Hukum
Perusahaan
Kelompok 2
Indah Karismawati
Adis Berliana Dewi
Fita Tri Elfieni
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2011/2012
115020300111006
115020300111022
115020300111035
Hukum Perusahaan
A. Lingkup Hukum Perusahaan
Mengacu pada Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan, maka perusahaan
didefinisikan sebagai: Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan dalam wilayah negara Indonesia dengan
tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Perusahaan sendiri memiliki dua hal pokok yaitu bentuk usaha dan kegiatan usaha.
1. Bentuk Usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah
penggerak setiap jenis kegiatan usaha yang disebut bentuk hukum perusahaan.
2. Kegiatan Usaha adalah berbagai jenis usaha di bidang perekonomian, yang
meliputi
bidang
perindustrian,
perdagangan,
perjasaan,
dan
keuangan
(pembiayaan).
Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bentuk usaha dan kegiatan
usaha disebut hukum perusahaan (enterprise law).
B. Sumber Hukum Perusahaan
Hukum Perusahaan terdiri atas kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam
perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan (konvensi) yang menjadi
acuan dalam kegiatan usaha (bisnis).
1. Perundang- Undangan
Perundang-undangan ini meliputi ketentuan undang-undang peninggalan zaman
Hindia Belanda dahulu, yang masih berlaku hingga kini berdasarkan aturan
peralihan UUD 1945,, seperti ketentuan yang terdapat dalam BW dan KUHD,
Selain itu, sudah banyak undang-undang yang diciptakan oleh pembuat undangundang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengenai perudahaan yang
berkembang pesat hingga kini.
2. Kontrak Perusahaan
Pada zaman modern ini semua perjanjian atau kontrak perusahaan selalu dibuat
tertulis, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Kontrak perusahaan ini
merupakan sumber utama hak dan kewajiban serta tanggung jawab pihak-pihak.
Jika terjadi perselisihan mengenai pemenuhan hak dan kewajiban, pihak-pihak juga
telah sepakat untuk menyelesaikan secara damai. Akan tetapi, jika tidak tercapai
kesepakatan antara kedua pihak, biasanya mereka sepakat untuk menyelesaikannya
melelui arbritase atau pengadilan umum. Hal ini secara tegas dicantumkan dalam
kontrak.
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan sumber hukum perusahaan yang dapat diiluti oleh pihakpihak terutama jika terjadi sengketa mengenai pemenuhan hak dan kewajiban
tertentu. Dalam yurisprudensi, hak dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh hakim
dpandang sebagai dasar yang adil untuk menyelesaikan sengketa hak dan
kewajiban antara pihak-pihak. Melalui yuridprudensi, hakim dapat melakukan
pendekatan terhadap sistem hukum yang berlainan, misalnya sistem hukum Anglo
Saxon. Dengan demikian, kekosongan hukum dapat diatasi sehingga perlindungan
hukum terhadap kepentingan pihak-pihak terutama yang berusaha di Indonesia
dapat dijamin, misalnya perusahaan penanaman modal asing di Indonesia.
4. Kebiasaan
Dalam praktik perusahaan, kebiasaan merupakan sumber hukum yang dapt diikuti
oleh para pengusaha. Dalam undang-undang dan perjanjian tidak semua hal
mengenai pemenuhan hak dan kewajiban itu diatur. Jika tidak ada pengaturan,
kebiasaan yang berlaku dan berkembang di kalangan para pengusaha dalam
menjalankan perusahaan diikuti guna mencapai tujuan yang telah disepakati.
Kebiasaan yang dapat diikuti dalam praktik perusahaan adalah yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Perbuatan yang bersifat keperdataan
b. Mengenai hak dan kewajiban yang seharusnya dipenuhi
c. Tidak bertentangan dengan undang-undang atau kepatutan
d. Diterima oleh pihak pihak secara sukarela karena dianggap hal yang logis dan
patut
e. Menuju akibat hukum yang dikehendaki oleh pihak-pihak.
C. Legalitas Bentuk dan Kegiatan Usaha
1. Legalitas Perusahaan
Bentuk Usaha adalah badan usaha yang berfungsi sebagai organisasi yang
menjalankan kegiatan usaha. Bentuk usaha tersebut harus memenuhi persyaratan
yang diatur oleh undang-undang. Setiap bentuk usaha yang memenuhi persyaratan
undang-undang dinyatakan sebagai bentuk usaha yang sah atau disebut juga
mempunyai legalitas bentuk usaha. Bentuk usaha dapat berupa:
a. Persekutuan badan hukum, seperti perseroan terbatas dan koperasi.
b. Persekutuan badan hukum, seperti firma persekutuan komoditer.
c. Perseorangan, seperti usaha perdagangan , usaha pelayanan, dan lain-lain.
Bentuk usaha tersebut dapat diketahui dengan jelas dalam akta pendirian setiap
perusahaan. Akta pendirian perusahaan memuat anggaran dasar perusahaan yang
bersangkutan.
2. Akta Pendirian Perusahaan
Akta pendirian perusahaan merupakan salah satu bentuk legalitas usaha yang
dibuat di muka notaris yang memuat anggaran dasar perusahaan. Akta pendirian
perusahaan persekutuan badan hukum harus mendapat pengesahan dari Menteri
Hukum dan HAM karena pengesahan itu merupakan pengawasan apakah anggaran
dasar perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang dan sekaligus
pengakuan sebagai badan hukum. Sedangkan akta pendiriian perusahaan
persekutuan bukan badan hukum tidak perlu mendapat pengesahan dari Menteri
Hukum dan HAM, cukup didaftarkan pada kepaniteraan pengadilan negeri
setempat.
