Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

Oleh:
NI PUTU DIAN SEPTIANA ANDRIANI
(0902105086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2013

1. TINJAUAN TEORI HIPERTENSI


PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut
WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim
Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith
Tom, 1995 ).
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas:
Kategori

Sisfolik (mmHg)

Diasfolik (mmHg)

Normal +

< 130

< 85

Normal tinggi

130 139

85 89

Hipertensi +
Stadium 1 (ringan)

140 159

90 99

Stadium 2 (sedang)

160 170

100 109

Stadium 3 ( (Berat)

180 209

110 119

> 210

> 120

Stadium 4 (sangat berat)


(Smeltzer, 2002 : 897)

ETIOLOGI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak diketahui sebabnya, walaupun demkian para peneliti
mengidentifikasikan adanya faktor resiko riwayat keluarga yang pernah menderita tekanan
darah tinggi, ras (dijumpai banyak pada kulit berwarna), stress, kegemukan, diet banyak
mengandung lemak, jenuh dan garam, perokok, kehidupan sedentary. (kurang bergerak).
(Sitepoe, 1996 : 36).
Menurut penyebabnya Hipertensi dapat dibagi dua :

1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita
hipertensi yang ada di masyarakat. Hipertensi primer merupakan dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal
untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam
lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah
tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah
tinggi.
2. Hipertensi sekunder jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan Ginjal
-

Glomerulonepritis akut (GNA)

Glomerulonepritis kronis (GNC)

Pyeloneprifis kronis (PNC)

Penyempitan arteri renalis

Kelainan Hormon
-

Diabetes melitus

Pil KB

Phaecromacytoma (tumor adrenal)

Kelainan Neurologis
-

Polineuritis

Polimyelifis

Lain-lain
-

Obat-obatan

Preeklamsi

(Dr. Rahayoe, SPJP, 2001 : 115)


Beberapa factor yang mempengaruhi hipertensi :
1. KEGEMUKAN
Penderita tekanan darah tinggi sebagian besar adalah orang obesitas. Hal ini
disebabkan karena lemak menyumbat pembuluh darah sehingga tekanannya
meningkat.

2. USIA
Hipertensi banyak terjadi pada usia lansia karena penyakit degenerative yang
mengakibatkan pembuluh darah kaku dan tidak elastis lagi.
3. JENIS KELAMIN
Di usia muda, laki-laki lebih berpeluang menderita hipertensi. Usia 65 tahun keatas
wanita yang lebih berpeluang.
4. GENETIK / KETURUNAN
Ras kulit hitam lbih besar 3,3 kali peluangnya terkena hipertensi dr pada org kulit
putih. Apabila orang tuanya menderita hipertensi maka anaknya memiliki
kemungkinan untuk menderita hipertensi juga.
5. POLA HIDUP
Pola makan dan olah raga. Kurangi makan makanan instan karena bahan pengawet,
selain itu bahan Natriumnya tinggi dan mengandung lilin yang dapat merusak
pencernaan.
6. AKTIVITAS
Apabila seseorang memiliki kegiatan yang padat dan tidak diimbangi dengan istirahat
maka orang tersebut berkemungkinan besar beresiko terserang stress. Dimana stress
adalah salah satu factor penyebab hipertensi.
7. OBAT OBATAN
Misalnya apabila seseorang menggunakan obat obatan yang memiliki kandungan
Natrium yang cukup tinggi atau pengguna pil KB.

MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Tetapi beberapa
pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun,
gelisah, mual, muntah, episfaksis, kelemahan otot atau perubahan mental. Peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg, Rasa berat ditengkuk, Sukar tidur, Mata berkunang kunang,

Lemah dan lelah, Muka pucat, Suhu tubuh rendah Jantung berdebar-debar, Penglihatan kabur,
Dunia terasa berputar, Wajah memerah, Hidung berdarah (Dr. Rahayoe, SPJP, 2001 : 116).
Selain manifestasi klinik diatas ada manifestasi klinis lain pada kasus hipertensi:
a. Kerusakan vaskuler
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
Hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja
ventrikel

saat

di

paksa

kontraksi

melawan

tekanan

sistemik

yang

meningkat,apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban


kerja,maka dapat terjadi gagal jantung kiri.
b. Perubahan patologis pada ginjal
1. Nokturia (peningkatan urinari pada malam hari)
2. Azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin).
c. Stroke atau serangan iskemik transien yang tremanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer,
2002 : 899).

