Syiah Imamiyah
Syiah Imamiyah, dinamakan demikian karena kepercayaan mereka yang kuat tentang
imam. Golongan ini berpendapat bahwa keimaman (imamah) harus berada di tangan keturunan
Fatimah, dan keimaman itu dinisbahkan kepada Allah, yang memerintahkan Nabi-Nya untuk
memberitahukan hal tersebut kepada umat. Dalam hal ini, Rasul sudah menunjuk Ali bin Abi
Thalib sebagai imam bagi kaum muslimin dan akan berlanjut kepada keturunannya (dari ayah
kepada anaknya), berdasarkan wasiat yang dibuat oleh imam sebelum mangkat kepada salah
satu di antara putra-putranya. Bagi Syiah Imamiyah keimaman merupakan salah satu rukun
diantara rukun-rukun agama.
Menurut Syiah Imamiah, Ali telah ditunjuk sebagai imam atau pemimpin masyarakat
oleh Nabi Muhammad SAW. Penunjukan tersebut menurut mereka terjadi di Ghadir Khum.
Mereka juga menyebutkan penunjukan Ali merupakan salah satu kesempurnaan agama seperti
diisyaratkan oleh Rasullullah dalam hadisnya yang artinya :
Allah Maha Besar atas kesempurnaan agama dan Tuhan rela dengan risalahku dan
pemerintahan Ali setelahku
2. Syiah Zaidiyah
Zaidiyah adalah istilah yang dinisbahkan kepada Zaid ibnu Ali ibn al-Husein ibn Ali ibn
Abi Thalib. Zaid bin Ali Zainul Abidin adalah seorang yang bertaqwa, alim, berani dan disegani
masyarakat. Ia belajar ilmu agama dan hadis-hadis Rasulullah Saw kepada saudaranya,
Muhammad al-Baqir. Ia juga pernah belajar kepada Wasil bin Atha, tokoh Mutazilah, sehingga
ia banyak terpengaruh dengan pikiran-pikiran Mutazilah yang akhirnya masuk ke dalam ajaranajaran Zaidiyah. Sekte ini memiliki pemikiran yang dianggap lebih moderat dan demokratis
dibanding Syiah lainnya.
Setelah Ali Zainul Abidin bin Husain (imam ke-4) wafat, terjadi perselisihan dalam tubuh
Syiah tentang siapa yang berhak menjadi imam ke-5. menyikapi perselisihan tersebut, lalu
muncullah dua sikap yang membuat Syiah Imamiyah terpecah kepada dua cabang. Cabang
pertama berpendapat bahwa yang dipilih menjadi Imam setelah Ali Zainul Abidin bin Husain
adalah Zaid bin Ali Zainul Abidin, golongan inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syiah
Zaidiyah. Cabang kedua adalah mereka yang berpandangan bahwa yang berhak menjadi imam
ke-5 adalah Abu Bakar Muhammad al-Baqir.
Adapun imam-imam bagi Syiah Zaidiyah adalah Ali bin Abi Thalib (w. 40H), Hasan bin
Ali bin Abi Thalib (W. 50H), Husain bin Ali bin Abi Thalib (w. 61H), Ali Zainul Abidin bin Husain
bin Ali bin Abi Thalib (w. 94 H), Zaid bin Ali Zainul Abidin, dan dilanjutkan oleh Yahya, dan
imam-iman yang mengikutinya.
3. Syiah Ghulat
Selain dari golongan di atas, di dalam tubuh Syiah juga terdapat golongan-golongan
ekstrim dan dianggap telah keluar dari jalur Islam, yang dalam bentuk ajarannya sering
dikaitkan dengan Abdullah bin Saba. Golongan ekstrim inilah yang kemudian disebut dengan
Syiah Ghulat (berasal dari kata ghuluw yang berarti berlebih-lebihan). Sebagian dari golongan
ini ada yang menempatkan Ali dan imam-imam Syiah lainnya pada derajat ketuhanan, dan ada
yang mengangkatnya pada derajat kenabian, bahkan lebih tingi dari Muhammad. .
