Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam suatu persalinan merupakan
suatu landasan bagi kami untuk memaparkannya dan mengajak teman-teman
sejawat untuk berdiskusi, sehingga diharapkan apabila dalam menghadapi
persalinan yang serupa dengan yang akan kami presentasikan teman-teman sudah
mengerti dan dapat berbuat atau bertindak dengan benar sehingga diharapkan
tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Topik yang kami ajukan ini sangat menarik karena terdapat permasalahan
yang dapat untuk dijadikan diskusi dan sering kita hadapi kelak, Insya Allah.
Adapun permasalahan tersebut antara lain adalah : Secsio secaria, sterilisaasi
pomeroy, Fetal distress, Pre Eklamsi Berat, dan tali pusat menumbung. Sedikit
pengantar sebelum memasuki topik diskusi kita akan kami paparkan secara
sederhana tentang Hipertensi, letak lintang, fetal distress, tali pusat menumbung.
Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan
salah satu dari tiga besar selain perdarahan dan infeksi, yang terus menjadi
penyebab utama sebagai penyebab kematiaan ibu dan anak. Oleh karena itu
diagnosis dini sangat penting yaitu mampu mengenali dan mengobati pre eklamsi
ringan agar tidak berlanjut menjadi pre eklamsi berat dan pre eklamsi berat
menjadi eklamsi, hal ini hanya bisa diketahui bila ibu memeriksakan dirinya
secara rutin selama hamil. Berdasarkan hal tersebut diatas sangat jelas bahwa
pemeriksaan ante natal care yang teratur dan rutin dapat bermanfaat untuk
mencari tanda-tanda pre eklamsi dalam usaha pencegahan pre eklamsi berat dan
eklamsia.
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan yang bokong pada sisi yang lainnya,
pada keadaan ini apabila tidak ditolong dengan segera / tanpa pertolongan khusus,
akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri.
Fetal distress kegawat-daruratan janin sehingga memerlukan tindakan darurat
untuk menyelamatkannya.Berikut ini akan sedikit dibahas tentang tinjauan
pustaka dari masing-masing topik yang telah disebutkan diatas.
Tali pusat menumbung adalah bila tali pusat berada disamping atau lebih
rendah dari bagian depan anak, pada ketuban telah pecah.
1

B. Tinjauan Pustaka
I. Secsio Secaria
Definisi

: Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 1500 gr.
Jenis

Secsio Secaria Klasik

Secsio Secaria Trans Peritoneal Profunda

Secsio Secaria dengan Histerektomi

Secsio Secaria Ektraperitoneal

Secsio Secaria Vaginal

Indikasi

Placenta Previa Centralis dan lateralis

Panggul Sempit

Ruptur Uteri Imminens

Partus Lama

Distosia Servik

Pre Eklamsi dan Hipertensi

Malpresentasi Janin :

Letak Lintang pada panggul sempit primi gravida atau


multipara yang gagal ditolong

Presentasi Bokong bila ada panggul sempit, primi gravida,


janin besar, janin berharga.

Presentasi dahi dan muka bila reposisi dan cara-cara yang


lain gagal.

Gemeli bila janin pertama letak lintang atau presentasi


dagu, distosia karena tumor.

II. Pre Eklamsi dan eklamsi


Definisi

Pre eklamsi adalah suatu keadaan patologi kehamilan yang ditandai dengan
trias Hipertensi, Proteinuria, serta Oedem yang terjadi setelah umur kehamilan
20 minggu sampai segera setelah persalinan.Eklamsi adalah kejang atau koma
ynag menyertai keadaan pre eklamsi

Diagnosis :
a. Pre Eklamsi ringan
- Tekanan darah : > 140 / 90 mmHg - < 160 / 110 mmHg diukur

pada

posis berbaring terlentang.


- Proteinuria : < 5 g/liter dalam 24 jam
- Edema : Local atau general ( kaki, jari tangan, dan muka ) atau kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
b. Pre Eklamsia Berat
Disebut pre eklamsi berat bila terdapat satu atau lebih gejala berikut ini :
Tekanan Darah Sistolik 160 mmHg, Diastolik 110 mmHg atau kenaikan
tekanan sistolik > 60 mmHg, Diastolik > 30 mmHg.
Preteinuria 5 g / liter/ 24 jam atau = 4 dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yakni < 500 ml/24 jam
Edema yang masif.
Gangguan Visus dan Serebral.
Nyeri Epigastrum / nyeri kuadran atas abdomen/ muntah-muntah.
Terdapat sindroma HELLP ( Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low
Platelet Count ).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium pemeriksaan protein urine baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Pemeriksaan Darah
Pemerikasaan HPL dan Estriol
Penanganan
1. Pre eklamsi ringan :
a.

