Anda di halaman 1dari 2

HAM telah diatur melalui mekanisme hukum internasional.

Adapun
mekanisme tersebut, antara lain meliputi instrumen hukum HAM internasional
berupa perjanjian internasional (treaty) yang dihasilkan PBB, termasuk pula di
dalamnya saran kelembagaan untuk mengawasi pelaksanaan HAM, antara lain,
seperti Komisi HAM PBB (United Nations Comission on Human Rights), Komisi
Tinggi HAM PBB (United Nations High Comission on Human Rights), maupun
komisi-komisi khusus yang diciptakan dalam rangka pengawasan terhadap
pelaksanaan suatu perjanjian (convenant) HAM internasional tertentu. Sampai
sekarang Indonesia sudah meratifikasi delapan instrumen internasional yang
berkaitan dengan HAM, yaitu:
1. Convention on the Political Rights of Women (Konevsi Hak-hak Politik
Perempuan) dan ditetapkan dalam UU No. 68 tahun 1958, berisi 3 pasal.
2. Convention on the Elimintaion of All Forms of Discrimination Against
Women (Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita) dan ditetapkan dalam UU No. 7 tahun 1984, berisi 16
pasal.
3. Convention on the Rights of the Child (Konvensi Tentang Hak-hak Anak)
dan ditetapkan dlaam Keppres No.36 tahun 1990, berisi 45 pasal.
4. Convention Against Apartheid in Sport (Konvensi Anti-Apartheid dalam
Olah Raga) dan ditetapkan dalam Keppres No. 48 tahun 1993.
5. Convention Againts Torture and Other Cruel, In Human or Degrading
Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan yang lain yang
kejam, tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia) dan
ditetapkan dalam UU No. Tahun 1998, berisi 33 pasal.
6. Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination
(Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial) dan
ditetapkan dalam UU No. 9 tahun 1999, berisi 25 pasal.
7. International Convenant on Economic, Social, and Culture Rights
(Konvenan International Hak, Ekonomi, Sosial, dan Budaya) ditetapkan
dalam UU No. 11 tahun 2005.
8. International Convenant on Civil and Political Rights (Konvenan
Internasional Hak Sipil dan Politik) ditetapkan dalam UU No.12 tahun 2005.
Dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM,
namun kekurangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya
sejumlah Undang-undang antara lain UU No.14 tahun 1970 dan UU No. 8 tahun
1981 yang banyak mencantumkan ketentuan tentang HAM. UU No. 14 tahun
1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan UU No. 8 tahun 1981 memuat 40
pasal. Memang dalam UUD 1945 ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
HAM relatif terbatas tetapi hal ini tidak akan menghambat penegakkan HAM
karena sudah dilengkapi dengan UU lain, seperti UU Pokok Kekuasaan
Kehakiman, UU Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Hak Asasi Manusia, UU
Pengadilan HAM dan peraturan perundangan lainnya.
Usulan draft amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus
2000 telah menambahkan satu bab khusus, yaitu Bab X-A tentang Hak Asasi
Manusia mulai pasal 28 A sampai dengan 28 J. Sebagian besar isi perubahan
tersebut mengatur mengenai hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya.

Dalam undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia


ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi
PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi
PBB tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang
mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Materi undang-undang ini desesuaikan
juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998.
Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia terdiri atas:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mengembangkan diri
3. Hak memperoleh keadilan
4. Hak atas kebebasan pribadi
5. Hak atas rasa aman
6. Hak atas kesejahteraan
7. Hak turut serta dalam pemerintahan
8. Hak wanita
9. Hak anak

Anda mungkin juga menyukai