Anda di halaman 1dari 14

Menyikapi Persoalan Rokok di Indonesia

Oleh Kastrat BEM IM FKM UI1


Goal kita sama. Spiritnya sama. Rakyat Indonesia harus selamat dan sehat. Jika tidak, mau
jadi apa bangsa ini lima atau sepuluh tahun mendatang?
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
Disampaikan pada 29 September 2011, di Istana Kepresidenan, Jakarta, saat menerima
kunjungan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau
Pendahuluan
Sembilan tahun lalu, saat adanya kesepakatan dunia untuk menyusun Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam rapat umum Badan Kesehatan Dunia (WHO)
PBB di Jenewa, Swiss, Indonesia termasuk salah satu Negara yang aktif. Namun, sebuah tragedi
terjadi saat Indonesia akhirnya tidak jadi menandatangi FCTC menjelang detik-detik akhir
ditengarai karena adanya kepentingan politik negeri yang absurd saat itu. Akibatnya, Indonesia
tidak memiliki kewajiban untuk menjalankan peraturan dan kesepakatan yang terkandung di
dalam FCTC.
Secara umum FCTC mengatur tentang Perlindungan dari paparan asap rokok orang
lain, peraturan kandungan produksi tembakau, pengemasan produk, iklan, penjualan
serta pajak tembakau. Tidak ada aturan tertulis yang menunjukkan bahwa pabrik Rokok harus
mengurangi produksi. Maka jelas, sebenarnya upaya yang dilakukan bukan untuk mengurangi
jumlah produksi rokok secara signifikan melainkan untuk melindungi orang orang yang tidak
merokok agar terhindar dari bahaya rokok dan orang orang yang belum rokok agar tidak
menjadi perokok aktif. Kedua hal itu jelas merupakan hal yang berbeda
Secara sederhana, FCTC dapat dipahami sebagai sebuah komitmen Negara-negara di
dunia untuk mengatasi dan meminimalisir dampak rokok. Sampai sekarang sudah 172 Negara
yang telah menandatangi, meratifikasi, dan mengaksesinya. Sedangkan Indonesia, termasuk
1

Departemen Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia tahun 2012.

dalam 12 negara non partisipan yang tidak menandatangi dan meratifikasi bersama dengan
Andora, Republik Dominika, Eritrea, Liechtenstein, Monako, Tajikistan, Turkmenistan,
Uzbekistan, Zimbabwe, dan Malawi. Dimana Negara-negara tersebut adalah Negara yang jauh
kondisinya di bawah Indonesia.
Dengan tidak meratifikasi FCTC, secara langsung membuat Indonesia sebagai sasaran
empuk dari Negara-negara penghasil rokok dunia seperti Brasil, Cina, India, dan Turky2 untuk
mengirimkan produk rokoknya, atau kita kenal sebagai rokok Putih. Selain itu, memandang
posisi Indonesia sekarang sebagai Negara satu-satunya di ASEAN yang belum mengaksesi3,
Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para investor dunia untuk meletakkan sahamnya terutama
pada perusahaan Rokok.
Kajian singkat ini bertujuan, untuk memberikan gambaran bahwa rokok bukan hanya
masalah kesehatan, namun merupakan masalah kompleks yang dapat mempengaruhi sektor
pendidikan, ekonomi, kesejahteraan sosial, dan budaya.
Sekilas mengenai Rokok dan Indonesia
Pemerintah Indonesia mungkin memiliki rencana lain yang akan dilakukan untuk menyikapi
terkait masalah tembakau di Indonesia. Penulis masih yakin bahwa pemerintah masih
memikirkan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Sejak tahun 2009 lalu, harapan itu
terjawab. Melalui Undang-Undang tentang Kesehatan tahun 2009, diatur mengenai kawasan
tanpa rokok dan hak individu untuk mendapat udara yang bersih. Namun itu tidak cukup. Harus
dibentuk Peraturan Pemerintah untuk memperjelas Undang-undang tersebut. Sembari proses
pembuatan Peraturan Pemerintah, mulailah dibentuk Undang-Undang Pengendalian Dampak
Tembakau yang akhirnya mandeg tahun 2011 lalu di Badan Legislatif (DPR). Hal ini berarti,
ada keinginan kuat untuk mengaksesi FCTC melalui Peraturan yang akan dibuat.
Berikut penulis paparkan Landasan Yuridis dari Peraturan Pemerintah tentang Tembakau.
2

