Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Merupakan yang utama dalam melaksanakan pekerjaan adalah keunggulan
budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul
pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia
Mahakarya. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai
upaya menciptakan keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu
pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan.
Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi
yang bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil. Hal ini semua dapat
terlihat dan tertuang dalam etos kerja.
Etika dalam pelaksanaan administrasi publik menjadi salah satu masalah yang
menjadi kelemahan dasar dalam pelaksanaan administrasi di Indonesia. Etika
sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia administrasi.
Padahal, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan
public sekaligus sebagai keberhasilan organisasi administrasi itu sendiri. Elemen
ini harus diperhatikan dalam setiap pelayanan public mulai dari penyusunan
kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi, pelayanan untuk mencapai tujuan
akhir pelaksanaan administrasi.
Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan individu,
kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa dalam mencapai tujuannya.
Pada pelaksanaan administrasi publik juga dipengaruhi oleh etos kerja yang
dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya menyelenggarakan kebutuhan
masyarakat.
B. Pokok Permasalahan
Adapun permasalahan yang penulis angkat ialah:
1. Bagaimana etika mempengaruhi etos kerja dalam lingkup pejabat publik?

2.

Apa implikasi dari hubungan antara etika dan etos kerja pejabat publik
terhadap institusi publik sistem administrasi publik itu sendiri maupun
terhadap masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah:
1.
2.
3.

Mengetahui bagaimana pengaruh etika terhadap etos kerja


Mengetahui implikasi dari etos kerja terhadap kinerja pejabat publik
Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi

D. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini berdasarkan:
studi pustaka

BAB II
KERANGKA TEORI

A. Administrasi Publik
a. Pengertian Administrasi Publik
Dalam buku Manajemen dalam Pemerintahan, yang diterbitkan oleh
Lembaga Adminitrasi negara, dikatakan bahwa, administrasi negara
adalah

keseluruhan

penyelenggaraan

kekuasaan

negara

dengan

memanfaatkan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana dan


daya untuk tercapainya

tujuan negara dan terlaksananya tugas

pemerintahan.
b. Pengertian Pejabat Publik
Pejabat publik adalah orang yang melaksanakan administrasi publik,
pegawai maupun aparatur negara.
B. Etos Kerja
a. Pengertian Etos Kerja
menurut Jansen H Sinamon, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Etos adalah kebiasaan,

berbasis pada state of mind, yang

berhubungan dengan kegiatan produktif (etos belajar, etos kerja, etos


menabung, dsb).
2. Etos adalah mindset yang berkaitan dengan dan mewujudkan berupa
kegiatan produktif
3. Etos adalah apa yang dianggap paling penting, paling vital, oleh
sekelompok orang untuk pekerjaan (profesi) yang mereka jalankan,
dan perilaku apa yang dituntut untuk mencapai hal paling penting
tersebut, termasuk apa-apa yang tidak boleh dilanggar.
Masih menurut Jansen, etos kerja adalah spirit, semangat, dan mentalitas
yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan unggul
seperti:
- Rajin, Antusias
- Teliti, Tekun
- Kerja Keras
- Ulet, Sabar
- Bertanggungjawab
- Hemat, Efisien
- Menghargai Waktu

Etos kerja menurut Jansen adalah seperangkat perilaku kerja, yang berakar pada
kesadaran yang kuat, keyakinan yang jelas dan mantap serta komitmen yang teguh
pada prinsip, paradigma, dan wawasan kerja yang khas dan spesifik. Sedangkan
pengertian etos kerja berdasarkan kamus besar bahasa indonesia adalah semangat
kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok.

b. Fungsi dan tujuan etos kerja


Secara umum etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap
perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos
kerja adalah:
a. Pendorong timbulnya perbuatan
b. Pengairah dalam aktivitas
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
C. Etika
a. Pengertian Etika
Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan sesorang atau suatu kelompk dalam mengatur tingkah lakunya
(bertens:2004)
b. Pentingnya etika dalam kehidupan ilmiah:
Dalam kehidupan ilmiah, etika menjadi sangat penting, pokok
perhatiannya tertuju pada problem dan proses kerja keilmuan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Etos Kerja Indonesia


