Oleh:
NI PUTU DIAN SEPTIANA ANDRIANI
(0902105086)
Sisfolik (mmHg)
Diasfolik (mmHg)
Normal +
< 130
< 85
Normal tinggi
130 139
85 89
Hipertensi +
Stadium 1 (ringan)
140 159
90 99
Stadium 2 (sedang)
160 170
100 109
Stadium 3 ( (Berat)
180 209
110 119
> 210
> 120
ETIOLOGI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak diketahui sebabnya, walaupun demkian para peneliti
mengidentifikasikan adanya faktor resiko riwayat keluarga yang pernah menderita tekanan
darah tinggi, ras (dijumpai banyak pada kulit berwarna), stress, kegemukan, diet banyak
mengandung lemak, jenuh dan garam, perokok, kehidupan sedentary. (kurang bergerak).
(Sitepoe, 1996 : 36).
Menurut penyebabnya Hipertensi dapat dibagi dua :
1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita
hipertensi yang ada di masyarakat. Hipertensi primer merupakan dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal
untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah
tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah
tinggi.
2. Hipertensi sekunder jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan Ginjal
-
Kelainan Hormon
-
Diabetes melitus
Pil KB
Kelainan Neurologis
-
Polineuritis
Polimyelifis
Lain-lain
-
Obat-obatan
Preeklamsi
2. USIA
Hipertensi banyak terjadi pada usia lansia karena penyakit degenerative yang
mengakibatkan pembuluh darah kaku dan tidak elastis lagi.
3. JENIS KELAMIN
Di usia muda, laki-laki lebih berpeluang menderita hipertensi. Usia 65 tahun keatas
wanita yang lebih berpeluang.
4. GENETIK / KETURUNAN
Ras kulit hitam lbih besar 3,3 kali peluangnya terkena hipertensi dr pada org kulit
putih. Apabila orang tuanya menderita hipertensi maka anaknya memiliki
kemungkinan untuk menderita hipertensi juga.
5. POLA HIDUP
Pola makan dan olah raga. Kurangi makan makanan instan karena bahan pengawet,
selain itu bahan Natriumnya tinggi dan mengandung lilin yang dapat merusak
pencernaan.
6. AKTIVITAS
Apabila seseorang memiliki kegiatan yang padat dan tidak diimbangi dengan istirahat
maka orang tersebut berkemungkinan besar beresiko terserang stress. Dimana stress
adalah salah satu factor penyebab hipertensi.
7. OBAT OBATAN
Misalnya apabila seseorang menggunakan obat obatan yang memiliki kandungan
Natrium yang cukup tinggi atau pengguna pil KB.
MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Tetapi beberapa
pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun,
gelisah, mual, muntah, episfaksis, kelemahan otot atau perubahan mental. Peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg, Rasa berat ditengkuk, Sukar tidur, Mata berkunang kunang,
Lemah dan lelah, Muka pucat, Suhu tubuh rendah Jantung berdebar-debar, Penglihatan kabur,
Dunia terasa berputar, Wajah memerah, Hidung berdarah (Dr. Rahayoe, SPJP, 2001 : 116).
Selain manifestasi klinik diatas ada manifestasi klinis lain pada kasus hipertensi:
a. Kerusakan vaskuler
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
Hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja
ventrikel
saat
di
paksa
kontraksi
melawan
tekanan
sistemik
yang
PATOFISIOLOGI
Mekanisme uang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomoyor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pregtanglion melapaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pem,buluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontritor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinifin yang menyebabkan vasokonfriksi.
Konteks adrenal mensekresi korfisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokonfriktor pembuluh darah. Vasokonfriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiofensin I yang
kemudian diubah menjadi angiofensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldoferon dan korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan refensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume infravaskuler.
Perybahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah.perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penirunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan disfensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup). Mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
(Smeltzer, 2002 : 898-899)
EPIDEMIOLOGI
Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana diperkirakan
prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati
tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas
Kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan
kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan
peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian
dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut
timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia,
diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari factor risiko diatas yang
sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
mellitus. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi
1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat
ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah
banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.
Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh
kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang
tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat
rendah. Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo,
menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi
sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi
lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk
hipertensi ringan (diastolik 95104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105129
mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130
mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase
yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan
faktor risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak
dijumpai.Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi,
kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan.Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit
kardiovaskuler
adalah
mencegah
peningkatan
jumlah
penderita
risiko
penyakit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektro Kardio Grafi (EKG )
b. Ekokardiogram
-
tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi
dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik
c. Foto rontgen
-
Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup deposit pada dada
atau takik aorta, pembesaran jantung.
d. Laboratorium
- Asam urat
KOMPLIKASI
Membiarkan hipertensi berarti membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan
proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Organ organ
tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan
gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh
darah otak.
Selain itu hipetensi juga mengakibatakan:
-
Payah jantung
Stroke
Kerusakan ginjal
Kerusakan penglihatan
Stroke
(Ignatius, 1991)
PENATALAKSANAAN
Tujuan dari tiap program bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
mobilitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. (Smeltzer, 2002 : 42)
a. Pengobatan non farmakologi
-
Diet
Berhenti merokok
Olahraga teratur
Menghindari tegangan
Istirahat cukup
Pengobatan
hipertensi
adalah
pengobatan
jangka
panjang
bahkan
PROGNOSIS
Penderita hipertensi akan menjadi baik jika penatalaksanaan juga baik, sebaliknya prognosis
akan menjadi buruk jika penatalaksanaan kurang baik. Bila seseorang mengalami tekanan
darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka
hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan
kematian.
POHON MASALAH
Obesitas
Lemak atau
kolesterol
berlebih
Nikotin dalam
rokok
Masuk dalam
peredaran
darah
Meningkatkan
agregasi
trombosit
Pemberian pil
Renal siskemik
KB
Renin
Stimulasi saraf angiotensinoge
meningkat
simpatis
n
meningkat
Kotraktilitas
Angiotensin I
miokard
Asupan
Angiotensin II
meningkat
garam
berlebih
Sekresi aldosteron
Stress
meningkat
Retensi Na & air
arterosklerosis
Tahanan perifer
meningkat
Beban jantung
meningkat
COP meningkat
Hipertensi
Kerusakan vaskuler
PK
Hipertens
Perubahan struktur
arteri dan arteiriola
vasokonfriksi
Gangguan sirkulasi
Suplay O2
Ginjal
otak menurun
Kerja ginjal
Tekanan pembuluh
Hipoksia
meningkat
darah otak
meningkat
Kerusakan
Nyeri kepala
nefron
Ganggua
n Perfusi
jaringan Gagal ginjal
Pasien
Nyeri
kronis
serebral
gelisah
Akut
Otak
Jantung
Suplay O2 ke
jantung
menurun
Disfungsi
miokard
Iskemia
miokard
tidak
Ganggu
an Pola
Tidur
Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
Resiko tinggi
penurunan
curah
jantung
Penurunan
kekuatan
ekstremitas
Kesulitan
gaya
berjalan
Resiko
jatuh
Jaringan
tubuh
Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan
menurun
kelemahan
Intoleran
si
aktifitas
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PK Hipertensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada kepala dengan skala 8, klien mengalami gangguan tidur, klien tampak
meringis.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan klien
tidak tau mengenai penyebab penyakitnya, klien
No
Diagnosa keperawatan
PK Hipertensi
Tujuan
Intervensi
teratasi
dengan
INTERVENSI
kriteria hasil :
akut
skala
8,
teratasi
dengan
Label:
Pain
Control>>
Melaporkan
perubahan
nyeri
skala
dari
Melaporkan
terkontrol
klien
Klien
tidak
mengakui
tidak
menyampaikan
tampak
meringis
Klien
nyeri
tampak gelisah
menjadi 4
mengalami
respon
rasa
sakit
dan
penerimaan pasien
terhadap nyeri
Eksplorasi pengetahuan dan keyakinan pasien
nyeri
Tentukan dampak dari pengalaman nyeri pada
mengenal
lamanya/onset nyeri
EVALUASI
1. PK Hipertensi
Sistole 140 MmHg
Diastole 100 MmHg
2. Nyeri Akut
Melaporkan perubahan nyeri dari skala 8 menjadi 4
Melaporkan nyeri terkontrol klien tidak tampak gelisah
Klien tidak tampak meringis
Klien mengenal lamanya/onset nyeri
3. Kurang pengetahuan
Klien mengerti mengenai penyakitnya
Klien mengetahui penyebab penyakitya
4. Resiko jatuh
Tidak terjatuh saat berdiri
Tidak terjatuh saat berjalan
Tidak terjatuh saat duduk
Tidak terjatuh dari tempat tidur
Tidak terjatuh ketika berpindah/ bergerak
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,
Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
askep.blogspot.com/2008/02/askep-hipertensi
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St.Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.