Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TERSTRUKTUR

IRIGASI DAN DRAINASE


Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan KP Irigasi, Pengairan, Sumberdaya dan
Standart Perencanaan

Oleh:
Nama

: Novita Putri Arifianti

NIM

: 125040201111155

Kelas

:I

Dosen

: Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan.


Dalam Undang-undang ini dijelaskan bahwa :
a. Hak
1. Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk mengelola serta
mengembangkan kemanfaatan air dan atau sumber-sumber air.
2. Berhak menyusun, mengesahkan, dan atau memberi izin berdasarkan
perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan.
3. Berhak menentukan dan mengatur, mengesahkan, dan atau memberi izin
pengusahaan air,dan atau suumber-sumber air.
4. Berhak menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan
hubungan-hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam
persoalan air dan atau sumber-sumber air.
b. Kewajiban
1. Melakukan usaha-usaha penyelamatan tanah dan air.
2. melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumbersumbernya dan daerah sekitarnya.
3. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air, yang dapat
merugikan penggunaan serta lingkungannya.
4. Melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap bangunan-bangunan
pengairan, sehingga tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Sangsi
1. Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah):
a. barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan atau
sumber-sumber

air

yang

tidak

berdasarkan

perencanaan

dan

perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan serta


pembangunan pengairan sebagaimana tersebut dalam Pasal 8 ayat (1)
Undang-undang ini;
b. barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan atau
sumber-sumber air tanpa izin dari Pemerintah sebagaimana tersebut
dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-undang ini;

c. barang siapa yang sudah memperoleh izin dari Pemerintah untuk


pengusahaan air dan atau sumber-sumber air sebagaimana tersebut
dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-undang ini, tetapi dengan sengaja tidak
melakukan dan atau sengaja tidak ikut membantu dalam usaha-usaha
menyelamatkan tanah, air, sumber-sumber air dan bangunan-bangunan
pengairan sebagaimana tersebut dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, b, c,
dan d Undang-undang ini.
2. Perbuatan pidana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini adalah kejahatan.
3. Barang siapa karena kelalaiannya menyebabkan terjadinya pelanggaran atas
ketentuan tersebut dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 13
ayat (1) huruf a, b, c dan d Undang-undang ini, diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 50.000,- (limapuluh ribu rupiah).

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air.
Dalam Undang-undang ini dijelaskan bahwa :
a. Hak
1. Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan.
2. Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk memperoleh sarana
dan prasarana sumber daya air, yaitu dapat berupa bangunan air beserta
bangunan lain yang dapat menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air,
baik langsung maupun tidak langsung.
3. Berhak memperoleh kemakmuran sebesar-besarnya dari sumber daya yang
dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup.
4. Berhak mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5. Berhak memakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi
tanpa membutuhkan izin.

6. Berhak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain
yang berbatasan dengan tanahnya.

b. Kewajiban
1. Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar selalu
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang.
2. Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh daya rusak air.
3. Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk merawat sumber air
dan prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian
fungsi sumber air dan prasarana sumber daya air.
4. Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib izin terlebih dahulu jika
cara penggunaan air dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air,
ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah
besar, atau digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang
sudah ada.

c. Sangsi
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah):
a. Setiap

orang

yang

dengan

sengaja

melakukan

kegiatan

yang

mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya


pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24.
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya adaya rusak air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52.

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan dan
denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan kerusakan sumber
daya air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan
mengakibatkan pencermaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
b. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52.
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan penggunaan air
yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan
kerusakan fungsi sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(3).
b. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang
mengakibatkan kerusakan prasarana sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (7).
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan pengusahaan sumber
daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (3).

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 tentang


Irigasi.
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa :
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan
produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem
irigasi. Keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

Petani pemakai air wajib membentuk perkumpulan petani pemakai air


secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa. Untuk
mewujudkan keterpaduan pengelolaan sistem irigasi pada setiap provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk komisi irigasi.
Adapun hak guna air untuk irigasi antara lain :
1. Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air untuk irigasi dan hak guna
usaha air untuk irigasi.
2. Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan untuk pertanian rakyat.
3. Hak guna usaha air untuk irigasi diberikan untuk keperluan pengusahaan di
bidang pertanian.
Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan kepada masyarakat petani
melalui perkumpulan petani pemakai air dan bagi pertanian rakyat yang berada
di dalam sistem irigasi yang sudah ada diperoleh tanpa izin. Hak guna pakai air
untuk irigasi juga diberikan pada suatu sistem irigasi sesuai dengan luas daerah
irigasi yang dimanfaatkan. Pembiayaan pengembangan jaringan irigasi primer
dan sekunder menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
4. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Saluran Kp 03
Republik Indonesia Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air
Pada Kriteria Perencanaan Bagian Saluran KP-03 berisi tentang
pembahasan masalah perencanaan saluran. Kriteria perencanaan saluran yang
disajikan di sini sahih (valid) untuk saluran gravitasi terbuka jaringan irigasi
yang cocok untuk mengairi tanaman padi, yang umumnya merupakan tanaman
pokok, maupun untuk budidaya tanaman-tanaman ladang (tegalan). Perbedaan
besarnya kebutuhan air antara padi sawah dan tanaman ladang/upland crop
merupakan perbedaan utama pada ketinggian jaringan utama. Namun demikian,
metode-metode irigasi dan pembuangan air di sawah untuk padi dan tanamantanaman ladang berbeda dan kriteria perencanaan untuk petak-petak tersier juga
akan berbeda; ini dibahas pada bagian KP - 05 Petak Tersier.

Daftar Pustaka
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1974
TENTANG PENGAIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
TENTANG SUMBER DAYA AIR

NOMOR

TAHUN

2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006


TENTANG IRIGASI
STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN
SALURAN KP 03 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN
UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

Anda mungkin juga menyukai