Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

Oleh :
Ebbel Tantian Igamu
2010730029

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Jakarta/Puskesmas Kecamatan


Cilincing

STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl. Tipar Cilincing
Tgl kasus
: 14 april 2014
Ruang
: TB Paru dan Kusta

ANAMNESIS
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan kaki kiri terasa kebas disertai bercak kemerahan pada seluruh tubuh.
Riwayat Peyakit Sekarang :
Kaki kiri terasa kebas sampai sulit berjalan sejak 1 bulan yang lalu. Pada seluruh tubuh terdapat
banyak bercak kemerahan. Bercak menebal dan mati rasa. Bercak timbul saat sedang stress.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Cucu pasien juga memiliki keluhan yang sama dan sekarang sudah menjalani pengobatan kusta. Pasien
tinggal satu rumah dengan cucunya
Riwayat Alergi :
Makanan (-), obat-obatan (-).
Riwayat Pengobatan:
Tidak mengkonsumsi obat.
Riwayat Psikososial:
Pasien adalah ibu rumah tangga, rumah pasien sempit dan ventilasi sedikit

PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum:
KU
: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
BB
: 65 kg
TB
: 160 cm
Status Gizi : Overweight
Tanda Vital
TD
: 190/110 mmHg
N
: 90 x/menit
RR
: 20 x/menit
S
: 370 C
Kepala
: Madarosis (+), bercak merah di pipi kiri (+)
Thorax
: Bercak merah di dada dan punggung (+)
Abdomen: Bercak merah (+)
Lain-lain
Ekstr. Atas
: Bercak merah di lengan kiri dan kanan (+)
Ekstr. Bawah : Bercak di paha dan kaki kiri (+)

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan BTA = Positif

(+)

DIAGNOSIS
Diferential diagnosis:

1. Kusta

2. Dermatofitosis

3. Tinea Versikolor
Working diagnosis : Kusta

TATALAKSANA
MDT COMBI MB
Paracetamol 500 mg 3x1
Prednison

KOMPLIKASI

Kecacatan dan kelainan bentuk (amputasi)


Osteoporosis dan patah tulang
Gangguan psikologi
Kerusakan mata

PROGNOSIS
Dapat disembuhkan namun kelainan dan
kerusakan saraf yang berhubungan dengan
kusta sering ireversibel
Prognosis tergantung pada stadium penyakit
Jika sudah ada ulkus kronik prognosis menjadi
kurang baik

DEFINISI
Kusta merupakan penyakit infeksi
kronik,
dan
penyebabnya
ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat.

EPIDEMIOLOGI
Frekueni tertinggi terdapat pada kelompok umur antara
25-35 tahun. Kusta terdapat dimana-mana terutama
derah Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropis, serta masyarakat sosial ekonomi rendah.
Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah

ETIOLOGI
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium
leprae yang berbentuk basil tahan asam gram
positif.

PATOGENESIS
M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yg
terutama tdpt pd sel makrofag disekitar
pembuluh darah superfisial pd dermis atau sel
Schwann di jaringan saraf.
Bila kuman M. leprae masuk ke dlm tubuh, maka
tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag yg
berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear
dan histiosit untuk memfagositosisnya.
Kemampuan untuk memfagositosis tergantung pd
sistem imunitas tubuh.

Sel Schwann merupakan sel target untuk


pertumbuhan M. leprae. Bila tjd gangguan
imunitas tubuh didalam sel Schwann, kuman
dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya
aktivitas regenerasi saraf berkurang, terjadi
kerusakan saraf yang progresif.

M. leprae
Regenerasi syaraf
berkurang

Kerusakan syaraf
progresif

M. leprae aktif

Deformitas

tubuh

makrofag

Sel Schwann
Dermis

Klasifikasi
PB

MB

Lesi kulit

- 1-5 lesi
- Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi tidak simetris
- Hilangnya sensasi yang
jelas

- > 5 lesi
- Hipopigmentasi/eritema
- Distribusi lebih simetris
- hilangnya sensasi kurang
jelas

Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena)

- Hanya satu cabang saraf

- Banyak cabang saraf

DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis kusta didasarkan pd penemuan tanda-tanda
kardinal (Cardinal sign), yaitu sekumpulan tandatanda utama utkmenegakkan diagnosis kusta:
(1) Adanya bercak kulit yang mati rasa, dimana bercak
tersebut bisa hipopigmentasi atau bercak
eritematosa, plak infiltrat (penebalan kulit) atau
nodul-nodul. Mati rasa pada bercak bisa total atau
sebagian saja thd rasa raba, rasa suhu (panas/dingin)
dan rasa sakit.

(2) Adanya penebalan saraf tepi.


Dapat di sertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf
yang di kenai.
a.Saraf sensorik: mati rasa
b.Saraf motorik : parese dan paralisis
c.Saraf otonom : kulit kering, retak-retak edema,
dll.
(3) Dijumpai BTA pada hapusan jaringan kulit.
Mis:-kulit cuping telinga
-lesi kulit yg aktif
-kadang2 bisa diperoleh dr biopsi kulit atau
saraf

PENUNJANG DIAGNOSIS
Pemeriksaan Bakteriomikroskopik
- Ziehl Neelsen = ditemukan M. Leprae
Pemeriksaan Histopatologik
Pemeriksaan Serologik
- Uji MLPA ( Mycobacterium leprae Particle
aglutination)
- Uji ELISA ( Enzyme Linked Immuno-Sorbent
Assay)
- ML Dipstick (Mycobacterium leprae dipstick)

TATALAKSANA
Tipe PB (lesi 1-5)
RIFAMPICIN

DAPSON

DEWASA

600 Mg/bln diminum


didepan petugas
kesehatan

100 Mg/hr diminum di


rumah

ANAK-ANAK

450 Mg/bln diminum


didepan petugas
kesehatan

50 Mg/hr diminum
dirumah

Tipe MB (lesi >5)


RIFAMPICIN

DAPSON

LAMPRENE

DEWASA

600 Mg/bln
diminum
didepan
petugas
kesehatan

100 Mg/hr
diminum di
rumah

300 Mg/bln diminum di depan


petugas kesehatan,
dilanjutkan dengan 50 Mg/hr
diminum di rumah

ANAK-ANAK

450 Mg/bln
diminum
didepan
petugas
kesehatan

50
Mg/hrdimin
um di
rumah

150 Mg/bln diminum di depan


petugas kesehata, dilanjutkan
dengan 50 Mg selang sehari
diminum dirumah

Terapi prednison
prednison

dosis

2 minggu pertama

40 mg/hari

2 minggu kedua

30 mg/hari

2 minggu ketiga

20 mg/hari

2 minggu keempat

15 mg/hari

2 minggu kelima

10 mg/hari

2 minggu keenam

5 mg/hari

TERIMA KASIH

Daftar pustaka
Djuanda, P. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
PAPDI. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai