Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas
penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis indonesia merupakan
negara kepulauan memiliki potensi alam yang besar terutama dalam
pengolahan pertanian dan perkebunan. Salah satu faktor penting untuk
menunjang pengembangan pada kedua bidang adalah tersedianya lahan yang
luas dan tingkat kesuburan tanah akan terus produktif memberikan nutrisi
bagi tanaman. Faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman adalah
dengan hormone sitokinin.
Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin, yang berfungsi
untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada
ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk
merangsang tumbuhnya tunas pada tanaman induk, namun sering tidak
optimal untuk tanaman dewasa. Golongan sitokinin antara lain : Kinetin,
Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA.
Hormon sitokinin dapat juga disintesis oleh beberapa jenis
mikroorganisme tertentu, salah satunya Azotobacter sp. Selain dapat
memfiksasi nitrogen dalam tanah, Azotobacter sp. juga dapat mensintesis
hormon sitokinin dan auksin. Azotobacter adalah spesies rizobakteri yang
telah dikenal sebagai agen biologis pemfiksasi dinitrogen, diazotrof, yang
menkonversi dinitrogen ke amonium melalui reduksi elektron dan protonasi
gas dinitrogen. Unsur hara yang membatasi produktivitas tanaman adalah
nitrogen sehingga pupuk nitrogen selalu ditambahkan sebagai input dalam
produksi tanaman. Untuk menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat
adanya input bahan kimia, diperlukan input biologis berupa rizobakteri.
Saat ini penelitian tentang hormon sitokinin dari bakteri Azotobacter
sp. belum banyak dilakukan di Indonesia. Sehingga belum diketahui secara
1

mendetail terhadap kondisi optimal untuk sintesis hormon sitokinin oleh


Azotobacter sp. Juga harga hormon sitokinin sintetis yang ada di pasaran
mahal, sehingga tidak menguntungkan petani jika dipergunakan sebagai
pupuk tambahan tanaman. Maka melalui usulan peneletian ini dikembangkan
bakteri Azotobacter sp hasil isolasi yang diperoleh dari tanah. Dari hasil
isolasi ini Azotobacter sp di kembangkan dalam ekstrak jagung yang banyak
mengandung nitrogen, sehingga hormon sitokinin dapat diperoleh dengan
harga yang relatif murah . Massa sel Azotobacter sp yang tumbuh dalam
ekstrak jagung ditambahkan tapioka sebagai media pembawanya, sehingga
diperoleh dalam bentuk serbuk kering dan fase dorman..
1.2 Perumusan Masalah
1) Bagaimana cara pemanfaatan Bakteri Azotobacter sp?
1.3 Tujuan Program
1) Menerapkan teknologi fermentasi dalam pemanfaatan Bakteri Azotobacter
sp
2) Mengetahui Kualitas Bakteri Azotobacter sp
1.4 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan setelah melaksanakan program ini antara lain:
1) Menghasilkan produk dari Serbuk Bakteri

Azotobacter sp yang bisa

bermanfaat bagi petani


1.5 Kegunaan Program
1. Inovasi
Sejauh ini belum ada penelitian tentang penggunaan Bakteri Azotobacter
sp untuk memberi nutrisi pada tanaman. Pada penelittian ini bakteri
Azotobacter sp dibuat berupa serbuk yang memiliki keunggulan yaitu
dapat disimpan lebih lama
2. Nilai Guna
Bakteri Azotobacter sp mampu memberi nutrisi pada tanaman. Sehingga
jika penggunaan hormon pada Bakteri Azotobacter sp ini berimbang,
maka dapat dipastikan, bahwa pertumbuhan tanaman akan semakin
meningkat.