PATOFISIOLOGI
Mekanisme uang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomoyor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pregtanglion melapaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pem,buluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontritor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinifin yang menyebabkan vasokonfriksi.
Konteks adrenal mensekresi korfisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokonfriktor pembuluh darah. Vasokonfriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiofensin I yang

kemudian diubah menjadi angiofensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldoferon dan korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan refensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume infravaskuler.
Perybahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah.perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penirunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan disfensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup). Mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
(Smeltzer, 2002 : 898-899)

EPIDEMIOLOGI
Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana diperkirakan
prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati
tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas
Kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan
kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan
peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian
dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut
timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia,
diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari factor risiko diatas yang
sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
mellitus. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi
1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat

ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah
banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.
Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh
kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang
tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat
rendah. Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo,
menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi
sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi
lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk
hipertensi ringan (diastolik 95104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105129
mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130
mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase
yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan
faktor risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak
dijumpai.Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi,
kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan.Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit
kardiovaskuler

adalah

mencegah

peningkatan

jumlah

penderita

risiko

penyakit

kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi,


diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres dan lain-lain

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektro Kardio Grafi (EKG )

Kemungkinan ada pembesatan ventrikal kiri, pembesaran arteri kiri, adanya


penyakit jantung koroner atau aritmia.

Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan dan gangguan


konduksi
Catatan : luas, peninggian gelombang adalah salah satu tanda dari penyakit
penyakit jantung hipertensi.

b. Ekokardiogram
-

tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi
dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik

c. Foto rontgen
-

Kemungkinan ditemuka pembesaran jantung, vaskularisasi tau aorta yang


lebar.

Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup deposit pada dada
atau takik aorta, pembesaran jantung.

d. Laboratorium
- Asam urat

: hiperuriemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko


terjadinya hipertensi.

- Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum cepat meningkatkan


hipertensi hipertensi
- BUN / Kreatin : memberika informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal
(Doengoes, 2000 : 42)

KOMPLIKASI
Membiarkan hipertensi berarti membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan
proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Organ organ
tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan
gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh
darah otak.
Selain itu hipetensi juga mengakibatakan:
-

Penyait jantung koroner

Payah jantung

Stroke

Kerusakan ginjal

Kerusakan penglihatan

Curah jantung menurun

Stroke
(Ignatius, 1991)

PENATALAKSANAAN
Tujuan dari tiap program bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
mobilitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. (Smeltzer, 2002 : 42)
a. Pengobatan non farmakologi
-

Perubahan cara hidup

Mengurangi asupan garam dan lemak.

Diet

Mengurangi asupan alkohol

Berhenti merokok

Mengurangi berat badan bagi pemnderita kegemukan

Meninglkatkan aktifitas fisik

Olahraga teratur

Menghindari tegangan

Istirahat cukup

Penurunan BB ( dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan


aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. )

(Dr. Rahayoe, SPJP, 2001 :117)


b. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan hipertensi ditandai oleh beberapa prinsip sebagai berikut :

Pengobatan hipertensi esensial digunakan untuk menurunkan tekanan darah


dengan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
komplikasi

Upaya penurunan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti


hipertensi (norvask : untuk mengontrol TD dan mengubah angiotensi)

Pengobatan

hipertensi

adalah

pengobatan

jangka

panjang

bahkan

dimungkinkan seumur hidup


-

Pengobatan yang menggunakan standar tipe terapi menjadi dasar pengobatan


yang dimintai dengan dosis yang rendah untuk satu jenis obat dinaikkan
dosisnya,bila belum ada respon dan dapat ditambahkan obat lain bila dengan
dosisnya bilamana didapat efek yang belum didapat efek yang belum
diharapkan.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan obat ini anti hipertensi yaitu:


a. Mempunyai efektifitas yang tinggi.
b. Mempunyai taksisitas dan efek samping yang ringan atau menempel pada G.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh penderita.
f. Memungkinkan penggunaan dalam jangka panjang.
(Ignatius,1991)
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

PROGNOSIS
Penderita hipertensi akan menjadi baik jika penatalaksanaan juga baik, sebaliknya prognosis
akan menjadi buruk jika penatalaksanaan kurang baik. Bila seseorang mengalami tekanan
darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka
hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan
kematian.

POHON MASALAH
Obesitas
Lemak atau
kolesterol
berlebih

Nikotin dalam
rokok
Masuk dalam
peredaran
darah
Meningkatkan
agregasi
trombosit

Pemberian pil
Renal siskemik
KB
Renin
Stimulasi saraf angiotensinoge
meningkat
simpatis
n
meningkat
Kotraktilitas
Angiotensin I
miokard
Asupan
Angiotensin II
meningkat
garam
berlebih
Sekresi aldosteron
Stress

meningkat
Retensi Na & air
arterosklerosis
Tahanan perifer
meningkat
Beban jantung
meningkat
COP meningkat
Hipertensi
Kerusakan vaskuler

PK
Hipertens

Perubahan struktur
arteri dan arteiriola
vasokonfriksi
Gangguan sirkulasi

Suplay O2
Ginjal
otak menurun
Kerja ginjal
Tekanan pembuluh
Hipoksia
meningkat
darah otak
meningkat
Kerusakan
Nyeri kepala
nefron
Ganggua
n Perfusi
jaringan Gagal ginjal
Pasien
Nyeri
kronis
serebral
gelisah
Akut
Otak

Jantung
Suplay O2 ke
jantung
menurun
Disfungsi
miokard
Iskemia
miokard

tidak

Ganggu
an Pola
Tidur

Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit

Resiko tinggi
penurunan
curah
jantung

Penurunan
kekuatan
ekstremitas
Kesulitan
gaya
berjalan
Resiko
jatuh

Jaringan
tubuh
Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan
menurun
kelemahan

Intoleran
si
aktifitas

2.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI


PENGKAJIAN
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek,gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, takikardea, perubahan warna kulit, suhu dingin.
3. Makanan atau cairan
Gejala : Makanan yang disukai seperti makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol, mual-muntah, riwayat penggunan deuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
4. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
5. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.)
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening atau pusing, episode epistaksis, gangguan penglihatan,
berdenyut..
Tanda : Respon motorik : penurunan genggaman tangan
Status mental

: perubahan pola bicara

7. Nyeri atau ketidak nyamanan


Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital.
8. Pernafasan
Gejala : dipsnea yang berkaitan dengan aktifitas, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sekutum, riwayat merokok.
Tanda : bunyi nafas tambahan (krakles atau mengi), sianosis.
9. Keamanan
Keluhan :

gangguan koordinasi atau cara berjalan.

Gejala : hipotensi postural


10.

Pembelajaran atau penyuluhan

Gejala : faktor-faktor resiko keluarga : hipertnsi, jantung, diabetes militus,


penyakit ginjal.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PK Hipertensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada kepala dengan skala 8, klien mengalami gangguan tidur, klien tampak
meringis.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan klien
tidak tau mengenai penyebab penyakitnya, klien

mengatakan tidak mengerti

mengenai penyakitnya, ketika ditanya klien tidak bisa menjelaskan penyebab


penyakitnya dank lien tidak mampu menjelaskan tentang penyakitnya
4. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah ditandai
dengan klien berusia 75 tahun, klien memiliki riwayat jatuh, klien menggunakan alat
bantu tongkat, klien mengeluh terkadang kakinya terasa nyeri, lingkungan sekitar
tempat tidur klien kurang rapi

No

Diagnosa keperawatan

PK Hipertensi

Tujuan

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .x.
jam, diharapkan Hipertensi
dapat

teratasi

dengan

Pantau dan tanda-tanda vital


Dorong pasien dalam kepatuhan terapi obat
Ajarkan tanda dan gejala hipertensi
Kolaborasi pemberian obat antihipertensi

INTERVENSI

kriteria hasil :

Sistole 140 MmHg

Diastole 100 MmHg


berhubungan Setelah diberikan asuhan Label NIC : Pain Management
dengan agen cidera biologis keperawatan selama .x Lakukan penilaian yang komprehensif dari rasa
sakit untuk memasukkan lokasi, karakteristik,
ditandai
dengan
klien menit diharapkan nyeri
Nyeri

akut

mengeluh nyeri pada kepala pasien


dengan

skala

8,

teratasi

klien criteria hasil:

mengalami gangguan tidur, <<NOC


klien tampak meringis.

onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

dengan

Label:

Pain

terutama dalam mereka yang tidak mampu untuk

Control>>

Melaporkan

perubahan

nyeri

skala

dari

Melaporkan
terkontrol

klien

Klien

tidak

mengakui

tidak

menyampaikan

tampak

meringis

Klien

analgesic mendapat perhatian


Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk

nyeri

tampak gelisah

berkomunikasi secara efektif


Pastikan pasien yang menerima perawatan

menjadi 4

mengalami
respon

rasa

sakit

dan

penerimaan pasien

terhadap nyeri
Eksplorasi pengetahuan dan keyakinan pasien

tentang rasa sakit


Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon

nyeri
Tentukan dampak dari pengalaman nyeri pada

mengenal

lamanya/onset nyeri

keparahan nyeri, dan faktor pencetus


Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan,

kualitas hidup (pola tidur, nafsu makan, aktivitas,


kognisi, mood, hubungan, kualitas kerja, dan

EVALUASI
1. PK Hipertensi
Sistole 140 MmHg
Diastole 100 MmHg
2. Nyeri Akut
Melaporkan perubahan nyeri dari skala 8 menjadi 4
Melaporkan nyeri terkontrol klien tidak tampak gelisah
Klien tidak tampak meringis
Klien mengenal lamanya/onset nyeri
3. Kurang pengetahuan
Klien mengerti mengenai penyakitnya
Klien mengetahui penyebab penyakitya
4. Resiko jatuh
Tidak terjatuh saat berdiri
Tidak terjatuh saat berjalan
Tidak terjatuh saat duduk
Tidak terjatuh dari tempat tidur
Tidak terjatuh ketika berpindah/ bergerak

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
2002
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,
Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

askep.blogspot.com/2008/02/askep-hipertensi
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St.Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai