Apa
sanksi
yang
diberikan
pada
produsen
yang
melanggar
berdasarkan UU pangan
Di Indonesia, secara umum, dikenal sekurang-kurangnya tiga jenis sanksi
hukum. Sanksi hukum ini juga berlaku pada setiap orang yang melanggar UU
tentang pangan. Berikut ini adalah sanksi hukum yang diberikan pada para pelaku
pelanggaran UU pangan
a. Sanksi hukum pidana
Menurut R. Soesilo hukum adalah suatu putusan yang dijatuhkan oleh
hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum
pidana sesuai dengan UU yang berlaku. Hukuman dalam hukum pidana diatur
dalam pasal 10 KUHP yang terdiri atas:
1. Pidana pokok
-
Pidana mati
Pidana penjara
Kurungan
Denda
2. Pidana Tambahan
-
c.
Sanksi administrasi/administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran
administrasi
atau
ketentuan
UU
yang
bersifat
administratif.
sanksi
Denda
Pencabutan izin.
B.
juga menjelaskan, bahwa industri jasa boga dan produk makanan rumah tangga
memberikan kontribusi yang paling besar (31%) dibandingkan dengan pangan
olahan (20%); jajanan (13%) dan lain-lain (5%).
Data tersebut menggambarkan bahwa kesadaran konsumen jauh dari yang
diharapkan,
termasuk
diantaranya
keharusan
membaca
label
sebelum
menjatuhkan pilihan untuk membeli. Dalam hal ini diperlukan sosialisasi kepada
masyarakat secara terus menerus. Salah satu media yang diperlukan adalah iklan
layanan masyarakat yang mengajak atau mendorong konsumen untuk lebih bijak
dalam menentukan pilihan, artinya konsumen harus memiliki kesadaran dan
pengetahuan tentang barang dan ketentuannya.
Kejadian keracunan yang terus terulang ini salah satunya diakibatkan oleh
tidak ada pemikiran atau kesadaran untuk melaporkannya ke instansi yang
berwenang setelah kejadian. Hal ini kadang dianggap sebagai kejadian yang biasa.
Jika dilaporkan, seharusnya produsen sebagai pelaku pelanggaran bisa dikenai
sanksi sesuai dengan UU pangan.
tambahan
lainnya.
Kasus
yang
pernah
ditemukan
mengenai
pewarna, pemanis dan lainnya yang bukan untuk pangan (seperti rhodamin
B dan methanil yellow)
b. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya lainnya juga ditemui pada produk
harus lebih berat agar pelaku pelanggaran menjadi jera dan tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
3. Ketentuan label bagi produk-produk industri makanan dan minuman yang
label
tidak
berbahasa
Indonesia
dan
tidak