Anda di halaman 1dari 11

BATUAN DAN MINERAL

1. Pengertian Batuan dan Mineral


Batuan didefinisikan sebagai suatu massa mineral dan dapat terdiri dari satu atau
berbagai jenis mineral. Dengan kata lain, batuan adalah agregat yang tersusun secara alami
dari satu macam mineral atau lebih.
Menurut geolog batuan adalah sususnan mineral dan bahan organik yang bersatu
membentuk kulit bumi. secara umum batuan adalah suatu campuran dari suatu atau lebih
mineral yang berbeda dan tidak mempunyai komposisi-komposisi kimia yang tetap.
Komposisi Batuan sebagai berikut : 8 Unsur dominan: oksigen (O), silikat (Si), almunium
(Al), magnesium (Mg), natrium (Na), hidrogen (H), kalsium (Ca), besi (Fe).
Kata mineral sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, namun pengertiannya
berbeda-beda. Para ahli farmasi sering menyebut vitamin atau unsur yang terkandung dalam
suatu obat sebagai mineral. Para ahli pertambangan menyebut bahan tambang sebagai
mineral.
Bagi mereka yang menekuni geologi atau mineralogi, yang disebut mineral adalah
bahan alamiah yang bersifat an-organik, biasanya berbentuk kristal, terdiri dari satu unsur
dengan komposisi kimia tetap dan memiliki sifat-sifat fisik tertentu. Dari definisi ini jelaslah
bahwa dalam geologi, batubara, minyak bumi endapan kersik dan mineral buatan manusia
tidak dapat dikategorikan sebagai mineral.
Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran
dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan kimia
khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai
susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur
yang sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisisnya.
Oksigen merupakan unsur terbanyak dalam kerak bumi. Karena itu, batuan penyusun
kerak bumi terutama tersusun dari oksigen. Dalam mineral, oksigen terikat kuat dengan
unsur lain seperti SiO2, Al2O3, FeO ataupun Fe2O3, MgO, CaO, Na2O, K2O, dan sebagainya.
Senyawa antara Oksigen dan Silikon disebut Silika. Mineral yang mengandung silika
disebut Mineral Silika. Kebanyakan mineral silika juga mengandung satu atau lebih unsur
lain. Kuarsa adalah silika murni dengan rumus kimia SiO2.
Karena oksigen dan silikon merupakan unsur terbanyak dalam kerak bumi, maka
mineral silikat adalah kelompok mineral yang paling banyak menyusun batuan kerak bumi.
Silika tetrahedron adalah gabungan dari empat atom oksigen dengan satu atom silikon
berbentuk piramid berisi empat di mana oksigen menempati setiap sudutnya dan silikon

berada di tengah-tengah. Rumusnya adalah SiO4-4karena silikon bermuatan +4 dan empat ion
oksigen bermuatan -8 (setiap oksigen bermuatan -2). Berhubung silika tetrahedron
bermuatan -4 maka masih dapat mengikat unsur lain membentuk berbagai mineral silikat.
Termasuk mineral silikat adalah felspar, muskovit, biotit, piroksin, amfibol, olivin, garnet,
augit, kaolinit, serpentin, kuarsa dan sebagainya.
Di samping kelompok silikat, kita kenal pula kelompok mineral karbonat, sulfida,
sulfat dan oksida. Mineral Karbonat adalah mineral yang mengandung (CO3)-2seperti kalsit,
dolomit. Mineral Sulfida adalah mineral yang mengandung S-2seperti galena, spalerit, dan
kalpopirit. Mineral Sulfat adalah mineral yang mengandung (SO 4)-2 seperti gipsum dan
anhidrid. Mineral Oksida adalah mineral yang mengandung O-2 seperti hematit, megnetit,
limonit dan bauksit.
Ada pula jenis mineral yang hanya tersusun dari satu unsur saja seperti emas, dan
intan.
2. Jenis Batuan
Atas dasar terbentuknya, batuan dapat dikelompokkan dalam tiga macam batuan:
a. batuan beku
Asal awalnya batuan beku adalah massa batuan yang cair-pijar, karena sangat
panasnya (10000 20000), massa batuan ini disebut magma. Tempat asalnya disebut
dapur magma dan letaknya di dalam bumi. Kedalaman dan besarnya tiap-tiap dapur
magma umumnya tidak sama, Demikian pula susunan dan sifat-sifatnya tiap-tiap
magma berlainan.
Magma umumnya mengandung berbagai macam gas-gas. Gas-gas ini merupakan
suatu sumber kekuatan atau energi yang mendorong magma ke atas. Makin banyak
gas-gas yang dikandung, makin besar pula kekuatan tekanannya. Magma yang ditekan
oleh gas-gas tadi, naik ke atas; makn tinggi naiknya, makin rendah suhunya dan
akhirnya membeku. Batuan-batuan inilah yang disebutbatuan beku.
Susunan mineral-mineral dari batuan-batuan beku ini tidak selalu sama seperti
susunan magma asalnya, sebab ada kemungkinan bahwa mineral-mineral tadi akan
bereaksi dengan mineral-mineral dari batuan-batuan yang dilalui atau diterobosnya.
Magma dapat membeku di dalam atau di luar di permukaan bumi.
Atas dasar tempat pembekuannya, batuan beku dapat dibedakan kedalam :
a) Batuan beku intrusi (plutonik)

Adalah batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke
permukaan bumi. Batuan dalam ini dapat berbentuk, antara lain seperti: batolit,
lakolit, tugu (diatrema), sill, dike, gang, dan urat-urat.
Batolit dan lakolit dapat berukuran sangat besar seperti suatu gunung atau
bukit. Menurut keterangan hingga sekarang belum dasar-dasarnya belum
pernah ada yang menemukannya, kecuali atap-atapnya. Beberapa ahli ada yang
beranggapan, bahwa batolit dan lakolit tidak lain dari magma yang
membekunya di dalam dapur magma itu sendiri.
Batolit, tugu dan gang menerobos (memotong, menembus) lapisan-lapisan
batuan, sedangkan lakolit adalah batuan beku yang menerobos pada bidang
perlapisan di dalam kerak bumi mengangkat lapisan-lapisan di atasnya,
sehingga puncaknya cembung.
Sill adalah bentuk lain dari intrusi yang membeku di sepanjang bidang
perlapisan kerak bumi dalam massa yang tipis (bentuk lembar) lebih kecil dari
batolit.
Dan dike adalah batuan beku intrusi yang memotong bidang perlapisan
batuan pada kerak bumi.
Peristiwa pembekuan

magma

di

dalam

kerak

bumi

ini

disebut intrusi atauplutonik. Batuan-batuan dalam yang membekunya sangat


dalam, menurut para ahli paling sedikit 15 km dari permukaan bumi, proses
pembekuannya sangat lambat. Oleh karena itu, butiran-butiran kristal dari
mineral-mineral mempunyai peluang waktu untuk berkembang hingga menjadi
besar-besar dan sempurna dan dapat saling mengikat satu sama lain. Struktur
yang demikian, disebut struktur granitis, nama struktur ini diambil dari nama
batuan granit, yang mempunyai struktur tersebut.
Batuan-batuan dalam yang mempunyai struktur granitis: granit, diorit dan
gabro. Struktur mineral dapat diperiksa dengan cara mengirisnya dan dipoles
hingga tebalnya 0,02 mm, dan kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan
pertolongan cahaya dari jurusan tertentu.
b) Batuan beku tengah (batuan gang, batuan hypo-abisis)
Bagian dari batuan intrusif (plutonik). Di antara fase pembekuan di daerah
yang dalam (batuan beku dalam) dan fase pembekuan di permukaan bumi
(batuan beku luar), terdapat fase pembekuan daerah tengah, yang biasanya

memberi bentuk batuan gang, tugu atau urat-urat. Batuan ini termasuk
golongan batuan-batuan beku tengah.
Struktur dari batuannya juga porfiris seperti batuan beku luar. Contohnya
antara lain: granitporfir, kwarsadiorit dan diabase. Ciri utama batuan beku
intrusif adalah bentuk kristalnya.
c) Batuan beku luar (ekstrusi)
Adalah magma yang dapat mencapai ke permukaan bumi, dapat melalui
suatu lobang yang terpusat pada satu titik dan dapat pula melalui celah
memanjang yang terjadi di kerak bumi. Bila peristiwa ini terjadi di dalam
keadaan yang dahsyat, ekstrusi ini diebuterupsi; seperti halnya peristiwa
gunung berapi. Erupsi dapat dibedakan ataseffusif yang bersifat lelehan,
dan eksplosif yang bersifat ledakan/letusan.
Escher berpendapat, bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut proses
ekstrusi dan/atau erupsi disebut volkanisme. Sebahagian ahli menyatakan
bahwa volkanisme menyangkut bukan saja ekstrusi tetapi juga intrusi.
Bahan-bahan yang keluar dari suatu gunungapi dan masih merupakan
massa campuran bahan-bahan cair dan padat yang tebal dan masih sangat
panas (800 12000C), dapat mengalir hingga beberapa kilometer, disebutlava.
Bahan cairnya dapat berupa mineral-mineral yang meleleh dan bahan padatnya
berbentuk abu, lapili (sebesar kacang kedele), tali, bom-bom, dan balok-balok.
Bahan-bahan tersebut dapat memisahkan diri dan terbang jauh sekali.
Lelehan-lelehan yang mengalir oleh karena susu yang rendah dari udara
menjadi beku dan merupakan lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan mirip
batuan-batuan sedimen, yang dapat mempunyai ukuran yang besar-besar dan
biasanya samarata, retak-retak atau terputus-putus. Lapisan-lapisan tersebut
memberikan bukti, bahwa waktu keluarnya dan membekunya magma tidak
sama atau berat jenisnya yang tidak berlainan. Abunya yang masih segar
biasanya berwarna hampir putih, tetapikarena oksidasi, warnanya dapat segera
berubah menjadi agak gelap. Terdiri terutama dari gelas-volkanik (SiO 2 amorf).
Dari Krakatau misalnya, abunya terdiri 90% dari gelas dan sisanya
SiO2 kristal.
Bom-bom ukurannya kurang lebih seperti buah kelapa dan dapat bersifat
asam atau basa. Batu apung terjadi dari busa-volkanik yang telah membeku

dan terdiri terutama dari gelas-volkanik. Strukturnya adalah porous atau


berlubang-lubang, disebabkan pada waktu peroses pembekuan gas-gas yang
ada di dalamnya menguap.
Suatu lumpur yang encer dan panas, terdiri dari campuran air, abu dll., dan
mengalir dengan kecepatan tinggi lahar. Magma yang membeku dekat atau di
permukaan bumi, proses pembekuan-nya cepat karena perbedaan suhu antara
magma cair dengan atmosfer besar sekali. Akibat dari cepatnya proses
pembekuan magma maka sedikit atau tidak ada kesempatan untuk membentuk
kristal yang sempurna. Oleh karena itu struktur kristalnya dapat non kristalin,
mikro kristalin dan porfiris. Kwarsa yang membeku di luar/di permukaan,
proses pembekuannya tiba-tiba, kristalnya tidak tidak menjadi butiran, karena
tidak diberi waktu. Struktur dari kwarsa seperti ini adalah amorf. Atau tidak
berbentuk kristal. Contoh-contoh batuan beku luar, antara lain: batuapung, abu
gunung api (tuf), dan obsidian. Contoh batuan luar lainnya: trahit, andesit,
basalt, dll.
Atas dasar komposisi kimia magma, batuan beku dapat dikelompokkan ke
dalam empat klas:
batuan beku asam (acidic); kaya akan SiO2, sebagai hasil dari mineral
kuarsa dan felspar alkalin. Contoh: Granit dan riolit.
batuan beku intermediet (menengah); ortoklas 50% dari felspar total
sedangkan kuarsa sedikit jumlahnya. Contoh, diorit dan andesit.
batuan beku basa (basic); plagioklas lebih dari 2/3 berupa felspar,
sedikit sekali mengandung mineral kuarsa dan mudah untuk
mengenalnya karena didominasi oleh mineral-mineral gelap seperti
hornblende, olivin dan biotit. Contoh: gabro dan basalt.
ultra basa; tidak ada felspar dan tidak ada kuarsa. Contoh: piroksenit,
peridotit, dan serpentinitit.
b. batuan sedimen
Batuan-batuan sedimen adalah batuan-batuan yang umunya berlapis-lapis. Batuan
sedimen tersusun dari partikel batuan yang berasal dari batuan yang ada sebelumnya,
dan terendapkan di suatu tempat setelah terangkut oleh sungai, gelombang atau arus
pasang, angin dan es. Selanjutnya sedimen mungkin terjadi dari reaksi kimia dan
presipitasi.

Berbagai perubahan-perubahan yang terjadi di dalam batuan sedimen setelah


diendapkan tanpa perubahan-perubahan penting dari tekanan dan suhu, termasuk ke
dalam pengertian diagenese. Andre (19..) mengartikan pula diagenase sebagai suatu
proses pembatuan pada batuan sedimen. Pembatuan di sini diartikan sebagai suatu
perubahan dari batuan sedimen yang semula bersifat gembur (lepas), yang karena
direkat atau disemen secara alam berubah menjadi batuan yang kompak dan
keras. Dengan terjadinya kompaksi pada partikel batuan, baik akibat dari sementasi
maupun tekanan dari endapan di atasnya, maka terjadilah perlapisan batuan. Lapisan
batuan ini dikenal sebagai suatu strata batuan sedimen.
Batuan sedimen dapat digolongkan ke dalam tiga golongan:
a) Sedimen klastis
Terdiri dari partikel-partikel hancuran batuan (disintegrasi) akibat proses
pelapukan. Transportasi oleh air maupun angin cenderung untuk memilahkan
(sorted) partikel-pertikel tersebut ke dalam berbagai ukuran butir. Atas dasar
ukuran butirannya dapat digolongkan ke dalam:
Konglomerat mengandung gravel, kerikil dan kerakal yang bentuknya
membulat dengan isian pasir di antara butir-butir kasar tersebut.
Batupasir (sandstone) tersusun dari rombakan batuan yang resisten
terhadap pelapukan terutama butiran kuarsa dengan berbagai macam
fragmen batuan dan partikel felspar. Ukuran butir pada batupasir ini
antara 0,062 2 mm. Apabila sementasi batu pasir sangat kuat dan butir
pasir itu dapat pecah dalam bentuk agregat dikenal dengan
istilahkuarsit.
Batulanau (siltstone) tersusun dari partikel-partikel batuan yang
mempunyai ukuran 0,0625 mm 0,004 mm, dan umumnya terdiri dari
partikel kuarsa dan felspar.
Shale adalah lempung atau lumpur yang telah mengeras akibat tekanan
dari lapisan-lapisan batuan di atasnya. Batuan ini terbentuk dari mineral
lempung, partikel kuarsa dan felspar.
Ukuran butir batuan sedimen klastis (lepas) sangat mempengaruhi dalam
sistem

pengelompokan

(kategorisasi)

serta

dalam

tata

nama

yang

dipergunakan. Beberapa sebutan lain yang biasa digunakan untuk menunjuk


batuan menurut besar dan bentuknya adalah sebagai berikut:

Blok untuk menunjuk batuan massif (kompak) yang amat besar, jauh
lebih besar dari bongkah dan batu-batu besar seperti disebutkan dalam
tabel-tabel di atas; bisa beberapa puluh meter sampai ukuran kilometer,

tetapi lebih kecil dari lempeng tektonik bumi.


Batuancadas, adalah batuan massif yang relatif keras, besarnya boleh
sama dengan blok, tetapi lebih dimaksudkan sebagai batuan asli yang

belum terpindahkan oleh gaya-gaya asal luar.


Bolder, adalah batuan-batuan berukuran besar yang sudah hampir
membudar sebagai sisa pelapukan (weathering), baik masih berada di
tempatnya semula maupun telah berpindah tempat karena masswasting

(massmovement).
Batuguling, adalah batuan-batuan berbentuk cenderung bundar dengan
permukaan halus, yang biasanya terdapat di dasar sungai. Bentuk
bundar terjadi karena benturan-benturan dan gesekan selama terbawa
oleh arus sungai. Di masyarakat umum, batuguling disebut batukali

untuk membedakannya dengan batugunung yang bersudut-sudut.


Conglomerat adalah batu-batu ataupun kerikil yang telah mengalami
diagenesis (sementasi) menjadi padat, dimana butir-butir kerikil

tersebut bentuknya bulat-bulat/halus.


Breksi, sama dengan konglomerat tetapi butir-butirnya runcing-runcing
tidak beraturan. Karena itu dapat ditafsirkan bahwa batuan konglomerat
telah terbawa jauh dari lokasi sumber asalnya, sedang breksi tidak jauh

dari sumbernya.
Karbonat; dapat berupa batugamping yang mengandung mineral kalsit

CaCO3 dan dolomit yang didominasi oleh mineral dolomit.


Batugamping organik terbentuk dari partikel gamping koral, algae dan
foraminifera. Asal mula bahan organik ini tampak dari rumah (fosil)
binatang karang dan siput (shell) yang telah tersemen menjadi macam
batugamping dikenal dengan ooquina. Batugamping dapat juga
terbentuk akibat presipitasi kimia dari air danau atau laut yang dikenal
dengan marl.

Asal

mula

dolomit

tidak

begitu

jelas,

namun

dimungkinkan banyaknya unsur kalsium dalam gamping murni yang

secara perlahan-lahan diganti oleh magnesium melalui kegiatan air laut


atau air tanah dalam waktu yang lama.
b) Sedimen evaporit
Adalah garam yang telah mengalami presipitasi dari air dangkal di gurun
pasir maupun pada teluk di pantai, di mana proses evaporasi berlangsung
dengan cepat. Adapun macamnya adalah anhidrit (calcium sulfate), gipsum
(hydrous calcium sulfate), dan halit (sodium chloride).
c. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan (batuan metamorf, batuan ubahan, batuan berubah sifat) adalah
batuan yang berasal dari batuan yang sudah ada, seperti batuan beku atau batuan
sedimen, kemudian mengalami perubahan fisik dan kimia sehingga berbeda sifat
dengan sifat batuan induk (asal)nya. Perubahan fisik meliputi penghancuran butir-butir
batuan, bertambah besarnya butir-butir mineral penyusun batuan, pemipihan butirbutir mineral penyusun batuan, dan sebagainya. Perubahan kimia berkaitan dengan
munculnya

mineral baru sebagai akibat

rekristalisasi atau karena adanya

tambahan/pengurangan senyawa kimia tertentu.


Faktor penyebab dari proses malihan (proses metamorfosis) adalah adanya
perubahan kondisi tekanan yang tinggi, suhu yang tinggi atau karena sirkulasi cairan.
Tekanan dapat berasal dari gaya beban atau berat batuan yang menindis atau dari
gerak-gerak tektonik lempeng kerak bumi di saat terjadi pembentukan pegunungan.
Kenaikan suhu dapat terjadi karena adanya intrusi magma, cairan atau gas magma
yang menyusup ke kerak bumi lewat retakan-retakan pemanasan lokal akibat gesekan
kerak bumi atau kenaikan suhu yang berkaitan dengan Gradien geothermis (kenaikan
temperature sebagai akibat letaknya yang makin ke dalam). Dalam proses ini terjadi
kristalisasi kembali (rekristalisasi) dengan dibarengi kenaikan intensitas dan juga
perubahan unsur kimia.
Pada umumnya batuan malihan ini lebih keras dan kompak daripada batuan
asalnya. Struktur baru dan bahkan mineral baru dapat terbentuk pada proses ini. Tetapi
ia masih dapat memperlihatkan beberapa karakteristik batuan asalnya. Kenampakan
lain akibat proses metamorfosis ini adalah cleavage, schistocity dan foliation,
perlengkungan dan retakan. Metasedimen adalah batuan malihan yang berasal dari

batuan sedimen. Beberapa contoh batuan malihan: Sabak, Filit, Sekis, Kwarsit,
Marmer, dan Gneis.
Proses-proses malihan dapat berlangsung sebagai berikut:
a) Geothermal Alterasi, yaitu perubahan batuan sebagai akibat naiknya suhu di
tempat yang dalam. Di kedalaman sekitar 3.000 msuhu kurang lebih 100 0 C.
Karena tekanan dan suhu yang cukup tinggi, maka batuan shale, misalnya,
akan kehilangan kandungan airnya, batubara kehilangan air dan gas-gasnya
sehingga mengalami perubahan pada komponen-komponen penyusunnya,
berkristal halus akan mengalami rekristalisasi menghasilkan kristal lebih besar,
limestone (batukapur, gamping) berubah menjadi marmer.
b) Hydrothermal Alterasi, yaitu perubahan sifat batuan sebagai akibat pengaruh
cairan panas dari magma atau airtanah yang mendapat pemanasan dari dari
magma. Sebagai contoh: feldspar yang keras berubah menjadi kaolin yang
lunak, hornblende berubah menjadi khlorit, olivine menjadi serpentin. Batuan
dekat sumber air panas diperlunak oleh air panas dan uap panas. Kadangkadang proses malihan tidak hanya pengaruh cairan panas tetapi tambahan
bahan atau pengurangan unsur penyusun batuan yang menyertainya.
c) Metamorfosis Kontak, yaitu perubahan sifat batuan yang terjadi karena intrusi
magma yang panas. Di tempat di mana magma bersentuhan (kontak) dengan
batuan suhu menjadi sangat tinggi sehingga proses metamorfosis berlangsung
intensif, dan semakin jauh dari letak intrusi magma suhu makin berkurang.
Derajat metamorfosis yang bervariasi ini terlihat dari keteraturan batuan
malihan menurut jaraknya dari batuan intrusi. Di tempat paling dekat dengan
intrusi dijumpai kordiorit dan berturut-turut semakin jauh akan ditemukan
biotit klorit Muskovit dan terakhir batuan yang kaya dengan aluminium.
Zona-zona

metemorfosis

di

sekitar

batuan

intrusi

berbentuk aureole ata halo yang diameternya beberapa meter hingga beberapa
ribu meter.
d) Dinamo Metamorfosis, yaitu perubahan sifat batuan karena terutama factor
tekanan. Tekanan terjadi dari gerak-gerak kerak bumi. Jadi erat kaitannya
dengan proses pelipatan dan patahan-patahan di kerak bumi. Wilayah gejala
metamorfosis ini meluas disbanding jenis metamorfosis lainnya, sehingga
dapat disebut Metamorfosis Regional. Tekanan menyababkan batuan menjadi

pipih dan menghasilkan fragmen batuan yang bergaris-garis memanjang.


Contohnya Mudstone yang terdiri dari butir-butir kuarsa akan memipih dan
partikel liat menjadi mika. Batuan baru ini disebut Slats yang berciri berlapislapis.
e) Metasomatisme, yaitu perubahan batuan karena magma menyusup ke dalam
batuan, bercampur baur dengan batuan yang dimasukinya, membentuk batuan
baru yang sifatnya sudah lain. Selain terjadi pembauran juga terjadi
reksristalisasi.
f) Pneumatholysis, yaitu perubahan batuan karena pengaruh gas panas yang
menyusup ke dalam kerak bumi. Karena gas lebih mudah bergerak maka gasgas dari magma itu mudah menyusup lewat retakan-retakan dalam kerak bumi.
Biasanya di dalam kerak bumi dijumpai pengelompokan bahan galian atau batuan
metamorf berupa urat-urat. Dapat ditafsirkan bahwa terjadinya lewat proses
Hydrothermal atau Pneomatholitis.
3. Daur Batuan
SIKLUS BATUAN

Siklus batuan dimulai dari magma yang mengalami pendinginan dan menjadi Batuan
Beku, setelah itu Batuan Beku mengalami pelapukan dan berubah menjadi material-material
sedimen, material sedimen tersebut mengalami lithifikasi menjadi Batuan Sedimen,
sementara itu jika Batuan Beku dan Batuan sedimen jika mendapatkan tekanan dan suhu

yang tinggi akan berubah menjadi Batuan Metamorf. Batuan Metamorf dan Batuan sedimen
akan berubah menjadi material sedimen jika mengalami pelapukan, dan khusus untuk batuan
metamorf akan kembali menjadi magma, jika mengalami peleburan.
Daur batuan berarti melihat secara menyeluruh hubungan antar ilmu dalam geologi.
Dengan mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian ketiga jenis batuan dan berbagai
proses geologi yang menjadikan dari satu jenis batuan ke batuan yang lainnya.
Batuan pertama adalah batuan beku (igneous rock) terjadi akibat magma
mendingin dan memadat. Proses ini dapat terjadi baik di bawah maupun di atas permukaan
bumi. Saat bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang meleleh yang
kemudian mendingin dan mengkrista1 secara bertahap dan membentuk kerak pertama
yang terdiri dari batuan beku.
Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap saat,
maka perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut proses
pelapukan(weathering). Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari induknya,
ditransport dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, gravitasi, aliran air, gletsyer, angin
atau gelombang sebagai sedimen atau endapan, di tempat yang rendah (laut), sebagai
lapisan-lapisan mendatar. Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan,
sedimen ini menjadi batuan sedimen.
Jika batuan sedimen berada jauh di bawah permukaan bumi atau terlibat dalam
dinamika pembentukan pegunungan (orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh tekanan yang
besar dan suhu yang cukup tinggi. Akibatnya batuan sedimen ini akan bereaksi dan
berubah menjadi batuan metamorfosa atau batuan malihan.
Dan bila batuan metamorfosa berada pada tekanan dan suhu tinggi, ia akan melebur
dan menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian, akan tetapi
ada penyimpangan-penyimpangan. Misalnya batuan beku di samping tersingkap di
permukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh di bawah
permukaan bumi, bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan
sedimen dan batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi, akan mengalami
proses pelapukan dan erosi.
Baik batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf pada kondisi tekanan
dan suhu yang tinggi akan melebur menjadi magma. Demikian daur ini akan berulang
sepaniang masa, dalam satuan waktu jutaan tahun.

Anda mungkin juga menyukai