3. Nama Perusahaan
Nama perusahaan adalah jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk menjalankan
kegiatan usahanya. Nama perusahaan melekat pada bentuk perusahaan tersebut.
Dengan mengunakan namanya, perusahaan dikenal oleh masyarakat, dipribadikan
sebagai perusahaan tertentu yang berbeda dengan perusahaan lain yang sejenis.
Maka dari itu nama perusahaan merupakan aset yang perlu untuk dilindungi
terutama dari penyalahgunaan oleh pihak lain yang merugikan, seperti banyak
terjadi dalam persaingan usaha yang bersifat melawan hukum.
4. Merek Perusahaan
Banyak terjadi bahwa nama perusahaan dijadikan juga merek perusahaan dalam
satu lingkungan perusahaan tertentu. Hal ini tidak akan menimbulkan masalah
yuridis dalam praktik. Akan tertapi, ada kemungkinan terjadi bahwa nama
perusahaan mengandung merek orang lain atau merek yang mengandung nama
perusahaan orang lain. Namun, merek yang mengandung nama perusahaan orang
lain adalah masalah yuridis tentang hak atas merek. Masalah ini diselesaikan
melaui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek.
D. Firma
1. Pengertian Firma
Firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan di bawah satu nama bersama dimana anggotanya secara langsung
dan sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya, serta dijalankan di bawah
nama bersama (Pasal 16 dan 18 KUHD). Adapun persekutuan perdata adalah
perjanjian dimana terdapat dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat atau keuntungan (pasal 1618 KUHPdt). Berdasarkan defenisi tersebut,
dapat dinyatakan bahwa persekutuan itu disebut firma apabila mengandung
unsur-unsur pokok berikut ini.
a. Perusahaan perdata (pasal 1618 KUHPdt)
b. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD)
c. Dengan nama bersama atau firma (pasal 16 KUHD)
d. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18
KUHD)
Pada firma kepribadian para sekutu yang bersifat kekeluargaan bersifat
kekeluargaan sangat di utamakan. Hal ini dapat dimaklumi karena sekutu
dalam persekutuan firma adalah anggota keluarga atau teman sejawat yang
bekerja sama secara aktif mejalankan perusahaan mencari keuntungan bersama
dengan tanggung jawab bersama secara pribadi.
Firma bukan merupakan badan hukum karena tidak ada pemisahan harta
kekayaan antara persekutuan dan pribadi, setiap sekutu pertanggung jawab
secara pribadi untuk keseluruhan. Dan tidak ada keharusan pengesahan akta
pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM.
2. Cara mendirikan firma
a. Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat dimuka notaris
(pasal 22 KUHD).
b. Akta pendirian firma harus didaftarkan kepaniteraan pengadilan negeri
yang
daerah
hukumnya
meliputi
tempat
kedudukan
firma
yang
2.
3.
F. Koperasi
Koperasi adalah kerjasama yang terjadi antara beberapa orang untuk mencapai
tujuan yang sulit dicapai secara perseorangan. Tujuan yang sama itu adalah
kepentingan ekonomi berupa peningkatan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu
misalanya dalam kegiatan bidang produksi, konsumsi, jasa dan kredit. Menurut
ketentuan pasal 2 undang-undang dasar nomor 25 tahun 1992, kopersi
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan asas
kekeluargaan. Berbeda dengan perseroan terbatas, apabila perseroan terbatas
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, maka koperasi
bertujuan untuk kesejahteraan. Tujuan koperasi di jelaskan pada pasal 3 Undang
undang Nomor 25 tahun 1992, yaitu bertujuan untuk memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya, masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Fungsi dan peran koperasi:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
khususnya dan masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembankan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
CV tidak diatur secara tersendiri dalam KUHD karena pada hakikatnya CV adalah
perusahaan berbentuk firma namun dalam bentuk khusus. Persekutuan komanditer
adalah persekutuan firma yang memiliki sekutu komanditer.
Ada dua jenis sekutu, yaitu:
1.
Sekutu komanditer
Sekutu yang hanya menyerahkan uang pada kas perusahaan tetapi tidak turut
campur dalam pengelolaan perusahaan. Tanggung jawab sekutu komanditer
hanya sebatas pada jumlah uang yang dia setorkan ke kas perusahaan.
2.
Sekutu biasa
Ini adalah sekutu yang menjadi pengurus perusahaan. Artinya yang aktif
menjalan kegiatan perusahaan dan aktif berhubungan dengan pihak ketiga
sehingga sekutu ini juga disebut sebagai sekutu aktif. Sekutu aktif bertanggung
jawab secara pribadi untuk seluruh hutang dan perjanjian yang dibuat oleh
perusahaan komanditer.
H. BUMN
Badan usaha milik negara adalah badan usaha yang sebagian besar atau seluruh
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan dan di atur dalam Undang-Undang No 19
Tahun 2003.
Tujuan didirikannya BUMN adalah:
1. Untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khusunya.
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
BUMN merupakan bentuk badan hukum yang tunduk pada segala macam hukum
di Indonesia. Karena perusahaan ini milik negara, maka tujuan utamanya adalah
membangun ekonomi sosial menuju beberapa bentuk perusahaan pemerintah, baik
pusat maupun daerah.
BUMN digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
mendukung
pembiayaan
dalam
menyelenggarakan
kegiatan