Anda di halaman 1dari 15

Land Grabbing dalam Konteks Indonesia:

Mendorong Pembaharuan Hukum


Dahniar Andriani
Koordinator Eksekutif Perkumpulan HuMa

Konsep

(trans)national commercial land


transactions mainly revolving around
the production and export of
food,animal feed, biofuels, timber and
minerals (Saturnino M Borras Jr dan Jennifer C Franco)

Penanda Land Grabbing


1) Tanah yang beralih menjadi kawasan hutan; pertanian
subsisten ke pertanian ekspor dalam skala besar;
2) Tanah yang menjadi jaminan dalam pemberian
dukungan keuangan;

3) Pemberian Izin yang tidak transparant, sarat korupsi,


dan tidak partisipatif;
4) Pengabaian dan/atau ketidakjelasan hak-hak
masyarakat hukum adat atas hak-hak kebendaannya

Peta Sebaran Land Grabbing

Sumber: HuMa Outlook 2013

Jenis
Tiga sektor yang menjadi
sasaran utama praktek Land
Grabbing:
1.

147
29

Perkebunan: 147 konflik

2.

Kehutanan: 80 konflik

3.

Agraria: 29 Konflik

23

80
1

Sumber: HuMa Outlook 2013

Tuturan
1

Masyarakat adat Kampung Sungai Garung melawan


PT. Sinar Sawit Andalan dan PT. Sumber Hasil Prima,
di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Lebih dari
7.000 hektar wilayah adat Kampung Sungai Garung
diklaim masuk dalam wilayah konsesi perkebunan
sawit dua perusahaan tersebut.

Eksploitasi perusahaan tambang emas PT. Cahaya


Manunggal Abadi. Perusahaan ini mendapat Izin Usaha
Pertambangan dari Bupati Donggala dengan dasar SK
No.188.45/0288/DESDM/2010 dan izin pinjam pakai
kawasan hutan dari Menhut lewat SK No. 331/MenhutII/2011 dengan luas wilayah lebih dari 3.000 hektar

Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasi basis
kekuasaan social (Bagong Suyanto, 2014). Kekuasaaan social meliputi:
1) Modal produktif atas asset, missal tanah, perumahan, dll;
2) Sumber keuangan, missal income dan kredit;

3) Organisasi social dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai


kepentingan bersama, seperti proses legislasi
4) Jaringan social untuk mendapaykan pekerjaan, barang-barang,
pengetahuan, pengetahuan dan ketrampilan
5) Informasi yang berguna untuk kehidupan

Politik Hukum
Politik Pembangunan Politik Hukum
- Pro Pasar ;

- Ketergantungan Konsep Lembaga


Pembangunan Internasional;
- Jeratan Hutang

Ciri Hukum Nasional


Ciri hukum nasional dapat merujuk kepada empat ciri hukum
barat (Soetandyo Wignjosoebroto, 2013):
1.

Berupa aturan-aturan yang dinyatakan secara eksplisit dalam


rumus-rumus/pasal tertulis dan tersistematisasi (Corpus
iuris);

2.

mengklaim punya otoritas sebagai satu-satunya hukum


yang berlaku pada suatu wilayah teritorial bangsa;

3.

Dilandasi suatu ajaran bahwa hukum dalam wujudnya yang


demikian itu berstatus tertinggi, mengatasi norma-norma
sosial lain (ius) atau belum dirumuskan dalam bentuknya
yang eksplisit

Ciri Hukum dan Akibatnya bagi


Hak atas Tanah
Konsepsi hak atas property, semisal tanah, yang sangat
rigid tidak dapat mengungkap kompleksitas dan dinamika
yang terjadi atas hak tersebut. Kompleksitas dan dinamika
yang terjadi krn ketidakpastian ekologi, mata pencaharian,
ilmupengetahuan, sospol dan pluralitas serta perubahan
hukum. Hak actual selalu menjadi obyek konflik dan
negosiasi (Ruth Meizhen-Dick dan Rejendra Pradhan)

Legalitas Land Grabbing


a. UU Kehutanan;
b. UU Konservasi;
c. UU Penanaman Modal

d. UU Pertambangan;
e. UU Perkebunan

Amanah Ketetapan MPR RI Nomor IX tahun


2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam
I. Arah kebijakan pembaruan agraria adalah :

melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan agraria
dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor

menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agrarian yang timbul selama ini sekaligus
dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum

memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan pembaruan agraria dan
menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang terjadi.

II Arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam adalah :

melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya alam dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor

menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan sumber daya alam yang timbul selama ini sekaligus dapat
mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum

menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat dengan
memperhatikan potensi, kontribusi, kepentingan masyarakat dan kondisi daerah maupun nasional.

Perintah TAP MPR RI Nomor IX/2001


Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersama Presiden Republik
Indonesia untuk segera mengatur lebih lanjut pelaksanaan pembaruan agraria
dan pengelolaan sumber daya alam serta mencabut, mengubah dan/atau
mengganti semua undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang tidak
sejalan dengan Ketetapan ini.

Menugaskan kepada Presiden Republik Indonesia untuk segera


melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
serta melaporkan pelaksanaannya pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Usulan Rekomendasi
1. Memeriksa dan mendokumentasikan konflik
perampasan lahan;
2. Mengidentifikasi dampak sosial, ekonomi, dan politik
dari Land Grabbing bagi komunitas Petani dan
Masyarakat Hukum Adat;
3. Mengidentifikasi produk hukum yang mengarahkan
dan melindungi land grabbing dan menyusun tawaran
kebijakan dan program pembangunan yang anti land
grabbing

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai