Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Lebih dari 90 % tumor paru-paru merupakan tumor ganas, dan sekitar
95 % tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bilamana kita
menyebut kanker paru-paru maka yang dimaksudkan adalah karsinoma
bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernafasan
bagian bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronchi.
(Price Silvia, 1995). Merupakan pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri
dari sel-sel epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan
bermetastase. Carsinoma bronkhial adalah setiap jenis carsinoma paru, disebut
demikan karena muncul dari epitelium percabangan bronkhial. (Kamus saku
kedokteran Dorlan, 1998). Karsinoma bronkogenik adalah tumor malignan
yang timbul dari epithelium bronchial.
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah
tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut
Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu
pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
B. ETIOLOGI
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknnya merupakan
suatu penyakit akibat kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling pentig
adalah asbes, yang kini banyak sekali digunakan pada industri bangunan.
Risiko kanker paru-paru diantara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum (Price Silvia, 1995).
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan

kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa


atau ras serta status imunologis.
1. Pajanan

atau

inhalasi

berkepanjangan

suatu

zat

yang bersifat

karsinogenik, seperti: rokok, asbestos, radiasi ion, radon, arsen, kromium,


nikel, dan lain-lain.
2. Polusi udara
3. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni:
-

Proto oncugen

Tumor suppressor gene

Gene encoding enzyme

C. PATOFISIOLOGI
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel
kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar
dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga
mempunyai

prognosis

buruk.

Sedangkan

pada

sel

skuamosa

dan

adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.


Pengendapan Bahan Karsinogenik
(asap rokok, asap mobil, asap pabrik, asap industri, debu radioaktif, zak kimia)

Percabangan Segmen / Subsegmen bronkus

Merangsan Sel Cabang (Reserve Cell)


Di daerah basal dari mukosa bronchus

Hiperplasia

Metaplasia
Skuamusa dengan
Inti atipik

Epitel Displasia

Tampak benjolan berupa nodul kecil

Tumor Paru

Perjalanan penyakit tergantung jenis dan tipe histopatologinya, pola


penyebabaran dan lokasinya.

Pola Pertumbuhan
Tumor

Invasif

Kearah dinding thorax, diafragma,


oesofagus, perikardium, venavena sup. Plexus bracialis, n.
reccurens, n. phrenicus

Metastase Keluar Paru

Limtogen

Hillus, mediastinum.
Parabroncial, supraclov

Hematogen

Hepar, adrenal,
otak, ginjal

D. TANDA DAN GEJALA


Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan
infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena
cava superior syndroma).
1. Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering
asimtomatik sampai tahap akhir
2. Tanda-tanda dan gejala-gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor,
derajat obstruksi dan keberadaan metastasis.
3. Gejala yang paling sering adalah batuk kering tak produktif, pada tahap
akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang
menunjukkan perubahan dalam karakter harus menimbulkan kecurigaan
terhadap adanya kanker paru.
4. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial, pengeluaran sputum
yang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari.

5. Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien.


6. Nyeri adalah gejala akhir, seringkali berhubungan dengan metastasis
tulang.
7. Nyeri dada, kekakuan, suara sesak, disfalgia, edema pada leher dan kepala
dan gejala-gejala infusi pleural atau pericardial terlihat jika tumor
menyebar pada struktur yang berdekatan dan pada nodus limfe.
8. Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru
kolateral dan kelenjar adrenal.
9. Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia akan terjadi pada tahap
akhir.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
1. Foto Thorax:
2. Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan suatu tumor yang
mengenai syaraf frenikus. Pembesaran bayangan jantung mungkin
menunjukkan efusi pericardial yang ganas. Perhatian kebanyakan tumor
perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada sampai ukurannya lebih besar
dari 1 cm.
3. Sitologi sputum:
4. Pada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu menegakkan kasus
hingga 70%. Sputum untuk sampel sitologi sebaiknya diterima oleh
laboratorium dalam 2 jam setelah ekspectorasi/ pengeluaran. Sampel
dinihari tidak diperlukan.
5. Bronchoscopy:
6. Pada biopsi digunakan untuk mengetahui tipe sel tumor.
7. Aspirasi pleura dan biopsi:
8. Aspirasi merupakan tindakan yang harus dilakukan jika pasien dengan
tumor paru mempunyai effusi pleura. Effusi tak selalu akibat dari
penyebaran tumor ke pleura, tetapi mungkin akibat dari reaksi pneumonia
pada tumor atau obstruksi limfatik.

