skoria


TEKSTUR

: Fragmental : kristalin

DESKRIPSI KOMPOSISI

Mineral Hornblende : warna hitam, bentuk prismatik, kekerasan 5-6


Skala Mohs
Mineral Biotit

: warna hitam, bentuk tabular, kekerasan 2,5-3 Skala


Mohs

Petrogenesa

Material Piroklastik / Mineral

Persentase (%)

Mineral Hornblende

20 %

Mineral Biotit

30 %

Masa Dasar

40 %

Batuan ini merupakan batuan beku fragmental yang mempunyai warna


abu-abu gelap dengan sturktur vesikuler yang skoria dan mempunyai tekstur
fragmental yang tersusun atas kristalin, yang mana setelah dideskripsi kristal
itu merupakan mineral hornblende dan mineral biotit. Batuan ini dapat
diinterpretasikan terbentuk dari tipe endapan piroklastik yaitu aliran, yang
mana diperkirakan setelah terjadinya erupsi lava yang keluar dari gunung api
mengalir dan kemudian lava itu membeku dengan cepat dan karena tekanan
gasnya yang sedikit membuat lava yang memebeku itu menghasilkan struktur
yang skoria. Batuan ini diperkirakan terndapkan dan terbentuk pada zona
sentral sampai zona proksimal gunung api.

Gambar Batuan

Nama Batuan

: Skoriaan (Stuktur)

10

3.5 Batuan Peraga No. 113


NO. PERAGA

: 113

JENIS BATUAN : Batuan Beku


KENAMPAKAN MEGASKOPIS
WARNA

: Putih

STRUKTUR : Masif
TEKSTUR

: Gelasan : ash

DESKRIPSI KOMPOSISI
Ash

: warna putih, sortasi baik

Petrogenesa

Material Piroklastik / Mineral

Persentase (%)

Ash

100 %

Batuan ini merupakan batuan beku fgramental yang mempunyai warna


putih dengan sturktur yang masif dan mempunyai tekstur fragmental yang
tersusun atas ash dan gelasan.

Batuan ini dapat diinterpretasikan bahwa

terbentuk dari hasil endapan piroklastik dengan tipe jatuhan, yang mana
diperkirakan merupakan hasil dari erupsi gunung api yang berupa ash. Material
ash ini diperkirakan terbawa oleh udara dan diatas utara mengalami pemiliahn
ukuran butir sehingga waktu pengendapan dan kompaksi ash ini memiliki
struktur yang masif dan memiliki sortasi yang baik. Batuan ini diperkirakan
terendapakan dan terbentuk pada zona medial sampai zona distal.

11

Gambar Batuan

Nama Batuan

: Tuff (Fisher, )

12

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum petrologi kali ini membahas tentang batuan beku
fragmental yang mana para praktikan mendeskripsi 5 jenis batuan beku
fragmental. Berikut pembahasan tiap-tiap batuan yang dideskripsi :

4.1 Pembahasan Batuan No 60 A


Pada batuan ini memiliki warna abu-abu, dilihat dari srukturnya batuan
ini memiliki struktur vesikuler karena batuan ini terlihat memiliki banyak
lubang gas yang mempunyai jenis skoria hal ini karena lubang-lubang gas
yang terdapat pada batuan ini tidak saling berhubungan. Dari segi tekstur
batuan ini memiliki tekstur fragmental yang terdiri dari kristal yaitu mineral
plagioklas dan mineral afanit. Batuan ini mempunyai sortasi yang buruk
karena ukuran antar butirnya tidak seragam.Setelah dilakukan deskripsi
batuan ini ternyata mengandung mineral plagioklas dan mineral afanit.
Yang pertama adalah mineral plagioklas, mineral plagioklas dalam batuan
ini mempunyai warna putih susu. Mineral ini dapat dicerat dengan
menggunakan kaca baja berarti mineral ini mempunyai kekerasan sekitar 56 Skala Mhos, setelah dicerat ternyata batuan ini mempunyai warna cerat
yaitu putih. Kemudian batuan ini disinari untuk mengetahui kilapnya,setelah
disiniari ternyata mineral ini mempunyai kilap non logam dan mineral ini
mempunyai transparansi yaitu opaq. Kandungan mineral plagioklas dalam
batuan ini mempunyai persentasi sebanyak 35%. Yang kedua adalah
mineral afanit, karena mineral ini mineral afanit maka mineral ini tidak bisa
dideskripsi secara jelas.
Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis batuan ini memiliki
warna abu-abu, stuktur vesikuler yang skoria, memiliki tekstur yang
fragmental yang tersusun atas kristal. Batuan ini juga mengandung mineral
plagioklas dan mineral afanit. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian

13

bahwa batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu aliran, yang
mana saat terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh
gunung api terlontarkan keluar dan membeku sebagian kecil kemudian lava
ini mengalir dan membeku dengan cepat karena udara mempunyai suhu
yang berbeda dengan suhu lava yang keluar. Dan juga pada jenis lava ini
diperkirakan mempunyai tekanan gas yang rendah sehingga pada saat
membeku lava ini menghasilkan lubang-lubang gas pada batuan yang tidak
beraturan. Hal ini terjadi karena sifat gas mempunyai sifat yaitu mencari
tekanan yang lebih rendah dan berusaha keluar dari lava dan terbentuklah
lubang gas pada batuan ini. Namun pada saat terjadi pembekuan dengan
cepat, lava ini masih bisa membentuk mineral karena pada batuan ini
terlihat ada mineral walaupun ukuran dari mineral itu tidak kasar namun
sedang mungkin pembentukan mineral ini langsung terjadi pada saat magma
keluar dari gunung api dan ada juga mineral yang afanit karena mungkin
saat proses pembentukan suhu yang ada pada lingkunganya sudah berbeda
dan dipengaruhi juga oleh lamanya waktu aliran lava tersebut sehingga lava
tidak sempat lagi membentuk mineral yang berukuran agak sedang. Dari hal
ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal pembentuk batuan ini bersifat
asam.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang mineral plagioklas dan mineral
afanit. Dan untuk menentukan penamaan dari batuan ini dilihat dari jenis
strukturnya yaitu vesikuler skoria, jadi batuan ini bernama Skorian (Thorpe
and Brown, 1985). Batuan ini berdasarkan sifat terendapkannya dapat
ditemukan pada zona proksimal karena batuan ini terbawa oleh jenis
endapan aliran maka biasanya hanya sampai di zona proksimal saja. Zona
proksimal itu sendiri terdapat pada daerah yang dekat dengan gunung api.

14

4.2 Pembahasan Batuan No BF 08


Pada batuan ini memiliki warna abu-abu cerah, dilihat dari srukturnya
batuan ini memiliki struktur massif karena terlihat pejal dan tidak ada bekas
aliran. Dari segi tekstur batuan ini memiliki tekstur gelasan yang terdiri dari
ash dan mempunyai sortasi yang bai karena memiliki bentuk butir yang
seragam. Setelah dilakukan deskripsi batuan ini terdiri atas ash yang
berukuran halus (Fisher). Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis
batuan ini memiliki warna abu-abu cerah, stuktur masif, memiliki tekstur
yang gelasan yang tersusun atas ash.. Dari deskripsi ini dapat
diinterpretaskian bahwa batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu
jatuhan, yang mana saat terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar
dari tubuh gunung api disertai dengan debu-debu yang diperkirakan berasal
dari material exsisting yang hancur karena dorongan dan tekanan yang kuat
dari magma yang kelaur dari gunung api kemudian hancur membentuk
debu-debu. Setelah proses erupsi tersebut debu yang terbentuk terbawa oleh
angin atau udara, kemudian diudara material debu tersebut mengalami
pemilihan dan kemudain setelah angin tidak mampu lagi membawa material
debu tersebut material debu terendapaka mengikuti keadaan muka bumi
yang ada. Lalu setelah itu untuk waktu yang beberapa lama mengalami
kompaksi dan karena tidak ada factor pengganggu maka material ini
terkompaksi dengan sempurna dan akhirnya membentuk batuan tuff. Dan
juga akibat dari pemilihan material yang dilakukan diudara tersebut batuan
ini mempunyai sortasi yang baik. Dari hal ini juga dapat disimpulkan bahwa
magma asal pembentuk batuan ini bersifat asam karena proses erupsinya
diinterpretasikan secara ekplosif.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang tersusun atas ash. Dan untuk
menentukan penamaan dari batuan menggunakan penamaan dari Fisher
maka berdasarakan ketentuan batuan ini bernama Tuff (Fisher, ). Batuan ini
berdasarkan sifat terendapkannya dapat ditemukan pada zona medial sampai
zona distal. Hal ini karena batuan ini terendapkan dengan jenis endapan

15

jatuhan dan biasanya tertransport jauh, zona yang jauh dari gunung api
adalah zona medial dan distal.

4.3 Pembahasan Batuan No BF 09


Pada batuan ini memiliki warna ungu, dilihat dari srukturnya batuan ini
memiliki struktur masif karena terlihat pejal dan tidak ada bekas aliran. Dari
segi tekstur batuan ini memiliki tekstur gelasan yang terdiri dari gelasan.
Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis batuan ini memiliki warna
ungu, stuktur masif, memiliki tekstur yang gelasan yang tersusun atas
gelasan. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian bahwa batuan ini
terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu aliran, yang mana saat terjadi
erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh gunung api langsung
terkena dengan air yang mempunyai perbedaan suhu yang cukup signifikan.
Pada saat magma terkena dengan air maka magma tersebut akan segera
membeku dan tidak sempat membetuk mineral sehingga terjadi tekstur yang
gelasan. Warna dari batuan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh komposisi
yang terkandung dalam magma biasanya semakin cerah warna dari batuan
maka magma pembentuknya itu diperkirakan banyak mengandung silikat.
Dari hal ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal pembentuk batuan
ini bersifat asam.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang tersusun atas gelasan. Dan untuk
menentukan penamaan dari batuan menggunakan penamaan dari Thorpe
and Brown maka berdasarkan ketentuan batuan ini dinamakan Obsidian
(Thorpe and Brown, 1985 ).

4.4 Pembahasan Batuan No 46


Pada batuan ini memiliki warna abu-abu kemerahan, dilihat dari
srukturnya batuan ini memiliki struktur vesikuler karena batuan ini terlihat
memiliki banyak lubang gas yang mempunyai jenis skoria hal ini karena
lubang-lubang gas yang terdapat pada batuan ini tidak saling berhubungan.

16

Dari segi tekstur batuan ini memiliki tekstur fragmental yang terdiri dari
kristal yaitu mineral hornblende dan mineral biotit. Batuan ini mempunyai
sortasi yang buruk karena ukuran antar butirnya tidak seragam. Setelah
dilakukan deskripsi batuan ini ternyata mengandung mineral hornblende dan
biotit. Yang pertama adalah mineral hornblende, mineral hornblende dalam
batuan ini mempunyai warna hitam. Mineral ini dapat tercerat menggunakan
kaca berarti mineral ini mempunyai kekerasan sekitar 5-6 Skala Mohs,
setelah dicerat batuan ini memiliki warna cerat yaitu hitam. Kemudian
mineral ini disinari untuk mengetahui kilapnya, setelah disinari ternyata
mineral ini mempunyai kilap kaca dan mineral ini juga mempunyai
transparansi yaitu transparan karena mempunyai kilap kaca. Kandungan
mineral hornblende dalam batuan ini mempunyai persentase sebanyak 20%.
Yang ketiga adalah mineral biotit, mineral biotit dalam batuan ini
mempunyai warna hitam. Mineral ini dapat tercerat dengan menggunakan
kuku berarti batuan ini mempunyai kekerasan yaitu 2,5-3 Skala Mohs,
setelah dicerat ternyata batuan ini mempunyai warna cerat yaitu putih.
Kemudian batuan ini disinari untuk mengetahui kilapnya, setelah disinari
ternyata mineral ini mempunyai kilap logam dan mineral ini mempunyai
transparansi yaitu opaq. Kandungan mineral biotit dalam batuan ini
mempunyai persentase sebanyak 30% dan sisanya adalah masa dasar yang
tidak bisa dideskripsi.
Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis batuan ini memiliki
warna abu-abu, stuktur vesikuler yang skoria, memiliki tekstur yang
fragmental yang tersusun atas kristal. Batuan ini juga mengandung mineral
hornblende dan mineral biotit. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian
bahwa batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu aliran, yang
mana saat terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh
gunung api terlontarkan keluar dan membeku sebagian kecil kemudian lava
ini mengalir dan membeku dengan cepat karena udara mempunyai suhu
yang berbeda dengan suhu lava yang keluar. Dan juga pada jenis lava ini
diperkirakan mempunyai tekanan gas yang rendah sehingga pada saat

17

membeku lava ini menghasilkan lubang-lubang gas pada batuan yang tidak
beraturan. Hal ini terjadi karena sifat gas mempunyai sifat yaitu mencari
tekanan yang lebih rendah dan berusaha keluar dari lava dan terbentuklah
lubang gas pada batuan ini. Namun pada saat terjadi pembekuan dengan
cepat, lava ini masih bisa membentuk mineral karena pada batuan ini
terlihat ada mineral walaupun ukuran dari mineral itu tidak kasar namun
sedang mungkin pembentukan mineral ini langsung terjadi pada saat magma
keluar dari gunung api dan ada juga mineral yang afanit karena mungkin
saat proses pembentukan suhu yang ada pada lingkunganya sudah berbeda
dan dipengaruhi juga oleh lamanya waktu aliran lava tersebut sehingga lava
tidak sempat lagi membentuk mineral yang berukuran agak sedang. Dari hal
ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal pembentuk batuan ini bersifat
asam.
Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang mineral plagioklas dan mineral
afanit. Dan untuk menentukan penamaan dari batuan ini dilihat dari jenis
strukturnya yaitu vesikuler skoria, jadi batuan ini bernama Skorian
(Struktur). Batuan ini berdasarkan sifat terendapkannya dapat ditemukan
pada zona proksimal karena batuan ini terbawa oleh jenis endapan aliran
maka biasanya hanya sampai di zona proksimal saja. Zona proksimal itu
sendiri terdapat pada daerah yang dekat dengan gunung api.

4.5 Pembahasan Batuan No 113


Pada batuan ini memiliki warna abu-abu, dilihat dari srukturnya batuan
ini memiliki struktur massif karena terlihat pejal dan tidak ada bekas aliran.
Dari segi tekstur batuan ini memiliki tekstur gelasan yang terdiri dari ash
dan mempunyai sortasi yang bai karena memiliki bentuk butir yang
seragam.
Setelah dilakukan deskripsi batuan ini terdiri atas ash yang berukuran
halus (Fisher). Dilihat dari hasil deskripsi secara megaskopis batuan ini
memiliki warna abu-abu cerah, stuktur masif, memiliki tekstur yang gelasan

18

yang tersusun atas ash.. Dari deskripsi ini dapat diinterpretaskian bahwa
batuan ini terbentuk dari hasil tipe piroklastik yaitu jatuhan, yang mana saat
terjadi erupsi pada gunung api magma yang keluar dari tubuh gunung api
disertai dengan debu-debu yang diperkirakan berasal dari material exsisting
yang hancur karena dorongan dan tekanan yang kuat dari magma yang
kelaur dari gunung api kemudian hancur membentuk debu-debu. Setelah
proses erupsi tersebut debu yang terbentuk terbawa oleh angin atau udara,
kemudian diudara material debu tersebut mengalami pemilihan dan
kemudain setelah angin tidak mampu lagi membawa material debu tersebut
material debu terendapaka mengikuti keadaan muka bumi yang ada. Lalu
setelah itu untuk waktu yang beberapa lama mengalami kompaksi dan
karena tidak ada factor pengganggu maka material ini terkompaksi dengan
sempurna dan akhirnya membentuk batuan tuff. Dan juga akibat dari
pemilihan material yang dilakukan diudara tersebut batuan ini mempunyai
sortasi yang baik. Dari hal ini juga dapat disimpulkan bahwa magma asal
pembentuk

batuan

ini

bersifat

asam

karena

proses

erupsinya

diinterpretasikan secara ekplosif.


Dari hasil deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan ini
termasuk batuan beku fragmental yang tersusun atas ash. Dan untuk
menentukan penamaan dari batuan menggunakan penamaan dari Fisher
maka berdasarakan ketentuan batuan ini bernama Tuff (Fisher, ). Batuan ini
berdasarkan sifat terendapkannya dapat ditemukan pada zona medial sampai
zona distal. Hal ini karena batuan ini terendapkan dengan jenis endapan
jatuhan dan biasanya tertransport jauh, zona yang jauh dari gunung api
adalah zona medial dan distal.

19

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batuan peraga no 60A adalah batuan beku fragmental yang mempunyai


warna abu-abu, struktur vesikuler yang scoria, tekstur fragmental yang
tersusun atas kristal dan mengandung mineral plagioklas dan mineral
afanit dengan tipe endapan yaitu aliran. Batuan ini dinamakan Skoriaan
berdasarkan sturkturnya.

Batuan peraga no BF 08 adalah batuan beku fragmental yang mempunyai


warna abu-abu, struktur masif, tekstur gelasan yang tersusun atas ash
100% dengan jenis tipe pengendapan yaitu jatuhan. Batuan ini dinamakan
Tuff berdasarkan klasifikasi Fisher 1961.

Batuan peraga no BF 09 adalah batuan beku fragmental yang mempunyai


warna ungu cerah, struktur masif, tekstur gelasan yang tersusun atas
gelasan 100% dengan jenis tipe pengendapan yaitu aliran. Batuan ini
dinamakan Obsidian berdasarkan klasifikasi Thorpe and Brown 1985.

Batuan peraga no 46 adalah batuan beku fragmental yang mempunyai


warna abu-abu kemerahan, struktur vesikuler yang scoria, tekstur
fragmental yang tersusun atas kristal dan mengandung mineral
hornblende, mineral biotit dan massa dasar dengan tipe endapan yaitu
aliran. Batuan ini dinamakan Skoriaan berdasarkan sturkturnya.

Batuan peraga no 113 adalah batuan beku fragmental yang mempunyai


warna abu-abu, struktur masif, tekstur gelasan yang tersusun atas ash
100% dengan jenis tipe pengendapan yaitu jatuhan. Batuan ini dinamakan
Tuff berdasarkan klasifikasi Fisher 1961.

5.2 Saran

20

Sebaiknya asisten mempunyai argumen yang sama dalam menjelaskan,


karena dengan argumen yang berbeda membuat praktikan bingung.

21

Anda mungkin juga menyukai