berada di tengah-tengah. Rumusnya adalah SiO4-4karena silikon bermuatan +4 dan empat ion
oksigen bermuatan -8 (setiap oksigen bermuatan -2). Berhubung silika tetrahedron
bermuatan -4 maka masih dapat mengikat unsur lain membentuk berbagai mineral silikat.
Termasuk mineral silikat adalah felspar, muskovit, biotit, piroksin, amfibol, olivin, garnet,
augit, kaolinit, serpentin, kuarsa dan sebagainya.
Di samping kelompok silikat, kita kenal pula kelompok mineral karbonat, sulfida,
sulfat dan oksida. Mineral Karbonat adalah mineral yang mengandung (CO3)-2seperti kalsit,
dolomit. Mineral Sulfida adalah mineral yang mengandung S-2seperti galena, spalerit, dan
kalpopirit. Mineral Sulfat adalah mineral yang mengandung (SO 4)-2 seperti gipsum dan
anhidrid. Mineral Oksida adalah mineral yang mengandung O-2 seperti hematit, megnetit,
limonit dan bauksit.
Ada pula jenis mineral yang hanya tersusun dari satu unsur saja seperti emas, dan
intan.
2. Jenis Batuan
Atas dasar terbentuknya, batuan dapat dikelompokkan dalam tiga macam batuan:
a. batuan beku
Asal awalnya batuan beku adalah massa batuan yang cair-pijar, karena sangat
panasnya (10000 20000), massa batuan ini disebut magma. Tempat asalnya disebut
dapur magma dan letaknya di dalam bumi. Kedalaman dan besarnya tiap-tiap dapur
magma umumnya tidak sama, Demikian pula susunan dan sifat-sifatnya tiap-tiap
magma berlainan.
Magma umumnya mengandung berbagai macam gas-gas. Gas-gas ini merupakan
suatu sumber kekuatan atau energi yang mendorong magma ke atas. Makin banyak
gas-gas yang dikandung, makin besar pula kekuatan tekanannya. Magma yang ditekan
oleh gas-gas tadi, naik ke atas; makn tinggi naiknya, makin rendah suhunya dan
akhirnya membeku. Batuan-batuan inilah yang disebutbatuan beku.
Susunan mineral-mineral dari batuan-batuan beku ini tidak selalu sama seperti
susunan magma asalnya, sebab ada kemungkinan bahwa mineral-mineral tadi akan
bereaksi dengan mineral-mineral dari batuan-batuan yang dilalui atau diterobosnya.
Magma dapat membeku di dalam atau di luar di permukaan bumi.
Atas dasar tempat pembekuannya, batuan beku dapat dibedakan kedalam :
a) Batuan beku intrusi (plutonik)
Adalah batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke
permukaan bumi. Batuan dalam ini dapat berbentuk, antara lain seperti: batolit,
lakolit, tugu (diatrema), sill, dike, gang, dan urat-urat.
Batolit dan lakolit dapat berukuran sangat besar seperti suatu gunung atau
bukit. Menurut keterangan hingga sekarang belum dasar-dasarnya belum
pernah ada yang menemukannya, kecuali atap-atapnya. Beberapa ahli ada yang
beranggapan, bahwa batolit dan lakolit tidak lain dari magma yang
membekunya di dalam dapur magma itu sendiri.
Batolit, tugu dan gang menerobos (memotong, menembus) lapisan-lapisan
batuan, sedangkan lakolit adalah batuan beku yang menerobos pada bidang
perlapisan di dalam kerak bumi mengangkat lapisan-lapisan di atasnya,
sehingga puncaknya cembung.
Sill adalah bentuk lain dari intrusi yang membeku di sepanjang bidang
perlapisan kerak bumi dalam massa yang tipis (bentuk lembar) lebih kecil dari
batolit.
Dan dike adalah batuan beku intrusi yang memotong bidang perlapisan
batuan pada kerak bumi.
Peristiwa pembekuan
magma
di
dalam
kerak
bumi
ini
memberi bentuk batuan gang, tugu atau urat-urat. Batuan ini termasuk
golongan batuan-batuan beku tengah.
Struktur dari batuannya juga porfiris seperti batuan beku luar. Contohnya
antara lain: granitporfir, kwarsadiorit dan diabase. Ciri utama batuan beku
intrusif adalah bentuk kristalnya.
c) Batuan beku luar (ekstrusi)
Adalah magma yang dapat mencapai ke permukaan bumi, dapat melalui
suatu lobang yang terpusat pada satu titik dan dapat pula melalui celah
memanjang yang terjadi di kerak bumi. Bila peristiwa ini terjadi di dalam
keadaan yang dahsyat, ekstrusi ini diebuterupsi; seperti halnya peristiwa
gunung berapi. Erupsi dapat dibedakan ataseffusif yang bersifat lelehan,
dan eksplosif yang bersifat ledakan/letusan.
Escher berpendapat, bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut proses
ekstrusi dan/atau erupsi disebut volkanisme. Sebahagian ahli menyatakan
bahwa volkanisme menyangkut bukan saja ekstrusi tetapi juga intrusi.
Bahan-bahan yang keluar dari suatu gunungapi dan masih merupakan
massa campuran bahan-bahan cair dan padat yang tebal dan masih sangat
panas (800 12000C), dapat mengalir hingga beberapa kilometer, disebutlava.
Bahan cairnya dapat berupa mineral-mineral yang meleleh dan bahan padatnya
berbentuk abu, lapili (sebesar kacang kedele), tali, bom-bom, dan balok-balok.
Bahan-bahan tersebut dapat memisahkan diri dan terbang jauh sekali.
Lelehan-lelehan yang mengalir oleh karena susu yang rendah dari udara
menjadi beku dan merupakan lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan mirip
batuan-batuan sedimen, yang dapat mempunyai ukuran yang besar-besar dan
biasanya samarata, retak-retak atau terputus-putus. Lapisan-lapisan tersebut
memberikan bukti, bahwa waktu keluarnya dan membekunya magma tidak
sama atau berat jenisnya yang tidak berlainan. Abunya yang masih segar
biasanya berwarna hampir putih, tetapikarena oksidasi, warnanya dapat segera
berubah menjadi agak gelap. Terdiri terutama dari gelas-volkanik (SiO 2 amorf).
Dari Krakatau misalnya, abunya terdiri 90% dari gelas dan sisanya
SiO2 kristal.
Bom-bom ukurannya kurang lebih seperti buah kelapa dan dapat bersifat
asam atau basa. Batu apung terjadi dari busa-volkanik yang telah membeku
pengelompokan
(kategorisasi)
serta
dalam
tata
nama
yang
Blok untuk menunjuk batuan massif (kompak) yang amat besar, jauh
lebih besar dari bongkah dan batu-batu besar seperti disebutkan dalam
tabel-tabel di atas; bisa beberapa puluh meter sampai ukuran kilometer,
(massmovement).
Batuguling, adalah batuan-batuan berbentuk cenderung bundar dengan
permukaan halus, yang biasanya terdapat di dasar sungai. Bentuk
bundar terjadi karena benturan-benturan dan gesekan selama terbawa
oleh arus sungai. Di masyarakat umum, batuguling disebut batukali
dari sumbernya.
Karbonat; dapat berupa batugamping yang mengandung mineral kalsit
Asal
mula
dolomit
tidak
begitu
jelas,
namun
batuan sedimen. Beberapa contoh batuan malihan: Sabak, Filit, Sekis, Kwarsit,
Marmer, dan Gneis.
Proses-proses malihan dapat berlangsung sebagai berikut:
a) Geothermal Alterasi, yaitu perubahan batuan sebagai akibat naiknya suhu di
tempat yang dalam. Di kedalaman sekitar 3.000 msuhu kurang lebih 100 0 C.
Karena tekanan dan suhu yang cukup tinggi, maka batuan shale, misalnya,
akan kehilangan kandungan airnya, batubara kehilangan air dan gas-gasnya
sehingga mengalami perubahan pada komponen-komponen penyusunnya,
berkristal halus akan mengalami rekristalisasi menghasilkan kristal lebih besar,
limestone (batukapur, gamping) berubah menjadi marmer.
b) Hydrothermal Alterasi, yaitu perubahan sifat batuan sebagai akibat pengaruh
cairan panas dari magma atau airtanah yang mendapat pemanasan dari dari
magma. Sebagai contoh: feldspar yang keras berubah menjadi kaolin yang
lunak, hornblende berubah menjadi khlorit, olivine menjadi serpentin. Batuan
dekat sumber air panas diperlunak oleh air panas dan uap panas. Kadangkadang proses malihan tidak hanya pengaruh cairan panas tetapi tambahan
bahan atau pengurangan unsur penyusun batuan yang menyertainya.
c) Metamorfosis Kontak, yaitu perubahan sifat batuan yang terjadi karena intrusi
magma yang panas. Di tempat di mana magma bersentuhan (kontak) dengan
batuan suhu menjadi sangat tinggi sehingga proses metamorfosis berlangsung
intensif, dan semakin jauh dari letak intrusi magma suhu makin berkurang.
Derajat metamorfosis yang bervariasi ini terlihat dari keteraturan batuan
malihan menurut jaraknya dari batuan intrusi. Di tempat paling dekat dengan
intrusi dijumpai kordiorit dan berturut-turut semakin jauh akan ditemukan
biotit klorit Muskovit dan terakhir batuan yang kaya dengan aluminium.
Zona-zona
metemorfosis
di
sekitar
batuan
intrusi
berbentuk aureole ata halo yang diameternya beberapa meter hingga beberapa
ribu meter.
d) Dinamo Metamorfosis, yaitu perubahan sifat batuan karena terutama factor
tekanan. Tekanan terjadi dari gerak-gerak kerak bumi. Jadi erat kaitannya
dengan proses pelipatan dan patahan-patahan di kerak bumi. Wilayah gejala
metamorfosis ini meluas disbanding jenis metamorfosis lainnya, sehingga
dapat disebut Metamorfosis Regional. Tekanan menyababkan batuan menjadi
Siklus batuan dimulai dari magma yang mengalami pendinginan dan menjadi Batuan
Beku, setelah itu Batuan Beku mengalami pelapukan dan berubah menjadi material-material
sedimen, material sedimen tersebut mengalami lithifikasi menjadi Batuan Sedimen,
sementara itu jika Batuan Beku dan Batuan sedimen jika mendapatkan tekanan dan suhu
yang tinggi akan berubah menjadi Batuan Metamorf. Batuan Metamorf dan Batuan sedimen
akan berubah menjadi material sedimen jika mengalami pelapukan, dan khusus untuk batuan
metamorf akan kembali menjadi magma, jika mengalami peleburan.
Daur batuan berarti melihat secara menyeluruh hubungan antar ilmu dalam geologi.
Dengan mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian ketiga jenis batuan dan berbagai
proses geologi yang menjadikan dari satu jenis batuan ke batuan yang lainnya.
Batuan pertama adalah batuan beku (igneous rock) terjadi akibat magma
mendingin dan memadat. Proses ini dapat terjadi baik di bawah maupun di atas permukaan
bumi. Saat bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang meleleh yang
kemudian mendingin dan mengkrista1 secara bertahap dan membentuk kerak pertama
yang terdiri dari batuan beku.
Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap saat,
maka perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut proses
pelapukan(weathering). Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari induknya,
ditransport dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, gravitasi, aliran air, gletsyer, angin
atau gelombang sebagai sedimen atau endapan, di tempat yang rendah (laut), sebagai
lapisan-lapisan mendatar. Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan,
sedimen ini menjadi batuan sedimen.
Jika batuan sedimen berada jauh di bawah permukaan bumi atau terlibat dalam
dinamika pembentukan pegunungan (orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh tekanan yang
besar dan suhu yang cukup tinggi. Akibatnya batuan sedimen ini akan bereaksi dan
berubah menjadi batuan metamorfosa atau batuan malihan.
Dan bila batuan metamorfosa berada pada tekanan dan suhu tinggi, ia akan melebur
dan menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian, akan tetapi
ada penyimpangan-penyimpangan. Misalnya batuan beku di samping tersingkap di
permukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh di bawah
permukaan bumi, bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan
sedimen dan batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi, akan mengalami
proses pelapukan dan erosi.
Baik batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf pada kondisi tekanan
dan suhu yang tinggi akan melebur menjadi magma. Demikian daur ini akan berulang
sepaniang masa, dalam satuan waktu jutaan tahun.