9. Biopsi jarum percutan:


10. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis tumor perifer yang sulit
dibiopsi denag tehnik transbronchial.
11. Biopsi dugaan metastasis:
12. Kelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi dengan menggunakan jarum
halus dan bahannya diperiksa secara sitologis.
13. Mediatinoscopy:
14. Tehnik ini digunakan untuk mengambil sampel kelenjar limfa mediatinum
yang mengalami pembesaran, hal ini dilakukan jika tidak nampak tumor
pulmonal.
F. KOMPLIKASI
Hematorak
Pneumotorak
Empiema
Endokarditis
Abses paru
Atetektasis
G. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan

Stadium I

: Reseksi segmen, lobektomi

Stadium II

: Lobektomi + diseksi hillus / pnemonektomi

Stadium III

: Pneumonektomi, reseksi costa / dinding thorax

Stadium IV

: Moperable, kontraindikasi

2. Kontra indikasi pembedahan

Test faal paru jelek

Metastase jauh

3. Radioterapi
Indikasi :

Anaplastik karsinoma

Residif setelah pembedahan

Ada metastase

Kontra indikasi

Ada nekrosis tumor

Pleuritis

Infeksi

4. Terapi Lain

Kemoterapi

Immunoterapi

Kombinasi

H. PROGNOSIS
Rata rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2
5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah
metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien
dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
-

Pola makan

: nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan

terjadi kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat


badan.
-

Pola minum

: frekuensi minum meningkat (rasa haus)

Pola tidur :

susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.

Aktivitas :

keletihan, kelemahan

3. Pemeriksaan fisik
-

Sistem pernafasan

Sesak nafas, nyeri dada

Batuk produktif tak efektif

Suara nafas: mengi pada inspirasi

Serak, paralysis pita suara.

Sistem kardiovaskuler

tachycardia, disritmia

menunjukkan efusi (gesekan pericardial)

Sistem integument

Sistem gastrointestinal

Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan


menurun.

Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.

Sistem neurologis

Perasaan takut/takut hasil pembedahan

Kegelisahan

4. Data Penunjang
-

Foto dada, PA dan lateral

CT scan/MRI

Bronchoscope

Sitologi
TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektif pola pernapasan sehubungan dengan ekspansi paru
2. Gangguan nyaman nyeri sehubungan dengan penekanan akibat
pembesaran tumor.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan Anorexia
4. Ansietas sehubungan dengan perasaan putus asa dan tidak berdaya
5. Gangguan pola tidur sehubungan dengan batuk yang kronis
6. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan insufisiensi

C. RENCANA/ INTEVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1

: Tidak efektif pola pernapasan sehubungan dengan


ekspansi paru

Tujuan

: Pola pernapasan efektif

Kriteria hasil

Pasien tidak sesak

Frekuensi napas normal (16 - 20 x /mn)

Kedalam pernapasan normal

INTERVENSI dan RASIONAL


1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan expansi paru
R/ Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan
kerja napas. (apa awal atau hanya tanda EP sub-akut). Kedalaman
pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas. Expansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventius, seperti
krekels, mengi, gesekan pleural.
R/ Bunyi napas menurun / tidak ada bila jalan napas obstriksi sekunder
terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil
(atelektasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas /
kegagalan pernapasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan.
4. Obersvasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering / iritasi. Sputum
berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru)
atau antikoagulan berlebih.
5. Dorong / bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
R/ Dapat meningkatkan / banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.

6. Berikan oksigen tambahan


R/ Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
Diagnosa 2

: Gangguan nyaman nyeri sehubungan dengan penekanan


akibat pembesaran tumor

Tujuan

: Nyeri berkurang

Kriteria hasil

Pasien mengatakan nyeri berkurang

Tidak meringis

Pasien tampa ceria

INTERVENSI dan RASIONAL


1. Berikan posisi yang nyaman, situasi yang tenang
R/ Memberi efek psikologis dan membantu mengurangi nyeri
2. Lakukan massage pada daerah nyeri, ajarkan / latih relaxasi
R/ Meningkatkan pain tolerance dan mengurangi nyeri.
3. Laksanakan terapi dengan pemberian analgetik
R/ Analgetik dapat mem-blok reseptor nyeri, sehingga dapat menekan
nyeri
4. Evaluasi keluhan nyeri : intensitas, frekuensi, durasi, dan lokasi.
R/ Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi
5. Ajak pasien bercerita dan memberi kesempatan untuk bicara dengan
keluarganya.
R/ Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri.
Diagnosa 3

: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan anoreksia

Tujuan
Kriteria hasil:

: Nutrisi pasien terpenuhi

Makan habis 1 (satu) porsi diit rumah sakit

Berat badan sesuai dengan berat badan normal

INTERVENSI dan RASIONAL


1. Diskusi penyebab anoreksi
R/ Dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki
kepatuhan
2. Ajarkan pasien untuk istirahat sebelum makan
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindarkan cairan 1 jam
sebelum dan sesudah makan.
R/ Cairan yang lebih pada lambung, menurunkan nafsu makan dan
masukan
4. Pertahankan higiene mulut yang baik (sikat gigi, mencuci mulut)
sebelum dan sesudah makan.
R/ Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan
rasa tak sedap, yang menurunkan nafsu makan.
Diagnosa 4 : Ansietas sehubungan dengan perasaan putus asa dan tidak
berdaya
Tujuan

: Ansietas berkurang

Kriteria hasil :

Cemas hilang / berkurang

Pasien tidak gelisah

INTERVENSI dan RASIONAL


1. Berikan

kesempatan

pada

pasien

dan

keluarganya

untuk

mengungkapkan perasaan, lakukan kontak yang sering dan berikan


suasana yang meningkatkan ketenangan, rileks, mendengarkan penuh
perhatian.
R/ Kontak yang seriang menunjukkan penerimaan dan menumbuhkan
rasa percaya.

2. Dorong diskusi terbuka tentang tumor, pengalaman orang lain dan


potensial penyembuhannya.
R/ Perawat dapat bicara terbuka tentang hidup, memberikan dorongan
dan harapan.
3. Tunjukkan adanya harapan.
R/ Untuk menghilangkan keputusasaan, harapan dapat memainkan
peranan yang bermakna dalam kehidupan pasien.
4. Anjurkan pada pasien tetap bersabar, tenang dan berdoa / beribadah.
R/ Memberikan ketenangan dan ketentraman batin.
5. Evaluasi kecemasan pasien dengan skala HARS.
R/ Menentukan tingkat kecemasan pasien setelah diberi intervensi
sehingga mudah untuk melakukan intervensi selanjutnya.
6. Observasi Vital Sign
R/ Sehingga indikator objek untuk memberi kecemasan pasien.
Diagnosa 5 : Gangguan pola tidur sehubungan dengan batuk yang kronis
Tujuan

: Pola tidur pasien teratur

Kriteria hasil :

Pasien dapat tidur dengan tenang

Jam tidur pasien 6 7 jam / hari

Mata tidak merah

Pasien tidak lemah

INTERVENSI dan RASIONAL


1. Jelaskan siklus tidur.
R/ Umumnya orang mengalami 4 atau 5 siklus tidur lengkap tiap
malam. Bila orang terbangun selama siklus tidur akan merasa tidak
segar saat bangun pagi.
2. Diskusikan perbedaan individual dalam kebutuhan tidur.
R/ Individual yang dapat rileks dan istirahat memerlukan sedikit tidur.
Dengan pertambahan usia waktu tidur total akan menurun.

3. Tingkatkan relaksasi.
R/ Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai relaksasi.
4. Rencanakan prosedur untuk membatasi gangguan tidur (Biarkan
pasien tidur sedikitnya 2 (dua) jam tanpa gangguan).
R/ Secara umum orang harus menuntaskan seluruh siklus tidur (70
100 menit) 4 sampai 5 kali semalam.
5. Bila diinginkan tinggikan kepala tempat tidur setinggi 25 cm atau
diberi penopang dengan bantal dibawah lengan.
R/ Dapat meningkatkan rlaksasi dan tidur.
6. Lakukan tindakan untuk mengontrol batuk
R/ Membantu mencegah rangangan batuk dan gangguan tidur.
7. Ajarkan pasien tindakan untuk meningkatkan tidur :
a. Makan kudapan tinggi protein sebelum tidur
R/ Pencernaan protein menghasilkan triofan, sehingga mempunyai
efek sedatif.
b. Hindari kafein
R/ Kafein merangsang metabolisme dan menurunkan relaksasi
c. Upayakan tidur hanya jika merasa mengantuk
R/ Rasa frustasi akan meningkat bila memaksakan tidur dalam
keadaan tidak mengantuk atau tidak rileks
d. Bila terjati kesulitan

tidur, tinggalkan ruang tidur dan ikuti

aktivitas kecil
R/ Tempat tidur dikhususkan terutama hanya untuk tidur
e. Coba mempertahankan tidur yang sama 7 (tujuh) hari seminggu
R/ Pola berbaring dan bangun yang tidak teratur dapat
memperberat kesulitan tidur.

PENYIMPANGAN KDM TUMOR PARU


Bahan kimia
Polusi udara

Bahan karsinogenik

iritasi mukosa
Bronkus

Hiperplasia membran inf.kronik


Mukosa bronkus

Pbntukan massa

peradangan hipersekresi
Kronik
lendir

Metastasis ke
pbntukn
batuk &
Kelenjar regional
jar.fibrotik hemoptisis

Pleura

pnngktn timbunan
mukus

bsihan jln napas tdk


efektif

bau sputum
Di mulut

Nyeri pleura

anoreksi

obstruksi bronkus

hipoventilasi

tahanan

Bronkus

Perb.status kes.

Slh interpretasi

BB turun G3 ptkrn hiperekspansi


Gas

Ansietas

kurang
Pengetahuan

nutrisi
dispnea
krng dr Kebutuhan

Intoleransi aktifitas

Kelelahan

pengeluaran Energi

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sivia A. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 4.


Jakarta : EGC
Kamus saku kedokteran dorlan. 1998. Jakrata : EGC
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3,
alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih
dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD
Dokter Soetomo, Surabaya
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year
Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai