Anda di halaman 1dari 40

KLARIFIKASI ISTILAH

anisokor
Pupil asimetris

Stridor
suara pernapasan bernada tinggi dan kasar
seperti suara inspirasi yang sering terdengar
pada obstruksi laring akut

Snoring
Snoring pernapasan yang kasar dan berisik
selama tidur disebabkan oleh vibrasi uvula.

IDENTIFIKASI MASALAH
Kenapa kesadarannya menurun ?
Kenapa dijumpai suara tambahan (snoring) dan stridor
?
Kenapa tekanan darahnya menurun, RR dan HR
meningkat ?
Kenapa dijumpai pupil anisokor ?
Adakah hubungan hematom daerah ocipital dengan
menurunnya kesadaran ?
Apa yang terjadi pada OS ?
Tindakan apa yang harus dilakukan sebagai seorang
dokter umum ?

Analisa masalah
Kenapa kesadarannya menurun ?
Perdarahan Syok hypovolemik penurun
kesadaran ujung jari pucat
Sumbatan jalan nafas hipoksia
penurunan kesadaran ujung jari pucat

Perdarahan aktif

Syok Hypovolemic

Aliran darah menuju


otak <<<

Suplai Oksigen <<<

Hambatan jalan
nafas

Hipoksia

Hipoksemia

Penurunan
kesadaran

Ujung jari pucat

Kenapa dijumpai suara tambahan


(snoring) dan stridor ?
Stridor pangkal lidah turun sumbatan
jalan napas vibrasi uvula snoring

Penurunanan
kesadaran

Relaxaxi otot-otot

Kondisi telentang
pangkal lidah jatuh
ke posterior

Turbulensi aliran udara


yang lewat

Melewati plica vocalis dan


arytenoepiglotic fold
getaran

Obstruksi jalan nafas


stridor
snoring

Kenapa tekanan darahnya menurun,


RR dan HR meningkat ?
TD hipovolemik
RR kompensasi keadaan hipoksia
HR kompensasi karena hipovolemik

Perdarahan aktif

Obstruksi jalan nafas

SV <<<
hipoksemia
TD <<<

COP = SV X HR
COP <<<
hipoksia
HR >>>

RR >>>

Kenapa dijumpai pupil anisokor ?


Benturan gangguan saraf optikus di daerah
??? pupil anisokor
Trauma capitis merusak M.sfingter
papillae pupil anisokor

Adakah hubungan hematom daerah ocipital


dengan menurunnya kesadaran ?
Tidak ada

Apa yang terjadi pada OS ?

Hipoksia
Syok Hipovolemik
Trauma ocipital
Fraktur terbuka Os femur sinistra

1. Obstruksi jalan nafas hipoksia


2. Fraktur terbuka os femur perdarahan
syok hypovolemic
3. Trauma kepala
4. Kemungkinan cedera vertebra cervical
5. Pasien berada dalam keadaan unresponsive

Tindakan apa yang harus dilakukan


sebagai seorang dokter umum ?
A= air way Bebaskan jalan napas : bersihkan
muntah, jaw thrust (fraktur v.cervicalis)
B=breathing diberi oksigen dengan
menggunakan sungkup 4 L
C=circulation periksa arteri karotis kalau tidak
ada RJPO
D= drug and fluid pemberian cairan NaCl 0,9
%. Pembuluh darah di klem, antibiotik,
E=EKG
F=fibrilation

1. A = airway membebaskan jalan nafas


Chin lift atau jaw thrust manuver
Suctione sisa muntahan dalam mulut
2. B = breathing bantuan pernafasan
Oksigen 10 l/menit
3. C = circulation dengan kontrol perdarahan
Penekanan langsung pada sumber perdarahan
(bebat) atau traksi skeletal
Pemberian cairan RL diguyur 2000ml/jam
Periksa Hb pasien dan persiapkan tranfusi darah

4. Disability
Tentukan tingkat kesadaran dengan GCS
Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi dan
circulation
5. Environment
Buka pakaian pasien
Cegah hipotermia dengan menempatkan pada
ruangan yang hangat

LO
ATLS (tindakan pada pasien trauma) secara
umum

Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
1. Gawat darurat
suatu kondisi dimana dapat
mengancam nyawa apabila
tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.

2. Gawat tidak darurat


suatu keadaan dimana
pasien berada dalam
keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang
darurat.

3. Darurat tidak gawat


pasien akibat musibah tibatiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota
badannya

4. Tidak gawat tidak darurat


pasien poliklinik yang
datang ke UGD

TRIASE DALAM GAWAT DARURAT

Triase : cara pemilahan penderita


berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.