3. Nilai Ekonomi
Dengan adanya Bakteri Azotobacter sp yang mampu menngkatkan jumlah
produktifitas pada tanaman, sehingga menguntungkan bagi para petani

BAB II.
Tinjauan Pustaka
2.1 Pertanian di Indonesia
Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang
pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara
yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan
sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. UUNo.7 tahun 1996
tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan
kewajiban pemerintah bersama masyarakat (Partowijoto, 2003). Berbagai cara
dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang pertanian untuk
meningkatkan produksi pangan antara lain dengan ekstensifikasi pertanian dan
intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi
hasil panen dengan meluaskan areal tanam, dan intensifikasi pertanian adalah

usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif pada lahan
yang sudah ada, antara lain dengan penggunaan bibit unggul, pemberian pupuk
yang tepat serta pemberian air irigasi yang efektif dan efesien. Penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan untuk memacu hasil pertanian

dapat

menyebabkan terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada


hampir semua jenis tanaman yang diusahakan tersebut. Hasil tanaman tidak
menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun telah digunakan varietas
unggul dengan pengolahan yang intensif. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia
disamping menyebabkan kelelahan pada tanah juga dapat mencemari lingkungan
dan menyebabkan keracunan pada manusia. Residu pestisida yang terdapat dalam
bahan makanan mengendap dalam tubuh manusia serta akan menimbulkan
berbagai macam penyakit terutama kanker

2.2 Hormon Sitokinin


Sitokinin, adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk
merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung
akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk
merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman
induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. sitokinin
memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel
4

dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin
pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan
senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu
adalah senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu
biasanya dianggap sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon
disintesis di tempat lain selain di pabrik).
Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih
tinggi serta lumut, jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota
dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta
kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di daerah meristematik
dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun muda,
pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian. Sitokinin pertama kali
ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada tahun 1954.
Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi
di daerah meristematik dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini
disintesis dalam akar dan translokasi melalui xilem ke tunas. biosintesis
sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin. Proses dimana mereka
disintesis adalah sebagai berikut :
Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah
isomer, yang dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan
bantuan sebuah enzim yang disebut isopentenyl AMP synthase.Hasilnya
adalah isopentenyl adenosin-5'-fosfat (AMP isopentenyl).Produk ini
kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan
fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin
dengan menghilangkan kelompok ribosa.
Isopentenyl adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin
alami. Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase
sitokinin. Enzim ini menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives
juga dapat dibuat tetapi jalur yang lebih kompleks dan kurang dipahami.
Ada beberapa macam sytokinin yang telah diketahui, diantaranya kinetin,
zeatin (pada jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron, dan Benzil Amino
Purin (BAP) namun sitokinin ditemukan hampir di semua jaringan
meristem.
Peranan sitokinin antara lain:
5

1. Bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan selsel tanaman merangsang morfogenesis ( inisiasi / pembentukan
tunas) pada kultur jaringan.
2. Merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup lateral.
3. Merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari pembesaran sel
atau merangsang pemanjangan titik tumbuh daun dan merangsang
pembentukan akar cabang meningkatkan membuka stomata pada
beberapa spesies.
4. Mendukung konversi etioplasts ke kloroplas melalui stimulasi
sintesis klorofil.
5. Menghambat proses penuaan (senescence) daun mematahkan
dormansi biji Merk dagang antara lain: Novelgrow. Sitokinin alami
terdapat pada air kelapa.
2.3 Bakteri Azotobacter sp.
Salah satu inokulan bakteri yang penting untuk meningkatkan
ketersediaan nitrogen tanah,

dan peningkatan hasil adalah Azotobacter.

Kemampuan Azotobacter sp. dalam memfiksasi N2 telah diketahui pertama


kali oleh Beijerinck pada tahun 1901 (Page, 1986).

Namun demikian

peningkatan hasil ini tidak konsisten jika dibandingkan dengan rendahnya


kapasitas fiksasi bakteri pemfiksasi nitrogen non simbiotik.
Karena itu, diduga terdapat faktor lain yang berperan dalam
pengendalian pertumbuhan tanaman seperti produksi fitohormon, pemutusan
siklus penyakit maupun hama melalui perubahan karakteristik mikroba, fisik
atau kimia tanah, atau melalui peningkatan aktivitas makrofauna tanah seperti
cacing tanah (Peoples et al, 1995). Kemampuan Azotobacter sp. dalam
memproduksi fitohormon sitokinin dan auksin dilaporkan pertama kali oleh
Vancura dan Macura pada tahun 1960 (Vancura, 1988). Sampai saat ini
sejumlah penelitian telah membuktikan kemampuan rizobakteri Azotobacter
sp. chroococcum, A. beijerinckii, A. Paspali maupun, A. vinelandii dalam
memproduksi fitohormon terutama

sitokinin.

Taller & Wong (1989)

membuktikan adanya sitokinin dari jenis zeatin ribosida (ZR), Zeatin (Z),
isopenteniladenosin (2iPR), isopenteniladenin (2iP), metiltiozeatin (MSZ)
dan metiltioisopentenil-adenin (MS2iP) yang diekskresikan oleh
vinelandii.
6

A.

Abbass and Okon (1993b) memperlihatkan bahwa kemampuan A.


paspali untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman berhubungan dengan
kapasitasnya dalam mensistesis factor tumbuh. Sejumlah isolat Azotobacter
sp.yang dikulturkan pada suhu kamar maupun 30 0C selama 60 jam
mengekskresikan fitohormon sitokinin, atau giberelin ke dalam media
pertumbuhan bebas N. Di dalam supernatant kultur cair

A. chroococcum,

yang diisolasi dari rizosfir jagung, dengan kepadatan 108 cfu/ml terdapat
kinetin dan benziladenin-9-glukosida masing-masing dengan konsentrasi
0.0197 dan 0.004 g/ml.

Selain sitokinin, analisis khromatografi

menunjukkan supernatan mengandung 0.038 g/ml GA5 dan 0.028 g/ml


GA7 (Hindersah et al, 2000).
Azotobacter sp., diisolasi dari rizosfir tomat, yang dikulturkan di media
bebas N mengekskresikan GA1 sebanyak 13.57 g/mL dan sitokinin
sebanyak 10.13 g/mL (Hindersah et al, 2001). Analisis HPLC fase terbalik
pada kultur isolat Azotobacter yang diisolasi dari rizosfir bibit lettuce
memperlihatkan adanya 0.04 ppm sitokinin, 1.9 ppm GA3 , 0.9 ppm GA5
dan 1.0 ppm GA7 tetapi tidak terdeteksi adanya auksin (Hindersah et al,
2003b). Meskipun secara teori pembentukan fitohormon terutama sitokinin
dihambat oleh nitrogen tersedia, tetapi suatu isolat Azotobacter dari rizosfir
tomat yang dikulturkan selama 72 jam pada suhu kamar di dalam media
3mL/L pupuk organik cair yang mengandung nitrogen kurang dari 1% dapat
memproduksi hormon.Dengan kepadatan sel 3.7 x 109 cfu/mL isolat ini
mengekskresikan 2.39

g/mL sitokinin, tetapi tidak terdeteksi adanya

fitohormon giberelin dan auksin (Hindersah et al, 2002b).

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Variabel dalam Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variable, yaitu:
a. Variabel control

: suhu, volume, inokulan bakteri.

b. Variabel manipulasi : Ekstrak jagung, PH


c. Variabel respon

: konsentrasi hormon sitokinin, jumlah


produktifitas tanamn

3.2 Model yang Digunakan


Pengujian produk (hormon sitokinin) secara langsung dengan
menaburkan serbuk Azotobacter sp pada tanaman

Rancangan Penelitian
Alat dan bahan
-

Alat
a. Sentrifuge
b. Kompor Gas
c. Pengaduk
d. LPG
e. LC/ Ms Ms
f. pH Universal
g. Termometer
h. Inkubator shaker
i. Autoclave

Bahan
a. Jagung
b. Tanah
c. Nutrient agar
d. Tepung tapioka
e. Aquades

Sterilasasi alat + bahan


Diagram Alir Penelitian
Tahap 1 Isolasi

Tanah

Dilakukan Pengenceran

Metode Cawan
Tuang

Isolasi

Identifikasi Morfologi

Tahap II

Azotobacter sp

Pengembangbiakan
Inkubasi

Pengembangbiakan
massa sel
Tahap III
Pembuatan Serbuk Kering

Pencampuran dengan
tepung tapioka

Serbuk kering
Azotobacter sp
Analisa hasil hormone
sitokinin, pertumbuhan
tanaman

Ekstrak jagung

Variabel yang digunakan dalam pembuatan hormon sitokinin adalah:


No.

Ekstrak jagung

PH

10 %

20%

30%

40%

50%

60%

70%

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data


Teknik yang digunakan yaitu berupa metode literatur dan dari data
pengamatan.
a. Literatur
Yaitu metode mencari data dengan membaca beberapa referensi.
Referensi bisa diambil dari buku, ensiklopedia, media cetak, dan
situs internet.
b. Data Pengamatan
Yaitu metode mendapatkan data dengan mencatat dan mengamati
hasil penelitian.
5. Cara Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian
Penafsiran/hipotesa dalam penelitian ini adalah bahwa hormon
sitokinin dari serbuk bakteri Azotobacter sp. mampu meningkatkan
jumlah produktifitas tanaman . Kesimpulan diambil dari analisa data
pengamatan yang dipadukan dengan referensi. Kesimpulan mengacu
pada rumusan masalah dan tujuan pembuatan penelitian ini

10

BAB VI
BIAYA dan JADWAL KEGIATAN

4.1 Jadwal Kegiatan Program

Bulan ke-

Minggu ke-

II

III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

IV

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur
Tahap Persiapan
Pelaksanaan +
Analisa
Pengolahan Data
Pembuatan Laporan

4.2 Rancangan Biaya

Rekapitulasi Biaya :
No
1.

2.

Uraian

Jumlah

Harga satuan

Harga

Bahan-bahan :

Nutrient agar

Jagung

Tapioka

Aquades

1 kg

3.000.000

3.000.000

5 kg

5000

25.000

5 kg

4.000

20.000

30 lt

2.000

60.000

1 pak

80.000

80.000

Alat-alat :
-

pH Universal

Kompor gas

1 unit

250.000

250.000

LPG 12 kg

3 unit

300.000

900.000

Termometer

2 buah

250.000

500.000

Beaker glass 1L

2 buah

75.000

150.000

Spatula

10.000

20.000

11

Buah

Sewa alat( autoclave,

2.000.000

LC Ms/Ms, Inkubator
shaker)

3.

Analisa Hasil Sitokinin

5X

500.000

2.500.000

Analisa hasil Isolasi

10 X

100.000

1.000.000

Pembuatan laporan

300.000

300.000

Transportasi untuk beli bahan +

7000

700.000

100 lt

ke tempat penelitian
Total

11.505.000

Sehingga biaya total yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar Rp


11.505.000

12

BAB V
Daftar Pustaka
Annonymous, 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/Azotobacter/ diakses tanggal ( 30
juni 2014)
Annonymous,2012

http://www.microbiologybytes.com/video/Azotobacter.html/

diakses tanggal( 30 juni 2014)


Annonymous,2014 www.bacteriamuseum.org/species/azotobacter.shtml diakses
tanggal ( 30 juni 2014)
Annonymous,

2013

www.indiaagronet.com/indiaagronet/.../azotobacter.htm

diakses tanggal ( 30 juni 2014)


Annonymous, 2012 www.azotobacter.org/ diakses tanggal (30 juni 2014)

13

Anda mungkin juga menyukai