FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BARU ATAS
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN No. 84/KMK.03/2002
PADA KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN
OLEH:
NAMA
: HELDA GINTING
NIM
: 060522120
JURUSAN
: AKUNTANSI
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: Analisis
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.84/
KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan adalah benar hasil karya saya
sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
(Helda Ginting)
NIM: 060522120
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul: Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.84/KMK.03/2002 Pada KPP
Pratama Medan Belawan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan serta tidak luput dari kekurangan baik dalam penyajian materi
maupun teknik penulisan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Penulis yang
terbatas dengan nalar ilmiah yang belum memadai. Oleh karena itu Penulis
membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
Pembaca demi peningkatan kualitas ilmiah di masa yang akan datang.
Ucapan terimakasih yang terdalam dan teristimewa Penulis sampaikan
kepada kedua orangtua tercinta yang telah memberi dukungan moral maupun
material hingga Penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi USU
Medan. Juga kepada saudara-saudariku yang telah banyak membantu Penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Di samping ini Penulis juga menyadari bahwa penulisan Skripsi ini bukan
hanya bersandar pada kemampuan Penulis semata tetapi juga atas dukungan yang
tidak ternilai harganya dari pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga
sudah sepantasnya Penulis menghaturkan rasa hormat dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Jurusan Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan arahan
kepada Penulis.
4. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku dosen pembanding dan Penguji I dan
Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak selaku dosen pembanding dan penguji II .
5. Seluruh staf pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik Penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh staf pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
yang telah banyak membantu Penulis untuk menyediakan data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penulisan Skripsi ini.
7. Seluruh rekan-rekan seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bantuannya.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Akhir kata Penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam Skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi Pembaca sekalian. Dan kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, Penulis mengucapkan
terima kasih banyak.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Penulis,
Helda
Ginting
NIM 060522120
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRAK
Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak yag terdaftar pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) dalam tahun pajak berjalan dengan cara mendaftarkan diri,
dikukuhkan secara jabatan maupun Wajib Pajak Pindah KPP. Dalam hal
pelaksanaan penghitungan besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
oleh Wajib Pajak Baru tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.84/
KMK.03/2002 karena Wajib Pajak tersebut belum menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh. Penghitungan angsuran ini bertujuan agar
Wajib Pajak Baru dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya setelah ia
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu menyusun, menganalisis dan menginterprestasikan data Wajib
Pajak Baru untuk Tahun Pajak 2008 dan Tahun Pajak 2009 dalam hal pelaporan
Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25 lembar ke-3 (tiga).
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pelaporan
SSP oleh Wajib Pajak Baru di KPP Pratama Medan Belawan cukup tinggi
sedangkan jumlah angsuran pajak yang dibayar pada umumnya nihil karena Wajib
Pajak beralasan bahwa mereka baru memulai usahanya. Hal ini menunjukkan
bahwa Penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 oleh Wajib Pajak Baru
tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.84/KMK.03/2002.
Kata kunci : Wajib Pajak Baru, Keputusan Menteri Keuangan No.84/
KMK.03/2002, SSP lembar ke-3
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
i
ABSTRACT
The New Tax Payer is one registered in Kantor Pelayanan Pajak (KPP) in
prevailing Tax Year by self registeration, recognized officially or Tax Payer
changed KPP. In this case the implementation of calculating the number of
instalment of Pajak Penghasilan (PPh) chapter 25 by New Tax Payer is regulated
in Decision of Monetary Ministry No.84/KMK.03/2002 because the tax payer did
not send the Surat Pemberitahuan (SPT) annually of PPh. The calculation of this
instalment is aimed so that tax payer can implement the tax obligation after they
gained the Basic Number of Tax Payer.
The method of analysis of data used is descriptive method, namely to
arrange, analyze and interprete the data of New Tax Payer for Tax Year of 2008
and 2009 in the case reporting Surat Setoran Pajak (SSP) of PPh chapter 25 third
sheet.
