Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu menganalisis kandungan bahan tambahan


pangan yaitu bahan pewarna pangan rhodamin B. Bahan Tambahan Pangan adalan
bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan, salah satunya adalah zat pewarna Rhodamin B.
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan
difenilalanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah
keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah
terang pada konsentrasi rendah. Zat pewarna Rhodamin B merupakan zat warna
sintetis, berwarna merah keunguan, yang digunakan sebagai zat warna untuk
kertas dan tekstil. Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna
makanan yang terang mencolok dan memiliki rasa agak pahit. Biasanya makanan
yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang
mencolok. Dari ciri-ciri tersebut kami mengambil sampel saus bantal yang sering
digunakan pedagang makanan.
Untuk menganalisisnya digunakan analisis kualitatif dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sebelum dianalisis sampel terlebih dahulu
diisolasi untuk memisahkan analit dari sampel. Rhodamin B biasa ditemui
didalam produk dalam bentuk garamnya, untuk mengubahnya menjadi bentuk
basa maka ditambahkan dengan 25 mL ammonium sulfat sehingga zat warna
rhodamin dapat tertarik. Kemudian dilakukan proses adsorpsi menggunakan
benang wol. Sebelum digunakan benang wol dibebaskan terlebih dahulu lapisan
lemaknya, karena kandungan lemak dapat menghalangi proses adsorpsi zat warna
(rhodamin B) pada benang wol. Digunakannya penarikan zat warna dengan
benang wool adalah karena pada benang wool terdapat gugus polar yang dapat
menyerap zat warna. Hal ini dikarenakan benang wol didapatkan dari bulu domba
yang mengandung protein. Pada dasarnya, analisa akan lebih baik digunakan
dengan bulu domba, karena kandungan proteinnya yang banyak dan akan
menunjukkan tingkat sensitifitas analisa yang lebih tinggi.

Untuk mempercepat proses adsorpsi maka dilakukan pemanasan di atas


api sambil diaduk-aduk hingga zat warna rhodamin dalam sampel teradsorpsi
sempurna yang ditandai dengan larutan menjadi bening. Selanjutnya benang wol
dicuci berulang dengan air hingga bersih kemudian masukkan ke dalam gelas
kimia. Untuk menarik kembali zat warna yang telah teradsorpsi pada benang wol
maka dilakukan penambahan asam asetat encer sehingga basa rhodamin berubah
kembali menjadi bentuk garamnya yang laurt dalam air. Untuk mempercepat
proses tersebut dilakukan pemansan di atas penangas air hingga seluruh zat warna
dalam benang wol tertarik sempurna yang ditandai dengan perubahan warna
benang wol menjadi putih. Kemudian ambil benang wol dan saring larutan
berwarna. Selanjutnya larutan yang didapat diuapkan hingga didapat kristal
rhodamin B.
Dilakukannya uji kromatografi lapis tipis (KLT) ini, bertujuan juga untuk
menguji kemurnian zat warana. Karena biasanya zat warna yang ditambahkan
dalam produk makanan lebih dari satu. Identifikasi analit dilakukan dengan
menggunakan fase diam berupa plat silika GF254 yang bersifat polar, sebelum
digunakan plat silika diaktivasi terlebih dahulu dengan cara di oven. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air dalam silika yang dapat mengganggu
proses elusi dan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Karena sampel yang
digunakan bersifat polar maka eluen yang digunakan bersifat diantara rentang
semipolar hingga nonpolar. Eluen atau fase gerak yang digunakan adalah
campuran dari tiga pelarut yang memiliki kepolaran yang berbeda, yaitu
digunakan campuran larutan n-butanol:asam asetat:air. Proses pencampuran
larutan dilakukan dengan ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah.
Kemudian didiamkan selama satu malam agar didapat larutan menjadi jenuh
sempurna.
Chamber yang digunakan pada proses elusi sebelumnya dijenuhkan
terlebih dahulu dengan eluen. Hal ini bertujuan agar tidak terbentuk ekor pada
hasil elusi yang dapat menganggu hasil analisis. Totolkan sampel pada plat yang
telah diberi jarak 1 cm dari garis bawah dengan menggunakan pipa kapiler,
totolkan juga zat pembanding pada plat. Elusi hingga eluen mencapai garis batas

atas. Kemudian penampakkan noda dilakukan dibawah sinar UV pada panjang


gelombang 254 nm dan 366 nm.
Pada saus bantal yang diamati, terdapat bercak dengan nilai Rf............
hasil ini sama dengan nilai Rf yang dihasilkan dari larutan pembanding. Sehingga
dari hasil yang didapat sampel (saus bantal) positif menggunakan pewarna
rhodamin B. Dapat dikatakan saus bantal tersebut tidak memenuhi persyaratan,
karena Rhodamin B dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan,
dan kosmetika menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor : 00386/C/SK/II/1990.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil prakitkum yang telah dilakukan maka dapat


disimpulkan, bahwa:

Nilai Rf yang diperoleh pada sampel..............

Nilai Rf yang diperoleh pada sampel..............

Dari nilai rf yang didapat tersebut, sampel (saus bantal) positif


mengandung rhodamin, sehingga dapat dikatakan saus bantal tersebut
tidak memenuhi persyaratan, karena Rhodamin B dinyatakan sebagai
bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika menurut Keputusan
Direktur

Jenderal

00386/C/SK/II/1990.

Pengawasan

Obat

dan

Makanan

Nomor

Anda mungkin juga menyukai