Negara-negara ini pun sudah meratifikasi Framework Convention of Tobacco Control. Selain Negara tersebut, ada
juga Amerika, Argentina, Republik Dominika, dan Malawi yang sudah menandatangi namun belum meratifikasi.
Namun di Negara itu, sudah ada peraturan yang jelas mengenai tembakau. Seperti di Amerika, sejak Juni 2009,
Barrack Obama menandatangi berlakunya UU tentang Pengengendalian Pencegahan Merokok di Keluarga dan Aksi
Pengendalian Tembakau yang mengikat ketat aturan konsumsi tembakau, kawasan bebas asap, dan larangan iklan.
3
Aksesi (accesion) adalah apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut
menandatangani naskah perjanjian

Landasan Yuridis
-

Setiap anak berhak atas kelngsungan hidup tumbuh dan berkembang, dan perlindungan
dari berbagai bentuk tindak kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945)

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan pada pasal 4c, bahwa
Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan / atau jasa.

Tembakau, Produk yang mengandung Tembakau padat ataupun cair adalah Zat Adiktif
(pasal 113 ayat 2 UU Kesehatan RI No. 36/ 2009). Setiap orang yang memproduksi
atau memasukan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan
(pasal 114).

Kemudian, pasal 199 disebutkan bahwa Setiap orang yang dengan

sengaja memproduksi atau memasukkan rokok ke dalam wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia dengan tidak mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 114 dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
-

Hak anak atas hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan Partisipasi secara wajar (Pasal
4 UU Perlindungan Anak No.23/2007)

UU Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 disebutkan bahwa anak korban zat adiktif
merupakan katagori anak yang membutuhkan perlindungan khuus (Pasal 59). Negara
Wajib melindungi anak dari zat adiktif (pasal 59). Perlindungan anak dari zat adiktif
dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi (Pasal
67)4

UU No. 39 tahun 2007 tentang Cukai menyebutkan karakteristik barang terkena cukai
antara lain pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negative bagi masyarakat atau
lingkungan hidup (pasal 2 ayat 1 c)

Kondisi Terkini
Permainan Politik

Disampaikan oleh Hery Chariansyah dalam presentasi Hak Hidup Anak Terancam : Anak Korban Eksploitasi Zat
Adiktif Rokok, Komisi Nasional Perlindungan Anak

Rancangan Undang-Undang Tentang Pengendalian Tembakau tidak masuk Prioritas Program


Legislatif Nasional (Prolegnas) tahun 2012. Belum ada kesamaan persepsi dan pemahaman dari
Pemerintah dan Legislatif untuk memandang masalah rokok sebagai masalah yang serius.
Sedangkan Rancangan Peraturan Pemerintah sudah selesai dibahas oleh Kementrian terkait,
namun sampai sekarang belum juga muncul produk hukumnya. Alias masih belum jelas kapan
disahkannya dan seakan ditutup-tutupi terkait perkembangannya. Hal ini pun dipengaruhi oleh
interensi berbagai industri rokok.
Sedangkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok, sudah dibuat dibeberapa daerah seperti
Bogor, Palembang, Pontianak, Padang Panjang, dan lain lain). Sedangkan masih dalam bentuk
Peraturan Gubernur di DKI Jakarta, DIY, dan Perwali di Makassar. Padahal peraturan
pemerintahnya saja belum ada, namun daerah sudah berinisiatif lebih dahulu. Apakah
Pemerintah Pusat benar-benar lamban dalam membahas peraturan yang dapat menyelamatkan
kehidupan orang banyak ini. Semoga hal itu hanya sebuah praduga.
Komparasi dengan Negara lain
Singapura
Singapura merupaka Negara pionir di ASEAN yang menerapkan peringatan kesehatan berbentuk
gambar sejak tahun 2004. Gambar menempati 50 % luas permukaan bagian depan dan belakang
bungkus rokok. Ada 6 gambar yang harus diterapkan di tiap-tiap varian produk rokok. Hal ini
berlaku untuk semua industry rokok baik yang local maupun asing.
Thailand
Thailand mulai menerapkan iklan gambar di bungkus rokok sejak Maret 2005. Sama seperti di
Singapore, luas gambar sebesar 50% dari total luas permukaan. Thailand menambah kembali
menjadi 9 gambar pada 2007 dan 10 gambar pada 2010. Sekaligus menambah proporsi luas
menjadi 55%-65%
Brunei Darussalam
Kebijakan tentang iklan bergambar sudah diberlakukan sejak 1 Desember 2008. Perusahaan
Rokok diberikan tenggang waktu selama 7 bulan sebelum kebijakan itu di berlakukan.

Malaysia
Malaysia memberlakukan klan bergambar tepat 1 Januari 2009. Gambar harus diganti secara
periodik setiap 24 bulan sekali.
Bahaya dan Dampak Rokok :
Kandungan Produk

Gambar 1.

Gambar 2.

KETERANGAN

Kimia

Deskripsi

Bensol
(Aditifbensin)

Formaldehida
(Pembalsemancairan)

Amonia
(Pembersih toilet)

Aseton
(Cat kuku remover)

Digunakan sebagai bumbu, membebaskan nikotin dari


tembakau dan mengubahnya menjadi gas
Sering ditemukan dalam cairan dry cleaning.
Wangi cair keton volatile, digunakan sebagai pelarut,
misalnya, cat kuku
Ditemukan dalam asap rokok.
Partikel ditarik ke dalam paru-paru saat Anda menghirup
pada rokok yang menyala. Setelah terhirup, mengembun
asap dan sekitar 70 persen dari tar dalam asap
tersebutdisimpan di paru-paru perokok.

Salah satu zat yang paling adiktif yang dikenalmanusia,


racun medis dan non medis yang kuat dan cepat bertindak.
Ini adalah bahan kimia yang menyebabkan kecanduan.

KarbonMonoksida
(CO)
(Mobil asapknalpot)

Suatu cairan tidak berwarna, sangat beracun, digunakan


untuk mengawetkan mayat juga ditemukan dalam asap
rokok.
Diketahui menyebabkan masalah kanker, pernapasan,
kulit dan pencernaan.

Ter

Nikotin
(Insektisida /
obatadiktif)

Sebuah hidrokarbon siklik tidak berwarna diperoleh dari


batubara dan minyak bumi, digunakan sebagai pelarut
dalam bahan bakar dan dalam pembuatan kimia - dan
yang terkandung dalam asap rokok.
Sebuah karsinogen ini dikenal terkait dengan leukemia.

Gas yang tidak berbau, berasa dan beracun, cepat fatal


dalam jumlah besar
Gas yang sama yang keluar dari knalpot mobil
Gas utama dalam asap rokok, terbentuk ketika rokok
menyala

KETERANGAN

Kimia

Deskripsi

Lainnya

Arsen (racun tikus)


Hidrogen Sianida (racun kamar gas)

Tabel 1 - Kimia BerbahayaRokok.


Sumber: http://www.stop-smoking-programs.org/chemicals-in-cigarettes.html
Dampak Kesehatan
Rokok mengandung zat berbahaya yang terdapat juga di NAPZA, yaitu Nikotin. Nikotin
memiliki efek candu yang sangat hebat. Nikotin yang dihisap melalui merokok menyebar dengan
begitu cepat. Dari paru-paru hingga mencapai otak hanya memakan waktu tujuh detik lamanya.
Sesampainya di otak nikotin akan merangsang pelepasan dopamin, yakni zat dalam saraf yang
berperan menghadirkan rasa bahagia. Nikotin menstimulasi produksi dopamin secara
berlebihan, membuat tubuh terasa rileks. Bahayanya, ketika konsentrasi dopamin menurun,
orang bisa merasa gelisah. Ujungnya, ia merokok agar kembali santai. Lama-kelamaan tubuh
akan meminta asupan nikotin dengan kadar makin meningkat. Hal ini membuat konsumen tidak
punya pilihan bebas lagi dan akan menyebabkan kecanduan.
Menurut WHO (2001), 80 % perokok di dunia ingin berhenti merokok, namun hanya 2 %
yang berhasil tanpa bantuan. Disebutkan juga bahwa 82 % perokok remaja 13-15 tahun yang
ingin berhenti merokok, 92 % mencoba tapi gagal.
Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalam benda 9 cm ini, terdapat
berbagai

macam

racun

mematikan

yang

sangat

merugikan

kesehatan

orang

yang

mengkonsumsinya.
Dampak Sosial dan Budaya
Ada beberapa social cost yang harus dibayar, saat Negara tidak mengambil sikap mengani
produk olahan Tembakau (Rokok). Yaitu berupa Pemiskinan, Kebodohan, Penyakit dan
Kematian, Hilangnya Produktifitas, Biaya Kesehatan yang Tinggi.

Selain itu, dampak sosial yang terjadi adalah adanya intervensi dari Industri Rokok dan para
pihak terkait sehingga terjadi salah persepsi tentang rokok itu sendiri. Berikut adalah 10 mitos
yang ada di masyarakat terkait rokok.
1. Asap Rokok orang lain tidak membahayakan kesehatan
Fakta :

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa asap rokok orang lain mematikan. Asap
mengandung 4000 bahan kimia, 69 diantaranya menyebabkan kanker menjadi pemicu
kanker paru, jantung, dan sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS)

ILO memperkirakan sedikitnya ada 200.000 kematian pekerja setiap tahun kaena
paparan asap rokok di tempat kerja. Sekitar 800.000 orang meninggal di 25 negaranegara uni eropa tahun 2002 karena paparan asap orang lain. Asap rokok juga terbukti
memperburuk kondisi penyakit Asma penderitanya.

2. Tidak diperlukan Undang-Undang (PERDA), Kebijakan yang bersifat Sukarela Sudah Cukup

Ini merupakan kebijakan yang sangat disukai oleh industry rokok. Dengan kebijakan
ini berarti kewajiban pengadaan Kawasan Tanpa Rokok tidak wajib di daerah masingmasing.

Paparan rokok orang lain sangat mematikan, dan harus ditanggulangi dengan hokum,
bukan dengan kebijakan main-main

3.Sistem Ventiasi Ruangan akan mengatasi masalah asap rokok orang lain
Fakta :

Baik ruang merokok dengan maupun tanpa sistem ventilasi tidak memberikan
perlindungan dari paparan asap rokok orang lain. Jadi sebenarnya sama saja resikonya,
lebih baik dibuat Kawasan Tanpa Rokok.

4. Undang-undang (PERDA) Kawasan Tanpa Rokok Melanggar Hak Asasi. Perokok harus
diizinkan mengisap produk legal dan perusahaan diperbolehkan untuk mengatur mengenai
adanya Kawasan Tanpa Rokok atau tidak.

Fakta :

Hak untuk udara bersih dan aman beriaku untuk setiap orang dan harus didahulukan

Kebijakan kawasan tanpa rokok bukan tentang apakah orang merokok tetapi dimana
orang merokok.

Keselamatan pekerja dan masyarakat bukan masalah pilihan

5. UU Lingkungan Bebas Asap Rokok tidak Populer, masyarakat tidak menginginkannya.


Fakta :

Kebijakan ini sangat popular di banyak Negara, termasuk Malaysia, Brunei


Darusalam, Thailand, dan Negara di seluruh dunia.

6. Undang-Undang yang melarang orang merokok pada waktu santai tidak dapat diterapkan
Fakta :

Di Negara-negara maju, Tingkat kepatuhan rata-rata 90 %

7. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok tidak tepat untuk negeri ini


Fakta :

Undang-undang ini terbukti efektif untuk mengendalikan tembakau di Negara kaya


maupun miskin, dan undang-undang ini melampaui batas kultural.

8. Kalau Orang tidak diperbolehkan Merokok di tempat umum, Mereka akan lebih banyak
merokok di rumah masing-masing. Artinya resiko paparan keluarga akan lebih besar.
Fakta :

Di New Zealand, paparan asap rokok orang lain di rumah tangga berkurang lebih dari
50 %, 3 tahun setelah Undang-undang tentang KTR diberlakukan

9. Kalau UU Kawasan Tanpa Rokok diterapkan, Industri Jasa dan Pariwisata akan merugi
Fakta :

Penelitian independen berulangkali membuktikan tidak adanya efek ekonomi negative


dari Undang-udang KTR pada Industri Jasa dan Pariwisata, membutikan bahwa UU
ini malah meningkatkan pemasukan dari Industri tersebut, seperti terjadi di Kanada,
Italia, Norwegia, dan beberapa kota (contoh New York, dll).

10. Peraturan Kawasan Tanpa Rokok tidak Penting karena akan meningkatkan masalah sosial,
termasuk kekerasan dan keributan
Fakta : TIDAK TERBUKTI
Dampak Ekonomi
Fakta Ekonomi :

Belanja Rokok No. 2 setelah Padi-padian pada keluarga Miskin5. Sedangkan kontribusi
penerimaan dari Cukai Tembakau 6,6 % tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa
Pengeluaran akan rokok tidak sebanding dibanding dengan pemasukan yang diterima
oleh Negara. Rokok menyebabkan orang miskin semakin miskin. Dan sampai saat ini,
penerimaan Negara terkait cukai pun masih sangat minim bila dibandingkan dengan
Negara-negara lain di dunia. Misalnya saja di Amerika, harga rokok mencapai 6 dollar
lebih. Di Brunei dan Malaysia, harga rokok 3-4 kali harga rokok di Indonesia. Padahal
produknya sama, yaitu berasal dari perusahaan Djarum, Sampoerna dan sebagainya.

90 % lahan tembakau ada di 3 provinsi yaitu JATIM, JATENG, NTB. Padahal,


seyogyanya pendapatan lahan tembakau tidak begitu besar, dibandingkan dengan lahan
lainnya. Hingga saat ini, ekspor tembakau Indonesia sekitar 73 juta dollar. Hal tersebut
setara dengan sepersepuluh ekspor rempah-rempah, seperduratus ekspor minyak kelapa
sawit. Ironinya, Indonesia malah mengimpor tembakau senilai 133,5 juta dollar AS dari
Cina, untuk mencukupi kebutuhan produksi perusahaan rokok di Indonesia, yang tidak
lain adalah milik orang-orang asing juga. Logika sederhananya, produksi tembakau
Indonesia tahun 2010 sebanyak 80.000 ton, dan kebutuhan pabrik rokok adalah sebesar
240.000 ton. Maka, ada demand yang lebih besar daripada supply.

Data Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2003-2009.

Rata-rata upah Petani Tembakau<50 % upah Nasional dan rata-rata upah buruh rokok 73
% dari industry pengolahan lain. Artinya upah dari para petani dan buruh tembakau pun
sangat rendah.6 Jumlah petani Tembakau tahun 2007 = 582.063 atau sekitar o,6 %
seluruh tenaga kerja di Indonesia. Pekerja Industri rokok pada tahun 2006 sekitar 316.991
orang atau sekitar 0,3 % Tenaga Kerja di Indonesia (BPS 1996-2006)

Sektor Pertanian lain lebih menjanjikan dibandingkan dengan sektor pertanian tembakau.
Apabila lahan tembakau di diversifikasi menjadi lahan kelapa sawit ataupun lahan
lainnya, maka pendapatan yang diperoleh Negara akan lebih besar. Begitu pula
pendapatan yang di dapat para petani tembakau.

Dampak Pendidikan

Secara langsung Rokok dapat mempercepat penurunan kualitas memori, cara berpikir,
dan belajar khususnya dikalangan pria.7
Dalam riset terbaru yang dipublikasikan pada 6 Februari 2012 dalam
jurnal Archives of General Psychiatry, Severine Sabia dari University College London
beserta rekan-rekannya menganalisis data sekitar 5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita.
Penelitian dilakukan dengan cara menilai serta menganalisis responden terkait fungsi
mental, seperti memori, pembelajaran, dan pengolahan pikiran.Penilaian fungsi mental
para responden dilakukan selama tiga kali selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan
penilaian status merokok responden dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25 tahun.
Usia rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian pertama dilakukan.
Peneliti menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok berhubungan dengan
merosotnya kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu, penurunan yang lebih masif
terjadi pada pria yang terus merokok selama masa penelitian. Di antara responden yang
berhenti merokok, upaya meninggalkan rokok rupanya tidak terlalu membantu. Peneliti
menemukan bahwa pria yang berhenti merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian
pertama dilakukan ternyata masih berisiko mengalami penurunan mental, terutama terkait

Disampaikan oleh Widyastuti Soerojo, Pack Project Coordinator, FKM UI dalam presentasi Produk Tembakau dan
Masalahnya di Indonesia, Jakarta 13 Agustus 2011.
7
Penelitian dari para Ahli di Inggris (sumber : Kompas.com)
http://health.kompas.com/read/2012/02/08/0833223/Merokok.Bikin.Otak.Lemot juga http://www.gexcess.com/706/akibat-merokok-hubungan-rokok-dengan-otak/

fungsi "eksekutif" pada otak. Namun, mereka yang telah berhenti merokok dalam jangka
waktu lama, cenderung mengalami penurunan fungsi otak lebih lambat. Peneliti
menyatakan bahwa ada hubungan antara merokok dengan penurunan kemampuan mental,
terutama pada usia lebih tua. Peneliti menambahkan, meski temuan tersebut telah
menemukan hubungan antara merokok dan penurunan mental pada pria, tetapi hal ini
tidak membuktikan hubungan sebab-akibat. Temuan ini menggarisbawahi bahwa
merokok memiliki dampak buruk terhadap otak. Kebiasaan merokok di usia pertengahan
adalah faktor yang dapat dimodifikasi yang mana efeknya mungkin setara dengan
penurunan (fungsi mental) hingga rata-rata 10 tahun (Dr Marc Gordon, Kepala Neurologi
di Zucker Hillside Hospital, Glen Oaks, NY).

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006, proporsi pengeluaran


bulanan keluarga miskin untuk tembakau dan sirih sebesar 11,9 persen dua belas kali
lebih besar dari pengeluaran untuk pendidikan yaitu 0,8 persen. Kepala Dinas Kesehatan,
Kota Bogor, Triwanda Elan, Kamis 14 Juli 2011, mengatakan, berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor, bahwa belanja rokok atau alkohol di Bogor
sebesar 6,9 persen dari pendapatan sementara untuk pendidikan hanya 6,4 persen

Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan yang


erat antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok. Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk Morbidity and Mortality
Weekly Report, 2008 mengatakan perokok dengan pendidikan diploma merupakan yang
tertinggi dengan 44%. Sementara itu, perokok yang pernah mengenyam pendidikan 9-11
tahun mempunyai tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok yang berlatar pendidikan
perguruan tinggi hanya 11,4%. Prevalensi perokok berpendidikan sarjana jauh lebih
rendah lagi, yaitu hanya 6,2%.8

Dengan melihat fakta mengenai dampak Rokok yang sifatnya universal, maka sudah seharusnya
Indonesia berani mengambil sikap. Sebagai Negara yang memiliki tujuan dasar ..untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia pemerintah tidak boleh tinggal diam, rakyatnya dijajah

Latar belakang pendidikan mempengaruhi pemahaman seseorang akan bahaya merokok bagi kesehatan. Data itu
juga menjelaskan adanya kecenderungan di antara perokok dengan latar pendidikan yang rendah untuk mengabaikan
kesehatan mereka.

oleh sebuah benda kecil yang membahayakan nyawa. Bukan saatnya lagi, kita memperdebatkan
berbagai hal politis untuk kebaikan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam Kajian Awalan ini, sudah jelas bahwa pemerintah harus segera mengesahkan peraturan
pemerintah terkait Pengendalian Produk Tembakau pada tahun 2012 ini.

Bagaimana dengan nasib puluhan juta anak yang terpapar asap rokok terus menerus di rumah
mereka sendiri? Kalau Negara sudah tidak lagi memperhatikan kualitas generasi penerus
apalagi yang bisa kita harapkan?
Mawarmawati Jamaluddin9

Mantan Delegasi RI pada proses siding-sidang WHO saat merancang FCTC, tahun 1995-2002. Beliau juga mantan
Sekretaris Utama Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Daftar Pustaka :
-

Seri 1: Perlindungan Terhadap Paparan Asap Orang Lain : Mengapa Perlu?. Jakarta :
Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Seri 2: Mitos dan Fakta : Kiat Menghadapi Oposisi. Jakarta : Tobacco Control Support
Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Seri 3: Pengalaman Keberhasilan di Berbagai Negara. Jakarta : Tobacco Control Support


Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Seri 4: Langkah-langkah penyusunan Undang-undang/ Perda Kawasan Tanpa Rokok.


Jakarta : Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Seri 5: Pedoman Penyusunan Undang-undang / Perda Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta :


Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perlindungan Anak.

WebMD. Smoking Rate is Declining in US. http://www.webmd.com/smokingcessation/news/20081113/smoking-rate-is-declining-in-us. Diakses tanggal 19 Juni 2010.
CNN

International.

CDC

Urges

50-State

Anti-Smoking

Effort.

http://edition.cnn.com/2010/HEALTH/04/22/cdc.smoking.report/index.html. Diakses 6
Juli 2010.
-

http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/450/bahaya-candu-nikotin

http://health.kompas.com/read/2011/07/27/15172129/Keluarga.Miskin.Terperangkap.Ro
kok

http://metro.vivanews.com/news/read/233139-warga-bogor-utamakan-rokok-daripendidikan

http://health.kompas.com/read/2011/09/22/11521763/Rokok.Curi.Sepertiga.Daya.Ingat

http://health.kompas.com/read/2012/02/08/0833223/Merokok.Bikin.Otak.Lemot

Anda mungkin juga menyukai