Anda di halaman 1dari 40

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 1

BAB 1
PENDAHULUAN

3.3 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik umum atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses
dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
data mengenai tubuh dan keadaan fisis pasien dalam membantu menegakan
diagnosis dan menentukan kondisinya. Prosedur pemeriksaan terdiri atas :
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Data-data klinis yang diperoleh
digunakan untuk membantu diagnosis serta kondisi pasien, dan selanjutnya
untuk menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis.
Pemeriksaan fisis umum mencangkup pemeriksaan beberapa aspek fisis
pasien, yaitu :
1. Keadaan Umum Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan untuk mendapatkan
kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan
kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan
emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku
pasien.
2. Tanda-tanda Vital
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ini adalah pernafasan, nadi,
tekanan darah, dan suhu tubuh.
3.

Postur Tubuh
Pengamatan postur badan menyangkut pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, dan bentuk badan serta keseluruhannya. Juga perlu diperhatikan

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 2

tekstur kulit yaitu menyangkut turgor dan tonus serta warna kulit.
Pemeriksaan fisis umumnya dilakukan. Sesudah pengambilan anamnesis.
Pada pemeriksaan ini berturut-turut diperhatikan kepala, leher, torso badan
dan ekstremitas kiri dan kanan.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.1
3.4 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum, Yaitu:
1. Mendapatkan ketrampilan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dengan
menggunakan teknik pemeriksaan dan perilaku yang benar serta
professional.
Tujuan Perilaku Khusus
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dengan cara yang benar.
a. Penilaian kesadaran
b. Penilaian bentuk tubuh
2. Mampu melaksanakan pemeriksaan tanda vital dengan cara yang benar.
a. Pengukuran tekanan darah a. Brachialis
b. Penilaian denyut nadi arteri perifer ( a. Brachialis dan a. Radialis )
c. Penilaian refleks pupil
d. Penilaian pernafasan
e. Pengukuran suhu tubuh
3. Mengetahui berbagai kelainan dalam pemeriksaan fisik umum dan tanda
vital pada pasien.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 3

4. Menerapkan perilaku yang sesuai dengan kondisi dan sosio-budaya


penderita dalam melakukan pemeriksaan.
5. Mengidentifikasikan kesalahan dan kekurangan dalam melakukan
pemeriksaan.
6. Melaporkan hasil pemeriksaan secara lisan maupun tulisan.2

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan di
saat pertama kali seorang dokter melakukan pemeriksaan fisik pada seorang
pasien. Pemeriksaan fisik umum meliputi :
a. penilaian keadaan umum,
b.

penilaian status mental

c. pemeriksaan tekanan darah,


d. pemeriksaan nadi,
e. pemeriksaan nafas
f. pemeriksaan suhu,
g. penilaian status gizi,
h. penilaian kulit secara umum
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, seorang dokter melakukan tindakan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, dimana ke empat hal tersebut
dilakukan secara berurutan setelah melakukan anamnesis yang lengkap.
Inspeksi adalah kegiatan mengamati fisik pasien baik secara menyeluruh
atau terbatas pada organ yang akan diperiksa. Dalam melakukan inspeksi,
seorang dokter mengamati secara seksama tanda atau kelainan yang bisa
dinilai dengan penglihatan, seperti warna kulit apakah terlihat pucat,
membiru, memerah dan sebagainya. Dengan mengamati secara seksama,
seorang dokter mempunyai pedoman atau perkiraan tentang kemungkinan
kelainan dan dapat dipakai untuk panduan pemeriksaan lebih lanjut. Dalam
pemeriksaan fisik umum inspeksi dilakukan untuk menilai kulit, membran
mukosa, status mental dan irama pernafasan.
Palpasi adalah tahap pemeriksaan selanjutnya dengan menggunakan
tangan pemeriksa. Pada umumnya setiap pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan organ melakukan kegiatan palpasi ini. Seluruh bagian tangan

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 5

dapat dipakai untuk menilai keadaan tubuh pasien, terutama jari tangan .
Dalam pemeriksaan umum, tangan dipakai untuk pemeriksaan nadi, penilaian
suhu, pemeriksaan tingkat kesadaran dan pemeriksaan tekanan darah.
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan ketokan ujung
jari pada punggung jari lainnya (phalang distal), dengan maksud
mendengarkan bunyi yang dihasilkan dari ketokan tersebut. Suara yang
dihasilkan berupa sonor, redup, pekak dan timpani, yang menggambarkan
keadaan organ yang diperiksa. Pemeriksaan fisik umum belum menggunakan
perkusi, karena tidak menilai organ dalam tubuh. Perkusi dipakai lebih
spesifik pada organ tertentu seperti penentuan batas jantung, pemeriksaan
paru, abdomen dan pemeriksaan ekstremitas.
Auskultasi adalah pemeriksaan terakhir dengan menggunakan alat bantu
stetoskop. Dengan auskultasi , seorang dokter dapat menilai bunyi fisiologis
dan patologis yang ditemui di dalam tubuh pasien. Pada pemeriksaan fisik
umum auskultasi dipakai untuk pemeriksaan tekanan darah berupa penilaian
suara korotkoff. Auskultasi akan lebih banyak diandalkan dalam pemeriksaan
organ dalam thorak dan abdomen. Pemeriksaan fisik umum merupakan
langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik
organ.2
2.1.1 Status Mental (Kesadaran)
Merupakan penilaian tingkat kesadaran berupa :
1. Composmentis, sadar sepenuhnya, baik/sempurna
2. Apatis, perhatian berkurang.
3. Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara
4. Soporous, dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan
5. Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada
kornea, akan menutup kelopak mata)
6. Koma, tidak memberi respon sama sekali.2

Penilaian tingkat kesadaran dapat juga dilakukan dengan skala Glagow.


GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang dipakai untuk menentukan atau

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 6

menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari keadaan sadar penuh hingga
keadaan Coma.3
Pada pemeriksaan Kesadaran atau GCS, ada 3 fungsi (E,Y,M) yang
hurus diperiksa, masing-masing fungsi mempunyai nilai yang berbeda-beda,
untuk penjelasannya bisa dilihat dibawah
1.

E : eyes/ mata nilai total 4

2.

V : Verbal nilai total 5

3.

