Anda di halaman 1dari 12

Agus Ahmad Safei

Sosialiasasi Buku Pengembangan Pendidikan Karakter


Berbasis Nilai Luhur Budaya Lokal Jawa Barat
Hotel Takashimaya, Lembang, 20 Mei 2013

CARA PANDANG BUDAYA

CARA BUDAYA YANG SATU


MEMANDANG BUDAYA YANG LAIN:
*STEREOTIPE*
*ETNOSENTRISME*

Bekal awal: obyektif, kepala dingin, tidak


emosional, tidak sentimental, rasional, dan
cerdas. Apa pasal? Karena budaya itu terus
berubah. Budaya itu saling meminjam dan
mewarisi.
Buktinya: beberapa budaya besar, seperti
budaya Mesopotamia, Mesir Kuno, Babilonia,
dan Romawi telah tergusur.

Sejauh ini, menurut pandangan sejumlah


kalangan, hanya budaya Yunani, budaya
Konfusian, budaya Hindu, budaya Buddha,
budaya Islam, budaya Barat saja yang masih
eksis.
Budaya ini pun masih akan diuji pula oleh
waktu: sampai kapan budaya-budaya ini bisa
bertahan. Di sinilah letak dinamikanya.

Maju mundurnya, atau bahkan timbul


tenggelamnya satu budaya, termasuk budaya
lokal Jawa Barat, tergantung pada perubahan
yang terjadi dalam masyarakat.
Perubahan merupakan efek dari 'dialog' antara
nilai yang satu dengan nilai yang lain; diskusi
antara budaya yang satu dengan budaya yang
lain.
Sampai kemudian lahirlah yang disebut
sebagai budaya hibrida.

Budaya lokal akan terus mengalami perubahan.


Pertanyaannya: Apakah budaya lokal Jawa Barat,
khususnya Sunda, akan bertahan di tengah
pusaran pergaulan dengan budaya global di masa
mendatang?
Mestinya, tidak perlu khawatir kalau terjadi
perubahan dalam budaya lokal.

Bahkan kalaupun budaya lokal


harus terganti, tidak perlu risau pula
selama nilai luhur dan unggul yang
diterima dan berkembang dalam
masyarakat lokal.
Tidak ada hukum bahwa budaya
lokal harus terus bertahan

Pada titik ini, khususnya dalam konteks


pergaulan
lintas
budaya,
penting
membekali diri dengan apa yang disebut
sebagai kecerdasan budaya.
Yakni
suatu
kemampuan
untuk
berinteraksi secara efektif dengan orangorang dari berbagai latar belakang budaya
yang berbeda.

GEMPURAN TAK BERUJUNG

Zaman tanpa batas telah membuat dunia hanya


sekepalan tangan saja
Budaya lokal berhadap muka (vis a vis ) budaya
global
Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik,
budaya global datang seperti palu godam yang
menghajar habis keberadaan budaya lokal

BAGAIMANA HARUS BERSIKAP


Sikap yang paling tepat dalam menimbang
keberadaan budaya lokal (Sunda) di era global ini
adalah melihatnya secara objektif, kritis, dan
cerdas.
Saran al-Quran: Hendaknya, dalam memandang
masalah ini kita tidak menjadi ashb almaimanah, yang mengafirmasi segalanya. Juga
tidak menjadi ashb al-masyamah, yang
menegasikan segalanya. Sebaiknya memang
berada di tengah-tengah menjadi ummatan
wasatha, menjadi siger tengah (moderat).

BAGAIMANA.

Berpijak pada kaidah: al Muhafadlotu Ala alQadimis Shalih wal Akhdzu bi al-Jadidi al-Aslah.
Yang baik jagalah, yang sudah tidak relevan
lemparkanlah. Agar kebudayaan dan kearifan lokal
Sunda tak hanya terus menerus bersemayam dalam
pikiran, tulisan, atau ruang-ruang seminar. Tetapi,
benar-benar membumi, di jagad buana ini.

Terima Kasih
12

Anda mungkin juga menyukai