From the result of cacculation, it can be known that the reporting of SSP
by New Tax Payer in KPP Pratama Medan Belawan is quite higt while the
number of tax instalment paid generally is nihil because the tax payer reasoned
that they begin to operate their business just now. This shows that calculation of
PPh instalment number in chapter 25 by New Tax Payer is not consistent with
Decision of Monetary Ministry No.84/KMK.03/2002.
Keywords: New Tax Payer, Decision of Monetary Ministry No.84 /KMK.03
/2002, SSP the third sheet.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................x
DAFTAR TABEL........ ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang..1
B. Perumusan masalah..4
C. Tujuan dan manfaat penelitian.....4
1. Tujuan Penelitian.....4
2. Manfaat Penelitian...5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak Penghasilan....6
1. Pengertian.....6
2. Subyek Dan Obyek Pajak Penghasilan....9
3. Penghitungan Pajak Penghasilan....11
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : KPP PRATAMA PENGGABUNGAN KPP, KP PBB
DAN KARIKPA37
Gambar 2 : Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan............................40
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)............................14
Tabel 2 : Lapisan Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam Negeri..........................................................................................15
Tabel 3 : Lapisan Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan
dalam Negeri dan BUT..........................................................................15
Tabel 4 : Lapisan Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam Negeri...........................................................................................16
Tabel 5 : Batas Waktu Pembayaran PPh...............................................................18
Tabel 6 : Batas Waktu Penyampaian SPT Masa PPh...........................................20
Tabel 7 : Karekteristik Jenis KPP.........................................................................36
Tabel 8 : Tingkatan Golongan Kepegawaian di KPP Pratama
Medan Belawan.....................................................................................43
Tabel 9 : Jumlah Wajib Pajak Baru di KPP Pratama Medan Belawan
Untuk Tahun Pajak 2008.......46
Tabel 10 : Jumlah Wajib Pajak Baru Terdaftar Di KPP Pratama Medan
Belawan untuk tahun Pajak 2008...........................................................48
Tabel 11 : Jumlah Wajib Pajak Pendaftar Baru di KPP Pratama Medan Belawan
Untuk Tahun Pajak 2009......................................................................49
Tabel 12 : Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 di KPP Pratama Medan
Belawan Untuk Tahun Pajak 2008...51
Tabel 13 : Perbandingan Jenis Usaha Dengan Nilai Setoran PPh Pasal 25...54
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Setoran Pajak untuk Arsip Wajib Pajak (WP)
Lampiran 2 Surat Setoran Pajak untuk KPP Melalui KPKN
Lampiran 3 Surat Setoran Pajak untuk Dilaporkan Wajib Pajak ke KPP
Lampiran 4 Surat Setoran Pajak untuk Bank Persepsi/ Kantor Pos dan Giro
Lampiran 5 Surat Setoran Pajak untuk Arsip Wajib Pungut atau Pihak Lain
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan
Negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan pembangunan
nasional. Sebagaimana kita lihat dalam APBN yang disahkan oleh pemerintah
tiap-tiap tahun, penerimaan Negara dari sektor pajak selalu meningkat.
Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk membayar pajak. Salah satu wujud kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk membayar pajak adalah dengan cara mendaftarkan diri menjadi Wajib
Pajak dan membayar Pajak Penghasilan (PPh) sesuai dengan ketentuan
Perpajakan yang ada apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem
pemungutan Pajak Penghasilan menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan perubahan ketiga dengan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2000 dan perubahan keempat pada tahun 2008 dengan Undangundang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atau disebut dengan
Undang-undang Pajak Penghasilan, serta hal tersebut juga menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan penyuluhan perpajakan agar
masyarakat mengetahui dan memahami ketentuan PPh. Dimana yang menjadi
subjek Pajak Penghasilan adalah Orang pribadi, Warisan yang belum terbagi,
Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Dan objek pajak Penghasilan adalah
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Lembar 5 untuk arsip Wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Sesuai dengan prinsip Self Assessment yang berlaku di Indonesia, Wajib Pajak
(WP) harus dapat menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan
pajak terutang.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) dan Badan yang baru pertama kali
memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak
berjalan yang terdaftar atau dikukuhkan dalam tahun pajak berjalan atau disebut
dengan WP Baru maka penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 diatur
dalam UU PPh Pasal 25 ayat (7): Penghitungan besarnya angsuran pajak bagi
Wajib Pajak Baru, Bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
Dalam hal penentuan penghitungan besarnya angsuran pajak untuk Wajib
Pajak Baru didasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan Wajib Pajak tersebut
dan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.03/2002 karena
dalam tahun pajak tersebut Wajib Pajak Baru belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh yang dijadikan sebagai dasar penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25.
Setelah penghitungan dan pembayaran, maka WP Baru wajib melaporkan
SSP lembar ke-3 sebagai sarana pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 pada KPP
dimana WP terdaftar.
Dengan fasilitas angsuran pajak ini diharapkan dapat meningkatkan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
B.
Perumusan masalah
Dari uraian sebelumnya maka perumusan masalah yang dapat
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan
khususnya tentang Pajak Penghasilan Pasal 25.
b. Bagi KPP Pratama Medan Belawan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan atau bahan pertimbangan bagi KPP Pratama Medan
Belawan.
c. Bagi pihak lain, khususnya almamater FE USU Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang dunia
perpajakan dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak Penghasilan
1. Pengertian
Tanggungjawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban
kenegaran berada pada setiap Warga Negara sebagai Wajib Pajak. Menurut
Bambang Prakoso Kesit (2003:1): Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat
kepada kas negara karena Undang-undang, dan atas pembayaran tersebut
pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.
Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: Pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak, adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
pajak
menurut
sifat
dimaksudkan
pembedaan
dan
Subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-undang ini disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat
pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
2. Subjek Dan Objek Pajak Penghasilan
a. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan meliputi orang pribadi, warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan, dan bentuk
usaha tetap (BUT).
Berdasarkan lokasi geografis, Subjek Pajak terdiri dari:
1) Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak
apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang
besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek pajak
badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atau
bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik
orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi Wajib Pajak
karena
menerima
danatau
memperoleh
penghasilan
yang
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
neto
yang
diterbitkan
oleh
Direktur
Peraturan
Menteri
Jenderal
Pajak
dan
disempurnakan terus-menerus.
Berdasarkan
ketentuan
Keuangan
Nomor
Tabel 1
Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
Keterangan
Untuk diri Wajib Pajak
Penyesuaian PTKP
Tahun 2008
Tahun 2009
Rp 13.200.000,00 Rp 15.840.000,00
Rp 1.200.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 13.200.000,00
Rp 15.840.000,00
Rp 1.200.000,00
Rp 1.320.000,00
**K/3
K/3
Maksimal tanggungan
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
**status kawin dengan jumlah tanggungan tiga orang.
Penyesuaian Besarnya PTKP untuk tahun 2008 berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besarnya
PTKP yang diberlakukan atau mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006.
Selanjutnya Penyesuaian PTKP untuk tahun 2009 berdasarkan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 2009, sehingga untuk tahun pajak 2009 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besarnya PTKP
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Tarif Pajak
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17
tahun 2000 dalam Pasal 17 ayat 1 tentang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib pajak
Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia
adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Lapisan Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
25.000.000,00
sampai
5%
dengan
Rp
10%
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Rp
15%
Rp
25%
35%
Tabel 3
Lapisan Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan dalam Negeri dan BUT
Tarif Pajak
10 %
15%
Diatas Rp 100.000.000,00
30 %
Tarif Pajak
10%
15%
30%
Jenis Pajak
1.
