ANALISIS INSTRUMEN I
Filter fotometri
OLEH:
JULI EFLINDA AHMAD
1020028
KELOMPOK 1C
ANGGOTA:
DESI NURAHIM
MELIANI NOVITA SARI
MONICA ASRUL AINI
A. TUJUAN
Untuk mengetahui prinsi kerja pengukuran fotometer secara fotometris
Untuk menentukan konsentrasi larutan contoh (Cx) secara fotometer
Untuk pengenalan sifat-sifat absorpsi sinar
B. TEORI DASAR
Metode kalorimetri dan spektrofotometri merupakan salah satu metode yang
penting dalam analisa kuantitatif. Kedua metode ini didasarkan atas penyerapan cahaya
tampak dan energi radiasi lain oleh suatu larutan, jumlah radiasi yang diserap berbanding
lurus dengan dengan konsentrasi zat yang konsentrasi dalam larutan.
Analisa kalorimetri adalah penentuan kuantitatif suatu zat berwarna dari
kemampuannya untuk menyerap cahaya. Intensitas/kepekatan warna tersebut diukur
dengan warna yang pekat terhadap impuls cahaya yaitu foto sel. Foto sel akan
menyebabkan perubahan potensial bila diberi impuls cahaya yaitu cahaya tergantung
pada konsentarasi zat dalam larutan yang menyerap cahaya tersebut.
Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna yang mempunyai satu
panjang gelombang. Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap
dinyatakan dalam hukum Beer Lambert.
Fotometer adalah alat untuk mengukur absorbsi sinar dalam larutan. Fotometer
umumnya dibedakan menurut sinar dan pembiasannya :
Spektrofotometer
Spektrolinifotometer
Filter Fotometer.
HUKUM LAMBERT BEER
1. Hukum Lamber
Menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melalui suatu medium
transparent , maka kecepatan penurunan intensitasnya terhadap ketebalan medium
sebanding dengan intensitas cahaya tersebut atau dengan kata lain intensitas cahaya yang
di emisikan akan menurun secara eksponensial bila ketebalan medium penyerap
meningkat secara aritmatik. Ini berarti setiap lapisan dari ketebalan medium penyebaran
mengabsorbsi fraksi/bagian yang sama dari sinar dating yang mengenalnya
2. Hukum Beer
Beer menemukan hubungan antara konsentrasi dari suatu konsistensi berwarna
yang terdapat dalam larutan dengan transmisi cahaya dan mengemukakan bahwa
intensitas cahaya monokromatis akan menurun secara eksponensial bila konsentrasi
substansi penyerap cahaya meningkat secara aritmatik.
3.
Hukum Lambert-Beer
Pada ketebalan medium tertentu, hubungan antara konsentrasi substansi
penyerap dengan serapan atau absorbennya merupakan garis lurus (hubungan linier)
dengan kemiringan. Bila cahaya monokromatis melalui suatu larutan berwarna, jumlah
cahaya yang di serap menurunkan secara eksponensial, sebanding dengan :
= K . c . d
Keterangan :
A=
K =
c =
Pembentukan warna
C. PROSEDUR KERJA
a. Alat yang digunakan
1.
Kuvet
2.
Buret schelbach 50 mL
3.
4.
5.
Labu ukur 25 mL
6.
Pipet takar 10 mL
7.
8.
Labu semprot
9.
Fotometer
3. Asam salisilat
4. Aquadest
c. Cara kerja
1. Tanyakan 3 jenis filter yang ditugaskan pada sdr.Lakukan pengamatan pada
ke 6 filter yang ada yakni warna dan lamda.
2. Lakukan pengenceran larutan induk 500ppm Fe3+ menjadi 25ppm dengan
menggunakan labu ukur 100ml.Encerkan dengan asam asetat 0,1N sampai
tanda batas.Homogenkan.
3. Pindahkan kedalam buret.
4. Buat deretan standar ( 0,0 ; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 7,0 dan 10,0)ppm dengan
cara masukkan larutan ammonium feri sulfat (0,0 ; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 7,0
dan 10,0)ml + 2 ml asam salisilat 1% (ke dalam deretan standar masing
masing ). Encerkan dengan asam asetat 0,1N sampai tanda batas pada labu
ukur 25 ml.Homogenkan.
5. Isikan ke dalam kuvet fotometer masing-masing bagian kuvet.
6. Pasangkan filter 1 (470 nm) yang ditugaskan pada alat filter fotometer.Isi
larutan blanko. Set PI sehingga indikator tepat 100%T
7. Isi kuvet dengan larutan standar . Baca %T dan panjang gelombangnya
8. Lakukan juga pengukuran %T deretan larutan standar ini pada panjang
gelombang 610 nm dan 660 nm. Dimana pada setiap pertukaran panjang
gelombang alat harus distandarisasi dengan menggunakan larutan blanko
dan terakan pembacaan blanko ini dengan 100 %T.
9. Mintalah larutan tugas ( CX ) sdr dengan menyerahkan labu ukur 25 ml yang
diberi label nama dan BP.
10. Diukur %T larutan tugas pada panjang gelombang yang memberikan
absorban maksimum
11. Dibuat kurva kalibrasi standar antara absorban dan konsentrasi pada ketiga
jenis filter yang ditugaskan pada sdr.
12. Gunakan kurva ini untuk penentuan kadar CX pada panjang gelombang
lamda serapan maximum dari filter yang ditugaskan.
d. Skema Kerja
Encerkan dg aquades
hingga tnd batas
Deretan std Fe(NH) (0,0 ; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 7,0 dan 10,0) ppm
Masing-masingnya + 2 ml asam salisilat 1% Encerkan
dg Asam asetat 0,1 N hingga tanda batas
II
III
IV
VI
VII
0,5
1,0
2,0
4,0
7,0
10,0
mL asam salisilat
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
23,0
22,5
22,0
21,0
19,0
16,0
13,0
II
III
IV
VI
mL ammonium ferisulfat
0,5
1,0
2,0
4,0
7,0
mL asamsalisilat
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
Pengukuranlarutanstandar
[Fe+++] (ppm)
470 nm
515 nm
610 nm
81 %T
96 %T
96 %T
0,5
74 %T
94 %T
94 %T
1,0
66 %T
90 %T
92 %T
2,0
62 %T
88 %T
85 %T
4,0
54 %T
80 %T
79 %T
7,0
42 %T
70 %T
68 %T
10,0
40%T
60%T
64%T
a. Panjanggelombang 470 nm
Konsentrasi Ammonium FeriSulfat :
0 ppm
%T = 81 %T
A = log
A = log
1,0 ppm
%T =66 %T
100
%T
A = log
100
81
100
66
A = 0,1805
A = 0,0915
0,5 ppm
%T = 62 %T
%T = 74 %T
A = log
2,0 ppm
A = log
100
74
100
62
A = 0,2076
A = 0,1308
4,0 ppm
%T = 54 %T
A = log
100
54
10,0 ppm
%T = 40 %T
A = 0,2676
A = log
100
40
A = 0,3979
7,0 ppm
%T = 42 %T
A = log
100
42
A = 0,3786
b. Panjanggelombang 515 nm
Konsentrasi Ammonium FeriSulfat
0 ppm
A = log
%T = 96 %T
A = 0,0555
100
A = log
96
A = 0,0177
4,0 ppm
%T = 80 %T
100
80
0,5 ppm
A = log
%T = 94 %T
A =0,0969
A = log
100
94
A = 0,0269
100
88
%T = 70 %T
A = log
1,0 ppm
100
70
A = 0,1549
%T = 90 %T
A = log
7,0 ppm
100
90
A = 0,0458
10,0 ppm
%T = 60 %T
2,0 ppm
A = log
%T = 88 %T
100
60
A = 0,2218
c. Panjanggelombang 610 nm
KonsentrasiAmoniumFeriSulfat
0 ppm
%T = 96 %T
A = log
4,0 ppm
%T = 79%T
100
96
A = log
A = 0,0177
100
79
A = 0,1024
0,5 ppm
%T = 94 %T
A = log
7,0 ppm
%T = 68 %T
100
94
A = log
A = 0,0269
100
68
A = 0,1675
1,0 ppm
%T = 92 %T
A = log
10,0 ppm
%T = 64 %T
100
92
A = log
A = 0,0362
100
64
A = 0,1938
2,0 ppm
%T = 85 %T
A = log
100
85
A = 0,0706
Dari ketiga diatas,dipilihsatu yang mempunyai absorban maxsimum untuk dijadikan
untuk pengukuranCx. Absorban maxsimum diperoleh dari dari 470 nm, maka:
100
40
A = 0,3979
nm
nm
%T = 78 %
%T = 74 %
A = log
100
78
A = log
A = 0,1079
100
74
A = 0,1308
Konsentrasi
Standar(ppm)
%T
515 nm
%T
610 nm
A
%T
81
0,0915
96
0,0177
96
0,0177
0.5
74
0,1308
94
0,0269
94
0,0269
1.0
66
0,1805
90
0,0458
92
0,0362
2.0
62
0,2076
88
0,0555
85
0,0706
4.0
54
0,2676
80
0,0969
79
0,1024
7.0
42
0,3768
70
0,1549
68
0,1675
10.0
40
0,3979
60
0,2218
64
0,1938
+3
0,5
1,0
2,0
4,0
7,0
10,0
Cx
0,0915
0,1308
0,1805
0,2076
0,2676
0,3768
0,3979
0,3979
(ppm)
Absorban
10
y = 0.03x + 0.13
R = 0.94
0.5
absorbance
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
10
12
komposisi (ppm)
11
F. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari ketiga warna filter tugas dengan panjang gelombang tertentu yang diberikan,
berdasarkan Absorban maximum, maka di dapatkan bahwa filter yang dapat
digunakan pada percobaan penentuan kadar larutan Cx (Fe+3) adalah filter warna
biru dengan panjang gelombang 470 nm.
2. Nilai Absorban dari Cx saya adalah 0.3979 atau dengan transmitan 40 %T.
3. Nilai x dari larutan tugas (Cx) saya adalah sebesar 8,8449 ppm.
4.
Penentuan kadar Fe+3 di dalam sampel dengan metoda filter fotometri, filter yang
paling tepat digunakan adalah warna filter biru dengan panjang gelombang 470
nm.
DAFTAR PUSTAKA
Bluedhowie, M, 1983, Petunjuk Praktikum Pengawasan Mutu Hasil Pertanian I,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.
Darmawangsa, Z.A, 1986, Penuntun PraktikumAnalisis Instrumental, CV. Grayuna,
Jakarta.
Khopyor, S.N, 1984, Konsep Dasar Kimia Analisis, Universitas Indonesia, Jakarta.
K. Murray. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25 : EGC: Jakarta
Kwenang, A. D,2005 Penuntun / Laporan Biokomia Ners B. Bagian Biokimia, FKUNHAS: Makassar
Prijanti,
Biokimia
12
Untuk
Mahasiswa