Anda di halaman 1dari 8

Perencanaan

Pengembangan Sistem
Jaringan Distribusi
Juni 6, 2012enviroairJuju Bandung

Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
untuk mentransportasikan air bersih dari tempat penampungan, dalam hal ini adalah
reservoir, menuju konsumen di daerah pelayanan. Dalam sistem penyediaan air
bersih terdapat beberapa tahap penyaluran yang harus diperhatikan.
Sistem distribusi perpipaan air minum harus dapat melayani kebutuhan air bersih
konsumen yang telah sesuai dengan syarat-syarat dalam hal kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas. Air yang didistribusikan ini harus sesuai jumlahnya dengan kebutuhan
air pada masing-masing jenis pelayanan pada setiap tahapan perencanaan. Selain
kriteria tersebut, air yang akan dialirkan tidak boleh mengalami kontaminasi selama
perjalanan serta dengan kebocoran teknis yang dapat ditekan seminimal mungkin.

1. Rencana
Pengembangan Jalur
Pipa Distribusi
Pada saat merencanakan pengembangan dari suatu jalur perpipaan maka perlu
diusahakan agar diperoleh sistem pengaliran yang baik ke konsumen. Penyampaian
air secara baik dan optimum kepada konsumen memerlukan perencanaan sistem
jaringan perpipaan yang akurat dengan memperhitungkan beberapa hal diantaranya:

Jaringan direncanakan dengan biaya paling murah, yaitu dengan perencanaan jalur
yang terpendek dengan memiliki diameter terkecil.

Pemakaian energi operasi seminimal mungkin, yaitu secara gravitasi dengan


memanfaatkan tinggi muka tanah.
Terpenuhinya syarat-syarat hidrolis.
Kontinuitas pelayanan yang semaksimal mungkin.
Mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya (secara teknis,
sistem mudah dikerjakan).
Untuk itu terdapat beberapa kriteria teknis yang perlu diperhatikan, yaitu:

Memperhatikan keadaan profil muka tanah di daerah perencanaan. Diusahakan


untuk menghindari penempatan jalur pipa yang sulit sehingga pemilihan lokasi
penempatan jalur pipa tidak akan menyebabkan penggunaan perlengkapan yang
terlalu banyak.
Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti bahaya tanah
longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang dapat menyebabkan lepas
atau pecahnya pipa.
Jalur pipa sedapat mungkin mengikuti pola jalan seperti jalan yang berada di atas
tanah milik pemerintah, sepanjang jalan raya atau jalan umum, sehingga
memudahkan dalam pemasangan dan pemeliharaan pipa.
Jalur pipa diusahakan sesedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, dan lintasan
kereta, jalan yang kurang stabil untuk menjadi dasar pipa, dan daerah yang dapat
menjadi sumber kontaminasi.
Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik yang vertikal maupun
horizontal, serta menghindari efek syphon yaitu aliran air yang berada diatas garis
hidrolis.
Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi selama
pengaliran.
Diusahakan pengaliran dilakukan secara gravitasi untuk menghindari penggunaan
pompa.
Untuk jalur pipa yang panjang sehingga membutuhkan pompa dalam pengalirannya,
katup atau tangki pengaman harus dapat mencegah terjadinyawater hammer.

1.1. Pola Jaringan Distribusi


Pola jaringan yang sesuai untuk diterapkan pada suatu daerah perencanaan
ditentukan oleh beberapa aspek seperti:

Jenis pengaliran sistem distribusi.

Pola jaringan jalan.

Letak dan kondisi topografi seluruh kota.


Tingkat dan jenis pengembangan kota.
Lokasi instalasi dan reservoirnya.
Luas daerah pelayanan.

Terdapat beberapa pola jaringan distribusi yang dapat dipergunakan untuk


mendistribusikan air kepada konsumen. Diantaranya adalah:
Pola Cabang (Branch Pattern)
Pola ini merupakan pola yang menggunakan sistem dead end. Pada sistem ini pipa
distribusi utama akan dihubungkan dengan pipa distribusi sekunder dan selanjutnya
pipa distribusi sekunder akan dihubungkan dengan pipa pelayanan ke konsumen.
Aliran air yang terdapat dalam pipa merupakan aliran searah dengan air hanya akan
mengalir melalui satu pipa induk yang semakin mengecil ke arah hilirnya. Pola ini
banyak diterapkan pada daerah perkotaan yang berkembang pesat dan pada
daerah yang memiliki kondisi topografi berbukit.
Keuntungan dari pola pengaliran jenis ini adalah pola ini merupakan sistem
pengaliran dengan desain perpipaan yang sederhana khususnya dalam perhitungan
sistem, tekanan sistem juga dapat dibuat relatif sama, serta dimensi pipa yang lebih
ekonomis dan bergradasi secara beraturan dari pipa induk hingga pipa pelayanan ke
konsumen.
Namun selain itu juga terdapat beberapa kerugian bagi pola distribusi yang seperti
ini. Beberapa diantaranya adalah:

Kemungkinan terjadinya air mati pada ujung pipa yang dapat menyebabkan air
menjadi memiliki rasa dan bau. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan
pengurasan secara berkala.
Jika terjadi kerusakan pada pipa, maka dapat dipastikan daerah pelayanan yang
dilayani oleh pipa tersebut hingga jaringan yang berada dibawahnya tidak akan
mendapatkan air.
Bila terjadi pengembangan pada daerah pelayanan, maka penambahan sambungan
dapat menyebabkan pengurangan tekanan sehingga akan mengganggu pengaliran
air pula.

Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hydrant lebih sedikit karena alirannya
hanya satu arah.
Pola Kisi (Grid Pattern)
Pola ini memiliki kondisi pipa yang satu dihubungkan dengan pipa yang lain
sehingga membentuk suatu lingkaran. Melalui pola jenis ini maka air dapat mengalir
ke konsumen dari beberapa arah sehingga tidak terdapat dead end dengan ukuran
atau dimensi pipa yang relatif sama. Kondisi daerah yang sesuai dengan pola ini
adalah daerah yang telah memiliki jaringan jalan yang saling berhubungan, elevasi
tanah yang relatif datar dan luas, dan pola pengembangan kota yang menyebar ke
semua arah.
Keuntungan dari penggunaan pola ini adalah:

Air akan didistribusikan ke lebih dari satu arah dan tidak akan terjadi stagnasi.
Jika terjadi kerusakan ataupun perbaikan pada pipa sehingga pipa tidak dapat
dipergunakan dulu maka daerah yang dilayani oleh pipa tersebut akan tetap
memperoleh air.
Pola ini dapat mengantisipasi tekanan yang diakibatkan bervariasinya konsumsi air
di daerah pelayanan maupun penambahan jumlah sambungan pada jalur pipa yang
telah ada.
Gangguan lebih sedikit.
Namun sistem ini juga masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah:

Biaya investasi pembangunan lebih besar atau relatif mahal.


Perhitungan sistem lebih rumit karena membutuhkan perhitungan khusus, untuk
mengontrol tekanan.
Pola kisi biasanya digunakan pada daerah pelayanan dengan karakteristik:

Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah, maupun daerah pelayanan
yang sedang berkembang dengan pola pengembangan yang tidak teratur.
Jalur jalan yang ada berhubungan satu dengan yang lainnya.
Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan yang cukup tinggi dan
menurun secara teratur ataupun bervariasi.
Luas daerah pelayanan relatif kecil.

Pola Gabungan
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola diatas yang biasanya diterapkan pada
daerah yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Daerah pelayanan sedang berkembang.


Pola jalan pada daerah pelayanan tidak berhubungan satu sama lain dengan pola
pengembangan juga yang tidak teratur.
Daerah pelayanan memiliki elevasi yang bervariasi.

1.2. Sistem Pengaliran


Sistem pengaliran yang dipergunakan untuk menyediakan kebutuhan air bersih ke
penduduk dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
Sistem Gravitasi
Sistem ini dimungkinkan jika posisi sumber air atau reservoir distribusi mempunyai
elevasi terhadap daerah pelayanan sehingga mempunyai tekanan yang cukup untuk
mengalirkan air hingga ke penduduk yang akan dilayani.
Sistem Pompa
Pada sistem ini, pompa digunakan untuk mendorong air secara langsung ke tiap
daerah pelayanan. Sistem ini sangat tergantung pada kemampuan pompa untuk
mendistribusikan air sehingga bila kerusakan terjadi pada pompa maka sistem
pengaliran juga akan terganggu. Sistem ini biasa dipakai pada daerah-daerah yang
letak daerah pelayanannya lebih tinggi daripada sumber airnya atau dari reservoir
distribusinya, sehingga penyaluran secara gravitasi tidak dapat dipergunakan.
Keuntungan pengaliran dengan sistem ini adalah daerah pelayanan yang lebih
besar, pengaliran yang lebih jauh, dan head yang tersedia dapat mencapai 50-60 m.
Sistem Pompa dan Reservoir
Sistem ini bekerja dengan menggabungkan kemampuan dari penyaluran secara
gravitasi dengan juga digunakannya pompa. Pompa digunakan selain untuk
mengalirkan air bersih ke daerah pelayanan juga mengisi reservoir distribusi. Hal ini
terjadi saat kebutuhan air sedang rendah, sehingga sisa air yang tidak dialirkan ke

daerah pelayanan akan dipompakan ke reservoir distribusi. Dan bila kebutuhan air
meningkat, maka air bersih yang terdapat pada reservoir distribusi akan dialirkan
untuk mendukung pengaliran air bersih dari pompa.

1.3. Perencanaan Klasifikasi Jaringan


Perpipaan
Pada sistem distribusi, terdapat klasifikasi dari jaringan perpipaan yang terbagi
menjadi dua bagian. Diantaranya adalah:
Sistem Makro
Sistem ini berfungsi sebagai penghantar jaringan perpipaan. Jaringan penghantar ini
tidak dapar langsung melayani konsumen karena dapat berakibat pada penurunan
energi yang cukup besar. Sistem ini juga disebut sebagai sistem jaringan pipa hantar
atau feeder, yang terdiri atas pipa induk (primary feeder) dan pipa cabang
(secondary feeder).
Pipa induk merupakan pipa yang memiliki diameter terbesar dan jangkauan terluas,
serta dapat melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok) pelayanan dan di
setiap blok memiliki satu atau dua penyadap yang dihubungkan dengan pipa
cabang. Pada setiap tempat bersambungnya pipa sekunder atau cabang dari pipa
induk maupun pada pipa pelayanan dengan pipa sekunder atau cabang, selalu
dilengkapi dengan penyadapan (tapping).
Sistem Mikro
Sedangkan sistem mikro adalah sistem yang berfungsi sebagai pipa pelayanan yaitu
pipa yang melayani sambungan air bersih ke konsumen dengan memperoleh air dari
pipa sekunder. Sistem mikro dapat membentuk jaringan pelayanan yang terdiri atas
pipa pelayanan utama (small distribution mains) dan pipa pelayanan ke rumahrumah (house connection).
Berdasarkan klasifikasi jaringan perpipaan distribusi, maka terdapat beberapa jenis
pipa diantaranya adalah pipa induk, pipa sekunder atau cabang, dan kemudian pipa
pelayanan. Dan untuk tiap jenis pipa ini terdapat klasifikasi dan kriteria desain yang

perlu disesuaikan. Klasifikasi dari tiap jenis pipa beserta kriterianya akan dijelaskan
sebagai berikut.
Pipa Induk
Kriteria desain yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah:

Diameter pipa minimum adalah 150 mm (6).


Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan kecepatan
aliran maksimum berkisar 3-5 m/detik tergantung dari jenis pipa yang digunakan.
Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis dengan sisa tekanan tidak
kurang dari 10 m.
Tekanan statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m.
Pipa tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
Pipa ini dapat mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan debit
puncak.
Pipa Sekunder atau Cabang
Sedangkan kriteria desain yang dapat diperhatikan untuk pipa jenis ini adalah:

Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan kecepatan
aliran maksimum adalah 3-5 m/detik tergantung dari jenis pipa yang digunakan.
Sisa tekanan tidak kurang dari 10 m.
Diameter pipa dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani konsumen.
Bahan pipa memiliki kualitas yang sama atau lebih rendah dari pipa induk.
Pipa Pelayanan
Terakhir adalah kriteria desain untuk pipa pelayanan yang dapat dipakai adalah:

Diameter pipa tidak lebih dari 50 mm (2).

Kecepatan aliran minimum di dalam pipa adalah 0,3 m/detik sedangkan kecepatan
aliran maksimum adalah 3-5 m/detik tergantung dari jenis pipa yang digunakan.
Sisa tekanan tidak kurang dari 6 m.
Penyadapan dilakukan dengan clamp saddle, dengan diameter 1 pada posisi
vertikal dan diameter 2 untuk horizontal.

Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah:

Mengisolasi bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga


diharapkan mampu memberikan keuntungan seperti:
Kemudahan pengoperasian sesuai debit yang mengalir.
Mempermudah perbaikan bila terjadi kerusakan.
Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan untuk setiap daerah pelayanan.
Mempermudah pengembangan jaringan distribusi sehingga jika dilakukan perluasan
tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada dengan syarat masih memenuhi
kriteria hidrolis.
Kapasitas aliran air yang melalui perpipaan distribusi menggunakan debit pada saat
jam puncak untuk setiap daerah pelayanan. Dan besarnya diameter pipa yang
digunakan pada pipa induk distribusi didasarkan atas kebutuhan air untuk masingmasing daerah pelayanannya. Sedangkan besar diameter untuk pipa cabang
dihitung dari banyaknya sambungan yang melayani konsumen dengan diameter
pipa pelayanan tidak lebih dari 50 mm.

Anda mungkin juga menyukai