PPh Pasal 21
2.
3.
4.
No
5.
6.
7.
8.
dengan
Jenis Pajak
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Pajak berakhir
Sumber : Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2006:30)
Pelaporan PPh yang telah dilunasi oleh Wajib Pajak adalah dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT). Surat Pemberitahuan terdiri dari :
1. SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang
dalam suatu Masa Pajak.
2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam
suatu Tahun Pajak.
Batas Waktu Penyampaian SPT Masa PPh dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Batas Waktu Penyampaian SPT Masa PPh
No Jenis PPh
Yang Menyampaikan
Batas Waktu Penyampaian
SPT
1. PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal Paling lambat 20 hari setelah
21
Masa Pajak berakhir
2. PPh Pasal 22- Bea Cukai
14 hari setelah Masa Pajak
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Impor
berakhir
3. PPh Pasal 22
4.
5.
6.
7.
8.
Bendaharawan
14 hari setelah Masa Pajak
Pemerintah
berakhir
PPh Pasal 22 Pemungut
Pajak Secara
mingguan
paling
oleh DJB
(DJBC)
lambat 7 hari setelah batas
waktu
penyetoran
pajak
berakhir
PPh Pasal 22
Pihak
yang Paling lambat 20 hari setelah
melakukan
Masa Pajak berakhir
penyerahan
PPh Pasal 22 Pihak
yang Paling lambat 20 hari setelah
badan tertentu
melakukan
Masa Pajak berakhir
penyerahan
PPh Pasal 23
Pemotongan
PPh Paling lambat 20 hari setelah
Pasal 23
Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 25
Wajib Pajak yang Paling lambat 20 hari setelah
mempunyai NPWP
Masa Pajak berakhir
SPT
Pajak
Penghasilan adalah
a. Sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT Masa
PPh untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
adalah sebesar Rp 100.000,00
b. Sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT Tahunan
PPh untuk Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 100.000,00 dan
untuk Wajib Pajak Badan sebesar Rp 1.000.000,00
B. Pajak Penghasilan Pasal 25
1.
Pasal 25 adalah pelunasan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam tahun
pajak berjalan. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang telah dilunasi tersebut merupakan
pajak yang dibayar dimuka dan dapat dikreditkan terhadap pajak yang terhutang
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
diakhir tahun.
Dasar hukum yang mengatur tentang pelaksanaan PPh pasal 25 adalah
sebagai berikut :
a.
b. Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
84/KMK.03/2002
adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun
pajak yang lalu. Seperti contoh berikut ini:
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh
Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari 2008, besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebut untuk bulan
Januari 2008 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2007,
misalnya sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
c. Angsuran bulanan yang menggunakan SKP, jika terjadi perubahan
ketetapan, dihitung menurut SKP terakhir. Seperti contoh berikut ini:
Pada bulan September 2008 diterbitkan keputusan pengurangan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Secara Umum
Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (1) menjelaskan bahwa:
Besarnya angsuran dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh WP untuk setiap bulan sama dengan PPh yang terhutang
menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a) PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 dan 23 serta PPh yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam PPh Pasal 22 dan
b) PPh yang dibayar/ terutang diluar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 24.
Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.
Contoh perhitungan PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2007
Rp 50.000.000,00
dikurangi:
a.
Rp 15.000.000,00
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
b.
c.
Rp10.000.000,00
d.
Rp 2.500.000,00
Rp 7.500.000,00 (+)
Rp35.000.000,00 (-)
Selisih
Rp15.000.000,00
d.
e.
f.
Surat
Pemberitahuan
Tahunan,
Surat
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
c.
d.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
f.
Bagi Wajib Pajak Baru yang mulai menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan pada tahun pajak berjalan, perlu diatur mengenai besarnya angsuran
pajak, karena Wajib Pajak belum memasukkan SPT Tahunan PPh. Penentuan
besarnya angsuran pajak tersebut didasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan
Wajib Pajak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/ KMK.03/ 2002
penghitungan besarnya PPh pasal 25 diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru
dalam tahun berjalan adalah tarif atas penghasilan neto sebulan
yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas). Besarnya angsuran
PPh Pasal 25 dihitung untuk setiap bulan dalam tahun pajak
yang bersangkutan.
b. Besarnya penghasilan neto ditentukan dengan cara sebagai
berikut:
Dalam hal WP baru tersebut menyelenggarakan pembukuan
dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan
neto fiskal setiap bulan, maka penghasilan neto dihitung
berdasarkan pembukuannya.
Dalam hal WP baru tersebut hanya menyelenggarakn
pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi
dari pembukuannya itu tidak dapat dihitung besarnya
penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto fiskal
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
atas peredaran atau penerimaan bruto.
Apabila WP baru tersebut adalah WP orang pribadi, maka
jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan dikurangi
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Contoh perhitungan :
a.Wajib Pajak menggunakan pembukuan
PT X terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP sejak tanggal 1
Februari 2008. Peredaran atau penerimaan bruto menurut
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
pembukuan
dalam
60.000.000,00
dan
bulan
Februari
penghasilan
2008
neto
sebesar
dapat
Rp
dihitung
Rp 90.000.000,00
Rp 5.000.000,00
15% x Rp 40.000.000,00 =
Rp 6.000.000,00
Rp 11.000.000,00
Rp
916.666,00
kawin.
Rp 18.340.000,00
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Rp 5.502.000,00
c. Penghasilan disetahunkan
Rp 66.024.000,00
d. PTKP (K/0)
Rp 14.400.000,00
Rp 51.624.000,00
Rp 1.250.000,00
10% x Rp 25.000.000,00 =
Rp 2.500.000,00
15% x Rp 1.624.000,00 =
Rp
243.600,00
Rp 3.993.600,00
g. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari 2008 :
1/12 x Rp 3.993.600,00 =
Rp 332.800,00
KPP,
harus
mendaftarkan
masing-masing
tempat
E. Kerangka Konseptual
Penghitungan
Pembayaran
Pelaporan
Tingkat Kepatuhan
Pajak Baru
Wajib
Keterangan :
Ketentuan Penghitungan besarnya Angsuran pajak yang harus dibayar oleh WP
Baru diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.03/2002
berdasarkan UU No 7 Tahun 1983, sebagaimana perubahan ketiga UU PPh
Nomor 17 Tahun 2000 dan disesuaikan dengan Perubahan keempat, UU No 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang diatur dalam pasal 25. Analisis ini
terfokus pada pelaporan SSP lembar ke-3 yang disampaikan WP Baru terdaftar
pada KPP Pratama Medan Belawan.
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada KPP Pratama Medan Belawan yang berlokasi di
dijalan KL.Yos Sudarso KM. 8,2 Tanjung Mulia Medan pada September 2008
sampai dengan Februari 2009.
F. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
sumber,yaitu:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari pihak-pihak terkait di KPP
Pratama Medan Belawan baik melalui teknik wawancara maupun
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
C. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah singkat KPP Pratama Medan Belawan
Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak dinamakan Kantor Inspeksi (KIP)
yang induk organisasinya berada dibawah Direktorat Jenderal Pajak dalam
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan nilai pelayanan pajak kepada masyarakat maka
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 267/KMK.01/1989 dilakukan
perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
reorganisasi KIP dan diganti dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
maka Kantor Pelayanan Pajak Kotamadya Medan dibagi menjadi 5 (lima) kantor
wilayah kerja, yaitu:
a. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
b. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
c. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
d. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
e. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
Modernisasi administrasi perpajakan merupakan salah satu bentuk
perwujudan dari reformasi perpajakan komperhensif, yaitu dengan membentuk
KPP modren yang terdiri dari KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama.
Karekteristik setiap KPP dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7
Karekteristik Jenis KPP
N
0
1
Uraian
Skala Wajib Pajak
KPP
Besar
BUMN dan WP
KPP
Madya
KPP Pratama
WP Besar Kanwil
WP Menengah Kecil
Badan dan
ekspatriat
Pribadi
Besar Nasional
Badan (corporate)
300-400
200-1000
Ribuan
Jenis Pajak
PPh,PPN&PTLL,
PPh,PPN&PTLL
PPh,PPN&PTLL,PB
B,BPHTB
PPN
Sentralisasi
Sentralisasi
Desentralisasi
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
P2PPh
Desentaralisasi
Desentaralisasi
Desentralisasi
Fungsi
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ekstensifikasi
Jumlah eselon IV
10
Wilayah Kerja
Nasional
Regional
Lokal
KPP
KPP PRATAMA
SUBAG UMUM
SUBBAG UMUM
KP PBB
SUBBAG UMUM
KARIKPA
SUBBAG UMUM
SEKSI DAI
SEKSI PDI
SEKSI PDI
SEKSI
PENERIMAAN
SEKSI TUP
SEKSI PELAYANAN
SEKSI PENETAPAN
SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PPh OP
SEKSI PPh BADAN
SEKSI P2PPh
SEKSI PPN
SEKSI KEBERATAN
SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI
(I-IV)
SEKSI PEMERIKSAAN
SEKSI EKSTENSIFIKASI
SEKSI PEDANIL
F. PENILAI
KEL.FUNGSIONAL
KEL.F.PEMERIKS
A
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
KPP Pratama mulai beroperasi pada tanggal 25 Mei 2008. KPP Pratama
Medan Belawan merupakan peleburan KPP Medan Belawan, KPPBB Medan Satu
dan KARIKPA Medan Satu.
b.
c.
d.
Fiskal
Menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak yang mampu
menunjang
kemandirian
pembiayaan
pemerintah
berdasarkan
Ekonomi
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi
bangsa
dengan
kebijakan
perpajakan
yang
dapat
mengurangi distorsi
c.
Politik
Mendukung proses demokratisasi
d.
Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat
dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir
2.
b.
c.
d.
Gambar 2
Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan
Kepala Kantor
Subbagian umum
Seksi
Ekstensifika
Seksi PDI
Seksi
Pelayanan
*)Seksi
Waskon
Seksi
Pemeriksaan
Seksi
Penagihan
Kelompok Jabatan
Fungsional
Supervisor I
Supervisor II
Supervisor III
Supervisor IV
Pemeriksa
Pemeriksa
Pemeriksa
Pemeriksa
3.
Adapun uraian tugas pokok Pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Medan
Belawan adalah sebagai berikut:
a. Tugas Kepala
melaksanakan
KPP
Pratama Medan
kewenamgan
dibidang
Belawan
adalah
perpajakan
dan
Kasi Ekstensifikasi
Mempunyai tugas untuk urusan penambahan jumlah
Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak.
melakukan
urusan pencarian,
aplikasi
e-SPT
dan
e-filing
serta
produk
hukum
perpajakan,
kerjasama perpajakan.
4. Kasi Pengawasan dan Konsultasi I (Kasi Waskon I),
Kasi Pengawasan dan Konsultasi II (Kasi Waskon II),
Kasi Pengawasan dan Konsultasi III (Kasi Waskon III),
Kasi Pengawasan dan Konsultasi IV (Kasi Waskon IV)
Masing-masing Kepala Seksi mempunyai tugas untuk
melaksanakan
perpajakan
pengawasan
Wajib
Pajak
kepatuhan
dan
kewajiban
konsultasi
teknis
masing-masing
berdasarkan
peraturan
Gambaran pegawai
Tingkat Golongan
Jumlah (orang)
IV
III
34
II
44
Jumlah pegawai
80
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
314
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
pengembalian
kelebihan
pembayaran
pajak
atau
Bulan
Wajib Pajak
Badan
Bendaharawan
Orang
Pribadi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
7
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
95
23
21
22
22
24
25
27
27
29
29
30
30
314
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Pratama
Medan
Belawan
sehubungan
dengan
akan
berakhirnya
Bulan
Orang
Pribadi
Wajib Pajak
Badan
Bendaharawan
1
2
Januari
2060
27
*)Februari
480
11
Jumlah
2540
38
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan
*data WP terdaftar sampai dengan tanggal 11 Februari 2009
Menurut keterangan yang diperoleh dari aparat pajak
0
0
0
KPP Pratama
Medan Belawan peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal
mengajukan NPWP adalah untuk pembebasan fiskal.
Pada bulan berikutnya bagi Wajib Pajak yang mempunyai NPWP
berkewajiban melaksanakan penghitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal
25.
Penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 oleh Wajib Pajak Baru
untuk Tahun Pajak 2008 diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
84/KMK.03/2002.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Dalam
rangka
melaksanakan
perubahan
Undang-undang
Pajak
2009
berpedoman
pada
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
255/PMK.03/2008.
Bagi Wajib Pajak Baru yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan
Tidak Kena Pajak berkewajiban membayar angsuran PPh Pasal 25 dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Adapun cara pembayaran PPh Pasal 25
oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
SSP lembar-1 untuk arsip Wajib Pajak yang bersangkutan, sedangkan SSP
lembar-3 untuk dilaporkan Wajib Pajak ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Bagi Wajib Pajak yang terlambat membayar pajak akan dikenakan sanksi
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
administrasi berupa sanksi bunga sebesar 2% dari jumlah pembayaran dan apabila
angsuran yang dibayar masih kurang bayar akan dikenakansanksi administrasi 2%
dari kekurangan pembayaran.
Tabel 12
Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25
di KPP Pratama Medan Belawan
Untuk Tahun Pajak 2008
No
Bulan
Badan
N
KB LB jumlah N
KB LB jumlah
1 Januari
266 689
0
955 340 194
0
534
2 Februari
259 747
0
1006 335 217
0
552
3 Maret
236 694
0
930 330 177
0
507
4 April
265 828
0
1093 352 220
0
572
5 Mei
249 659
0
908 298 156
0
454
6 Juni
257 756
0
1013 333 187
0
520
7 Juli
283 716
0
999 369 209
0
578
8 Agustus
256 680
0
936 339 185
0
524
9 September 255 726
0
981 366 173
0
539
10 Oktober
250 648
0
890 367 169
0
536
11 Nov ember 268 721
0
989 358 186
0
544
12 Desember 265 668
0
933 433 177
0
610
Sumber : Seksi Pelayanan KPP Pratama Medan Belawan
Keterangan:
N = Nihil
KB = Kurang Bayar
LB = Lebih Bayar
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa untuk tahun pajak 2008 tidak ada
SPT lebih bayar yang disampaikan oleh Wajib Pajak ke KPP Pratama Medan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Belawan. Pelaporan SSP lembar ke-3 sebagai SPT Masa PPh Pasal 25 pada tabel
diatas merupakan pelaporan yang dilakukan oleh Wajib Pajak lama maupun
Wajib Pajak baru.
Berdasarkan tabel 12 dan pengamatan yang penulis lakukan terhadap
data yang terekam di database pada bagian Seksi Pelayanan KPP Pratama Medan
Belawan mengenai kepatuhan Wajib Pajak Baru dalam hal pelaporan SPT Masa
PPh Pasal 25, secara keseluruhan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan
melaksanakan penyampaian SSP-lembar ke3 pada KPP Pratama Medan Belawan
untuk setiap bulannya. Besarnya sanksi denda yang harus ditanggung oleh Wajib
Pajak akibat keterlambatan pembayaran dan pelaporan SPT Masa telah
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal
25 sebelum batas akhir pembayaran dan pelaporan PPh.
Namun nilai pembayaran PPh Pasal 25 yang tercantum pada SSP lembar
ke-3 yang disampaikan oleh Wajib Pajak Baru tersebut didominasi oleh SPT
Nihil. Hanya ada beberapa Wajib Pajak Baru yang menyampaikan SPT Kurang
Bayar. Dilihat dari Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Wajib Pajak Baru dapat
diketahui jenis usaha Wajib Pajak tersebut menghasilkan penghasilan diatas
Penghasilan Tidak kena Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
Wajib Pajak Baru dalam menghitung PPh Pasal 25 tidak sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/ KMK.03/ 2002.
Berikut ini tabel yang menunjukkan jenis usaha yang dijalankan oleh
beberapa Wajb Pajak Baru yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
63310
25209
Industri
barang-barang
plastik lainnya
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
52406
52520
52329
Nihil
52112
Nihil
51430
Nihil
93094
Jasa Perorangan
Nihil
Nilai Setoran
50302
SKLU
Jenis Usaha
Tabel 13
Perbandingan Jenis Usaha Dengan Nilai Setoran PPh Pasal 25
06.322.xxx.3-112.000
04.130.xxx.8-112.000
04.115.xxx.3-112.000
08.270.xxx.9-112.000
06.769.xxx.8-112.000
06.050.xxx.2-112.000
06.198.xxx.1-112.000
06.199.xxx.9-112.000
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. 04.043.xxx.4-112.000
06.769.xxx.2-112.000
1.
No NPWP
Keterangan:
NPWP=Nomor Pokok Wajib Pajak
KLU=Klasifikasi Lapangan Usaha
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa realitanya jenis usaha yang
dijalankan Wajib Pajak tersebut menghasilkan penghasilan neto yang cukup tinggi
sehingga jumlah angsuran PPh Pasal 25 yang harus disetorkan seharusnya diatas
nihil.
Menurut aparat pajak terhadap Wajib Pajak Baru yang menyampaikan
SPT Nihil akan diberikan himbauan. Tindak lanjut berupa pemeriksaan akan
dilakukan setelah Wajib Pajak tersebut menyampaikan SPT Tahunan PPh pada
tahun berikutnya. Sehingga aparat dapat membandingkan jumlah pajak terutang
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
yang seharusnya dibayar oleh Wajib Pajak Baru berdasarkan SPT Tahunan yang
disampaikan ke KPP Pratama Medan Belawan dengan Wajib Pajak yang memiliki
jenis usaha yang sama sehingga aparat akan mendapatkan gambaran mengenai
besarnya jumlah pajak terutang yang mendekati kewajaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari aparat pajak dapat dijelaskan
bahwa pada umumnya Wajib Pajak Terdaftar Pada Tahun Pajak 2008 dan Tahun
Pajak 2009 untuk memperoleh NPWP guna memenuhi persyaratan yang diajukan
oleh pihak pemberi kredit modal usaha dan penggunaan NPWP dengan tujuan
pembebasan biaya fiskal luar negeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh serta hasil yang telah dipaparkan,
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan
Belawan untuk Tahun Pajak 2008 adalah 1110 WP Orang Pribadi,
314 Badan usaha dan 3 Bendaharawan. Dan jumlah Wajib Pajak
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Tingkat
kepatuhan
Wajib
Pajak
Baru
dalam
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan kajian pustaka, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak KPP Pratama Medan Belawan lebih meningkatkan
penyuluhan pajak terhadap masyarakat dan memberikan informasi
perpajakan kepada WP Baru agar Wajib Pajak lebih memahami
kewajiban perpajakannya.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Prakoso K, 2003. Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta.
Gunadi, 2002. Ketentuan Perhitungan & Pelunasan Pajak Penghasilan, Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
---------, 2002. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Edisi Pertama, Salemba
Empat, Jakarta.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No.
84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository 2009