Rawat Jalan

- Banyak istirahat ( berbaring atau tidur miring )


- Diet cukup protein dan vitamin, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
- Sedative ringan : Diazepam 3 x 2 mg atau luminal 3 x 30 mg selama 7 hari ( kalau
tidak bisa istirahat ).
- Pemeriksaan Laboratorium :

1.

Darah dan Urine Rutin

2.

Jumlah Trombosit

3.

Uji Faal Hati

4.

Uji Faal Ginjal

5.

Estriol dan HPL

- Kontrol tiap minggu


b. Rawat Inap
- Dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukan perubahan
- Kenaikan berat badan 1 kg / minggu
- Timbul salah satu gejala pre eklamsia berat.
2. Pre Eklamsia Berat
a. Penderita dirawat diruang yang cukup tenang, tidur miring kekiri.
b. Diet cukup protein dan rendah garam
c. Infus Dextrosa 5 % tiap liternya diselingi infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam
sebanyak 500 ml, jumlah cairan maksimum 1500 ml/hr, kalau tekanan osmotic plasma
menurun, diberikan larutan koloid.
d. Magnesium Sulfat :
- Dosis Awal : 4 gr IV 20 % dengan kecepatan maksimal 1 g/ menit, segera
dilanjutkan dengan pemberian 8 gr IM larutan 40 % ( 20 ml ) masing-masing 10 ml
dipantat kanan dan kiri.
- Dosis Pemeliharaan : 4 gr IM setiap 6 jam kemudian dengan
syarat :
- Reflek Patella (+)
- Respirasi minimal 16x/menit
- Produksi Urine paling tidak 100 ml/ 4 jam terakhir
- Tersedia antidotum, yakni Kalsium Glukonat 10 %
- Pemberium Magnesium Sulfat dihentikan setelah 6 jam pasca persalinane
e. Anti Hipertensi
Diberikan bila tekanan sistolik 180 mmHg atau diastolik 110 mmHg
- Hidralazin :
- 10 mg 4-6 jam sesuai respon
- 5 mg IV, tunggu 5 menit bila tidak ada respon ulangi 5 mg IV sampai dosis
total 25 mg.

- Klonidin :
- Satu ampul ( 0,15 mg ) dilarutkan dalam air 9 ml aqua for injeksion atau
NaCl fisiologis disuntikkan IV sebanyak 5 ml tunggu 5 menit.
- Bila tekanan darah belum turun diulang sampai 4 kali dalam 30 menit.
- Bila tekanan darah sudah turun, klonidin diberikan secara IM sebanyak 0,15
mg dalam 3-4 jam.
f. Diuretika
1. indikasi
- Edema paru-paru
- Kegagalan Jantung
2. Obat dan Dosis
g. Tindakan Obstetrik
1. Konservatif:Kehamilan dipertahankan, ditunggu sampai persalinan spont
2. Aktif
- Indikasi ( bila terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini) :
a. Umur kehamilan 37 minggu
b. Terdapat gejala inpending eklamsia
c. Kegagalan terapi konservatif medikamentosa :
- 6 jam sejak pengobatan medicinal terjadi kenaikan darah
- Tidak terdapat perbaikan setelah 48 jam perawatan, dengan kriteria
tekanan diastolik 100 mmHg dan Indeks gestosis 6
- Cara Terminasi kehamilan
a. Belum dalam persalinan
- Induksi : setelah 30 menit terapi medicinal
- Secsio Secaria bila :
- terdapat kontra indikasi terhadap oksitocin
- setelah 12 jam dalam induksi tidak masuk fase aktif
- Primigravida lebih cenderung kearah bedah cesar.
b. Sudah dalam persalinan
- Kala I Laten : Secio secaria

- Kala II Aktif : Amniotomi bila dalam 6 jam setelah Amniotomi tidak


tercapai pembukaan lengkap Secio Secaria
- Kala II : Ekstraksi Vakum : Ekstraksi Forcipal.
III. Letak Lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan yang satunya pada posisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada didepan ( dorso
anterior), dibelakang ( dorso posterior), diatas ( dorso superior)atau dibawah (dorso
inferior).
Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan
kembar, janin sering dijumpai dalam keaadaan letak lintang. Keadaan lain yang dapat
menghalangi turunnya

turunnya kepala dalam rongga panggul seperti misalnya

panggul sempit, tumor didaerah panggul, dan plasenta previa dapat pula
mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikiaan pula kelainan bentuk
rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus, juga dapat
menyebabkan terjadinya letak lintang tersebut.
Diagnosis
Adanya letak lintang sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus
tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada disamping, dan
diatas simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul. Denyut
jantung janin ditemukan disekitar umbilicus.
Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul dalam pemeriksaan dalam dapat
diraba bahu dan tulang-tulang iga, bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya
menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Kalau ketiak menutup kekiri, Kepala
berada disebelah kiri, demikian juga sebaliknya. Punggung dapat ditentukan dengan
terabanya scapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya
klavikula.
Prognosis

Meskipun letak lintang dapat dirubah menjadi letak kepala, tetapi kelaian yang
menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor didaerah panggul
atau plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan.
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya. Faktor yang mempengaruhi kematiaan janin pada letak lintang disamping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep maupun ruptur uteri, juga sering akibat
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin.
Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal care, ditemukan letak lintang, sebainya
usaha untuk mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Untuk mencegah
janin memutar kembali ibu dianjurkan mengguanakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal care ulangan menilai letak janin, ibu diharuskan masuk rumah
sakit terlebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak,
segera dapat ditentukan diagnosa dan penanganannya. Pada permulaan persalinan
masih dapat diusahakan mengubah letak janin menjadi letak kepala asalkan
pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah, pada seorang
primigravida bila versi luar tidak berhasil sebainya segera dilakukan secsio secaria.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkuata itu baik, tidak didapatkan
panggul sempit, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama
menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut
bangun atau meneran, Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan secsio secaria. Jika ketuban pecah
tetapi tidak terdapat prolapsus funikuli maka tergantung pada tekanandan dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan secsio secaria.
Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah
bayi pertama lahir ditemukan bayi yang kedua dalam posisi lintang. Pada letak lintang
kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih
hidup, hendaknya dilakukan secsio secaria dengan segera, sedangkan pada janin yang
sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.

IV. Fetal Distress


Fetal Distress adalah janin dalam keadaan gawat sehingga memerlukan
tindakan darurat untuk menyelamatkannya. Hon ( 1974 ) secara tepat menyebutkan
bahwa persalinan adalah sebuah uji stress untuk janin yang mungkin diganggu oleh :
-

Penyakit janin intrinsik

Penyakit plasenta

Kompresi tali pusat

Penyakit ibu

Obat-obatan yang diberikan untuk analgesik dan anestesi

Hipotensi ibu akibat terlentang, analgesi, atau keduanya.

Terminologi untuk menerangkan DJJ :


DJJ

merupakan

dasar

merujuk

pada

kecepatan

modalitas

yang

mengungkapkan sebagian dari akselerasi periodik yang dikaitkan dengan kontraksi


uterus. Angka dasar antara 120 dan 160 detik/ menit dianggap normal, angka 100-120
bradikardi ringan dan kurang dari 100 baradikardi berat. Takikardi dianggap ringan
kalau angka dasarnya antara 161-180 detik/menit dan jelas kalau lebih dari 180 detik/
menit itu adalah takikardi berat. Akselerasi merujuk pada meningkatnya DJJ diatas
dasar dan deselerasi menunjukkan perlambata dibawah angka dasar. Tiga pola
deselerasi :
1. Pola deselerasi seragam mencerminkan bentuk yang terekam
bersamaan dengan kejadian kontraksi uterus. Deselerasi dini
biasanya dihubungkan dengan kompresi kepala janin,
meskipun stimulasi intuk deselerasai dini dapat lebih tidak
menggembirakan lagi.
2. Pola deselerasi awal yang ditandai dengan perlambatan DJJ
saat mulainya kontraksi, merupakn akibat penekanan
intracranial sementara kompresi kepala merangsang N.Vagus
dan karena itu memperlambat jantung. Tetapi deselerasi awal
mempunyai sebab yang lebih mengkhawatirkan yang sering
disebabkan kompresi tali pusat.
3. Pola deselerasi lambat, kemungkinan akibat hipoksia dan
gangguan metabolic yang ditimbulkan serta asidosis karena
sebab-sebab lain, misalnya jepitan tali pusat lama da berulang
8

atau sepsis janin kerena korioamniositis. Kehamilan dapat


ditangguhkan dengan hanya kalau insufisiensi uteroplasenter
dapat dikoreksi, seperti menghilangkan aktivitas uterus yang
berlebihan dengan m,enghentikan segera stmulasi oksitocin
atau dengan segera mengkoreksi hipotensi ibu oleh karena itu
akan memperbaiki sirkulasi uteroplasenter.
4. Pola deselerasi variable kemungkinan oleh kompresi tali
pusat
Alat yang dipakai
-

Statescop laenec atau doppler

CTG

Penilaian keadaan janin :


-

pembuatan foto rontgen

USG

Amnioskopi

Menganalisa air ketuban

Perbandingan lesitin sfingomyelin

NST ( non stress test )

OCT

Gerakan janin

Penatalaksaaan Fetal Distress


1. Konservatif
-

Ubah posis pasien dari posisi telentang keposisi miring untuk


melancarkan aliran darah Aorta Vena Cava

Hentikan pemberian oksitocin jika terdapat tanda-tanda penurunan


frekuensi, intensitas, durasi kontraksi uteri.

Berikan O2 6 liter/ menit untuk mengurangi hipoksia fetal.

Usahakan darah untuk persiapan tranfusi.

Persiapan operasi, anestesi, dokter anak, yang selalu siap dipanggil


kapan saja.

2. Operatif

Prognosis
Janin : Baik bila penanganannya cepat dan tepat
Ibu

: baik, bila penolong memilki ketrampilan baik atau dilakukan secsio secaria

bila perlu.
BAB II
KASUS
A. Identitas
Nama

: Ny. T

Umur

: 40 th

Alamat

: Berkoh, Rt 2/2, PWK selatan

No. CM

: 570685

Dtg/Tgl

: 20.45 WIB, 14 mei 2004-06-05

B. Anannesis
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan hendak melahirkan, kencang-kencang sering dirasakan
sejak pukul 17.00, keluar lendir darah dan ketuban tak lama kemudian, gerak anak
masih dirasakan. Riwayat Haid : HPHT : 12-8-03, Tp : 19-5-04, Riwayat nikah 2 x
selama 14 th, Riwayat ANC > 5 x dibidan, TT (-), Riwayat KB Pil (+) 2 Th . Riwayat
Obstetri GVPIVA0 1 : Laki-laki 28 th, 2 : Perempuan 26 th, 3 : 21 th perempuan, 4 :
12 th laki-laki, 5 : hamil ini. Riwayat Penyakit Dahulu : Jantung, Hipertensi, DM,
Asma disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Baik,

Kesadaran

: Compos Mentis

Vital Sign

: T : 160 / 80 mmHg, N : 88/x menit


R : 20 x/ mnt, S : Afebris

Tinggi Badan

: 155 cm

Berat Badan

: 63 Kg

Status Generalis

: - Mata
- Thorak

: Conjuntiva Anemis (-), Skelra Ikterik (-)


: Cor : S1> S2 Reguler, Bising (-), Gallop (-)

10

Pulmo:

Suara

Dasar

Vesikuler,

Suara

Tambahan (-)
- Genetalia Eksterna : Lendir darah (+), Edeme Vulva (-)
- Ektremitas

: Udeme (+) ekstremitas bawah, Reflek


Fisiologis (+), Reflek Patologis (-)

Status Obstetri
- Pemeriksaan Luar

Inspeksi

: Perut Membuncit tampak membujur

Palpasi

: TFU 41 cm,
Letak lintang, His (+) 2-3 x selama 15 detik,

Perkusi

: Tympani

Auskultasi

: DJJ : 8-9-9

- Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher

: Pembukaan 2-3 cm, selaput ketuban (-), eff 30 %,


teraba tali pusat berdenyut dan menumbung, lendir
darah (+)

D. Diagnosis
GvPivAo, 40 th, Hamil 39 mgg, Janin Tunggal Hidup Intrauterine, letak lintang
Dorso Inferior, Inpartu kala I, Fetal Distress, Pre Eklamsi Berat, Tali Pusat
Menumbung.
E. Penatalaksanaan

Rencana Diagnostik : Lapor dokter jaga Cito

kebidanan

Rencana Terapi

: Observasi DJJ dan His,

Kosongkan kandung kencing


Medika mentosa : Infus Rl 20 tts /menit
Ampicilin 1 gr IV
F. Observasi di VK IGD
Tgl : 14/05/2004 jam 20.55 :

T ;180 /100, S : 36,4 C, R : 25 x / Menit, N : 72


x/menit, TFU : 41 cm. DJJ : 8-9-9.

11

VT : pembukaan 2-3 cm, KK (-), Tali pusat


menumbung
Jam 21.00 : Lapor Dr. Sapto, intruksi SC Cito
Jam 21.20 : Pasien masuk OK, disiapkan untuk operasi
VS : T : 170/ 95 mmHg, R : 30 x/menit
N : 30 x/ menit, S : 36,8C
Jam 22.00 :

Operasi dimulai

Jam 22.21 :

bayi lahir , Perempuan, BB : 3700 gr, PB : 49 cm,


LK : 35 cm, LD : 34 cm, Anus (+), Kelainan (-), A/S
: 7-8-9

Jam 23.10 : Operasi selesai


Laporan Operasi
Tanggal Pembedahan

: 14 mei 2004-06-05

Pembedahan dimulai

: jam 22.00

Pembedahan Selesai

: jam 23.10

Diagnosis Pra Bedah

: GVPIVA0, Hamil Aterm, Janin Tunggal Hidup


Intrauetrin,

Letak

Lintang,Inpartu

Kala

I,

Tali

Pusat

Menumbung, Fetal Distress, Pre Eklamsi Berat.


Diagnosis Pasca Bedah

: Post SCTP a.i Fetal Distress. Sterilisasi Pomeroy

Jenis Pembedahan

: SCTP dan Sterilisasi Pomeroy

Laporan Operasi

Penderita tidur telentang dimeja operasi

Asepsi dan anti sepsis abdomen dan daerah sekitarnya

Insisi pada linea mediana sampai cavum abdomen terbuka

Uterus sebesar Hamil aterm

Insisi Segmen Bawah Rahim sampai cavum uteri terbuka.

Ekstraksi kaki kesulitan, insisi T

Bayi lahir dengan ekstraksi kaki 3700 gr, A/S 6-7-9

Jahit Corpus dengan benang Dixon share jelujur terkunci

Dilanjutkan dengan menjahit SBR dengan cara yang sama

Dilanjutkan dengan sterilisasi Pomeroy

Perdarahan minimal

12

Tutup dinding abdomen selapis demi selapis

Operasi selesai

Instruksi Post Operasi :

Infus RL + 10 IU Oxitoxin

Injeksi Oxitocin 1 Amp / hari

Injeksi Ampicilin 4x1 gr

Pengawasan

G. Follow Up
Tanggal
S
15/05/04 Kel: Flatus (-)

O
KU:Tampak menahan

A
PVA0,40 th

P
- Infus RL 20 -

BAK (+) DC

Sakit, Compos Mentis.

Post SCTP a.i

tts / menit

BAB (-)

VS : T : 140/90 mmHg

Fetal distres,

- Ampicilin 4x1

ASI (-)

N : 100 x /Mnt

Sterilisasi

gr

S : Afebris

Pomeroy

- alinamin F 3x1

R : 22 x/mnt

Hari I

amp

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme pada
ekstemitas bawah
St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
16/05/04 Kel: Flatus (-)

A : Bising Usus (-)


KU: sedang, Compos PVA0,40

th - Obat diteruskan

BAK (+) DC

Mentis.

Post SCTP a.i - Mobilisasi

BAB (-)

VS : T : 135/90 mmHg

Fetal distres,

13

ASI (-)

N : 95 x /Mnt

Sterilisasi

S : Afebris

Pomeroy

R : 22 x/mnt

Hari II

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme pada
ekstemitas bawah
St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+)
17/05/04 Kel:

KU:

sedang,

Compos PVA0,40

th - Obat diteruskan

BAK (+)

Mentis.

Post SCTP a.i - Mobilisasi

BAB (+)

VS : T : 130/90 mmHg

Fetal distres, - DC lepas

ASI (+) sedikit

N : 95 x /Mnt

Sterilisasi

S : Afebris

Pomeroy

R : 22 x/mnt

Hari III

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme pada
ekstemitas bawah
St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)

14

Pe : Tympani
18/05/04 Kel:

A : Bising Usus (+)


KU:
baik,
Compos PVA0,40

th Obat teruskan

BAK(+)

Mentis.

Post SCTP a.i ganti oral

BAB (+)

VS : T : 1250/90 mmHg

Fetal distres, - Ampicilin 4x

ASI (+) banyak

N : 90 x /Mnt

Sterilisasi

500 mg

S : Afebris

Pomeroy

- mobilisasi

R : 25 x/mnt

Hari IV

duduk

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme -/St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+)
19/05/04 Kel :

KU:

baik,

Compos PVA0,40

th - terapi diteruskan

BAK (+)

Mentis.

Post SCTP a.i

BAB (+)

VS : T : 120/90 mmHg

Fetal distres,

ASI (+) banyak

N : 85 x /Mnt

Sterilisasi

S : Afebris

Pomeroy

R : 25 x/mnt

Hari V

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme -/St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa

15

Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+)
20/05/04 Kel :

KU:

baik,

Compos PVA0,40

th - terapi diteruskan

BAK (+)

Mentis.

Post SCTP a.i

BAB (+)

VS : T : 120/90 mmHg

Fetal distres,

ASI (+) banyak

N : 85 x /Mnt

Sterilisasi

S : Afebris

Pomeroy

R : 25 x/mnt

Hari VI

St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :edeme -/St. Obstetrik
I : Perut agak cembung,
luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah
pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+)

16

BAB III
PEMBAHASAN
Dari laporan kasus yang kami presentasikan ini, pasien datang dengan
GvPivAo, 40 th, Hamil 39 mgg, Janin Tunggal Hidup Intrauterine, Letak Lintang
Dorso Inferior, Inpartu Kala I fase laten, Fetal Distress, Pre Eklamsi Berat, Tali Pusat
Menumbung. Diagnosis ini berdasarkan pada :
-

GVPIVA0 : ini adalah kehamilan pasien yang kelima, pasien telah


melahirkan empat kali dan belum pernah abortus.

Hamil 39 minggu : ini berdasarkan HPHT pasien, yaitu 12 agustus


2003 dengan HPL tanggal 19 Mei 2004.

Janin tunggal hidup intra uterine, Letak lintang dorso inferior


ditentukan dengan pemeriksaan Leopold dan DJJ (+).

Fetal Distress : pada kasus ini didapatkan tanda-tanda fetal distress


yaitu DJJ 8-9-9 atau 104 x / menit. Ini menunjukan frekuensi DJJ
menjadi lebih lambat atau Bradikardi.

Pre Eklampsi Berat pada pasien ini didiagnosis dari tekanan darah
pasien 160 / 80 mmHg, Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelum kehamilan ini.

Tali pusat menumbung disebabkan karena kurang tertutupnya pintu


atas panggul oleh bagian terendah janin hal ini disebabkan adanya
malpresentasi janin berupa letak lintang dorso inferior.

Pada kasus ini dilakukan tindakan untuk segera mengakhiri persalinan yakni
dengan tindakan secsio secaria. Karena pada kasus ini memenuhi kriteria untuk
segera melakukan tindakan secsio secaria, adapun kriterianya adalah pada kasus ini
didapatkan keadaan fetal distress atas indikasi tali pusat menumbung.

17

BAB IV
KESIMPULAN
1. Dignosis pada kasus ini : G VPIVA0, 40 th, Hamil 39 minggu, Janin tunggal hidup
intra uteri, Letak Lintang Dorso Inferior, Inpartu Kala I fase laten, Fetal Distress,
Tali pusat menumbung, Pre Eklampsi Berat.
2. Janin tidak bisa dilahirkan pervaginam karena adanya kegawat daruratan janin
yang harus segera dilakukan tindakan sectio secaria.
3. Fetal Distress kemungkinan dikarenakan adanya hipoksia janin yang disebabkan
tali pusat yang menumbung.
4. Dasar diagnosis pre eklampsi berat pada pasien ini adalah adanya tekanan darah
160/80 mmHg, dan pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan.
5. Sterilisasi dilakukan atas permintaan pasien dengan pertimbangan telah memiliki
jumlah anak yang sudah lebih dari cukup.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. S Sarwono P, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta , Tahun 1999, BAB X Bedah Kebidanan, Hal 805
807.
2. Sarwono P, Gawat Janin dalam ilmu bedah kebidanan, Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta , Tahun 2000, BAB IX, Hal 52
60.
3. Winkjosastro, Hanifa, Prof. Dr. Ilmu Kebidanan, Pre-eklamsia dan
Eklamsia, BAB VI Patologi Kehamilan dan Penangannanya, Budiono
Wibowo, dkk., Hal 281 301
4. Winkjosastro, Hanifa, Prof. Dr., Distosia karena kelainan Letak serta Bentuk
Janin dalam Kehamilan dalam Ilmu Kebidanan, Edisi 3, YPB-SP, Jakarta
1991, Hal 606 622.

19

Anda mungkin juga menyukai