Banyak sekte yang dipandang memiliki sikap ekstrim dalam aliran Syiah, yang bila
ditinjau dari sikap dan ajaran-ajarannya cenderung dikatakan menyesatkan. Sekte ini disebut
dengan Ghulat, yaitu golongan ekstrim di kalangan Syiah yang terlalu berlebih-lebihan dalam
menentukan hak imam. Untuk menentukan ekstrim tidaknya sebuah sekte didalam tubuh
Syiah, dapat mempergunakan empat ajaran yang dianggap sebagai standar, yaitu :
a. Hulul
Yaitu keyakinan bahwa Allah mengambil bentuk di dalam orang-orang tertentu, seperti
Ali. Atas dasar paham itu kemudian mereka meyakini bahwa Ali harus disembah.
b. Tanasukh
Tanasukh adalah keyakinan yang mengatakan bahwa roh Nabi atau para imam
mengambil tempat pada diri orang-orang tertentu.
c. Tasybih
Tasybih adalah menyamakan Tuhan dengan makhluk secara fisik seperti mempunyai
anggota tubuh (jasmani)
d. Al-Bada
Al-Bada yaitu merubah apa saja yang dikehendakinya sesuai dengan yang terjadi pada
ilmunya. Paham ini dianggap menggambarkan kelemahan Tuhan, sehingga ilmu dan
ciptaannya selalu mengalami perubahan.
4. Syiah Sabiyah (Syiah Tujuh)
Istilah Syiah sabiyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syiah Itsna asyariyah . Istilah
itu memberikan pengertian bahwa sekte Syiah Sabiyah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali,
Hasan, husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, jafar As-Shodiq, dan Ismail bin jafar.
Karena dinisbatkan pada ismail bin Jafar As-Shadiq, syiah sabiyah disebut juga Syiah
Ismailiyah.
Berbeda dengan Syiah imamiyah, Syiah istna asyariyah membatalkan ismail bin jafar
sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan dia wafat mendahului
bapaknya,jafar. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sabiyah
menolak pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam syiah dan
menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang
tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
Syarat syarat imam dalam pandangan Syiah Sabiyah adalah sebagai berikut :
1. Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang
kemudian dikenal dengan Ahlul bait.
2. Berbeda dengan aliran Kasaniah, pengikut Mukhtar Ats-tsaqafi, mempropagandakan
bahwa keimanan harus dari keturunan Ali melalui pernikahannya dengan seorang
wanita dari bani hanifah dan mempunyai anak yang bernama Muhammad bin AlHanafiiyah.
3. Imam harus berdasrkan penunjukan atau nas. Syiah sabiyah meyakini bahwa setelah
Nabi wafat, Ali menjadi Imam berdasarkan penunjukan khusus dari Nabi sebelum beliau
wafat. Suksesi keimanan menurut doktrin dan tradisi syiah harus berdasarkan nas oleh
imam terdahulu.
4. Keimanan jatuh pada anak tertua .Syiah sabiyah menggariskan bahwa seorang
beriman memperoleh keimanan dengan jalan wiratsah (heredity). Jadi, ayahnya yang
menjadi iman menunjuk anak nya yang paling tua.
5. Imam harus maksum (immunity fromm sin an error). Sebagaimana sekte Syiah lainnya,
Syiah sabiyah menggariskan bahwa seorang iman harus terjaga dari salah satu dosa.
Bahkan lebih dari itu, Syiah Sabiyah berpendapat bahwa meskipun iman berbuat salah,
perbuatannyatidak salah.
6. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik (best of man). Berbeda dengan
Zaidah, Syiah Sabiyah dan Syiah Dua belas tidak membolehkan imam mafdul, dalam
pandangan Syiah Sabiyah,perbuatan dan ucapan iman tidak boleh bartentangan
dengan syariat. Sifat dan kekuasaan seorang sama dengan nabi, perbedaan nya
terletak pada kenyataan nya bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak
mendapatkannya.