Anda di halaman 1dari 15

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga

: Tn. Y

Alamat Lengkap

: Klumprit RT 001/ RW 002, Mojolaban, Sukoharjo

Bentuk Keluarga

: Extended Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga


Pendidikan

Nama

Status

L/P

Umur

1.

Tn. Y

KK

29 th

SMA

2.

Ny. R

Istri

22 th

SMA

3.

An. M

Anak

26 bulan

Ya

4.

Tn. S

Kakes

50 th

Buruh

Tidak

5.

Ny. S

Nenek

43 th

Tidak

6.

Nn. S

Bibi

18 th

SD

Pegawai Pabrik

Tidak

7.

An. F

Bibi

7 th

SD

Pelajar

Tidak

Terakhir

Pekerjaan

Pasien

No

Karyawan
Swasta
Ibu Rumah
Tangga

Buruh Tidak
Tetap

Klinik

Keterangan

Tidak

Tidak

ASD dan Gizi


Buruk

Sumber: Data Primer, September 2012

Kesimpulan:
Di dalam keluarga Tn. Y yang berbentuk extended family didapatkan pasien
atas nama An. M yang merupakan anak Tn. Y, usia 26 bulan. An. M menderita ASD
(Atrial Septal Defect) sejak lahir dan gizi buruk sejak 1 tahun yang lalu

TAHAP II
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama

: An. M

Umur

: 26 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Belum bekerja

Pendidikan terakhir

: Belum sekolah

Agama

: Islam

Alamat

: Klumprit RT 001/ RW 002, Mojolaban, Sukoharjo

Tanggal periksa

: 1, 3, dan 5 September 2012

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Berat badan dibawah garis merah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien. An. M, 26 bulan, kerika berusia 3 bulan dibawa ke rumah sakit
DR. Oen karena batuk, dokter mengatakan hanya sakit batuk biasa dan diberi
obat. Namun batuk tersebut sering muncul kembali dengan keluar dahak,.
Ketika berusia 6 bulan pasien batuk lagi dan kulit menjadi biru saat menangis,
dan dibawa ke rumah sakit, disana disarankan untuk melakukan pemeriksaan
echocardiogram, didapatkan hasil ASD (Atrial Septal Defect)
Kurang lebih sejak 1,5 tahun yang lalu mengalami penurunan berat
badan. Berat badan saat ini sudah tidak menurun akan tetapi sejak 1 tahun
terakhir berat badan An. M berada di bawah garis merah dalam kartu menuju
sehat (KMS). Pasien telah memeriksakan diri dan mendapat pengobatan rawat
jalan dari puskesmas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit jantung ASD sejak lahir
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa, sakit gula, hipertensi, kejang, dan sakit jantung
disangkal. Tn. Y pada bulan Agustus 2012 menjalani operasi batu ginjal,
2

5. Riwayat Kebiasaan
An. M di rumah dirawat oleh ibunya, pada sore atau siang hari terkadang
bermain dengan bibi dan tetangganya. Sehari-hari An. M makan dengan beras
merah dan lauk pauk seadanya kadang dengan telur, tahu, tempe dan minum
susu formula. Sejak 1,5 tahun yang lalu nafsu makan An. M menurun, tetapi
saat ini nafsu makan An.M sudah cukup membaik.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien memeriksakan kehamilan secara rutin, tidak ada masalah ketika
kehamilan dan selama proses persalinan. Pasien lahir normal di bidan pada
kehamilan 41 minggu, dengan berat badan ketika lahir 2500 gram.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien secara rutin ditimbang di Posyandu. Pasien hanya mendapat ASI
sampai usia 2 bulan. An. M telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. An.
M cukup sering terkena batuk pilek, perkembangan An. M terlambat
dibanding anak-anak yang lain yang seusianya. Saat ini An. M baru bisa
duduk dan mengoceh Berat badan An. M mengalami penurunan sejak 1,5
tahun yang lalu
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan per bulan
sekitar Rp 800.000,-, kakek pasien berkerja sebagai buruh dengan penghasilan
Rp 720,000,-/bulan, bibi pasien bekerja sebagai pegawai pabrik dengan
pendapatan Rp 660.000,-/bulan. Pasien merupakan anak tunggal dari pasangan
Tn. Y dan Ny. R. Pasien agak sulit menjalin hubungan pertemanan dengan
teman sebayanya. Anggota keluarga yang lain menjalin hubungan baik dengan
masyarakat sekitar.
9. Riwayat Gizi
Pasien dan keluarganya makan 2 kali sehari dengan nasi sayur dan lauk-pauk
seadanya, kadang telur tapi lebih sering tempe dan tahu. Pasien
mengkonsumsi susu formula dan lebih sering makan dengan beras merah
karena mejadi diare jika diberi nai putih. Pasien jarang makan buah-buahan.
C. Pemeriksaan Fisik
1.

Keadaan Umum : Compos mentis, gizi kesan kurang


3

2.

Status Gizi

: BB : 6,7 kg; TB : 80 cm;


BB/TB= -3 SD (gizi kurang),BB/U= -3SD(gizi buruk),
TB/BB=-2SD(pendek ) menurut Z-score
Kesimpulan: status gizi An. M = giziburuk

3.

Tanda Vital
Frekuensi nafas : 24 x/ menit; Suhu : 36.6 oC; Nadi :120x/

menit;

irama

regular, isi dan tegangan cukup.


4.

Mata, telinga, hidung, leher, paru, abdomen, ekstermitas, dalam batas


normal.

5.

Jantung : terdengar bunyi jantung kesatu mengeras. Terdengar bising sistolik


ejeksi yang halus di SIC II parasternal kiri

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
E. Flow Sheet Follow Up
Nama
: An. M
Diagnosis

:Berat badan di bawah garis merah


Tabel 2. Flowsheet pasien An. M

Tanggal

Tanda Vital

BB, TB, indeks

Keluhan

Rencana Terapi

Target

Z-score
1Septem

Nadi :

BB =6,7kg

ber 2012

125x/menit

TB=80 cm

diet TKTP

RR : 24x/menit

BB/U< -3SD

sepertisusu, biskuit,

Suhu : 36,7

BB/U=
-2 SD

telur

Nadi :

BB =6,7kg

Septemb

120x/menit

TB=80 cm

er 2012

RR : 25x/menit

BB/U< -3SD

BB/U=
diet TKTP seperti

-2SD

susu, biskuit, telur

Suhu : 36,5
5

Nadi :

BB =6,7kg

Septemb

120x/menit

TB=80 cm

diet TKTP seperti

er 2012

RR : 24x/menit

BB/U< -3SD

susu, biskuit, telur

Suhu : 36,6

BB/U=
-2SD

Sumber: Data Primer, Agustus 2012


TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Riwayat kelahiran dibantu bidan, ibu pasien tidak pernah mengalami
keguguran dan saat ini memakai KB jenis suntik sejak bulan Oktober 2010.
Ayah pasien yaitu Tn. Y 1 bulan yang lalu menjalani operasi batu ginjal di
RS. DR Oen Surakarta.
2. Fungsi Psikologis
Anggota keluarga yang tinggal satu rumah terdiri dari pasien, ayah, ibu,
kakek, nenek, dan bibi. Hubungan antar keluarga pasien baik, tidak ada
masalah dalam keluarga. Penyelesaian masalah dilakukan dengan diskusi
sesama anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Hubungan keluarga pasien dengan masyarakat sekitar baik., kedudukan sosial
dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat. Keluarga pasien aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti, kegiatan PKK, penyuluhan
posyandu. Bahasa sehari-hari keluarga menggunakan Bahasa Jawa.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan utama keluarga inti berasal dari ayah pasien sebagai buruh pabrik
karet, kira-kira sebesar Rp 800.000,-/bulan, kakek pasien Tn. S sebesar Rp
720.000,-/bulan, dan Nn S sebesar Rp 660.000/bulan,- Pasien sendiri belum
bekerja dan belum bersekolah. Pengeluaran sehari-hari untuk pemenuhan
kebutuhan makan, kelengkapan hidup, dan pengobatan pasien dirasakan
belum tercukupi. Biaya berobat menggunakan biaya sendiri (umum).
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan penting keluarga dipegang oleh kakek pasien, tetapi untuk masalah
dalam keluarga inti,

keputusan dipegang oleh ayah pasien.

