DISUSUN OLEH:
FAHMI ALGHIFARI
(05) - 1212010085
FAHMI MAULANA
(06) - 1212010055
FAJAR MAULANA
(07) - 1212010056
FAUZI AKBAR
(08) - 1212010007
2014
PRAKATA
Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kahadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelasaikan laporan ini dengan baik.
Adapun judul laporan ini adalah Laporan Praktikum Pengujian Logam dan Metrologi 2
yang merupakan salah satu tugas praktikum yang dilakukan di laboratorium Teknik Mesin
Politeknik Negeri Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Zakinura, MEng. sebagai dosen pembimbing dalam menyelesaikan praktikum ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan ini di
masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Wasalammualaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
PRAKATA ....................................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 5
VI.I.
Latar Belakang............................................................................................................................... 5
VI.II.
VI.III.
VI.IV.
III.I.I.
III.I.II.
VI.VI.
Kesimpulan.................................................................................................................................. 27
VI.II.
Saran ........................................................................................................................................... 28
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 29
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
VI.I. Latar Belakang
Pengujian kekerasan suatu bahan sangatlah penting adanya,ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menopang suatu beban tertentu. Maka dari itu
dilakukanlah suatu pengujian terhadap bahan tersebut,seberapa keras bahan dapat
digunakan dalam suatu konstruksi .Untuk mengetahui seberapa kuat bahan tersebut
tahan terhadap pukulan maupun gaya gesekan.
VI.II. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa keras bahan yang diujikan.
2. Mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menahan beban.
3. Mengetahui kekerasan logam ( bahan ) sebagai ukuran ketahanan logam
tersebut terhadap deformasi plastis. Kekerasan ini dinyatakan dengan angka
kekerasan brinnel, Vickers atau skala Rockwell.
VI.III.
Batasan Masalah
Ruang lingkup dari pengujian kekerasan ini yaitu hanya mengetahui prosedur
pegujian serta nilai kekerasan suatu logam. Adapun batasan masalahnya adalah
material uji yaitu baja ST45, ST60, ST80, Amutit. Kemudian baja yang belum/sudah
mengalami proses treatment diuji dengan uji kekerasan rockwell dengan indentor intan
dan indentor bola.
VI.IV.
Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi enam bab. Dimana BAB I menjelaskan
BAB II
DASAR TEORI
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi
sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk
insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para insinyur
mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih
bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.Begitu banyak
konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsepkonsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis dari material
yang diuji.
Setiap material yang akan digunakan, maka sebelumnya perlu dilakukan pengujian/pengetesan
material/logam, meliputi antara lain:
1. Uji tarik material,
2. Uji kekerasan material,
3. Uji metalografi, dan lain-lain.
Setiap material sebelum digunakan perlu dilakukan pengujian material/logam seperti di
atas, dengan maksud dan tujuan yang pada umumnya adalah untuk mengetahui sifat-sifat utama
dari material/logam tersebut, baik dari segi kekuatannya, ketahanan maupun sifat-sifat yang lain
terhadap suatu beban yang akan diberikan
Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai
ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras.
Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun
ndentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Berdasarkan mekanisme
penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan:
1. Metode Gores
Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material
lanjut, tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh
Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang
kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan
yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai
nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan
nilai kekerasan material di dunia ini diwakili oleh:
1. Talc
2. Orthoclase Gipsum
3. Quartz
4. Calcite
5. Topaz
6. Fluorite
7. Corundum
8. Apatite
9. Diamond (intan)
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6)
tetapi tidak mampu digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada
antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan
utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineralmineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9
saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode Elastik/Pantul (Rebound)
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang
dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan
(rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan
tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai
semakin tinggi.
7|Uji Logam FFFFH PNJ 5A
3. Metode Indentasi
Tipe pengetesan kekerasan material/logam ini adalah dengan mengukur tahanan
plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi mesin dengan speciment
standar terhadap penetrator. Adapun beberapa bentuk penetrator atau cara pegetesan
ketahanan permukaan yang dikenal adalah :
1. Ball indentation test [ Brinel]
2. Pyramida indentation [Vickers]
3. Cone indentation test [Rockwell]
4. Uji kekerasan Mikro
Penjelasan beberapa penetrator atau cara pengetesan ketahanan permukaan yang dikenal:
a. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor)
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Idealnya, pengujian
Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB,
jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell
ataupun Vickers. Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi
(Koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102
dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.
Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka beban yang digunakan (pada
mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm maka beban yang
digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N.
Diameter bola dengan gaya yang di berikan mempunyai ketentuan, yaitu:
Jika diameter bola terlalu besar dan gaya yang di berikan terlalu kecil maka
akan mengakibat kan bekas lekukan yang terjadi akan terlalu kecil dan
mengakibat kan sukar diukur sehingga memberikan informasi yang salah.
Jika diameter bola terlalu kecil dan gaya yang di berikan terlalu besar makan
dapat mengakibat kan diameter bola pada benda yang di uji besar (amblas nya
bola)sehingga mengakibat kan harga kekerasan nya menjadi salah.
b. Metode Vickers
Vickers adalah hampir sama dengan uji kekerasan Brinell hanya saja dapat
mengukur sekitar 400 VHN. Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan
berbentuk piramida dengan sudut puncak 136.Derajat yang ditekankan pada permukaan
material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi
(koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102
dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.
Secara matematis dan setelah disederhanakan, HV sama dengan 1,854 dikalikan beban
uji (F) dibagi dengan diagonal intan yang dikuadratkan. Beban uji (F) yang biasa dipakai
adalah 5 N per 0,102; 10 N per 0,102; 30 N per 0,102N dan 50 per 0,102 N. Dalam
Praktiknya, pengujian Vickers biasa dinyatakan dalam (contoh ) : HV 30 hal ini berarti
bahwa kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102
dan lama pembebanan 15 detik. Contoh lain misalnya HV 30 / 30 hal ini berarti bahwa
kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama
pembebanan 30 detik.
c. Metode Rockwell
Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan karena simple dan
tidak menghendaki keahlian khusus. Digunakan kombinasi variasi indenter dan beban
untuk bahan metal dan campuran mulai dari bahan lunak sampai keras.
Indenter :
1. Bola baja keras berukuran 1/16 , 1/8 , 1/4 , 1/2 inci (1,588; 3,175; 6,350;
12,70 mm)
2. Intan kerucut
Hardness number (nomor kekerasan) ditentukan oleh perbedaan kedalaman
penetrsi indenter, dengan cara memberi beban minor diikuti beban major yang lebih
besar. Berdasarkan besar beban minor dan major, uji kekerasan rockwell dibedakan atas
2:
Rockwell
: 3 kg
Skala kekerasan :
SIMBOL
INDENTER
Intan
60
100
Intan
150
10 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Intan
100
100
60
150
Bola 1/8inch
60
150
12 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
2.
1200-13000C.Untuk
mencegah
terjadinya
13 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Hal
tersebut
disebabkan
karena
hanya
satu
dibedakan
pengertian
kekerasan
dengan
kemampukerasan
adalah
kemampuan
suatu
14 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
merupakan
suatu
proses
dan
dipertahankan
sehingga
strukturnya
beberapa
seragam,
setelah
lama
itu
15 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Mengambil
panas
dengan
cepat
Mendinginkan
benda
kerja
relatif
menjadi
fasa
austenite
lalu
pada
baja
karbon
tinggi
akan
karena
dengan
meningkatnya
Karena
pada
pengujian
arah
dari
tegangan
dalam,
kombinasi
pemanasan
dan
17 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
berbeda-beda
pendingin
yang
misalnya
berbeda,
dengan
air,
media
udara
atau
Transformation
Temperature
(CCT)
Transformation
Masing-masing fasa
dan
(TTT)
Time
diagram.
test
ini
adalah
baja
karbon.
Pada
fasa
martensit
yang
tinggi
Sangat
umum
digunakan
sebagai
sehingga
kemampuan
mendinginkannya tinggi.
dimana
pendinginan
dilakukan
Banyak digunakan
19 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Laju
pendinginan
lebih
lambat
dibandingkan air
Konduktivitas
termal,
panas
laten
penguapan rendah
dan
kekerasan,
diameter
baja
Do
pendinginan
masih
tergantung
dengan
laju
20 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
BAB III
METODE PERCOBAAN
VI.V.
III.I.II.
VI.VI.
Prosedur Percobaan
Percobaaan 1
1.
2.
3.
Memasang indentor intan dan meletakan benda uji pada posisi yang benar.
4.
Mengatur posisi nyala lampu pada mesin Rockwel seperti nyala lampu pada
saat dipasang indentor intan.
5.
6.
7.
Percobaan 2
21 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
1.
Mempersiapkan benda uji yaitu baja ST45, ST60, ST80, Amutit yang sudah
di catat kekerasannya kemudian di kikir sampai rata, lalu siap kan mesin
heat treatment untuk memanaskan baja tsb.
2.
Panaskan baja tsb pada mesin heat treatment sampai bersuhu 9200C.
3.
Setelah itu pasahkan baja tsb untuk diproses pendinginannya yang berbeda,
yaitu dengan media pendinginan berupa air, oli, larutan NaCl. Setelah
kering.
4.
5.
Memasang indentor intan dan meletakan benda uji pada posisi yang benar.
6.
Mengatur posisi nyala lampu pada mesin Rockwel seperti nyala lampu pada
saat dipasang indentor intan.
7.
8.
9.
22 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
BAB IV
DATA PERCOBAAN
VI.I.
Data Percobaan
Tabel 1 Hasil Uji Kekerasan Sebelum Proses Hardening
Tabel Data Hasil Uji Kekerasan
Sebelum Hardening
Benda Uji
Kekerasan
St. 37
93,20
HRB-D
92,67
92,4
St. 60
92,4
HRB-D
105,2 NG
HRB-D
105,1 NG
105,63 NG
106,6 NG
St. 80
Amuntit
HRB-D
104,5
HRB-D
HRB-D
104,93
HRB-D
105,4
HRB-D
104,9
HRB-D
89,4
92,3
HRB-D
94,4
HRB-D
93,1
HRB-D
23 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Kekerasan
St. 37
22,00
St. 60
St. 80
Amuntit
HRC-D
20,8
HRC-D
20,5
HRC-D
55,1
56,23
HRC-D
56,7
HRC-D
56,9
HRC-D
39.2
39.1
HRC-D
39.8
HRC-D
38.3
HRC-D
64.7
65.4
HRC-D
66.1
HRC-D
65.4
HRC-D
Kekerasan
St. 37
72,5
72,1
Rata-rata ( )
HRB
71,8
71,0
St. 60
85,7
Parameter Kekerasan
HRB
HRB
86,2
HRB
86,5
HRB
86,3
HRB
24 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
St. 80
Amuntit
83,7
HRB
84,2
83,4
HRB
85,4
HRB
87,8
HRB
88,1
87,8
HRB
88,7
HRB
Kekerasan
St. 37
56.8
62.6
St. 60
HRB
59.967
HRB
HRB
68.6
HRB
68.7
HRB
69,7
HRB
68.9
HRB
70.3
Amuntit
Parameter Kekerasan
60.5
67.8
St. 80
Rata-rata ( )
69.067
HRB
68.0
HRB
81.5
HRB
83.0
78.5
81
HRB
HRB
25 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk pengujian Ke-1, material Amutit yang
sudah mengalami tretmen dilakukan pengujian dengan menggunakan mesin uji kekerasan
Rockwell dengan indentor intan. Pengujian dilakukan pada tiga titik kemudian didapatkan ratarata hasil kekerasan yaitu 71.2 HRD untuk proses pendinginannya dengan media oli, 72.2 HRD
untuk proses pendinginannya dengan media air.
percobaan Ke-2, material ST45 yang sudah mengalami tretmen dilakukan pengujian
dengan menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan indentor intan. Pengujian dilakukan
pada tiga titik kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 49.8 HRD untuk proses
pendinginannya dengan media oli, 62.0 HRD untuk proses pendinginannya dengan media air.
percobaan Ke-3, material ST60 yang sudah mengalami tretmen dilakukan pengujian
dengan menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan indentor intan. Pengujian dilakukan
pada tiga titik kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 35.3 HRD untuk proses
pendinginannya dengan media oli, 59.4 HRD untuk proses pendinginannya dengan media air.
percobaan Ke-4, material ST80 yang sudah mengalami tretmen dilakukan pengujian
dengan menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan indentor intan. Pengujian dilakukan
pada tiga titik kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 47.0 HRD untuk proses
pendinginannya dengan media oli, 54.7 HRD untuk proses pendinginannya dengan media air.
26 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
VI.I.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
yaitu:
1.
Baja yang sudah mengalami proses heat treatment menjadi keras dari
baja yang belum di heat treatment.
2.
Media pendinginan yang berupa air dan oli mempunyai kekerasan yang
berbeda-beda.
3.
4.
Pendinginan yang cepat seperti menggunakan media air maka baja tsb
akan keras dan getas, sedangkan proses pendinginan yang lambat akan
mengakibatkan baja menjadi ulet dan liat.
5.
6.
27 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
VI.II.
Saran
Dalam praktek ini diperlukan kehati-hatian dalam menjalankannya, dan
utamakan keselamatan. ketika hendak melakukan pemanasan pada setiap proses,
ada baiknya dapur selalu dikontrol temperaturnya sehingga waktu pemanasan
material tidak lebih maupun kurang. Lalu ketika hendak melakukan pendinginan,
baik langsung maupun tidak langsung, benda harus diperlakukan secara halus
sehingga perubahan struktur dan kekerasan tidak terjadi akibat penanganan yang
tidak baik. Dapur untuk proses Heat Treatment memiliki temperatur yang sangat
tinggi, juga benda yang sedang dilakukan proses Heat Treatment akan menjadi
sangat panas dan berbahaya apabila tidak ditangani secara hati-hati, maka
hendaknya dalam menangani benda harus selalu teliti, waspada, dan wajib
menggunakan piranti keselamatan seperti safety shoes, safety gloves, apron,
masker, goggle glasses dan sebagainya.
28 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A
Daftar Pustaka
Budimulyani, Estuti. MH.Bhakti, Dadang. (2013). Diktat Teknologi Bahan. Jakarta: Politeknik
Negeri Jakarta
Chandra, Dewi dan Estuti Budimulyani.2003.Pengetahuan Bahan Teknik.Politeknik Negeri
Jakarta
"Principles of Physical Metallurgy". Reed-Hill, Robert. 3rd edition. PWS Publishing, Boston.
1994.
Heat Treating. In Wikipedia Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Heat_treating
29 | U j i L o g a m F F F F H P N J 5 A