IDENTITAS PASIEN
Nama
: Mr.E
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tgl MRS
: 23 April 2014
Ruangan
: Lontara 1
: 660467
Keluhan Utama
: Sesak nafas
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, tetapi memberat 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan hilang timbul, memberat pada
saat beraktivitas ringan seperti pergi ke kamar mandi dan berkurang saat istirahat.
Jantung berdebar-debar (+), Demam (+), sejak 1 minggu yang lalu, hilang timbul,
batuk (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), keringat dingin (+), lemas(+)
BAB : biasa, kesan cukup
BAK : kesan lancar, warna kuning
Dislipidemia (-)
Obesitas (-)
Merokok (+)
Tidak Modifikasi :
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
1
OBJEKTIF
a. Keadaan Umum
: 120/80 mmHg
Nadi
: 120 x/ menit
Pernapasan
: 32 x/menit
Suhu ( axilla)
: 38 C (axilla)
c. Pemeriksaan Fisis
Kepala dan Leher :
Mata : Anemis (-), Ikterus (-)
Bibir : Sianosis (-)
Leher : DVS R+3 cmH20, deviasi trachea (-)
Thorax :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : BP : Vesikuler
BT : Ronki -/- , Wheezing -/Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: nyeri tekan (-), massa tumor (-), Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani (+)
2
Ekstremitas
Edema
: Pretibial -/-
Interpretasi EKG
Irama dasar
: sinus
Heart rate
: 115 kali/menit
P wave
PR interval
: 0,16 s
Q patologis
:-
Axis
: RAD
QRS complex
ST segmen
: 0,08 s, isoelektris
T wave
: 0,12 s
Kesimpulan
RESULT
NORMAL
UNIT
VALUE
WBC
6,1
4,00-10,0
(10/UI)
RBC
4,94
4,00-6,00
(106/UI)
HGB
13,0
12,0-16,0
(gr/dL)
HCT
52,1
37,0-48,0
(%)
PLT
235
150-400
(103/uL)
GDS
117
140
Mg/dL
Ureum
18
10-50
Mg/Dl
Creatinin
0,7
<1,1
Mg/dL
Na
138
136-145
mmol/L
SGOT
42
<41
mmol/L
SGPT
16
<38
Mg/dL
PT
11,1
10-14
detik
APTT
25,0
22-30
detik
Tulang-tulang intak.
Echocardiografi
KESIMPULAN :
Fungsi sistolic LV baik, EF 65%
Dimensi ruang-ruang jantung : LA,LV dilatasi, LV D-Shape
Disfungsi diastolic LV
LVH
PH-TR Severe
MR severe
PR Mild
g. Diagnosis Kerja
Diagnosa Primer: Mitral Regurgitasi Severe
Diagnosa Sekunder : CHF NYHA II
h. Penatalaksanaan
Bed rest
Oxygen 2-4 lpm via nasal canule
Cardiac diet
IVFD NaCl 0.9% 500 cc/24 hr
Furosemide 20 mg/24jam/IV
Digoxin 0,25 mg 1x1
6
I.
Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal
jantung
adalah
ketidak
mampuan
jantung
untuk
II.
Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal.
melalui
jantung
ketidakmampuan
jantung
perikardium,
(ex:
mengisi
perikarditaskonstriktif,
stenosiskatup
darah
semiluner),
(ex:
stenosis
tamponade
katup
AV),
untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen
sistemik.
III.
Patofisiologi
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang
memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik
(fungsi relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik
yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun
konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons terhadap intervensi
farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek
gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada. Sistem
renini angiotensin faldosteron (RAA): Selain untuk meningkatkan
9
apoptosis
miosit,
dan
peningkatan
respons
autoimun.
curah
peningkatan
jantung
afterload,
akibat
atau
penurunan
peningkatan
kontraktilitas,
preload
yang
hanya
mengakibatkan
nekrosis
jaringan
miokard
disebabkan
olch
alkohol,
infeksi,
hemakromatosis,
dan
neuro-hormonal
CHF
sebagai
sebuah
12
yang
mengakibatkan
kardiomiopati
hipertrofi,
IV.
Diagnosa
a. Tanda dan Gejala
Kriteria Framingham
Kriteria Major:
-
Peningkatan DVS
Kardiomegali
13
Irama Gallop S3
Refluks hepatojuguler
Kriteria Minor:
-
Dyspneu de Effort
Efusi pleura
Takikardi
Hepatomegali
Pasien dikatakan menderita gagal jantung apabila terdapat dua buah kriteria
major atau satu kriteria major tambah dua kriteria minor.
b. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin, Foto thoraks, EKG, Echocardiografi, Treadmill
V.
Terapi
a. Obat-obatan
Obat-obatan pada umumnya diresepkan pada mereka yang menderita
gagal jantung. Beragam obat-obatan diresepkan untuk mengobati
berbagai gejala atau faktor yang berkontribusi.
Antikoagulan dikenal juga dengan pengencer darah, diresepkan untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah. Ini tidak mengencerkan
gumpalan darah yang ada namun mencegah gumpalan darah yang ada
untuk berkembang menjadi lebih besar. Obat-obatan lain yang bekerja
serupa adalah Bahan Antitrombosit yang mencegah trombosit darah
saling menempel.
Penghambat Enzim Pengonversi Angiotensin (ACE) diresepkan untuk
memperluas pembuluh darah, sehingga lebih memudahkan darah untuk
mengalir dan berkontribusi pada lebih sedikit upaya jantung.
Penghambat
Reseptor
Angiotensin
II
juga
digunakan
untuk
15
VI.
Komplikasi
Berbagai macam komplikasi yang dapat muncul akibat gagal jantung,
diantaranya:
-
Kerusakan hati
16
MITRAL REGURGITASI
DEFINISI
Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari
ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup
secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat
menutupnya katup dengan sempurna pada saat sistol.
Endokarditis
f.
Trauma.
Adapun penyebab sekunder yaitu disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri
sehingga terjadi pelebaran annulus ring yang menyebabkan displacement daun katup
mitral. Dilatasi ini dapat disebabkan oleh dilatasi kardiomiopati, termasuk insufisiensi
aorta.
Mild
Moderate
Severe
Volume
30-40ml
40-60ml
>60ml
Fraction
10-30%
30-50%
>55%
Orifice area
<0.2
0.3-0.4
>0.4
17
Patofisiologi
Patofisiologi regurgitasi mitral dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a.
Fase akut
MR akut (yang dapat diakibatkan rupture mendadak korda tendinea atau muskulus
pappilaris) dapat menyebabkan volume overload dari ventrikel dan atrium kiri. Hai ini
karena setiap kali memompa darah, tidak hanya aliran darah ke arah aorta (forward
stroke volume) saja yang dipompa, melainkan aliran regurgitasi ke arah atrium
(regurgitant volume) juga dipompa. Total stroke volume ventrikel kiri merupakan
kombinasi forward stroke volume dan regurgitant volume.
Pada keadaan akut stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapi forward cardiac
output menurun. Mekanisme yang menyebabkan total stroke volume meningkat
dinamakan dengan Frank-Starling Mechanism. Regurgitant volume menyebabkan
overload volume dan tekanan pada atrium kiri. Kenaikan tekanan ini akan
mengakibatkan kongestif paru, karena drainase darah dari paru-paru terhambat.
Gambaran Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala.
Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan
stetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali
darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kiri berkontraksi. Secara bertahap,
ventrikel kiri akan membesar untuk meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena
18
ventrikel kiri harus memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran
balik ke atrium kiri.
Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar
keras), terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung
membesar untuk menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel
kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang
kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi
pemompaan jantung. Pada keadaan ini atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak
memompa, berkurangnya aliran darah yang melalui atrium, memungkinkan
terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar
dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau
kerusakan lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini.
Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart failure
yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal, dispnoe, sampai
syok kardiogenik. Pada fase kronik terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi
individu ini sensitive terhadap perubahan volume intravaskuler.
Pemeriksaan Diagnostik
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang
bisa terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri berkontraksi.
Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran
ventrikel kiri. Pemeriksaan yang paling informatif adalah ekokardiografi, yaitu suatu
tehnik penggambaran yang menggunakan gelombang ultrasonik. Pemeriksaan ini
dapat menggambarkan katup yang rusak dan menentukan beratnya penyakit.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum ventrikel
kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat diatasi. Mungkin
perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki katup (valvuloplasti) atau
menggantinya dengan katup mekanik maupun katup yang sebagian dibuat dari katup
babi. Memperbaiki katup bisa menghilangkan regurgitasi atau menguranginya
sehingga gejala dapat ditolerir dan kerusakan jantung dapat dicegah.
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian. Katup
mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan
bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan
19
antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya
bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan selama katup mekanik. Jika katup
pengganti gagal, harus segera diganti.
Pengobatan
Terapi yang diberikan pada pasien mitral regurgitasi bertujuan untuk
memperbaiki curah jantung, mengurangi regurgitasi, dan memperbaiki edema
pulmonal.
Pada mitral regurgitasi akut dapat diberikan diuretik untuk memperbaiki
edema pulmonal, vasodilator untuk memperbaiki curah jantung, warfarin jika terjadi
atrium fibrilasi, pengobatan untuk gagal jantung seperti diuretik, beta blocker, ACE
inhibitor, dan digitalis dapat menangani mital regurgitasi yang mengalami
kardiomiopati. Sedangkan intevensi untuk melakukan pembedahan adalah mitral
regurgitasi berat yang bergejala, mitral regurgitasi berat tanpa gejala dengan
penurunan fungsi ventrikel kiri, dan mitral regurgitasi tanpa gejala dengan LVESD >
45 mm dan EF< 55 %.
20