Cara

menyelesaikan masalah dengan keluarga yaitu dengan diskusi. Hubungan


dengan masyarakat sekitarnya baik.
5

B. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga digunakan APGAR score.
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain.APGAR score meliputi :
Kriteria nilai APGAR :

Skoring :
Hampir selalu

: 2 poin

8 - 10

: baik

Kadang kadang

: 1 poin

5- 7

: sedang

Hampir tak pernah

: 0 poin

1-4

: buruk

Tabel 3. APGAR score keluarga An. A


Kode

APGAR

Saya dapat kembali ke keluarga

(Adaptation)

bila saya mendapat masalah.

Cara keluarga membahas dan

(Partnership)
G (Growth)

Tn.

Ny.

An.

Tn.

Ny.

Nn.

An.

membagi masalah dengan saya.


Cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru.

A (affection)

Cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayang
dan merespon emosi saya
seperti marah, perhatian dll.

R (resolve)

Cara keluarga saya dan saya


membagi waktu bersama
Total (kontribusi)

Sumber: Data Primer, September 2012

Rata-rata APGAR score keluarga An. A = 8+9+8+8+9+8= 8,3


6

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga An. M = Baik


C. Fungsi Patologis
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga
Sumber
Social

Patologi

Keterangan

Interaksi sosial anggota keluarga baik. Hubungan dengan tetangga baik.

Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti seperti kelompok


PKK, arisan warga dan ikut menjadi kader posyandu.
Cultural

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik. Keluarga ini

menggunakan budaya jawa, termasuk dalam bahasa sehari-hari.


Religion

Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan

ibadah cukup baik.


Economic

Pendapatan yang sekarang dirasa kurang memenuhi kebutuhan sehari-

hari.
Education

Pendidikan keluarga An.M dianggap kurang karena pendidikan terakhir

kakek dan bibinya adalah tidak bersekolah dan SD, orang tua pasien
lulusan SMA. Tetapi orang tua dan kakek-nenek pasien
merencanakanpendidikan yang lebih tinggi untuk anak dan cucu
mereka.
Medical

Kesadaran keluarga tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika


sakit akan memilih periksa kesehatan ke tenaga kesehatan terdekat.

Sumber: Data Primer, September 2012

Kesimpulan : Keluarga An.M memiliki 2 fungsi patologis dalam keluarga yaitu


fungsi ekonomi dan edukasi.

D. Genogram
Keterangan :
4

1.

Tn. Y

2.

Ny. R

3.

An. M

4.

Tn. S

5.

Ny. S

6.

Nn. S

7.

An. F

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan

: Penderita ASD dan BGM

Kesimpulan :
ASD dan BGM An. M tidak menular ke anggota keluarga lain.
Tidak terdapat korelasi terhadap faktor genetik
E. Pola Interaksi Keluarga
Tn. S
50 th

Tn. Y
29 th
Keterangan:
Hubungan
kurang

Ny. S
43 th

Ny. R
22 th

Hubungan
baik
An. M
26 bl

An. F
7 th
Nn. S
18 th

Gambar 2.Hubungan antar anggota keluarga


Sumber: Data Primer, Agustus 2012
Simpulan :
Hubungan antara An. M, dengan kedua orang tuanya baik, dengan kakeknenek, dan bibinya juga baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau
hubungan buruk antar anggota keluarga.
F. Faktor Perilaku
Kesadaran akan pentingnya kesehatan masih kurang baik. Keluarga ini kurang
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarganya. Jika ada anggota
keluarga yang sakit, mereka berobat ke bidan desa atau ke puskesmas
G. Faktor Non Perilaku

Kondisi fisik dan lingkungan rumah belum memenuhi syarat kesehatan.


Dalam satu rumah ada 1 orang yang mengalami ASD dan berat badan dibawah
garis merah. Tidak terdapat faktor keturunan untuk penyakit ini. Sarana pelayanan
kesehatan dekat dari rumah.
H. Lingkungan Indoor
Rumah keluarga An. M memiliki luas 5 x 11 m2 dari batu bata tampa dinding.
Lantai rumah masih beralaskan tanah. Pencahayaan bagian depan rumah kurang
baik, hanya terdapat pintu dan lubang angin kecil sehingga kurang terdapat
ventilasi udar. Keluarga ini belum memiliki WC yang permanen, kamar mandi
hanya berisi ember yang airnya diambil dari sumur. Sumber air untuk pemenuhan
kebutuhan menggunakan sumur.
I. Lingkungan Outdoor
Jarak antar rumah An. M dengan rumah tetangga berdekatan. Rumah An. M
memiliki halaman yang tidak terlalu luas dan dipakai menampung tanah untuk
membuat batu bata dan jemuran pakaian, terdapat selokan, air limbah rumah
tangga meresap di tanah kosong samping rumah. Untuk keperluan BAB keluarga
ini menumpang di rumah keluarganya di sebelah rumah.

Keterangan :

5m

A : Teras

B : Ruang tamu dan Ruang


C

11 m

keluarga
C : Kamar tidur

D : Gudang

E : Dapur dan ruang


makan

F : Kamar mandi
F
Gambar 3.Denah rumah

TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

An. M, 26 bulan, extended family, dalam permasalahan ASD (Atrial Septal Defect)
dan balita gizi buruk dengan berat badan di bawah garis merah KMS. Dari segi
psikologis hubungan An. M dengan keluarganya terjalin harmonis, saling
memperhatikan, saling pengertian. Kemudian dari segi sosial, keluarga An. A
mempunyai status ekonomi yang kurang, tingkat pendidikan yang kurang dengan
lingkungan yang kurang sehat, dan perilaku yang kurang sehat. Hubungan Keluarga
An. M dengan masyarakat sekitar baik.
A. Diagnosis Biologis : Gizi buruk dengan ASD
B. Diagnosis Psikologis : Hubungan antara An. M dengan kedua orang tua,
kakek-nenek dan bibinya saling mendukung, saling memperhatikan dan
saling pengertian.
C. Diagnosis Sosial :
a. Status ekonomi yang kurang
b. Tingkat pendidikan kurang
c. Lingkungan sekitar rumah kurang sehat
d. Perilaku hidup kurang sehat
e. Keluarga pasien aktif mengikuti kegiatan di desanya sehingga hubungan
dengan masyarakat baik.

10

TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan
ASD (Atrial Septal Defect) atau defek septum atrium merupakan
kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial.
Berdasar letak lubangnya, defek septum atrium dibagi atas 3 tipe yaitu: 1)
Defek septum atrium sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovalis; 2)
Defek septum atrium primum, bila letak lubang terletak di daerakeluhan cepat
lelah dan pucat tampak lebih awalh ostium primum; 3) Defek sinus venous,
bila lubang terletak di daerah sinus venosus (Rahajoe, 2003).
Defek septum atrium sering tidak ditemukan pada awal pemeriksaan,
pada kasus dengan aliran pirau yang besar. Pada kasus An. M kelainan mulai
tampak pada usia 3 bulan dimana An. M sering batuk dan mengeluarkan
dahak, kemudian pada usia 6 bulan kulit An. M tampak membiru saat
menangis.

Setelah

dilakukan

pemeriksaan

echocardiogram,

An.

diadiagnosa menderita ASD.


Keluarga rutin memeriksakan An. M ke dokter di RS DR. Oen, apalagi
An. M juga sering batuk dan pilek. Untuk penanganan ASD, dokter
menyarankan untuk melakukan kateterisasi jantung, namun karena terkendala
biaya yang besar, dan An. M belum tercover Jamkesmas dan masih dalam
tahap pengajuan, maka saat ini kateterisasi belum dapat dilakukan dan hanya
rutin mengkonsumsi obat dari dokter.
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS
(Kartu Menuju Sehat). Klasifikasi keadaan berat badan balita di bawah garis
merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat menurut
umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan
anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizi. Gizi buruk
adalah keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut:

11

sangat kurus, edema, minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB
< -3 SD (Kemenkes, 2011).
Penilaian antropometrik status gizi An. M, yang dinilai menurut berat
badan, tinggi badan dan umur, yaitu indeks BB/U termasuk gizi buruk, indeks
TB/U termasuk pendek, dan indeks BB/TB termasuk sangat kurus. Berbagai
penilaian status gizi tersebut memiliki arti yang berbeda, untuk BB/TB dan
TB/U kurus kering dan kecil pendek umumnya menggambarkan keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan atau akibat tidak sehat menahun (Tim
Field Lab, 2008).
Penyebab rendahnya status gizi khususnya untuk mereka yang
berumur di bawah lima tahun, adalah faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yaitu anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang,
tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan menderita penyakit infeksi.
Sedangkan faktor tidak langsung antara lain seperti: tingkat pendidikan ibu
rendah, tingkat ekonomi keluarga rendah, latar belakang sosial budaya
keluarga dilihat dari pantangan makanan, distribusi makanan, keadaan
fisiologi, sehingga faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase
balita dengan berat badan di bawah garis merah (Soetjiningsih, 2002).
Faktor-faktor penyebab rendahnya status gizi pada An. M antara lain
adanya ASD yang diderita sejak lahir, keadaan ekonomi yang masih kurang
sehingga anak hanya makan makanan seadanya yang tidak memenuhi
kebutuhan gizi balita, dan kurangnya penyediaan komposisi makanan bergizi.
Kondisi lingkungan indoor yang kurang memenuhi syarat rumah sehat.
Ventilasi yang hanya sedikit dan berukuran kecil dan pencahayaan kurang
menyebabkan di dalam rumah kurang sirkulasi. Seluruh lantai rumah masih
belum kedap air karena masih berupa tanah. Hal-hal tersebut juga dapat
memudahkan anak terkena infeksi yang akan menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh.
Suasana bersosialisasi di lingkungan tempat tinggal An. M cukup baik
karena letak satu rumah dengan rumah lainnya cukup berdekatan. An. M tidak
terlalu sering bermain dengan tetangganya karena masih belum bisa bermain.

12

Fungsi holistik dan fisiologis keluarga An. M secara umum sudah baik.
Namun pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal edukasi dan
ekonomi yaitu karena pendidikan terakhir kakek dan bibinya adalah tidak
bersekolah dan SD, orang tua pasien lulusan SMA.. Untuk kehidupan ekonomi

keluarga pasien, dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Kedua hal tersebut berpengaruh dalam penerapan gaya hidup sehat di keluarga
An. M. Keluarga An. M menyadari pentingnya hidup sehat namun belum
menerapkan gaya hidup secara maksimal, seperti belum ada WC di rumah dan
sampah yang tampak masih berceceran di beberapa tempat.

B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai
berikut:
1. Promotif :
Pola makan: penyuluhan mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral berdasar umur dan berat
badan), penyuluhan melatih ketaatan dalam pemberian diet (pola asuh ibu
dan anak).
2. Preventif :
Pencegahan dilakukan dari berbagai aspek dari fungsi

Biologis : menghilangkan faktor risiko pada ibu yang berisiko seperti


umur ibu terlalu muda atau terlalu tua, ibu KEK.

Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara


berkala.

Faktor infeksi : melalui imunisasi dasar, minum obat cacing secara


rutin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Jaga asupan gizi sebagai modal untuk daya tahan tubuh yang baik.

3. Kuratif, tetap meneruskan pengobatan jantung An. M sambil menunggu


tersedianya dana untuk dilakukan kateterisasi dan tatalaksana gizi buruk
melalui 3 fase (stabilisasi, transisi, rehabilitasi), pemenuhan makanan
tambahan, meningkatkan nafsu makan.

13

4.

Rehabilitatif, melatih anak melalui fisioterapi dan okupasi terapi untuk


mengejar perkembangan An. M.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. PedomanPelayanan Anak Gizi


Buruk. Jakarta :Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak pp
5-76
Pudjladi A. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia jilid 1.
Jakarta :IDAI pp:14-25
Rahajoe, Anna. 2003. Defek Septum Atrium dalam Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:
Gaya Baru pp 229-31
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :EGC pp:37-62
Tim Field Lab FK UNS. 2008. Manual Field Lab Ketrampilan Pemantauan Status
Gizi Balita dan Ibu Hamil.Surakarta :Field Lab Fakultas Kedokteran UNS pp
4-42

14

15

Anda mungkin juga menyukai