Anda di halaman 1dari 4

Mencari Ilmu di Hari Libur

M. Nurul Anwar
moch.nuranwar@gmail.com
m.nurulanwar@yahoo.co.id

Surya University
www.surya.ac.id
Digital Communication Study Program
Green Economy and Digital Communication Faculty

Kalau dalam cerita cerita, awal pagi seorang tokoh biasanya diawali oleh auman ayam jago,
eh.. kok auman, kokok dari ayam jago. Tapi ini dunia nyata, kalau pagiku diawali oleh gurauan
seorang yang paling ku takuti ketika awal bulan, Ibu Kos tersayang. Kalau kata orang betawi, Ibu
Kosku lagi

nyap nyap sama para tetangga. Kulemparkan sarung yang menutupi tubuhku,

kutendang bantal yang telah mengantarku ke dunia lain, dan kupaksakan langkahku menuju kamar
mandi. Tak kusangka, sabun di kamar mandi telah habis, tiada rotan akarpun jadi, tiada sabun
sampopun jadi, yang penting wanginya, kan itu yang dicari orang bukan masalah bersihnya. Mandi
selesai, rapi ok, tas dipunggung, kemana saya? Laah.. kok tanya. Udah ikut aja, dijamin nggak
menyesal.
Kunaiki motor Herley kesanyangku yang bermerk legenda, kumaksukkan gigi pertama dan
tak lupa kuucapkan Bismillah, niat cari ilmu, Lillahitaala. Matahari sudah menampakkan dirinya
walau belum terlalu tinggi dengan dikelilingi awan awan yang indah, semoga ini pertanda bahwa
perjalananku diradhai oleh-Nya. Herleyku melaju dengan kecepatan 40 km/jam, dengan asik
kunikmati perjalananku, tak seberapa lama, 10 meter di depanku seorang lelaki dengan motor bebek
hitam dan membawa sayuran dibelakangnya telah terjatuh karena menabrak mobil yang berhenti tiba
tiba. Tanpa pikir panjang, kupinggirkan herleyku di samping jalan, aku langsung turun dan berjalan
mendekat ke bapak yang terjatuh tersebut. Mau kutolong bapak itu, namun ketika sebelum tanganku
tergerak, bapak itu sudah terbangun dan mengangkat sendiri motornya, seperti tidak terjadi apa
apa. Kemudian, yang punya mobil yang berhenti tiba tiba tadi keluar dari mobilnya. Dengan
melihat sayuran yang telah berjatuhan di jalanan, sang pemilik mobil itu pun berjalan ke bapak yang

menaiki motor untuk meminta maaf. Terheran heran dalam diriku, bapak pemilik motor itu bicara
kepada pemilik mobil, udah pak, nggak papa kok! Bapak lanjut aja. Tak hanya aku yang heran,
sang pemilik mobilpun terlihat bingung dan meminta maaf berkali kali pada bapak yang terjatuh
tadi. Meskipun sayurannya banyak yang terjatuh, namun bapak itu masih untung karena tidak ada
luka yang serius, mungkin hal itulah yang membuat bapak itu masih bisa tersenyum dan memaafkan
bapak pemiliki mobil.
Kulihat jam ditanganku, tak terasa 10 menit telah berlalu, lalu lintas telah lancar kembali dan
kemudian kulanjutkan perjalananku. Karena takut terlambat, kemudian kunaikkan laju herleyku
sampai batas maksimalnya seolah mau terbang. Ciiiit. Suara rem herleyku memecah keramaian.
Akhirnya tiba juga di tempat berkumpulnya kereta kereta, stasiun, tepat sekali. Kubeli tiket masuk
sekalian keluarnya, biar bisa balik, masak nginap di stasiun. Sebenarnya aku tak tahu mau kemana
diriku ini, laah.. kok nggak tahu, katanya tadi ngajak kok nggak tau kemana. Waduh kasus ini.
Sudah.. sudah daripada bertengkar mending langsung naik aja keretanya, apa aja yang penting
kereta biar yang bikin manusia yang ngatur perjalanannya. Jeeessss pintu kereta terbuka, berduyun
duyun orang masuk kereta sampai diriku terjepit ditengah tengah para manusia ini. Kursi tak
dapat, berdiri pun harus, karena memang ada peraturan dilarang duduk di lantai, hehe. Kereta
penuh sesak dengan berbagai ragam model manusia, tidak tahu mengapa aku selalu merasa sangat
kagum pada Penciptaku ketika berada di tempat publik dan melihat berbagai manusia dengan
tingkah, perilaku dan model yang beragam. Tak lama kagumku pada Sang Khalik, mataku tertuju
pada seorang muda mudi yang berdiri bersama, agak lucu kalau menurutku, yang laki tinggi
sedangkan yang perempuan lebih pendek, jadi yang perempuan tidak sampai ketika memegang
pegangan atas di dalam kereta. Bukannya berpegangan pada besi yang disampingnya, malah meluk
yang lakinya, lucu aja gitu. Mungkin inilah yang anak muda zaman sekarang lakukan, memang wajar
sih, untuk para muda mudi di zaman sekarang. Namun, mereka tidak berpikir panjang mengenai
dampak dampak yang dapat terjadi dari prespektif manapun, saya rasa memiliki dampak yang
jelek. Agama, sudah pasti melarang. Sosial, bagaimana nasib keluarganya. Semuanya hilang dalam
pikiran,yang penting gue senang. Hal itulah yang hanya bisa dipikirkannya.
Terlalu asik memandang muda mudi yang berpelukan tadi, membuatku tak terasa kalau
sudah berada di stasiun pemberhentian. Kaki kananku melaju duluan, mengambil pijakan untuk
keluar dari kereta yang sudah penuh sesak lagi oleh penumpang lain. Meskipun ini hari libur, stasiun
tempatku berhenti ini tetap ramai oleh beragam orang. Ada yang rapi kayak orang kantoran, ada
yang ibu ibu bawa anaknya, ada pemuda pemuda yang gaul dan banyak lagi. Mataku tak henti
hentinya melihat kesana kemari, kepala berputar kayak burung hantu, mencari sesuatu hal yang

menarik bagiku. Terlintas seorang pegawai KAI yang menaiki gerbong depan kereta yang sedang
dipindahkan, dalam pikiranku sungguh giat kerjanya meskipun di hari libur seperti ini, sungguh
mulia kerjanya, bagaimana kalau tidak ada orang seperti itu. Waah.. aku tidak bisa naik kereta
pulang nanti. Karena laju satu gerbong depan tersebut cukup cepat, tak lama kemudian mataku
melihat seorang tukang pemungut sampah yang ada di stasiun, banyak orang yang tak berani dan
malu jika dirinya menjadi tukang sampah, tapi selalu berebut untuk masalah jabatan dan pimpinan,
pikirku. Padahal para tukang sampah lebih disenangi orang karena tugasnya yang dianggap remeh,
namun berdampak besar. Sedangkan orang lebih tidak menyenangi para pejabat yang korup, tidak
adil, terkena kasus. Sungguh pekerjaan yang mungkin aku saja tak sanggup mengembannya,
sungguh mulia tukang sampah itu. Terkadang orang sangat berani untuk menjadi sukses, pemimpin,
pejabat, tapi apakah aku, kalian berani untuk menjadi seorang tukang sampah, tukang sol sepatu,
ataupun tukang bersih bersih.
Mas..mas.. keretanya sudah tiba, tuh! kata seorang ibu dengan membawa tas belanjaan
yang duduk di sampingku. Wah terlena diriku oleh pesona sang tukang sampah, sampai lupa
keretanya, kataku dalam hati. Masuk lagii berdiri lagi yaa Alhamdulillah lah.. daripada nggak
bisa masuk kereta. Eehh sebentar ini keretanya kemana ya waduh main masuk aja nih!
Udahlah ngikut aja, protes mulu nih!
Pintu keretapun tertutup, keretapun melaju tanpa menghiraukan stasiun yang masih terdiam
ditempat. Meskipun masih berdiri seperti yang pertama tadi, tapi kali ini ada yang beda bagiku.
Tepat di sampingku, tiga laki - laki dan satu perempuan yang ngomongnya dengan bahasa asing,
kayaknya sih Bahasa China. Dalam pikiranku, ini anak dari luar negeri pada mau kemana ya orang
asli Indonesia apa memang dari luar negeri terus wisata disini ya berbagai pertanyaan muncul
dibenakku. Bagaimana perasaan mereka sebagai orang asing, apakah aku sanggup bertahan hidup
jika hidup sebagai orang asing. Hal itulah yang kemudian muncul dalam pikiranku. Jika aku sebagai
orang asing, siapa yang dapat kupercaya, kurujuk jika mendapat masalah ataupun kumintai tolong.
Tiba tiba ku teringat kalau aku belum salat dhuhur, turun di stasiun berikutnya aja lah, terus
langsung cari mushalla, salat deh!,kataku dalam hati. Kadang kala untuk dapat mengerti siapa kita
dan agar dapat lebih dekat dengan Sang Maha Kuasa, menyendiri, mengasingkan diri itu merupakan
pilihan yang tepat. Dengan menyendiri, kita akan lebih sering merenung dan mempertanyakan siapa
kita, siapa yang dapat kita percayai dan siapa yang dapat kita mintai tolong setiap waktu.
Jeeessss pintu terbuka, akhirnya tiba di salah satu stasiun yang semoga aja ada
mushallanya. Tak usah lama mencari, setelah keluar dari kereta tepat di depanku sebuah bangunan

kecil dengan banyak sajadah telah menantiku. Wudluku kukhidmatkan tuk bersiap menghadap Sang
Ilahi. Salat telah ditunaikan, sandal jepit telah terpasang, siap melanjutkan perjalanan. Tak lama
berjalan di stasiun ini, Ada yang aneh nih dengan stasiun ini, kataku. Laahh ternyata ini stasiun
yang pertama ketika aku berangkat. Laa terus gimana ilmunya? tadi katanya cari ilmu, nggak
kemana mana cuma naik turun kereta doang kok cari ilmu. Hari ini aku dapat pelajaran kerelaan
memaafkan, giat dan ikhlas berusaha serta bekerja, dan pelajaran mengenal Tuhan. udah ah
pulangpulang. Semoga menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat. Aamiiin.

Anda mungkin juga menyukai