Etos kerja merupakan salah satu komponen penting yang menentukan
produktivitas suatu organisasi yang secara nasional akan menentukan kualitas
suatu bangsa. Etos kerja sangat berhubungan dengan etika baik individu,
kelompok, maupun institusi.
Ekonomi, politik, sosial dan budaya suatu bangsa sangat di tentukan oleh
etos kerja masyarkatnya. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis
multidimensi Indonesia sejak tahun 1997 adalah merajalelanya etos kerja yang
buruk, Jansen mengambil contoh di tiga bidang saja, pertama di bidang
ekonomi, masyarakat lebih mengutamakan ekonomi rente daripada ekonomi
riil, sebuah cerminan etos kerja yang ingin cepat kaya tanpa kerja keras 1,
berbeda dengan etos kerja bangsa Jepang dan Jerman yang sering kali di
jadikan contoh sebagai etos kerja yang baik, etos kerja tersebut ialah sebagai
berikut:
Belajar dari negara lain, Jerman dan Jepang yang luluh lantak di PD II.
Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian, mereka menjadi bangsa termaju di
Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Yang
hancur hanya gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik.
Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

bertindak rasional
berdisiplin tinggi
bekerja keras
berorientasi sukses material
tidak mengumbar kesenangan
hemat dan bersahaja, serta
menabung dan berinvestasi

Di Timur, orang Jepang menghayati bushido(etos para samurai)


perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen
(1999) sebagai karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang.
1

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/j/jansen-sinamo/berita,
Rabu, 19 November 2008

Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah :


1) Gi

: keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan

kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah,
2)
3)
4)
5)

terhormat.
Yu
Jin
Re
Makoto

: berani, ksatria.
: murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama.
: bersikap santun, bertindak benar.
: tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya,

tanpa pamrih.
6) Melyo
: menjaga kehormatan martabat, kemuliaan.
7) Chugo
: mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena
mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan
berkualitas.
Bagaimana dengan Indonesia? Mengutip Mochtar Lubis dalam bukunya
Manusia Indonesia [1977], Jansen menytkan etos kerja orang Indonesia
adalah:
1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati
2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam
3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati
dan lebih mementingkan status daripada prestasi
4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib;
5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan,
dan gampang terintimidasi.
6) Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu Artistik; dekat
dengan alam.
Etos kerja tersebut di atas merupakan gambaran mayoritas dari masyarakat
indonesia yang seharusnya menjadi perhatian mulai dari pemerintah, institusi,
kelompok profesi dan individu pekerja itu sendiri. Sebagai contoh organisasi
masyarakat ESQ (Emosional Spiritual Quotien) telah melakukan upaya-upaya
peningkatan etos kerja dengan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat
untuk mengimplementasikan 7 Budi Utama, yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jujur
Tanggung jawab
Visioner
Disiplin
Kerjasama
Adil
6

7. Peduli
Dimana 7 Budi Utama tersebut merupakan unsur-unsur yang di butuhkan
dalam meningkatkan etos kerja. ESQ memasukan spiritual (agama/
keyakinan) karena bangsa indonesia mempunyai keyakinan yang kuat
terhadap Tuhan sehingga apabila semua pekerjaan dilakukan atas dasar
keyakinan, maka jiwa sesorang akan ikut andil dalam menggerakkan rasa dan
menghasilkan perilaku yang kuat, sehingga jika diarah kan dengan benar maka
akan berdampak pada perilaku yang baik.
Kemudian Jansen juga menjabarkan etos kerja yang profesional di dalam
melakukan pekerjaan, yang dijabarkan dalam 8 artian kerja bagi para pelaku
kerja dan apabila diterapkan dengan baik, maka akan tercipta produktivitas
kerja yang tinggi. 8 Etos kerja profesional tersebut adalah:
1. Kerja adalah Rahmat : Bekerja Tulus Penuh Syukur
Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan oleh karena itu harus kita
syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat
lainnya sebagai berikut:
a. Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja
b. Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari
masyarakat dan komunitas
2. Kerja adalah Amanah : Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka
tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya
sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
didelegasikan kepada kita akan membubuhkan kehendak kuat untuk
melasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai
target yang ditetapkan.
3. Kerja adalah Panggilan : Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa
saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi
yang kita jalani untuk menjawab panggilan kita sebagai birokrat, akuntan,
hakim, dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka
diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas

maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap
tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh.
4. Kerja adalah Aktualisasi : Bekerja Keras Penuh Semangat
Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi
menjadi realisasi. Tujuan dari sikap yang kita pakai untuk mengubah
potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar kita
terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan
keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga
cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:
a. Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras
b. Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita
c. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita
5. Kerja adalah ibadah : Bekerja Serius Penuh Kecintaan
Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan
lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang
lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah
sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh
kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga
akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita
lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita,
berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang
akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika ksemua
didasari dengan rasa cinta. Jadi, bekerja serius penuh kecintaan akan
melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan.
6. Kerja adalah Seni : Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas
Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan.
Kecerdasan disini dimaksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik
dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja
agar tetap efektif dan efisien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja
yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif.
Hasilnya tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin
perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu
adalah karya seni.

7. Kerja adalah Kehormatan : Bekerja Tekun Penuh Keunggulan


Kehormatan diri bisa kita dapat dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka
kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan
mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala
kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam
hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan
rasa percaya diri yang akan meningkatkan kita untuk bekerja lebih tekun.
8. Kerja adalah Pelayanan : Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati
Hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang
lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah
memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan
beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan
sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain
B. Hubungan Etika dan Etos Kerja Pejabat Publik
Etika berkaitan dengan konsep-teori-rasio tentang nilai-nilai etis dalam
hubungan manusiawi, seperti kebenaran, keadilan, kebebasan, kejujuran, dan
cinta kasih. Sementara etos berkaitan dengan perilaku-praktik-budaya yang
tidak selalu bersifat etis atau sesuai dengan etika. Etika kerja adalah semacam
teori tentang apa, mengapa, dan bagaimana sesorang seharusnya bekerja agar
ia menjadi manusia yang baik. Dan etos kerja adalah praktik dan budaya kerja
apa adanya2.
Karena bersifat konseptual-teoritik-rasional, etika kerja selalu mengacu
pada nilai-nilai etis yang menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat
manusia sebagai manusia. Etika dan etos kerja merupakan faktor dasar dari
pejabat publik dalam melaksanakan administrasi publik. Sebagai contoh,
seorang pegawai administrasi keuangan, ketika ia menjunjung etikanya maka
ia akan jujur dalam mencatat pengeluaran baik ada orang maupun tidak, itu
yang dinamakan etika. Karena ia berlaku jujur maka etos yang etis terwujud
menjadi suatu sikap profesional dan menghasilkan kinerja yang baik.

Harefa, Andrias, Membangkitkan Etos Profesionalisme,(Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama,) hal.32

Pada dasarnya etika pejabat publik tertuang dalam kode etik kepegawaian,
sehingga sudah ada dasar untuk suatu perilaku pejabat publlik yang secara
moral sudah dianggap benar. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan
baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis
(kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak
berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang
tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak
baik pula.
Sehingga dapat dilihat bahwa penerapan etika dilakukan terlebih dahulu,
dan akan dapat membangun etos kerja yang nantinya menghasilkan suatu
kinerja atau produktivitas dalam pekerjaan. Kita ambil satu contoh isu saat ini
yaitu pejabat adminstrasi yaitu kasus Gayus Tambunan. Gayus adalah pegawai
pajak yang bekerja di Direktorat Jendral Pajak pada bagian staf penelaah
keberatan dan banding. Gayus melakukan kerjasama kecurangan dengan wajib
pajak, dengan imbalan 25 milyar. Apa yang di lakukan gayus tersebut telah
melanggar kode etik berupa sumpah pegawai terhadap negara, instansi dan
masyrakat, dapat dikutip dari Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil bahwa :
......Bahwa saya akan bekerja dengan jujur,
tertib,

cermat,

dan

bersemangat

untuk

kepentingan Negara."
Selain itu, pada Sumpah/Janji Jabatan, bahwa :
........Bahwa saya tidak akan menerima hadiah
atau suatu pemberian berupa apa saja dan dari
siapapun juga, yang saya tahu atau patut dapat
mengira,

bahwa

ia

mempunyai

hal

yang

bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan


jabatan atau pekerjaan saya

10

Jika landasan etika yang dimiliki Gayus kuat maka ia tidak akan
terpengaruh, ketika etika tersebut tidak diperdulikan maka dampaknya secara
otomatis etos kerja yang baik tidak dapat dibangun, seperti bersikap tulus dan
sungguh-sungguh terhadap pekerjaan juga instansi, khususnya Direktorat
Jenderal Pajak dalam kasus ini, juga tidak menjaga martabat dan kehormatan
baik pada diri sendiri, pekerjaan serta instansi dan masyarakat.
Sebenarnya etos kerja yang paling sederhana dilihat dari pegawai yang
terlambat kerja, tidak disiplin, tidak kreatif, meremehkan pekerjaan dan
sebagainya, sebenarnya hal seperti ini merupakan hal sederhana yang sering
kali dilupakan oleh para pegawai publik, jika hal seperti ini terus berlanjut dan
tidak ada perhatian maka menjadi bibit dari terjadinya kasus besar seperti
kasus Gayus tersebut.
C. Implikasi Hubungan Antara Etika Dan Etos Kerja Pejabat Publik
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa etika mempengaruhi etos
kerja pegawai publik dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan
administrasi

publik.

Pegawai

harus

memahami,

menghayati

dan

mengaplikasikan etika dalam pekerjaan sehari-hari mulai dari tugas individu,


kelompok maupun institusi, maka etos kerja akan dapat di bangun secara
maksimal, sehingga produktivitas kerja meningkat, pegawai itu sendiri itu
akan memperoleh kepuasan kerja sebagai dorongan untuk mencapai
profesionalitas, masyarakat akan memperoleh kepuasan terhadap pelayanan
yang diberikan, maka timbul kepercayaan dalam masyarakat, dan menjadikan
hubungan timbal balik yang efektif. Jika semua hal tersebut dapat tercapai
pada akhirnya akan mempertahankan etos kerja yang baik serta menjadikan
bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh, mampu bersaing di era pasar bebas.
Sebaliknya apabila etika yang telah di buat tidak diikutsertakan dalam
pegawai dalam tugasnya, maka kasus-kasus seperti gayus akan potensial
terjadi, dan menghasilkan etos buruk, seperti yang di katakan oleh Mochtar
Lubis bahwa etos kerja bangsa indonesia hampir seluruhnya merupakan etos
yang buruk. Tentunya etos buruk tersebut akan menciptakan kerusakan
perilaku, sehingga produktivitas serta profesionalisme tidak dapat dicapai.
Bagi pegawai itu sendiri etos buruk akan menjadi kebiasaan yang dapat

11

menular kepada pegawai lain dan dapat merugikan instansi sehingga tidak
dapat mencapai target pekerjaan. Selain itu dampak luas dari etos kerja
pegawai publik yang buruk akan menghasilkan pelayanan kepada masyarakat
yang buruk pula, sehingga muncul ketidakpuasan dari masyarakat terhadap
administrasi publik.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan

pembahasan

di

atas

penulis

menyimpulkan

bahwa

Admnistrasi yang dijalankan oleh pejabat publik dipengaruhi oleh etos kerja.
Etos kerja bangsa Indonesia digambarkan sebagai etos yang buruk, untuk itu
perlu ada kerja keras dari berbagai pihak yang terus menerus untuk merubah
etos kerja yang sudah menjadi kebiasaan bangsa indonesia. Salah satu upaya
dari organisasi masyarakat ialah penerapan 7 Budi Utama oleh ESQ di segala
lapisan masyarakat, hal ini dapat menjadi upaya untuk menumbuhkan etos
dari dalam jiwa sehingga menghasilkan perilaku yang masyarakat yang
madani.
Etos kerja sangat dipengaruhi oleh etika. Etos kerja yang profesional
didasari oleh orang yang menjunjung tinggi etika. Apabila etika dihayati dan
diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja

12

yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih,
dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu
etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian
kerja yang tidak baik pula.
Pelayanan yang diberikan administrasi publik melalui para pegawai
ditentukan dari baik atau tidaknya etos kerja yang dimiliki, apakah baik atau
buruk, etos kerja yang baik akan menimbulkan kepercayaan dari masyarakat
dan menumbuhkan sikap mental yang baik, sehingga berimabas luas adan
menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh dan maju. Dapat
dikatakan bahwa ketahanan individu menentukan kemajuan bangsa.
B. Saran
Adapun saran yang penulis ajukan ialah:
1. Agar kode etik benar-benar di implementasikan, sumpah pegawai
jangan hanya sekedar formlitas. Sebaiknya selalu dilakukan sosialisasi
etika, baik melalui tulisan-tulisan maupun pertemuan diskusi-diskusi
2. Pemimpin sebagai role model dalam penerapan etika, akan menjadi
sumber dari semangat etos kerja, sehingga pemimpin sebaiknya yang
mempunya kesadaran jiwa yang tinggi, etika dan etos yang baik.
3. Mind set pekerja harus di isi dengan etika dan motivasi.
4. Dalam administrasi publik, masyarakat sebagai prinsipal sangat
pempengaruhi sehingga harus membangun etos kerja yang respek
terhadap masyarakat dan mendahulukan kepentingan bersama.
Dengan penerapan peraturan serta hukum yang baik.

13

Anda mungkin juga menyukai