M: Motorik / gerak nilai total 6

Cara penilaian :
No Jenis pemeriksaan
1

Nilai Respon

Eye (mata)
a. Spontan

Mata terbuka secara spontan

b. Rangsangan suara

Mata terbuka terhadap perintah


verbal

c. rangsangan nyeri

Mata terbuka terhadap


rangsangan nyeri

d. Tidak ada

Tidak membuka mata terhadap


rangsangan apapun

Respon verbal
a. Orientasi baik

Orientasi baik dan mampu


berbicara

b. Bingung

Disorientasi dan bingung

c. Mengucapkan kata yang tidak

Mengulang kata-kata yang tidak

tepat
d. Mengucapkan kata-kata yang

tepat secara acak


2

Mengeram atau merintih

Tidak ada respon

Dapat bergerak mengikuti

tidak jelas
e. Tidak ada
3

Respon motorik
a. Mematuhi perintah

perintah

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 7

b. Melokalisasi

Dapat melokalisasi nyeri


(gerakan terarah dan bertujuan
ke arah rangsang nyeri)

c. Menarik

Fleksi atau menarik saat di


rangsang nyeri contoh: menarik
tangan saat kuku di tekan

d. Fleksi abnormal

Membentuk posisi dekortikasi.


Contoh: fleksi pergelangan
tangan

e. Ekstensi abnormal

Membentuk posisi
deserebrasi.contoh : ekstensi
pergelangan tangan

f. Tidak ada

Tidak ada respon, hanya


berbaring lemah, saat di
rangsang apapun

Interpretasi dari pemeriksaan dengan teknik ini adalah masing-masing


pemeriksaan E,V,M dijumlahkan, dan di masukan dalam kriteria cidera otak
berikut 3:
1. Berat, dengan GCS 8
2. Sedang, GCS 9-12
3. Ringan 13

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan sakit
a. Tidak nampak sakit, masih bisa beraktifitas biasa.
b. Sakit ringan, tampak mulai terganggu aktifitas harian.
c. Sakit sedang, memerlukan istirahat tetapi masih dapat melakukan
aktifitas pribadi.
d. Sakit berat, terbaring di tempat tidur dan perlu bantuan untuk
melakukan aktifitas pribadi.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 8

b. Keadaan gizi
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
Parameter yang dipakai adalah :
a. Perbandingan tinggi badan dan berat badan
b. Lingkar lengan atas, lemak subkutan, intraabdomen, intramuskuler
d. Menghitung berat badan ideal berdasarkan
Tinggi badan (TB) dan berat badan(BB), dengan menggunakan
rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sbb :
i. Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm -100) x 1 kg
ii. Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan wanita < 150
cm, rumus dimodifikasimenjadi :
Berat Badan Ideal (BBI) = (TB dalam cm -100) x 1 kg Berat badan
a. Normal : BB ideal 10%
b. Kurus : < BBI 10%
c. Gemuk : > BBI + 10%
Penilaian status gizi juga dapat dengan Indeks Massa Tubuh ( blok
lebih lanjut)
c.

Kulit
Fungsi utama kulit adalah menjaga homeostasis tubuh. Kulit
memberi perlindungan, keutuhan jaringan di dalam tubuh, melakukan
fungsi sekresi, ekskresi, absorbsi, sintesis (vitamin D). Komponenkomponen jaringan kulit dibentuk oleh berbagai macam organ viseral :
pembuluh darah, pembuluh limfe, jaringan ikat, saraf, dsb. Berbagai
macam variasi gangguan yang dapat ditemukan pada kulit. Lesi kulit dapat
merupakan pertanda adanya kelainan internal.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 9

Penilaian secara umum pada kulit seperti di wajah dan tubuh


pasien untuk melihat apakah terdapat 3 :
a. Anemis / pucat
b. Sianosis / membiru
c. Ikterik / kuning
d. Udem / sembab
2.2 Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan fisis umum mencangkup pemeriksaan beberapa aspek fisis
pasien, yaitu : Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi
fisiologis organ vital tubuh.
Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi Suhu Tubuh, Denyut Nadi,
Frekuensi pernapasan, pemeriksaan pupil dan Tekanan darah. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukan keadaan
metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukan perubahn pada
sistem kardiovaskuler; frekuensi napas dapat menunjukan fungsi pernapasan;
dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang
dapat dikaitkan dengan denyut nadi.4
2.2.1 Suhu Tubuh
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang
menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan
hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila
suhu tubuh lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia,
jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga. Suhu normal
berkisar antara 36,5C 37,5C. Lokasi pengukuran suhu adalah oral
(dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat
kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi
setelah 15 menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat,

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 10

sedangkan pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut
dan minum minuman dingin.
Suhu tubuh menunjukkan perbedaan antara jumlah energi yang
dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah energi yang hilang. Dalam keadaan
normal suhu tubuh dipertahankan dalam batas normal, hal ini diatur oleh
pusat pengaturan panas (thermoregulatory) pada hipotalamus. Sistem ini
mengatur keseimbangan antara panas yang dihasilkan oleh sistem
metabolisme pada tubuh seperti menggigil, kontraksi otot, penyakit, olahraga,
peningkatan aktifitas kelenjar tiroid dengan panas yang hilangsepertu
konduksi, konveksi dan evaporasi.
Suhu tubuh normal 36C-37,5C. Bila produksi panas berlebihan akan
menyebabkan demam/peningkatan suhu tubuh (hyperthermia). Kebalikannya,
bila aktifitas berlebihan dapat menyebabkan suhu tubuh menurun disebut
hypothermia. Temperatur dinyatakan dalam satuan Fahrenheit (F) atau
Celcius (C). Terdapat 2 macam termometer : termometer kaca (berisi air
raksa) dan termometer elektronik (digital). 5

2.2.1.1 Posisi termometer


Suhu tubuh diukur dengan termometer pada tempat :
a. Oral
b. Aksila
c. Rektal
d. Membran timpani

1.

Oral
Pemeriksaan secara oral dengan memasukkan ujung termometer kaca
di bawah bagian depan lidah lalu mulut ditutup selama 3-5 menit,
kemudian baca hasilnya. Letakkan kembali termometer di bawah lidah
beberapa menit, baca hasilnya. Bila suhu masih bertambah, ulangi
prosedur sampai temperatur tetap. Sebelum pemakaian, termometer
dikocok agar kolom air raksa berada dibawah 35,5C. Dilakukan pada
pasien dewasa yang sadar. Sebelum pemeriksaan pasien tidak bernapas

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 11

memalui mulut, tidak minum air panas, air dingin dan tidak merokok
selama 15 menit. Faktorfaktor tersebut menyebabkan hasil pembacaan
tidak tepat. Kemungkinan kesalahan yang terjadi :
a. Penderita tidak menutup mulut dengan rapat
b. Penderita baru minum es atau air panas (pemeriksaan diundur 10-15
menit)
c. Penderita bernapas melalui mulut
d. Terlalu cepat menilai
e. Merokok (15 menit sebelumnya)6

Cara oral, kontra indikasi dilakukan pada pasien dengan kerusakan


mulut, setelah operasi mulut, anak-anak, pasien tidak sadar, batuk-batuk,
kejang dan menggigil. Keadaan ini akan menyebabkan termometer pecah.
Pada pemakaian termometer elektronik, pembacaan suhu setelah 10 detik.
Suhu oral rata-rata 37C (98,6F), pada pagi hari suhu dapat mencapai
35,8C, siang dan sore hari 37,3C.6

2. Aksila
Cara pengambilan suhu melalui aksila dengan meletakkan ujung
termometer pada ketiak/aksila. Pasien memegang tangan yang lain melalui
dada, sehingga posisi termometer tetap. Bila pasien tidak mampu,
pemeriksa yang memegang termometer tersebut. Temperatur melalui
aksila dibaca setelah 5-10 menit. Pada sebagian rumah sakit lebih
menyukai cara ini untuk menghindari pecahnya termometer dan perforasi
rektum. Cara ini dilakukan pada pasien yang tidak bisa menutup mulut
secara oral, misalnya deformitas mulut, operasi mulut, pasien yang
memakai oksigen. Pengukuran dengan termometer digital dilakukan
selama 30 detik.6
3. Rektal
Penderita berbaring pada 1 sisi dengan paha difleksikan. Ujung
termometer diberi pelumas, masukkan ke anus sedalam 3-4 cm, baca
setelah 3 menit. Pada pemakaian termometer elektronik, pembacaan suhu

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 12

setelah 10 menit. Suhu rektal lebih tinggi 0,4-0,5C dibandingkan suhu


oral.6
4. Membran timpani
Pengukuran suhu pada membran timpani lebih praktis, cepat,
aman. Pastikan kanalis auditorius eksternal tidak ada cerumen. Posisi sinar
infra merah ditujukan ke membran timpani (jika tidak, pengukuran kurang
valid). Tunggu 2-3 detik sampai suhu digital muncul. Cara tersebut
merupakan pengukuran suhu inti tubuh, lebih tinggi 0,8C dibandingkan
suhu oral.6

2.2.2 Denyut Nadi


Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena
dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi
diatur oleh sistem saraf otonom. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah :
1. Karotid : di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis,
hindari pemeriksaan dua sisi sekaligus pada waktu bersamaan.
2.

Brakial : Diatas siku dan medial dari tendo bisep.

3. Radial : Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.


4. Femoral : Disebelah inferomedial ligamentum inguinalis.
5. Popliteal : Di belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah.
6. Tibia posterior: Di belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus
medialis.
7. Pedis dorsalis : Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.7
Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah :
1.

Kecepatan
a. Bradikardia

denyut

jantung

lambat

(<60x/menit),

didapatkan pada atlet yang sedang istirahat, tekanan


intrakranial

meningkat,

peningkatan

tonus

vagus,

hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat.


b. Takikardia : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa
terjadi pada pasien dengan demam, feokromositoma,

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 13

congestif heart failure, syok hipovolemik, aritmia kordis,


pecandu kopi dan perokok.
c. Normal : 60-100x/menit pada dewasa.
2.

Irama
a. Reguler
b. Regularly irregular : dijumpai pola dalam iregularitasnya.
c. Irregularly

irregular

tidak

dijumpai

pola

dalam

iregularitasnya, terdapat pada fibrilasi atrium.


3. Volume nadi
a. Volume nadi kecil : tahanan terlalu besar terhadap aliran
darah, darah yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada
efusi perikardial, stenosis katup mitral, payah jantung,
dehidrasi, syok hemoragik).
b. Volume nadi yang berkurang secara lokal : peningkatan
tahanan setempat.
c. Volume nadi besar : volume darah yang dipompakan terlalu
banyak, tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia,
hamil, hipertiroidisme).8

2.2.3 Tekanan Darah


Saat jantung berkontraksi dan relaksasi, sirkulasi darah menyebabkan
tekanan pada dinding arteri. Tekanan darah arteri merupakan tekanan atau
gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini
berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Bila ventrikel berkontraksi, darah
akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan darah saat ini disebut tekanan
sistolik. Bila ventrikel relaksasi, aliran darah dari atrium menuju ke ventrikel,
tekanan darah saat ini disebut tekanan diastolik. Selisih antara tekanan
sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan
maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan
diastolik yaitu tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 14

selisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat
syok).
Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara
vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5
fase yaitu :
1.

Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu


bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik.

2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas


lebih tinggi dari fase I.
3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih
lemah dari fase I.
4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan
meniup.
5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan
diastolik.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National
Committee VII adalah sebagai berikut : Klasifikasi tekanan darah pada usia
18 tahun 2 :

Klasifikasi
Normal
Pre hipertensi
Stadium I
Stadium II

Tekanan Sistolik (mmHg)


< 120
120 - 139
140 - 159
160

Tekanan Diastolik (mmHg)


< 80
80 - 89
90 - 99
100

2.2.3.1 Asal tekanan darah


Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah
melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalair melalui sistem pembuluh
tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel
kiri dan atrium kanan.
a. Tekanan ventrikular kiri
Berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0
mmHg saat diastole.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 15

b. Tekanan aorta
Berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80
mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam
arteri karena adanya efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Ratarata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
c. Perubahan tekanan sirkulasi sistemik
Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri
(dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol
(dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung
vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5
mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan dengan tekanan 0
mmHg).9
2.2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu : curah
jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah,
dan kelenturan dinding arteri. Faktor lain yang menentukan tekanan darah
adalah aktifitas fisik, stres emosi, nyeri, dan temperatur sekitar. 9
a. Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan
berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
b. Tahanan perifer terhadap aliran darah
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh.
Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu:
1. Viskositas darah. Semakin banyak kandungan protein dari sel
darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas;
pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
2. Panjang pembuluh. Semakin panjang pembuluh, semakin besar
tahanan terhadap aliran darah.
3. Radius pembuluh. Tahanan perifer berbanding terbalik dengan
radius pembuluh sampai pangkat keempatnya.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 16

Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada


vasodilatasi, maka aliran darah akan meningkat enam belas kali
lipat. Tekanan darah akan turun.

Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada


vasokonstriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat
enambelas kali lipat dan tekanan darah akan naik.

Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan,


maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahan radius pembuluh
darah.
Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :
a. Lingkungan : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan
terlalu panas
b. Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff
(manset)
c. Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi,
obesitas, olah raga
d. Teknik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal,
kesalahan membaca sfigmomanometer.

2.2.3.3 Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik dan Diastolik


1. Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi
dengan menggunakan Stigmomanometer.9
a. Peralatannya

terdiri

dari

sebuah

manset

lengan

untuk

menghentikan aliran darah arteri brakial, sebuah manometer


raksa

untuk

membaca

tekanan,

sebuah

bulb

pemompa

mansetuntuk menghentikan aliran darah arteri brakial, dan


sebuah katup untuk mengeluarkankan udara dari manset.
b. Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi
korotkoff, yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian
pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka pada

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 17

kolom

raksa

secara

bersamaan

merupakan

cara

untuk

menentukan tekanan sistolik dan diastolik.


2. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120
mmHg dan diastolik 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah
pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun diastolik biasanya lebih
kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda.8

2.2.3.4 Metode Pengukuran Tekanan Darah

Gambar. 2.2.3.4 Tekanan Darah

Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur


secara langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan
yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada
potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat yang bergerak. Bila arteri
diikat diatas titik tempat memasukkan kanula, suatu tekanan terekam. Aliran
dalam arteri terganggu, dan semua energy kinetic dari aliran dikonversi
menjadienergi tekanan. Bila, pilihan lain, suatu tabung T dimasukkan kedalam
pembuluh darah dan tekanan diukur pada sisi lengan tabung, rekaman tekanan
sisi pada tekanan turun karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah
dibandingkan tekanan ujung oleh energy kinetic dari aliran.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 18

1. Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukuk dengan metode
auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air
raksa kemudian dililitkan disekitar lengan dan stetoskop diletakkan diatas arteri
brakialis pada siku. Manset secara tepat dipompa sampai tekanan didalamnya
di atas tekanan sistolik.

Gambar.2.2.3.4 Metode Auskultasi

Yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset dan
tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset
diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekana sistolik dalam arteri dapat
melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut
jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar
dibawah manset.9
2. Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan
kemudian mebiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut
radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran dalam menetukan secara
pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 19

palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur


menggunakan metode auskultasi.
Lebih bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika
memompa manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode
auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang
menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolic, kemudian muncul lagi pada
tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut
radialismenghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas
tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.9
3. Metode Oscillometric
Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876 dan
melibatkan pengamatan osilasi dalam tekanan manset sphygmomanometer
yang disebabkan oleh aliran darah osilasi, yaitu pulsa. Versi elektronik dari
metode ini kadang-kadang digunakan dalam lama jangka pengukuran dan
praktik umum. Metode ini menggunakan manset sphygmomanometer seperti
metode auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik (transducer) untuk
mengamati osilasi tekanan manset, elektronik untuk menafsirkannya secara
otomatis, dan otomatis inflasi dan deflasi manset. Sensor tekanan harus
dikalibrasi secara berkala untuk menjaga akurasi.
Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih sedikit
daripada auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan oleh staf terlatih
dan untuk pemantauan di rumah pasien secara otomatis.
Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi tekanan arteri
sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama sekitar 30 detik.
Ketika aliran darah adalah nol (tekanan manset melebihi tekanan sistolik) atau
tanpa hambatan (tekanan manset di bawah tekanan diastolik), tekanan manset
akan konstan. Kebenaran ukuran manset sangat penting karena ukuran manset
yang kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang terlalu tinggi, sedangkan
ukuran manset yang besar/longgar dapat menghasilkan tekanan yang terlalu

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 20

rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi dibatasi, tekanan manset, yang
dipantau oleh sensor tekanan, akan bervariasi secara berkala selaras dengan
siklus ekspansi dan kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing.
Kemudian nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak
diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil yang telah
dihitung akan ditampilkan.1
Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak akurat
pada pasien dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang meliputi arteri
sklerosis, aritmia, pre-eklampsia, pulsus alternans, dan pulsus paradoxus.
Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil identik;
algoritma dan koefisien yang diperoleh secara eksperimental digunakan untuk
menyesuaikan hasil oscillometric untuk memberikan bacaan yang sesuai
dengan hasil auscultatory sebaik-baiknya. Beberapa peralatan komputer
menggunakan analisis dibantu sesaat gelombang tekanan arteri untuk
menentukan sistolik, berarti, dan diastolik poin. Karena banyak perangkat
oscillometric belum divalidasi, kehati- hatian harus diberikan karena
kebanyakan tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.9

2.2.4

Pengukuran Pernapasan (Respiratory rate)


Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah :
ventilasi pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan
meningkat pada keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru,
dan pada peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila
kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada
bayi. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa
untuk menilai adanya kelainan:
1. Kecepatan :
a.

Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal.

b. Bradipnea : pernafasan lambat.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 21

c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat


(Kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal.
2. Irama :
a. Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea.
c.

Pernafasan Biots (ataksia) : periode apnea yang tiba-tiba


diselingi periode pernafasan konstan dan dalam.

3. Usaha bernafas adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas


misalnya otot interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut
menunjukkan adanya penurunan daya kembang paru.8

2.2.5

Pemeriksaan Pupil Mata

2.2.5.1 Definisi Pupil


Pupil atau anak mata adalah pembukaan di tengah mata. Cahaya
masuk lewat pupil dan diteruskan melalui lensa mata, yang memusatkan
bayangan ke retina. Ukuran pupil dikendalikan oleh otot
Bila perlu banyak cahaya, pupil membesar. Bila cahaya bertambah
terang, pupil bertambah kecil. Pupil dapat dibandingkan dengan pengatur
cahaya pada kamera. Pupil akan lebih jelas terlihat apabila dilihat dengan
sebuah mikroskop

2.2.5.2 Mekanisme Refleks Pupil


Pupil adalah lingkaran hitam terkecil di bola mata yang normalnya
kedua ukurannya sama. Tapi bila ukuran pupil tidak sama itu artinya ada yang
tidak beres dengan mata.
Ketika cahaya masuk malalui pupil, akan diteruskan melalui lensa mata,
yang memusatkan bayangan ke retina. Bila bayangan diterima oleh retina,
artinya kita dapat melihat suatu benda. Seperti dilansir mayoclinic, ukuran
pupil dikendalikan oleh otot. Bila kondisi lingkungan gelap dan memerlukan

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 22

banyak cahaya, pupil akan membesar. Sebaliknya, bila cahaya bertambah


terang, pupil akan mengecil. Pada beberapa orang yang mengalami gangguan
mata, ukuran kedua pupil bisa berbeda. Satu mata berukuran pupil normal, dan
mata yang lain pupil lebih besar atau kecil. Hal ini biasanya sering terjadi pada
anak-anak. Gejala pupil yang tidak seimbang atau dalam kamus kedokteran
disebut Anisocoria ini bervariasi dari bentuk ringan hingga parah. Anisocoria
ringan tidak mengancam dan dapat disembuhkan dengab pengobatan yang
benar.Orang yang mengalami ketidakseimbangan pupil, tidak bisa menahan
pandangan untuk jangka waktu yang lama. Mereka juga memiliki rasa takut
terhadap cahaya, atau yang disebut denganphotophobia. Jika pupil tidak
seimbang biasanya tekanan dan rasa sakit juga dirasakan di sekitar mata,
disertai dengan ketegangan mata yang parah. Ketidaknyamanan juga dirasakan
pada bagian tubuh lain, seperti sakit kepala, migraine dan rasa terbakar
dibagian belakang leher juga telinga.
Pupil yang tidak seimbang bisa karena bawaan sejak lahir (hereditary)
atau disebabkan oleh faktor-faktor luar lain termasuk gangguan kesehatan.
Faktor yang menyebabkan ukuran pupil mata tidak seimbang, yaitu:
1. Tetes mata
Beberapa tetes mata, obat alergi dan obat tetes anti gatal dapat
menyebabkan pupil membesar. Ini adalah penyebab kecil dan efeknya
hanya berlangsung selama beberapa jam, dan tergolong Anisocoria
ringan.
2. Tanaman
Beberapa varietas tanaman dapat menyebabkan pelebaran pupil jika
mengalami kontak langsung dengan mata. Tanaman seperti bunga
terompet (Angel Trumpet), Deadly Nightshade, melati kuning (Yellow
Jessamine) bila bersentuhan dengan mata akan memperbesar pupil.
3. Cedera kepala
Cedera kepala yang merusak saraf yang menghubungkan otak dan mata,
sering menyebabkan ukuran pupil abnormal dan menyebabkan kedua

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 23

pupil berukuran berbeda. Jika ketidakseimbangan pupil disebabkan oleh


cedera kepala, segera lakukan pemeriksaan medis karena hal ini
bukanlah hal yang enteng.
4. Sindrom Horner
Sindrom Horner adalah jenis kelainan dimana saraf kelopak mata tetap
terbuka yang disebabkan karena kerusakan saraf oculosympathetic
(serat saraf simpatetik yang mengendalikan wajah, mata, kelopak mata
). Pupil akan terlihat sangat kecil dan tidak tanggap terhadap cahaya.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh kerusakan saraf simpatetik yang
berjalan menyusuri arteri karotid dan menghubungkan bagian belakang
otak. Gejala ini dapat menandakan hal serius seperti tumor atau
penyakit jantung.
5. Kerusakan saraf kranial
Saraf kranial ketiga atau saraf oculomotor mengontrol gerakan mata dan
otot yang menyebabkan pembukaan dan penutupan mata. Kerusakan
saraf ini menyebabkan ukuran pupil tidak sama, penglihatan ganda serta
kelopak mata terkulai.
6. Diabetes dapat merusak saraf ini dan menyebabkan pupil tidak
seimbang. Obat-obatan, virus, kafein, dan zat kimia tertentu dapat pula
menyebabkan kerusakan saraf kranial ketiga.
7. Pupil Adie
Alasan tertentu di balik pupil Adie tidak diketahui. Kadang-kadang
pupil yang tidak seimbang dan dapat kembali ke bentuk normal tanpa
pengobatan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa infeksi virus yang
merusak serat saraf yang mengendalikan otot-otot mata yang
menyebabkan kesulitan dalam memfokuskan benda.
8. Penyebab lain
Pupil yang tidak seimbang dapat disebabkan oleh bakteri meningitis ,
ensefalitis (peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus),
tumor otak atau tumor dada. Dapat juga karena efek obat-obat terlarang
tertentu seperti kokain dan mariyuana.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 24

Pupil mata tidak seimbang dapat didiagnosis dengan Neuro Imaging atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penggunaan kacamata matahari juga bisa
melindungi mata. Antibiotik dapat diberikan jika penyebabnya bakteri
meningitis. Sedangkan kortison dan penghilang rasa sakit digunakan untuk
mengobati pembengkakan dan mengurangi rasa sakit. Obat anti kanker atau
antikonvulsan juga dapat ditentukan tergantung pada tingkat kondisi
keparahan. Obat antikonvulsan dapat mengendalikan kejang dan gangguan
otak yang juga berhubungan dengan anisocoria.9

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 25

BAB 3
METODE KERJA (PROSEDUR KERJA)

3.1 Penilaian Tingkat Kesadaran:


Alat dan bahan : kapas (refleks kornea)
Prosedur kerja:
1. Pada pasien yang sadar , berikan pertanyaan seperti perjalanan
penyakit, orientasi tempat dan waktu. Bila bisa dijawab dengan baik ,
penderita dinilai komposmentis.
2. Bila tidak direspon dengan baik, berikan rangsangan nyeri kepada
pasien seperti menekan daerah tulang dada atau menekan daerah betis
bagian belakang, menyentuh daerah kelopak mata dengan kapas.
3.

Respon yang diperoleh menunjukkan tingkat kesadaran (derajat


kesadaran) pasien. Derajat kesadaran biasanya dinyatakan sebagai :
a. Kompos Mentis, bila sadar sepenuhnya dan mampu menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan disekelilingnya.
b. Apatis, bila perhatiannya berkurang, dan segan untuk berhubungan
dengan keadaan sekitarnya, seperti sikap acuh tak acuh.
c. Letargi (Drosy), keadaan sadar pasien yang tampaknya lesu dan
mengantuk.
d. Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara, namun
dapat dibangunkan dengan pemberian rasa nyeri, makanan
ataupun minuman.
e. Soporous, keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring
dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi jika dibangunkan
kecuali dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan.
f. Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas ada
kornea, akan menutup kelopak mata)
g. Koma, tidak memberi respon sama sekali. 8

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 26

3.2 Penilaian Bentuk Tubuh


Langkah-langkah penilaian :
1. Dalam melakukan penilaian bentuk tubuh, perhatikan habitus dan
bentuk tubuh pasien, kemudian catatlah pada lembar yang disediakan.
Lakukan penilaian secara sistematis, mulai dari kelainan di kepala,
wajah, ekstremitas dan tulang belakang.
a. Habitus Astenikus
Bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata/cekung. Angulus
costae dan otot-otot tidak bertumbuh dengan baik.
b. Habitus Atletikus
Bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu terangkat ke
atas, dada penuh, perut rata, lengkung tulang belakang
dalam batas normal.
c. Piknikus
Bentuk tubuh cendrung bulat, penuh dengan penimbunan
jaringan lemak subkutan.
Berbagai kelainan/bentuk tubuh abnormal dapat dijumpai, misalnya:
1. Akromegali
Bentuk tubuh sebagai akibat hiperfungsi kelenjar pituitari anterior
setelah tertutupnya epifisis. Kepala tampak lebih besar dari biasanya,
hidung, dagu serta rahang bawah membesar dan menonjol sedemikian
rupa, sehingga gigi-gigi rahang atas dan bawah tidak dapat saling
bertemu.
2. Berbagai keadaan salah bentuk (malformation), misalnya bibir
sumbing, paralisis saraf muka.
3. Kelainan bentuk tulang belakang, berupa:
a. Kifosis
Lengkung tulang belakang kea rah belakang yang abnormal,
ditemui pada tuberkulosis tulang, penyakit paget.
b.Lordosis

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 27

Lengkung tulang belakang kea rah depan yang abnormal, ditemui


pada tuberkolosis tulang pinggul.
c. Skoliosis
Lengkung tulang belakang ke arah lateral yang abnormal, ditemui
pada poliomyelitis.8

3.3 Pengukuran Suhu Tubuh


Alat yang diperlukan
a. Termometer maksimum /thermometer klinik
b. Kapas dan alkohol
Prosedur kerja pengukuran suhu tubuh :
1. Perkenalkan diri Anda kepada klien, termasuk nama, jabatan atau peran,
dan jelaskan apa yang akan anda rencanakan.

2. Pastikan identitas klien.


3. Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut dalam
istilah yang dapat dimengerti klien.
4. Kumpulkan peralatan.
5. Cuci tangan.
6. Yakinkan bahwa klien nyaman dan bahwa anda memiliki ruangan
yang cukup untuk melaksanakan tugas.
7. Yakinkan bahwa Anda memiliki cukup cahaya untuk melaksanakan
tugas.
8. Bila klien ada di tempat tidur, turunkan pagar tempat tidur pada sisi
paling dekat dengan Anda.
9. Berikan privasi untuk klien. Tutup pintu, gunakan tirai privasi, atau
posisikan dan tutup klien sesuai kebutuhan.
10. Gunakan sarung tangan sekali pakai untuk menghindari kontak
dengan cairan tubuh.
11. Pegang ujung (kode warna, biru atau merah) termometer kaca dengan
ujung-ujung jari untuk mengurangi kontaminasi pentolan termometer.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 28

12. Baca kadar merkuri sambil memutar termometer dengan lembut


sejajar pandangan mata. Merkuri harus dibawah 35,5 C. Jika
merkuri ada di atas kadar yang diinginkan, goyangkan termometer
lebih bawah. Pegang ujung atas termometer dengan aman dan
jauhkan dari benda-benda lain. Kibaskan pergelangan tangan secara
mencolok.
13. Bersihkan termometer dengan kapas alkohol. Masukkan termometer
ke dalam plastik yang mempunyai penutup (jika tersedia).
14. Minta klien untuk membuka mulutnya dan sisipkan termometer
dengan lembut di bagian sublingual (di bawah lidah) lateral sampai
tengah rahang bawah.
15. Biarkan termometer di bawah mulut selama 3 menit atau sesuai
dengan kebijakan lembaga tempat anda bertugas.
16. Keluarkan termometer dengan hati-hati dan lihat hasilnya sejajar
dengan pandangan mata. Beritahu klien tentang hasil pengukuran
suhu tubuhnya.
17. Bersihkan sekret dengan tisu yang lembut. Bersihkan dengan gerakan
memutar dari ujung ke pentolan. Buang tisu pada tempat sampah.
18. Cuci termometer di air sabun yang hangat. Bilas di air dingin dan
keringkan.
19. Simpan termometer dengan menggunakan teknik yang benar untuk
pemakaian oral, rektal, atau aksila.
20. Ucapkan terimakasih atas kerja sama klien.
21. Lepaskan sarung tangan, kemudian cuci tangan.
22. Kembalikan tempat tidur pada posisi tepat (bila diubah)
23. Dokumentasikan hasil prosedur pada format yang tepat.8
3.4 Pengkuran Denyut Nadi
Alat: Stopwatch
Prosedur kerja pengukuran denyut nadi :

1. Pemeriksaan berdiri di samping pasien.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 29

2. Carilah dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah,


denyut a. Branchialis pada fossa cubiti lengan kanan pasien.
3. Lokasi a. Branchialis terletak di sisi media lengan, tepat dibawah tendo
otot biceps.
4. Lakukan penilaian denyut arteri tersebut yang meliputi:
a. Frekuensi denyut arteri perifer
Pemeriksaan denyut dilakukan dengan palpasi selama 1 menit
frekuensi denyut arteri yang normal adalah 60-100 kali per
menit. Frekuensi denyut < 60 x / menit disebut bradikardia
(pulsus rasus), frekuensi denyut > 100 x /menit disebut takikardia
(pulsus frequent).
b. Kekuatan denyut arteri perifer : Kuat atau lemah
c. Irama denyut arteri perifer
Tentukan irama denyut teratur (regular) atau tidak teratur
(irregular).
Irama

denyut

yang

tidak

teratur

menunjukkan

beberapa

kemungkinan antara lain:


a. Sinus aritmia
Keadaan yang normal terjadi, yaitu pada saat inspirasi denyut nadi
lebih cepat daripada saat ekspirasi.
b. Ekstrasistolik
Keadaan dengan sekali-kali denyut nadi datang lebih cepat
(prematur) dan disusul dengan suatu istirahat yang lebih panjang.
Kadang-kadang denyut prematur itu tidak teraba pada arteri
radialis, teraba seolah-olah denyut nadi terhenti sesaat.
c. Fibrilasi Atrial
Keadaan dengan denyut nadi sama sekali tidak teratur (tidak ada
irama dasar). Dalam keadaan ini, harus dihitung frekuensi denyut
jantung frekuensi denyut arteri perifer lebih rendah sehingga
terdapat pulsus deficit.
d. Blok atrioventikular

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 30

Keadaan dimana tidak semua rangsang dari nodus SA diteruskan


ke ventrikel tidak terkontraksi. Dalam keadaan ini biasanya
terdapat bradikardia
5. Ulangi langkah 1-4 untuk memeriksa denyut arteri radialis. Pembuluh
darah tersebut terletak di sisi lateral pergelangan tangan.8

3.5 Pemeriksaan Pupil Mata


Alat : Pen-light
Prosedur kerja pemeriksaan pupil mata :
1. Berdirilah di samping pasien, dan periksalah daerah palpebra konjuntiva
inferior si pasien, apakah terlihat pucat atau tidak.
2. Periksalah bola mata pasien bagian sklera dan kornea, apakah kuning
(Iterik) atau normal/ tidak kuning (Aniterik).
3. Periksalah bentuk dan ukuran pupil pasien, lalu bandingkan apakah pupil
sebelah kiri dan kanan pasien ukuran dan bentuknya sama (isokor) atau
atau tidak sama (Anisokor).1

Gambar 3.5 Refleks Pupil

Gambar 3.5 Penlight

3.6 Pengukuran Tekanan Darah


Alat : Stetoskop, stigmomanometer
Prosedur kerja pengukuran tekanan darah menggunakan stigmomanometer :
1. Pasien tetap dalam keadaan duduk dan tenang.
2. Pasang manset Stigmomanometer pada lengan kanan atas pasien.
Syarat pemasangan manset:
a. Lengan baju digulung setinggi-tingginya sehingga tidak terlilit oleh
manset.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 31

b. Tepi bawah manset letaknya 2-3 cm diatas fossa cubiti.


c. Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di
atas a. Branchialis).
d. Pipa karet manset jangan menutupi fosa kubiti.
e. Manset diikat cukup ketat.

(*Note: Kriteria manset yang


tepat: Ukuran lebar balon
dalam manset 20% lebih besar
dari

diameter

lengan

dan

panjangnya cukup melingkari


lengan).
Gambar 3.6 Pengikatan Manset

3. Dengan cara palpasi, carilah denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan
denyut a. Radialis pada pergelangan tangan pasien.
4. Setelah duduk tenang, siapkan stetoskop di telinga saudara. Pompa
manset sambil meraba a. Radialis pada pergelangan tangan atau a.
Brachialis pada derah lipat siku (fossa cubiti ) sampai denyut nadi
tidak teraba lagi (tekanan sistolik).
5. Naikkan lagi tekanan dalam manset sebesar 30 mmHg di atas
tekanan sistolik palpas.
6. Letakkan Stetoskop di daerah lipat siku (fossa cubiti) sesuai dengan
letak a. Brachialis.
7. Sambil melakukan auskultasi pada a. Brachialis, turunkan tekanan
manset secara perlahan-lahan ( 2-3 mmHg/detik ) dan tetapkan ke 5
fase korotkoff.
8. Catatlah hasil pengukuran (tekanan sistolik/tekanan diastolik mmHg).
9. Ulangi tekanan pengukuran butir 5-8 sehingga diperoleh 2 hasil
pengukuran. Nilai tekanan darah adalah nilai rata-rata kedua
pengukuran.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 32

Gambar.3.6 Pengukuran
tekanan darah secara auskultasi

Perhatikan : sebelum mengulangi pengukuran tekanan darah, air raksa


dalam stigmomanometer harus dikembalikan pada angka 0. Hal ini
untuk

menghindari

terjadinya

pembendungan

yang

dapat

mempengaruhi hasil pengukuran. Berilah waku istirahat selama 1-2


menit antara tiap pengukuran, untuk memulihkan aliran darah di
bagian distal pembendungan.
10. Tanpa menggunakan stetskop ditelinga, pompa manset sambil meraba
a. radialis sampai tekanan didalamnya tidak teraba lagi, kemudiam
tambahkan tekanan manset sebesr 30mmHg.
11. Turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan 2-3 mmHg/detik
sambil melakukan palpasi pada a. radialis.
12. Tepat pada saat denyut a. radialis teraba lagi, manometer air raksa
menunjukkan angka tekanan sistolik PS tersebut.
13. Ulangi pengukuran seperti langkah 10-12 sehingga didapatkan dua kali
hasil pengukuran untuk mendapatkan nilai rata-rata, dan catat hasilnya.
14. Terangkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah arteri yang
diperoleh antara cara auskultasi dan cara palpasi.8

3.7 Pengukuran Pernapasan (Respiratory Rate)


Prosedur pengukuran pernapasan :
1. Pasien sebaiknya berbaring lurus terlentang
2. Tentukan frekuensi pernapasan pasien dengan meletakkan telapak
tangan di atas

abdomen pasien sambil merasakan gerakan naik

turun dinding abdomen.


a. Frekuensi pernafasan dihitung selama 1 menit

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 33

b. Frekuensi pernafasan yang normal adalah 12-18 kali per menit.


Pernafasan < 12 x/ menit disebut bradipnea, pernafasan > 18
x/menit disebut takibnea.
3. Tentukan sifat pernafasan pasien, yaitu:
a. Torakal (gerakan dinding dada lebih dominant dibandingkan
gerakan dinding perut).
b. Abdominal ( gerakan dinding perut lebih dominan dibandingkan
gerakan dinding dada).
c. Kombinasi (jenis pernafasan ini yang sangat terbanyak), terdiri
dari pernafasan torako-abdominal (umumnya pada wanita sehat)
dan pernapasan abdomino-torakal (umumnya pada laki-laki).
4. Ada dua penilaian kedalaman pernafasan, yaitu napas dangkal dan
napas dalam. Berikut ini adalah beberapa kelainan frekuensi dan
kedalaman pernafasan .
a. Napas cepat dan dangkal (takipnea)
b. Napas cepat dan dalam (hiperpnea/hiperventilasi)
c. Napas lambat (Bradipnea).
5.

Tentukan jenis irama pernafasan pasien


a. Pernafasan normal, dilakukan secara teratur dengan fase-fase
inspirasi-ekspirasi yang teratur bergantian.
b. Pernafasan Cheyne Stokes, terdapat periode apnea (berhentinya
pernapasan) kemudian disusul periode hipernea (pernapasan mulamula kecil amplitudonya kemudian cepat membesar dan kemudian
mengecil lagi). Siklus ini terjadi berulang-ulang. Terdapat pada
pasien dengan kerusakan otak, hipoksida kronik.
c. Pernapasan Biot (pernapasan ataxic), bentuk pernapasan tidak
teratur mengenai cepat dan dalamnya. Terdapat pada cedera otak.8

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 34

Gambar 3.7 Frekuensi Normal Pernapasan

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 35

BAB 4
HASIL PEMERIKSAAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Penilaian Fisik Umum


1. Nama Pasien

: Wahyuni Ananda

2. Jenis Kelamin

: Perempuan

3. Tempat Pasien berada

: di ruang skills lab RKU 4

4. Waktu

: Siang

5. Jenis Kesadaran

: Kompos Menitis

6. Suhu tubuh

: 36,5 C

4.2 Hasil Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pupil


4.2.1

Pemeriksaan Pupil

1. Nama pasien

: Wahyuni Ananda

2. Refleks pupil

: + (ada)

3. Bentuk pupil

: Pupil kiri dan kanan sama (isokor)

4. Ukuran pupil

: 3 milimeter

4.2.2

Pemeriksaan Nadi
1. Frekuensi
a. Arteri Radialis

: 84/menit

b. Arteri Brachialis

:80 /menit

2. Irama denyut nadi

: teratur (regular)

3. Kekuatan

: Kuat

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 36

4.3 Hasil Pengukuran Tekanan Darah


1. Nam pasien

: Wahyuni Ananda

2. Tekanan darah
a. Palpasi
i.

Pengukuran 1 : 110 mmHg (sistolik)

ii.

Pengukuran 2 : 110 mmHg (sistolik)

iii.

Rata-rata

: 110 mmHg (sistolik)

b. Auskultasi
i.

Pengukuran 1 : 120 mmHg (sistolik) 80 mmHg (diastolik)

ii.

Pengukuran 2 : 110 mmHg (sistolik) 80 mmHg (diastolik)

iii.

Rata-rata

: 115 mmHg (sistolik) 80 mmHg (diastolik)

4.4 Hasil Pemeriksaan Respiratory Rate


1. Nama pasien

: Wahyuni Ananda

2. Frekuensi

: 20 kali/menit (Takibnea)

3. Sifat Pernafasan

: Torako-Abdominal

4. Jenis irama Pernafasan

: Pernafasan Normal

5. Kedalaman

: Dangkal

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 37

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Kesadaran
Berdasarkan jawaban dari Wahyuni Ananda ketika pemeriksaan
kesadaran dapat disimpulkan bahwa derajat kesehatan Wahyuni adalah
kompos mentis. Kompos mentis adalah sadar sepenuh nya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan disekelilingnya
5.2 Suhu Tubuh
Berdasarkan hasil pemeriksaan suhu tubuh saudari Wahyuni Anada, suhu
tubuh Wahyuni adalah 36,5 C. Suhu tubuh Wahyuni termasuk dalam
keadaan normal, karena suhu normal berkisar antara 36,5C 37,5C.
5.3 Denyut Nadi
Hasil pengukuran denyut nadi saudari Wahyuni Ananda pada arteri
radialis adalah 84 kali/menit sedangkan pada arteri branchialis denyut
nadinya 80 kali/menit dan dapat dinyatakan bahwa frekuensi denyut nadi
adalah normal. Kekuatan denyut nadi pun kuat dan iramanya teratur. Denyut
nadi juga di pengaruhi posisi duduk dan keadaan si pasien. Apabila diperiksa
dalam kondisi duduk maka denyut nadi akan lebih stabil.
5.4 Pemeriksaan Pupil
Keadaan pupil mata saudari Wahyuni Ananda baik yang kiri maupun
yang kanan dari segi bentuk, refleks, dan ukurannya sama. Kondisi ini
disebut dengan isokor. Hal itu menandakan kondisi pupil dalam keadaan
normal. Kedua pupil menunjukkan adanya refleks ketika diberi rangsangan

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 38

berupa cahaya. Bentuk dan ukurannya pun sama yaitu bulat dan berukuran 3
milimeter.
5.5 Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada saudari Wahyuni Ananda di lakukan
masing masing sebanyak dua kali dengan cara yang berbeda, yaitu palpasi
dan juga auskultasi. Pada pemeriksaan secara palpasi didapti hasil tekanan
sistolik Wahyuni rata-rata 110 mmHg. Sedangkan pada pemeriksaan secara
auskultasi pada arteri branchialis hasilnya adalah 115 mmHg untuk tekanan
sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastoik. Dari hasil pemeriksaan yang
didapat menunjukkan bahwa tekanan darah saudari Wahyuni dalam keadaan
normal. Pemeriksaan dilakukan dalam kondisi duduk, karena apabila
dilakukan dengan kondisi berbaring ataupun berdiri itu akan mempengaruhi
tekanan darah seseorang.
5.6 Respiratory Rate
Hasil pemeriksaan pernapasan, frekuensi pernapasan saudari Wahyuni
Ananda dalam keadaan normal yaitu 20 kali/menit dengan sifat pernapasan
toraco-abdominal yang umumnya terjadi pada wanita sehat, kedalaman
pernapasan dangkal dan jenis irama pernapasannya normal.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 39

BAB 6
SIMPULAN
1. Pemeriksaan fisik umum atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit.
2. Pemeriksaan fisis umum mencangkup pemeriksaan beberapa aspek fisis
pasien, yaitu :
a. Keadaan umum
b. Tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, pupil mata,
respiratory rate)
c. Postur tubuh
3. Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan
sistem tubuh.
4. Pupil adalah lingkaran hitam terkecil di bola mata yang normalnya kedua
ukurannya sama. Tapi bila ukuran pupil tidak sama itu artinya ada yang tidak
beres dengan mata.
5. Suhu

tubuh

mencerminkan

keseimbangan

antara

pembentukan

dan

pengeluaran panas.
6. Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena dipompa
kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung.
7. Tekanan darah arteri merupakan tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja
pada dinding pembuluh darah.
8. Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi
pulmoner, respirasi eksternal dan internal.
9. Pemeriksaan tanda vital bertujuan untuk mengetahui keadaan fisiologis
seseorang agar dapat mendiagnosis penyakit atau perubahan pada sistem
tubuh seseorang.

Pemeriksaan Fisik Umum dan Vital Sign| 40

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Burnside-Mc.Glynn. 1993. ADAMS: Physical Diagnosis 17th ed. Terjemahan ke


Bahasa Indonesia oleh Dr. Henny Lukmanto. Penerbit EGC. Cet. 4.

[2]

Adams. 1990. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.Hal. 67-85.

[3]

Weinstock, doris. 1990. Rujukan cepat di ruang ICU/ CCU. Jakarta: EGC.

[4]

Hidayat, A. aziz Alimul, & Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC.

[5]

Bates B. 1995. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 2nd ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 41-2, 151-5.

[6]

Delp MH, Manning RT. 1996 Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia
Radja Siregar. Jakarta : EGC.

[7]

Snell S.R. 1991. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Bagian 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80.

[8]

Buku Panduan Tutorial semester II Blok III. 2013. Ilmu Kedokteran Dasar.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala.

[9]

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai