Tuntutan Buruh Terhadap Ketentuan Upah Minimum Di Indonesia
Tuntutan Buruh Terhadap Ketentuan Upah Minimum Di Indonesia
DI INDONESIA
Disusun Oleh :
IDA HASTUTI EKOWATI, SE
NIM. 1452020045
KELAS 14 B1
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kamu buat guna
memenuhi tugas perkuliahan yaitu Manajemen Sumberdaya Manusia mengenai ketentuan Upah
Minimum di setiap daerah di Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini tak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami
menyadari kelancaran dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini tidak lain berkat
bimbingan dosen dan kerja sama kami sebagai penulis, sehingga kendala yang kami hadapi dapat
teratasi.
Kami pun menyadari bahwa tugas ini tentu masih ada kekurangan, baik pada teknis
maupun materi, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
yang kami buat.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis dan pembaca agar
dapat mengetahui perkembangan perekonomian di Indonesia serta dapat memahami suatu
kondisi dimana hak dan kewajiban harus seimbang dan saling memenuhi.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demo buruh menuntut kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) telah menjadi wacana
yang terus mengalir di Indonesia. Dari waktu ke waktu, masalah UMR memang menjadi pokok
masalah tuntutan buruh. Pada tanggal 3 Oktober 2012, para buruh kembali melakukan demo di
berbagai titik dalam kota hampir di seluruh Indonesia. Mulai demo buruh Bekasi, Padang,
Surabaya, Makassar, dan di wilayah lain bergerak serentak menyampaikan tuntutan kepada
Pemerintah. Demo buruh tersebut didukung oleh Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(KSPSI) dengan mengajukan 3 tuntutan kepada pemerintah, yaitu:
Penghapusan upah murah.Indonesia selama ini menganut Upah Murah, yaitu masih di
bawah upah minimum standar yaitu US$250. Di Bekasi misalnya, para buruh menyatakan bahwa
upah minimum yang diterima para buruh saat ini masih dalam kisaran Rp. 1.750.000.
Berdasarkan Keputusan Dewan Pengupahan Nasional, serta Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi ditetapkan bahwa pemerintah akan menambah empat komponen kebutuhan hidup
layak (KHL) bagi perhitungan upah minimum regional buruh tahun 2012, sehingga UMR tahun
2013 diperkirakan hanya bertambah sekitar Rp 15.000- Rp 20.000. Besaran upah minimum
tersebut tidak layak jika diberlakukan di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kaya
dengan Produk Domestik Bruto (PDB) nomor 17 di dunia. Namun, rata-rata UMR Indonesia
hanya 120 dollar Amerika Serikat per bulan. Upah sebesar itu sangat rendah di dunia atau
nomor 68 dari 190 negara. Ini berarti pemerintah dan pengusaha Indonesia selama 30
tahun menganut
kebijakan
upah
murah
yang
selamanya
akan memiskinkan
buruh
(Kompas.com, "Tahun 2013, UMR Cuma Bertambah Rp 20.000", Minggu, 1 Juli 2012).
bisnis, kemudahan dan kemurahan memperoleh tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan
layak tidaknya bisnis dijalankan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam suatu organisasi atau perusahaan peranan manajemen sumber daya manusia
sangatlah penting. Hal ini dapat kita mengerti karena tanpa sumberdaya manusia, suatu
organisasi tidak mungkin berjalan. Manusia merupakan penggerak dan pengelola faktor-faktor
produksi lainnya seperti modal, bahan mentah, peralatan, dan lain-lain untuk mencapai tujuan
organisasi (Manulang, 1995).
Dengan semakin berkembangnya suatu organisasi maka makin sulit pula perencanaan
dan pengendalian pegawainya. Oleh karena itu, maka sangatlah dibutuhkan manajemen
personalia yang mengatur dan mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan
kepegawaian, baik dalam hal administrasi, pembagian tugas maupun pada kegiatan personalia
lainnya.
Berikut ini pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia menurut (Zainal, 2006):
Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan
penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun
organisasi.
Pada dasarnya tujuan manajemen sumber daya manusia adalah menyediakan tenaga kerja
yang efektif bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
proses pencapaian tujuan ini, maka manajemen personalia mempelajari bagaimana memperoleh,
mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi dan mempertahankan tenaga kerja dalam baik
jumlah dan tipe yang tepat. Manajemen personalia dapat dan berhasil serta mampu menyediakan
tenaga kerja yang berkompeten untuk melaksanakan pekerjaan yang harus dilakukan (Kansil,
1995).
2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan fungsi-fungsi
manajemen dan fungsi operasional seperti yang dikemukakan oleh (Yusuf,2000). Menurutnya,
fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia ada dua, yakni:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga kerja yang akan
Pengarahan (Directing)
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing adalah menempatkan
orang-orang dalam struktur organisasi, sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan sdm agar
karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
d) Pengawasan (Controlling)
Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan
dapat diketahui dan segera dilakukan perbaikan.
2.2.2 Fungsi Operasional
Fungsi ini terdiri dari:
a) Pengadaan (Procurement)
Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan, terutama yang
berhubungan dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan
penempatan.
b) Pengembangan (Development)
Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui program pendidikan dan latihan yang
tepat agar karyawan atau pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini penting
dan akan terus berkembang karena adanya perubahan teknologi, penyesuaian dan meningkatnya
kesulitan tugas manajer (Yusuf, 2000).
c)
Kompensasi (Compensation)
Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan yang
memadai kepada pegawai sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan
atau organisasi.
d) Integrasi (Integration)
Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu, organisasi, perusahaan,
maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus dipahami sikap prinsip prinsip pegawai.
e)
Pemeliharaan (Maintenance)
Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, maka diharapkan organisasi atau perusahaan
mendapat pegawai yang baik. Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap
pegawai yang menguntungkan perusahaan.
f)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Upah Minimum
Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau
pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau
kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka
disebut Upah Minimum Propinsi.
Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan
terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka
yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman,
ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan
berlaku selama 1 tahun berjalan.
Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya
upah pokok sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi
tunjangan tetap disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak
dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan,
tunjangan komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya dengan
tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena penghitungannya
berdasarkan kehadiran atau performa kerja
3.2 Upah Minimum dan Permasalahannya
Di Indonesia, hingga saat ini kebijakan upah minimum masih menjadi acuan pengupahan
bagi buruh. Kebijakan upah minimum yang diambil oleh Pemerintah Indonesia pada akhir 80-an
menandai dimulainya campur tangan Pemerintah dalam menentukan tingkat upah (Manning,
1998; Surhayadi dkk., 2002).
Seperti dinyatakan dalam tulisan Surhayadi dkk., kebijakan ini diambil ditengah
banyaknya perubahan dalam pasar tenaga kerja di Indonesia yang terjadi, sekaligus sebagai
jawaban terhadap tekanan-tekanan internal dan eksternal. Tekanan eksternal berkaitan dengan
orientasi eksport produk industri Indonesia ke negara-negara Amerika Utara dan Eropa
khususnya yang berkaitan dengan keprihatinan terhadap kondisi kerja yang buruk dan upah yang
rendah serta halangan terhadap hak dasar pekerja untuk berserikat (2002:21).
Selanjutnya dikatakan sebagai bagian dari jawaban terhadap tekanan tersebut maka
Pemerintah melakukan serangkaian perubahan dalam mekanisme penentuan upah minimum
(2002:22) yang diwujudkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1999 tentang
Upah Minimum dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 226 Tahun 2000
tentang Perubahan Pasal 1,3,4,8,11,20 dan 21 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1999
tentang Upah Minimum.
Pemikiran dasar penetapan upah minimum adalah bahwa upah minimum merupakan
langkah untuk menuju dicapainya penghasilan yang layak untuk mencapai kesejahteraan pekerja
untuk memperhatikan aspek produktivitas dan kemajuan perusahaan
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa upah minimum
yang diterima buruh seharusnya mampu memenuhi Kebutuhan Hidup Layak (KHL). UU ini
kemudian diterjemahkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-17/Men/VIII/2005
tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak, yang
mengatur
bahwa
Upah
Minimum
ditetapkan
oleh
Kepala
Daerah
dalam
hal
ini
pemberian sanksi bagi perusahaan yang melakukan dalam pelanggaran terhadap peraturan
pemberian upah minimum. Dalam peraturan tersebut di atas, disebutkan bahwa upah minimum
adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok plus tunjangan tetap. Sementara itu,
dalam UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa komponen upah terdiri atas upah pokok dan
tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap. Dalam kenyataannya, mengubah komposisi tersebut merupakan praktik yang
umum dilakukan oleh Perusahaan.
3.3 Alternatif Penyesuaian Gaji Sesuai Upah Minimum
Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) untuk setiap awal tahun selalu
diwarnai dengan konflik antara pihak pekerja dan pengusaha. Pekerja dengan demo atau
mogok kerjanya, sedangkan pengusaha dengan ancaman penutupan perusahaannya. Fenomena
tersebut selalu terjadi pada triwulan terakhir setiap tahun.
Dengan segala ketidakpuasan di salah satu pihak tentunya -pekerja atau pengusahafaktanya per 1 Januari 2013 Keputusan Gubernur tentang UMK tahun 2013 harus dilaksanakan,
sesuai dengan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 90 yang mencantumkan bahwa
pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Besaran UMK Tahun
2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur DIY No.
370/KEP/2012 tertanggal 20 Nopember 2012. Pengajuan penangguhan bagi perusahaan yang
keberatan dengan besaran UMK yang telah diputuskan tersebut telah berlalu. Dengan demikian,
para pengelola perusahaan harus berkomitmen untuk membayar karyawannya sesuai ketentuan.
Apabila pengusaha membayar upah lebih rendah dari UMK yang ditetapkan akan dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda
paling
sedikit
Rp100.000.000,00
(seratus
juta
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Sanksi tersebut sebagaimana disebutkan dalam
pasal 185 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dengan kenaikan lebih dari 10% setiap tahun, bahkan untuk tahun 2013 kenaikan ratarata sebesar 18,32% dari tahun sebelumnya, maka diperlukan sebuah strategi penggajian yang
dapat memenuhi ketentuan UMK yang berdampak tidak terlihat terlalu tingginya peningkatan
pengeluaran untuk gaji karyawan setiap tahunnya.
Gaji pokok, diberikan kepada karyawan sesuai dengan tingkat pendidikan dan masa kerja.
Tunjangan fungsional, diberikan kepada karyawan sesuai dengan fungsi bidang pekerjaan,
Tunjangan kemahalan, diberikan kepada karyawan sebagai tambahan gaji untuk bantuan
kemahalan, yang biasanya dikarenakan adanya kenaikan harga keperluan sehari-hari atau
penyesuaian biaya hidup di suatu tempat tertentu.
Tunjangan jabatan, diberikan kepada pejabat struktural sebagai penghargaan atas tanggung
Jabar UMP 2013 sebesar 850.000, (sesuai dengan UMK terendah Kab.Majalengka)
Banten UMP 2013 sebesar 1.187.500, (sesuai dengan UMK terendah Kab.Lebak)
Jateng UMP 2013 sebesar 816.000, (sesuai dengan UMK terendah Cilacap bagian Barat)
DIY UMP 2013 sebesar 947.114, (sesuai dengan UMK terendah kab.Gunungkidul)
Jatim UMP 2013 sebesar 866.250, (sesuai dengan UMK terendah Kab.Magetan)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam keputusan Gubernur tentang UMK tersebut dicantumkan bahwa produktivitas
menjadi salah satu pertimbangan dalam upaya peningkatan kesejahteraan pekerja. Hal ini dapat
diartikan bahwa upah yang diberikan hendaknya dapat meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Tentu saja akan lebih adil bila karyawan yang lebih produktif mendapatkan upah yang
lebih tinggi dibandingkan karyawan yang kurang produktif. Di sisi lain, uang masih merupakan
motivator ampuh untuk mengajak karyawan bekerja lebih baik lagi. Oleh karena produktivitas
merupakan rasio antara output dan input, maka definisi upah minimum dalam keputusan
Gubernur tersebut akan lebih baik bila memasukkan unsur gaji variabel. Karena seringkali
praktik penggajian di banyak perusahaan justru memasukkan unsur variabel yang lebih lengkap,
seperti misalnya uang transport, uang makan, uang hadir, dan bentuk insentif lainnya yang lebih
didasarkan pada kinerja karyawan.
Dalam penentuan upah pokok, biasanya didasarkan atas tingkat pendidikan dan masa
kerja. Ada sebagian perusahaan masih memiliki karyawan dengan pendidikan lebih rendah dari
pendidikan yang dipersyaratkan oleh perusahaan, sebagai dampak keputusan manajemen
beberapa tahun sebelumnya. Ternyata untuk melakukan penyesuaian gaji mereka dengan adanya
UMK yang baru, juga tidak mudah, sehingga terkesan upah mereka masih dibawah
UMK. Padahal kenyataannya gaji yang mereka terima sudah melebihi ketentuan UMK,
dikarenakan adanya beberapa bentuk penggajian yang bersifat variabel tadi.
4.2 Saran
Upaya peningkatan kesejahteraan pekerja tidak akan terlaksana bila pengusaha tidak
memiliki kemampuan keuangan yang bagus. Peningkatan keuntungan perusahaan menjadi dasar
dalam perencanaan program kesejahteraan karyawan. Untuk itu, setiap karyawan haruslah
berusaha terus meningkatkan produktivitas kerjanya supaya keuntungan perusahaan terus
meningkat. Laba yang terus meningkat tentu saja harus dibagi dengan karyawan dalam bentuk
peningkatan gaji dan insentif, pembelian seragam, rekreasi bersama keluarga, dan berbagai
macam tunjangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Benggolo. A., 2001, Tenaga Kerja dan Pembangunan, yayasan Jasa Karya, Jakarta.
Manulang, SH., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, Cetakan kedua.
Zainal, Asikin. 2006, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
C.S.T Kansil, 1995, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Pradnya, Jakarta.
Yusuf Sofie, 2000, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.