Multiple casualties

Mass casualties

bila jenis cedera dan jumlah


korban tidak melebihi
kemampuan institusi yang
mengelola. Pada keadaan ini,
ditolong terlebih dahulu
korban yang cederanya
paling berat

bila jenis cedera dan


jumlah korban melebihi
kemampuan institusi yang
mengelolannya. Pada
keadaan ini, pasien yang
ditolong lebih dahulu ialah
yang kemungkinan
hidupnya paling besar,
yang dapat dikelola dengan
waktu, obat, alat dan
personil sedikit mungkin

Pemberian label kondisi pasien:


1. Prioritas nol (hitam)

2. Prioritas pertama (merah)

pasien meninggal atau


cedera fatal yang jelas
dan tidak mungkin
diresusitasi

pasien cedera
berat yang
memerlukan penilaian cepat serta
tindakan medik dan transport
segera untuk tetap hidup

3.Prioritas kedua (kuning)

4.Prioritas ketiga (hijau)

pasien memerlukan bantuan,


namun
dengan
cedera
kurang berat dan dipastikan
tidak
akan
mengalami
ancaman jiwa dalam waktu
dekat.

pasien dengan cedera minor


yang
tidak
membutuhkan
stabilisasi segera, memerlukan
bantuan pertama sederhana
namun memerlukan panilaian
ulang berkala

Konsep dasar ATLS


1. Pendekatan ABCD pada penilaian maupun
terapi
2. Atasi keadaan yang paling mengancam jiwa
terlebih dahulu
3. Diagnosis defenitif tidak penting pada fase
awal
4. Waktu berperan amat penting
5. Jangan menambah cedera pasien

Urutan prioritas evaluasi dan intervensi kasus


trauma yaitu :
A - airway : jalan nafas disertai proteksi cervical
B - breathing : pernafasan disertai ventilasi
C - circulation : sirkulasi disertai kontrol
perdarahan eksterna
D - disability : menilai dan mengatasi gangguan
saraf pusat
E - exposure / environment : membuka pakaian
pasien dan mengontrol suhu

Pengelolaan kasus trauma dibagi menjadi dua


bagian yaitu :
SURVEI PRIMER

SURVEI SEKUNDER

dilakukan evaluasi secara


cepat
untuk
mengidentifikasi
hal-hal
yang mengancam jiwa
sesuai prioritas ABCDE,
mengatasinya
dengan
melakukan
resusitasi
diikuti reevaluasi, dan
melakukan
pemeriksaan
penunjang untuk survei
primer

setelah
hal-hal
yang
mengancam jiwa diatasi,
dilakukan reevaluasi untuk
memastikan ABCDE baik,
selanjutnya menganamese
dan memeriksa lebih teliliti
agar tidak ada cedera yang
terlewat, mulai dari puncak
kepala sampai ujung jari
kaki, diikuti pemeriksaan
penunjang untuk survei
sekunder.

A.
1.
a.
b.

Airway dengan proteksi cervikal


Penilaian
Mengenal patensi airway
Penilaian cepat akan adanya obstruksi

2. Pengelolaan Mengusahakan airway


a. Melakukan chin lift atau jaw thrust
b. Membersihkan airway dari benda asing
c. Memasang pipa naso-faringeal atau oro-faringeal
d. Memasang airway defenitif :
* intubasi oro atau naso-trakeal
* krikotirodotomi dengan pembedahan
3. Menjaga leher dalam posisi netral
4. Fiksasi leher dengan berbagai cara setelah memasang
airway

Obstruksi jalan nafas :


1. Partial
2. Total
1. Look (lihat)
* agitasi / penurunan kesadaran
* Gerak dinding dada dan dinding perut
normal
* Retraksi sela iga, supra klavikula atau
subkostal
* Sianosis dibibir / kuku hypoxemia
2. Listen (dengar)
* Suara nafas +/* Suara nafas tambahan
sumbatan partial

3. Feel (rasakan)
* Rasakan udara expirasi
melalui hidung atau mulut
* Adanya getaran di leher
sewaktu bernafas

B. Breathing : Ventilasi dan oksigenasi


1. Penilaian
a. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan
kepala
b. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thorax
d. Perkusi thorax untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi thorax bilateral
2. Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi
b. Ventilasi dengan alat bag-valve-mask
c. Menghilangkan tension pneumothorax
d. Menutup open pneumothorax

C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan


1. Penilaian
a. Dapat mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan internal
c. Nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
d. Warna kulit
e. Tekanan darah ( bila ada waktu)
2. Pengolahan
a. Tekan langsung pada tempat perdarahan eksternal
b. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
c. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan golongan darah dan cross match, analisa gas darah
d. Memberikan cairan RL dan pemberian darah
e. Memasang bidai untuk kontrol perdarahan
f. Cegah hipotermia

C. Circulation
Gagal sirkulasi ( syok )
Kondisi dimana terjadi kegagalan transport
oksigen dan nutrient ke jaringan jaringan
untuk memenuhi aktivitas metabolik jaringan
tersebut.
Klasifikasi syok :
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Kardiogenik
3. Syok neuorogenik
4. Syok sepsis

Tanda klinis syok :


Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah
Capillary refill time > 2 detik
Nafas cepat
Nadi cepat > 100
Tekanan darah sistole < 90-100
Kesadaran : gelisah s/d koma
Pulse pressure menyempit
JVP rendah
Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam

POSISI SYOK
Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi
45o. 300 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.

2.Menghentikan perdarahan

Tekan sumber perdarahan


Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)
Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan
penekanan.

JENIS-JENIS CAIRAN
1. Kristaloid
Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat isoosmolar
Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di
intravascular
Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume
terutama kehilangan cairan interstisial.
Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis
Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan
edema perifer.
Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat
(RA) dan NaCl 0,9%

2. Koloid :
Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat
menyebabkan tekanan onkotik
Sebagian besar menetap di intravaskuler
Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan
ekstravaskuler ke intravaskuler
Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis
Harganya mahal
Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi
tidak akan menyebabkan edema perifer.
Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin

TRANSFUSI DARAH
Dipertimbangkan pemberiannya bila hemodinamika tidak
stabil meskipun cairan sudah cukup banyak dan hemoglobin <
7 g/dl serta pasien masih berdarah kecuali pada penderita
jantung, hemoglobin < 10 g/dl harus ditranfusi
Penyediaannya membutuhkan golongan darah donor dan
resipien serta cross check darah
Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap
seperti malaria, hepatitis, HIV dan lain-lain
Dapat menyebabkan reaksi tranfusi
Untuk resusitasi biasanya dalam bentuk Whole Blood
Concentrate (WBC).
Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat RED ( Rare
Expensive Dangers). Rare = penyediaannya terbatas,
Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya karena bisa
menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit.

D. Disability
Menilai status neurologis dengan cara menilai
tingkat kesadaran, ukuran pupil dan
refleks cahaya.
Tingkat kesadaran diperiksa dengan metoda
AVPU:
A : alert ; sadar
V : memberi respon kepada stimulus vocal
P : memberi respon kepada stimulus nyeri (pain)
U : tidak memberi respons kepada semua stimulus
(unresponsive)
Scala coma glasgow adalah penilaian neurologi yang
cepat, sederhana dan penting untuk mengetahui
perjalanan penyakit pasien, tetapi lebih terinci.

Metode Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale- Score) :


Respon yang diberikan pada penderita adalah respon
nyeri berupa :
E-SCORE (kemampuan membuka mata/eye opening
responses)
4: membuka mata spontan (normal)
3 : dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta
2 : membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri
1 : tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri

V-SCORE (memberikan respon jawaban secara verbal/verbal


responses)
5 : dapat memberi jawaban dengan baik dan benar pada
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (nama, umur, dll)
4 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya
seperti bingung (confused conservation)

3 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya hanya


berupa kata-kata yang tidak jelas (inappropriate words)
2 : memberikan jawaban berupa suara yang tidak jelas bukan
merupakan kata (incomprehensible sounds)
1 : tidak memberikan jawaban berupa suara apapun

M-SCORE (menilai respon motorik ekstremitas/motor responses)

6: dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan

5 :dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (localized


pain)
4 : respon gerakan menjauhi rangsang nyeri (withdrawal)
3 : respons gerak abnormal berupa fleksi ekstremitas.

2 : respons gerak abnormal berupa gerak ekstensi


1 : tidak ada respons berupa gerak

Penilaian GCS pada trauma kapitis :


GCS 15
= kesadaran compos mentis (normal)
GCS 14 = cedera kepala/otak ringan
GCS 9 s/d 13 = cedera kepala sedang
GCS 4 s/d 8 = cedera kapala berat
GCS 3
= koma

E. Exposure / Environment
1. Membuka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia

Anda mungkin juga menyukai