BAB 3
3.1
Definisi
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah
lensanya.
4.1
5.1 Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
3.2
Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda.
14
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
3.3
i.
j.
Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi
dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan
dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabutkolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan
serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah
banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
15
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3.
Serat lensa
a.Serat irregular
b.Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
3.4
Klasifikasi
A.
Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
16
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
3.5
Pengobatan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
17
18
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.3,6,8
membongkar
dan
memindahkan
19
3.6
Komplikasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, dan komplikasi yang
berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).6
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas)
akibat ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5
mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik
topical preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata
dengan menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa
pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan
operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa
toksik (toxic lens syndrome).
20
3.7
PROGNOSIS
Tindakan pembedahan secara defenitif
Definisi
Glaukoma fakomorfik, seperti yang digambarkan oleh terminologinya
3.9 Patofosiologi
1. Glaukoma fakomorfik dapat terjadi karena pupil terhalang oleh
perubahan ukuran dan posisi permukaan anterior lensa yang
mendorong lensa ke anterior sehingga menekan iris. Terhalangnya
pupil atau luksasi diafragma lensa-iris dapat menyebabkan sudut bilik
mata tertutup. Selain itu, glaukoma fakomorfik juga dapat disebabkan
oleh mata hiperopia dengan lensa yang telah lebih besar dibandingkan
dengan panjang aksial. Mata seperti ini memiliki bilik mata depan
yang lebih sempit sehingga dapat mencetuskan glaukoma.
2. Pada mata dengan glaukoma fakomorfik terdapat peningkatan tekanan
intra okular yang patologis. Penyebabnya adalah bentuk lensa yang
menebal atau intumesen. Penebalan ini dapat disebabkan oleh
pembentukan katarak matur karena hidrasi korteks. Saat maturasi
21
katarak
berlangsung
dan
protein
lensa
denaturasi,
terjadi
Lensa
yang
tebal
dapat
menyebabkan
penyempitan
sudut
3.10
Epidemiologi
Walaupun tidak ada statistic epidemiologi mengenai glaukoma
fakomorfik, glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur
lebih umum terjadi pada negara dengan tingkat prevalensi katarak yang
lebih tinggi namun metode pembedahannya belum cukup siap. Glaukoma
22
dapat terjadi pada ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering
ditemukan pada pasien usia lanjut dengan katarak senilis, namun juga
dapat terjadi pada pasien usia muda yang menderita katarak traumatika
atau katarak intumesen yang berkembang secara cepat.
3.11
Manifestasi Klinis
Mata merah
3.12
Edema kornea
Etiologi
Katarak intumesen
Katarak traumatika
Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik dengan lensa
yang besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut
tertutup dapat dicetuskan oleh dilatasi pupil pada penerangan suram. Dilatasi
23
sampai midposisi meregangkan iris perifer sehingga iris terdorong ke depan, dan
terjadi kontak dengan jaringan trabekular, sehingga terbentuk blokade pupil.
Sudut tertutup juga dapat dicetuskan oleh tekanan dari posterior lensa dan
pembengkakan lensa. Kelemahan zonular akibat dari ekfoliasi, trauma atau faktor
usia juga berperan dalam menyebabkan glaukoma fakomorfik.
3.13
Diagnosis Banding
1. Glaukoma sudut tertutup akut
2. Glaukoma fakolitik
3. Glaukoma iris plateau
4. Glaukoma akibat tumor intraokuler
5. Glaukoma akibat uveitis
3.14
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan
tekanan intraokular secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada
saraf optik, kornea, dan untuk mencegah terbentuknya sinekia. Penurunan tekanan
intraokular penting dalam mempersiapkan tindakan iridotomi laser, yang dapat
memulihkan pupil yang mengakibatkan glaukoma.
Penatalaksaan
sekunder
dimulai
dengan
iridotomi
laser
untuk
24
Jika sudut tertutup tidak pulih dengan iridotomi laser, maka perlu
dipertimbangkan iris plateau sebagai diagnosis bandingnya.5
Pembedahan
Iridotomi laser secara sementara menghentikan serangan akut hambatan
pupil, tapi pada sebagian besar pasien glaukoma fakomorfik, dibutuhkan ekstrasi
katarak.5
Medikamentosa
Tujuan dari farmakoterapi bagi glaukoma fakomorfik adalah untuk
mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.
3.15
Prognosis
Prognosis tajam penglihatan ditentukan oleh tajam penglihatan
terakhir yang ditemukan setelah ekstraksi katarak. Faktor resiko untuk
prognosis penglihatan yang buruk adalah tingginya tekanan intraokuler
kronik. Tekanan intraokuler dan durasi serangan dapat memprediksikan
hasil tajam penglihatan terakhir. Serangan yang berlangsung >5 hari
merupakan faktor resiko yang signifikan untuk prognosis akhir tajam
penglihatan dan glaukoma yang buruk.