Anda di halaman 1dari 11

Makalah Seminar Proposal Tugas Akhir

STUDI ANALISIS UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA SISTEM DC


DENGAN FUEL CELL DAN PHOTOVOLTAIC
KAPASITAS 72 WATT
Rahadian Guntur1); Dr.Eng Suroso,ST.,MT2);Daru Tri Nugroho,ST.,MT3)
1)
Mahasiswa Pemakalah; 2)Dosen Pembimbing I; 3)Dosen Pembimbing II
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman

Abstrak
Semakin banyaknya kebutuhan akan energi listrik, maka mengakibatkan juga semakin
menipisnya sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam dan lain-lain. Cara untuk
menghemat energi listrik salah satunya dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga hibrida.
Pembangkit listrik tenaga hibrida ialah pembangkit yang menggunakan sumber energi lebih dari
satu macam. Teknik hibrida yang sekarang banyak digunakan adalah menggabungkan beberapa
jenis pembangkit listrik yang tidak dapat diperbaharui maupun dapat diperbaharui, contohnya
seperti pembangkit energi angin, surya (photovoltaic), feul cell dan diesel, pembangkit energi
angin dan surya, pembangkit energi angin dan diesel, pembangkit energi surya (photovoltaic),
dan fuel cell. Pembangkit energi surya (photovoltaic), dan fuel cell di pilih karena emisinya
kecil, selain itu juga pembangkit hibrida ini akan menggabungkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh energi surya (photovoltaic) dan fuel cell. Pada tugas akhir ini jenis fuel cell yang
digunkan adalah Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PMFC) yang memiliki efisiensi cukup
baik dan dua modul photovoltaic. Penelitian dilakukan berdasarkan pada GT-3000 fuel cell
technology panel, terdapat empat fuel cell dengan masing-masing fuel cell memiliki daya 12
watt dengan tegangan 12 volt dan dua modul photovoltaic yang masing memiliki daya 12 watt
dengan tegangan 12 volt. Unjuk kerja dari fuel cell dan photovoltaic dapat diperoleh dari
koneksi antara keempat fuel cell dan dua modul photovoltaic dengan prinsip koneksi seri
maupun paralel dimana dapat diketahui nilai tegangan,arus,daya dan efisiensi yang dihasilkan
dari pengukuran berbagai koneksi yang dilakukan. Metode penelitian tugas akhir ini dilakukan
di labolatorium energi teknik elektro Universitas Jendral Soedirman.

Kata kunci : Fuel cell, PEMFC, Photovoltaic, Hibrida, Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
yang mempunyai sumber daya alam yang
melimpah, salah satunya minyak bumi yang
diolah untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Namun dengan berkembangnya dunia
industri, bahan bakar minyak menjadi dilema,
karena kandungan minyak bumi di dunia
semakin menipis seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada
beberapa cara untuk menghemat energi listrik
salah
satunya
dengan
menggunakan
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Hibrida.
Pembangkit listrik Tenaga Hibrida ialah

pembangkit yang menggunakan sumber


energi lebih dari satu macam, diantaranya
dengan menggunakan energi matahari. Teknik
hibrida yang sekarang banyak digunakan
adalah menggabungkan beberapa jenis
pembangkit listrik yang tidak dapat
diperbaharui maupun dapat diperbaharui,
contohnya seperti pembangkit energi angin,
surya, dan diesel, pembangkit energi angin
dan surya, pembangkit energi angin dan
diesel.
Pada penelitian terdahulu banyak sekali
yang membahas tentang pembangkit listrik
hibrida, baik itu photovoltaic dengan
generator diesel, photovoltaic dengan angin

maupun menggabungkan ketiganya, tetapi


penelitian hanya sebatas dengan analisa dan
perancangan, yang umum nya menggunakan
software HOMER. Dengan software ini kita
bisa merancangan suatu pembangkit listrik
hibrida dengan menitikberatkan pada sisi
ekonomisnya. Adapun penelitian tentang
pembangkit hibrida dengan photovoltaic dan
fuel cell hanya sebatas pemodelan dan teori
sajah.
Dalam tugas akhir ini penulis akan
menganalisa unjuk kerja hibrida antara fuel
cell dengan photovoltaic. Kontribusi tugas
akhir ini akan menganalisa arus, tegangan,
daya dan efisiensi dari sistem hibrid tersebut.
Dengan judul tugas akhir
STUDI ANALISIS UNJUK KERJA
PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA
SISTEM DC DENGAN FUEL CELL
DAN PHOTOVOLTAIC KAPASITAS
72 WATT
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
karakteristik
tegangan
Pembangkit Listrik Hibrida fuel cell dan
photovoltaic kapasitas 72 watt?
2. Bagaimana karakteristik arus Pembangkit
Listrik Hibrida fuel cell dan photovoltaic
kapasitas 72 watt?
3. Bagaimana karakteristik daya pada
berbagai beban ?
4. Bagaimana nilai efisiensi Pembangkit
Listrik Hibrida fuel cell dan photovoltaic
kapasitas 72 watt ?
1.3 Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan yang
ada dalam penelitian, maka Studi Analisis
Unjuk Kerja Pembangkit Listrik Hibrida
Sistem DC Dengan Fuel Cell Dan
Photovoltaic Kapasitas 72 Watt ruang
lingkupnya berdasarkan pada buku modul
training guide yaitu:
1. Jenis fuel cell yang digunakan yaitu Proton
Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
dan dua buah photovoltaic array.
2. Kapasitas dari Pembangkit Listrik Hibrida
fuel cell dan photovoltaic sebesar 72 watt.
3. Sistem koneksi Bus Dc.
4. Parameter tegangan, arus, daya dan
efisiensi.

1.4 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah
dengan menganalisa karakteristik unjuk kerja
tegangan, arus, daya dan efisiensi unjuk kerja
dari Pembangkit Listrik Hibrida fuel cell dan
photovoltaic.
1.5 Hipotesa
Baik fuel cell maupun photovoltaic
tegangan keluaran maupun daya yang di
hasilkan itu tergantung pada hal yang
memepengaruhi kondisisi pada saat alat
bekerja seperti temperatur, tekanan, dan
kondisi elektrokimia yang berada dalam sel
bahan bakar. Begitu juga dengan photovoltaic,
temperatur, tekanan dan cahaya matahari
sangat berpengaruh terhadap kerja alat.
1.6 Manfaat
Adapun beberapa manfaat dari
penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Studi
Analisis Unjuk Kerja Pembangkit Listrik
Hibrida Sistem DC Dengan Fuel Cell Dan
Photovoltaic Kapasitas 72 Watt sebagai
berikut :
1. Memenuhi persyaratan akademis program
studi teknik elektro strata 1 di Universitas
Jenderal Soedirman.
2. Mengetahui prinsip kerja Pembangkit
Tenaga Hibrida dengan fuel cell dan
photovoltaic serta karakteristik arus,
tegangan, daya pada berbagai beban serta
efisiensi
dari
pembangkit
hibrida
photovoltaic dan fuel cell.
3. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa
lain yang hendak mengambil topik tugas
akhir yang serupa.
1.7 Metode Pengumpulan Data
1. Studi literatur
Penulis mempelajari literatur-literatur
mengenai Pembagkit Listrik Hibrida dengan
fuel cell dan photovoltaic dari jurnal, bukubuku, dan internet.
2. Pengukuran dan perhitungan
Penulis akan mengukur tegangan, arus
dan daya dengan menggunakan multimeter
dan osiloskop, serta akan menghitung
efesiensi dari sistem tersebut.
3. Analisis Data
Setelah melakukan pengkuran dan
mendapatkan data, maka akan dilakukan
analisas dari data yang di dapatkan.
4. Penulisan buku tugas akhir

Penulisan laporan dilakukan sebagai


penggambaran kesimpulan dari Tugas Akhir
ini. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban
dari permasalahan yang dianalisis. Selain itu
juga akan diberikan saran sebagai masukan
berkaitan dengan Pembangkit Listrik Hibrida
degan fuel cell dan photovoltaic.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan
penulis dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1.

BAB I Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang
berisi tentang judul penelitian, latar belakang,
perumusan masalah, pembatasan masalah,
hipotesa,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan yang digunakan.
2.

BAB II Tinjauan Pustaka


Pada bab tinjauan pustaka menjelaskan
teori-teori pendukung penulisan laporan
Tugas Akhir diantaranya: mulai dari
penelitian terdahulu yang menunjang,
pengertian Pembangkit Listrik Hibrida, fuel
cell, jenis-jenis fuel cell, sel rangkaian seri
dan parallel fuel cell 48 wastt, karakteristik
arus dan tegangan pada fuel cell, daya, dan
jenis beban. Dan juga jenis-jenis photovoltaic,
sel rangkaian seri dan pararel photovoltaic 24
watt, karakteristik arus dan tegangan pada fuel
cell, daya, dan jenis beban.
3.

BAB III Metode Penelitian


Merupakan bab yang berisi metode
penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian, meliputi waktu dan tempat
penelitian, alat dan bahan yang digunakan,
data penelitian, tahap penelitian, jadwal
penelitian, serta flowchart penelitian.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pembangkit Listrik Hibrida
Pembangkit listrik hibrida adalah suatu
sistem pembangkit listrik yang memadukan
beberapa jenis pembangkit listrik, pada
umumnya antara pembangkit listrik berbasis
BBM dengan pembangkit listrik berbasis
energi terbarukan. Merupakan solusi untuk
mengatasi krisis BBM dan ketiadaan listrik di
daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan pada
daerah perkotaan. Umumnya terdiri atas:
modul photovoltaic, turbin angin, generator

diesel, baterai, dan peralatan kontrol yang


terintegrasi.
Tujuan
PLTH
adalah
mengkombinasikan keunggulan dari setiap
pembangkit sekaligus menutupi kelemahan
masing-masing pembangkit untuk kondisikondisi tertentu, sehingga secara keseluruhan
sistem dapat beroperasi lebih ekonomis dan
efisien. Mampu menghasilkan daya listrik
secara efisien pada berbagai kondisi
pembebanan.
2.2 Photovoltaic
Efek photovoltaic pertama kali dikenali
pada tahun 1839 oleh fisikawan Perancis
Alexandre-Edmond Becquerel. Akan tetapi,
sel surya yang pertama dibuat baru pada tahun
1883 oleh Charles Fritts, yang melingkupi
semikonduktor selenium dengan sebuah
lapisan emas yang sangat tipis untuk
membentuk sambungan-sambungan. Alat
tersebut hanya memiliki efisiensi 1%. Russell
Ohl mematenkan sel surya modern pada tahun
1946 (U.S. Patent 2,402,662 , "Light sensitive
device"). Masa emas teknologi tenaga surya
tiba pada tahun 1954 ketika Bell Laboratories,
yang bereksperimen dengan semikonduktor,
secara tidak disengaja menemukan bahwa
silikon yang di doping dengan unsur lain
menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
(Dana, 2008).
2.2.1 Prinsip Kerja Photovoltaic
Secara
sederhana,
proses
pembentukan gaya gerak listrik (GGL) pada
sebuah photovoltaic adalah sebagai berikut:
1. Foton dari cahaya matahari menumbuk
panel surya kemudian diserap oleh
material semikonduktor seperti silikon.
2. Elektron (muatan negatif) terlempar
keluar dari atomnya, sehingga mengalir
melalui material semikonduktor untuk
menghasilkan listrik. Muatan positif yang
disebut hole (lubang) mengalir dengan
arah yang berlawanan dengan elektron
pada panel surya silikon.
3. Gabungan/susunan beberapa panel surya
mengubah energi surya menjadi sumber
daya listrik DC.
Ketika sebuah foton menumbuk sebuah
lempeng silikon, salah satu dari tiga proses
kemungkinan terjadi, yaitu:
1. Foton dapat melewati silikon; biasanya
terjadi pada foton dengan energi rendah.
2. Foton dapat terpantulkan dari permukaan.

3. Foton tersebut dapat diserap oleh silikon


yang kemudian:
a. Menghasilkan panas, atau
b. Menghasilkan pasangan elektronlubang, jika energi foton lebih besar
daripada nilai celah pita silikon.
2.2.2 Efisiensi Photovoltaic
Effesiensi dari sel surya adalah
perbandingan daya keluaran (Pout) dan daya
masukannya (Pin), daya keluaran (Pout)
adalah perkalian antara tegangan waktu open
circuit (Voc) dengan arus short circuit (Isc)
dan factor pengisian (FF) dari sebuah modul
surya. Sedangkan daya masukan (Pin) dapat
dicari dengan dari perkalian luas permukaan
modul surya (S) dengan intensitas radiasi
penyinaran yang diterima ( F ). Persamaan
yang digunakan untuk menentukan effesiensi
modul adalah sebagai berikut: (Frank kreith,
1982:179)
................. (2.1)
dengan
Voc = Tegangan open sircuit ( Volt )
Isc = Arus short circuit (Ampere)
FF = Faktor pengisian
S = Luas permukaan modul ( m2 )
F = Intensitas radiasi matahari yang diterima
(watt/m2 )
Factor pengisian (fill factor, FF) adala
ratio dari daya keluaran maksimum yang
diperoleh dari hasil kali parameter- parameter
yang terdapat pada modul surya yaitu
tegangan open circuit (Voc), arus short circuit
(Isc), tegangan nominal modul (Vm) dan arus
nominal modul (Im). Persamaan yang
digunakan untuk
menentukan factor pengisian (FF) adalah
sebagai berikut: (Bansai, 1990: 178)

photovoltaic terhubung jaringan (greed) dan


sistem photovoltaic berdiri sendiri.
A. Koneksi Jaringan (Greed)
Sistem photovolaic grid-connected
dirancang untuk beroperasi secara paralel
dengan jaringan listrik. Ada dua jenis desain
umum untuk sistem tenaga listrik PV: sistem
yang berinteraksi dengan jaringan listrik dan
tidak memiliki baterai cadangan, dan sistem
yang berinteraksi dan terdapat baterai
cadangan juga. Jenis terakhir dari sistem
menggabungkan energi penyimpanan dalam
bentuk baterai untuk menjaga "beban kritis"
Ketika pemadaman terjadi, unit terputus dari
jaringan, jika pemadaman terjadi di siang hari,
PV dapat membantu beban dalam memasok
beban. Komponen utama dalam kedua sistem
adalah dc-ac inverter atau disebut juga sistem
pengkondisian daya (PCS).
B. Stand-alone Photovoltaic
Sistem
stand-alone
photovoltaic
dirancang untuk tidak terhubung dengan
jaringan listrik, sistem ini berdiri sendiri.
Sistem stand-alone terutama digunakan di
tempat-tempat terpencil yang tidak terhubung
ke jaringan listrik.
Dalam banyak sistem PV yang berdiri
sendiri, baterai digunakan untuk penyimpanan
energi. Sebuah charge controller kemudian
digunakan untuk mengontrol seluruh sistem
dan mencegah baterai dari pengisian yang
berlebihan dan pengeluaran energi yang
berlebihan. Modul photovoltaic mengecas
baterai pada siang hari dan memasok listrik ke
beban.
2.2.4 Sistem Hibrida Pada Photovoltaic
Sistem Hibrida dapat diklasifikasikan
menurut konfigurasi sebagai :
A. Konfigurasi Hubung Seri

....................... (2.2)
dengan
Voc = Tegangan open circuit ( Volt )
Isc = Arus short circuit (Ampere)
Vm = Tegangan nominal ( Volt )
Im = Arus nominal (Ampere)
2.2.3 Klasifikasi Sistem Photovoltaic
Sistem Photovoltaic diklasifikasikan
menjadi dua kelas utama: komponen sitem

Gambar 2.1 Konfigurasi Seri

B. Konfigurasi Switched

Gambar 2.2 Konfigurasi Switched


C. Konfigurasi Hubung Pararel

Gambar 2.3 Konfigurasi Pararel


2.2

Fuel Cell
Sel bahan bakar (fuel cell) termasuk
dalam golongan sel galvanik, di mana energi
kimia dari suatu reaksi kimia dikonversikan
menjadi energi listrik dan berlangsung secara
kontinyu. Penemuan fuel cell sebagai sistem
konversi energi diawali pada pertengahan
abad ke-19. Penemuan fuel cell ini diprakarsai
oleh Sir William Grove, namun prinsip

kerja fuel cell lebih dahulu diprakarsai


oleh Christian Friedrich Schnbein (18291868) (Marcel, 2010), seorang professor
dari Universitas Basle, yang cukup dekat
hubungannya dengan Grove. Dengan
demikian fuel cell sudah cukup lama
dikenal orang.
Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan teknologi fuel
cell adalah semakin meningkatnya perhatian
kepada masalah dampak yang ditimbulkan
dari bahan bakar fosil terhadap lingkungan.
Ketergantungan
negara-negara
industri
terhadap minyak menyebabkan krisis minyak.
Fuel cell diharapkan menekan ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak/fosil dan akan
mengurangi bahkan menghilangkan daya
rusak emisi-emisi terhadap atmosfir. Dengan
menggunakan gas murni, fuel cell hanya
menghasilkan air.
2.2.1 Jenis-jenis Fuel Cell
Sampai saat ini fuel cell yang dikenal
dapat dikategorikan pada 6 tipe, yaitu: (Sri
Handayani, 2008)

A.
B.
C.
D.
E.

Alkaline Fuel Cell (AFC)


Phasphoric Acid Fuel Cell (PAFC)
Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)
Proton Exchange Membrane Fuel Cell
(PEMFC)
F. Direct Methanol Fuel Chell (DMFC)
Dalam tugas akhir ini jenis Fuel Cell
yang akan digunakan adalah Proton
Exschange Membran Fuel Cell (PEMFC).
2.2.1 Proton Exchange Membrane Fuel
Cell
A.
Prinsip
kerja
PMFC
Saat elektroda dihubungkan dengan
beban dari luar, maka proses yang terjadi
adalah sebagai berikut; Hidrogen (H2) yang
menyentuh permukaan anoda akan bereaksi
secara kimiawi (reduksi) , menghasilkan ion
hidrogen (H+) dan ion elektron (e-).
Sedangkan pada katoda terjadi reaksi oksidasi,
menghasilkan air. Ion hidrogen (H+) akan
bergerak dari permukaan anoda menuju
katoda melalui elektrolit dan ion elektron (e-)
bergerak ke beban lalu menuju katoda.
Proses kimia yang terjadi dalam fuel cell
dapat dirumuskan dalam persamaan kimia
sebagai berikut.
Anoda : H2 -> 2H+ + 2eKatoda: O2 + 2H+ + 2e- -> H2O
Keseluruhan : H2 + O2 -> H2O
Pemisahan molekul hidrogen menggunakan
katalis yaitu platina. Akan tetapi pemisahan
molekul oksigen yang lebih kuat lebih susah
sehingga menyebabkan adanya energi yang
hilang.
B. Komponen Utama Sistem Fuel Cell
Fuel cell terdiri dari sebuah fuel
elektroda (anoda) dan sebuah oksidan
elektroda (katoda), yang dipisahkan oleh
sebuah elektrolit penghubung ion. Gas
hidrogen yang masuk diionisasikan untuk
membentuk ion hidrogen dan elektron pada
anoda. Elektrolit hanya akan menghubungkan
ion-ion. Sedangkan elektron akan mengalir
dari anode melalui rangkaian eksternal. Atom
oksigen pada katoda bereaksi dengan elektron
dari rangkaian eksternal dan membentuk air
(H2O).
Tiap unit sistem fuel cell terdiri atas 4
komponen utama, yaitu:
1. Anoda (fuel electrode) yaitu komponen
yang menjadi tempat untuk bertemunya fuel

dengan
elektrolit,
sehingga
menjadi
katalisator dalam reaksi reduksi bahan bakar
dan kemudian mengalirkan elektron dari
reaksi tersebut menuju rangkaian eksternal
(beban)
2. Katoda (oxygen electrode) yaitu komponen
yang menjadi tempat untuk bertemunya
oksigen dengan elektrolit, sehingga menjadi
katalisator dalam reaksi oksidasi oksigen dan
kemudian
mengalirkan
elektron
dari
rangkaian eksternal kembali kea dalam fuel
cell yang akhirnya menghasilkan air dan
panas.
3. Elektrolit yaitu bahan yang berfungsi
sebagai penghantar yang mengalirkan ion
yang berasal dari bahan bakar di anoda
menuju katoda.
4. Katalis yaitu material atau bahan khusus
untuk mempercepat reaksi kimiawi atau
reduksi-oksidasi.
Untuk mampu menghasilkan tegangan
yang tinggi/yang dinginkan maka sel tersebut
dihubungkan secara seri. Kumpulan dari
banyak sel tunggal ini disebut stack. Untuk
membuat stack, selain dibutuhkan sel tunggal,
juga diperlukan sel separator.
C. Karakteristik PEMFC
Proton Exchange Membrane Fuel Cell
mengkonversi energi kimia menjadi energi
listrik melalui proses reaksi elektrokimia.
Bagian penting dari PEMFC adalah
membrane electrode assembly(MEA) yang
terdiri dari polymer elektrolit yang
berhubungan dengan anoda dan katoda dari
kedua sisi, fungsinya membran mengantarkan
ion hidrogen(proton) dan memisahkan kedua
gas untuk melalui bagian cell lainnya.

masukan yaitu fuel (hidrogen) dan oksigen


(oxidant), pada bagian anoda hidrogen di
pisah menjadi proton yang melalui PEM
menuju katoda dimana elektron yang
dihasilkan melalui rangkaian ekstrnal/beban
menuju katoda menghasilkan arus listrik. Di
katoda, elektron bergabung kembali dengan
proton dan bersama dengan molekul oksigen
membentuk air murni hasil reaksi yang
mengalir keluar fuel cell. Proses pemisahan
molekul hidrogen umumnya menggunakan
katalisis platina. Lalu untuk mengurangi rugi
akibar resistansi dari membrane maka
membrane dibuat tipis sekitar 50mikrometer.
Berikut reaksi kimianya:
Anoda : H2 2H+ + 2eKatoda :1/2 O2 + 2H+ + 2e- H2O
Reaksi keseluruhan : H2 + O2 H2O (air)
+ Panas
Reaksi ini akan terus berlangsung (kontinyu)
untuk menghasilkan energi listrik selama
suplai hidrogen ada. Karena bahan bakar yang
digunakan adalah hidrogen murni, maka
dibutuhkan alat untuk mengkonversi gas alam
atau metanol menjadi hidrogen. Alat ini
disebut
Reformer.
Metanol
dapat
menghasilkan hidrogen yang lebih baik dan
gas CO yang rendah(gas CO beracun dan
dapat mengurangi kinerja dan merusak fuel
cell).
D. Keuntungan dan Kerugian PEM
Keuntungan dan Kerugian PMFC
Keuntungan dari PEMFC adalah sebagai
berikut : yaitu (Sri Handayani, 2008) :

1.

2.
3.

4.

5.
Gambar 2.4 Struktur PEM fuel cell (Marcel,
2010)
Dari gambar terlihat ada 2 bagian

6.

Mampu mengkonversi energi kimia


langsung menjadi energi listrik
dengan efisiensi yang tinggi, bahkan
pada kapasitas yang kecil sekalipun.
Tidak melalui proses pembakaran.
Tidak terdapat komponen bergerak
dalam fuel cell, sehingga keandalan
teknisnya dapat disejajarkan dengan
baterai.
Efisiensi naik dengan penurunan suhu
operasi dan efisiensi tersebut lebih
baik pada beban rendah.
Fuel cell beroperasi tanpa bising dan
hampir tanpa limbah
Strukturnya compact, lebih ringan
dan kecil dibanding dengan perangkat
6

sistem pembangkit listrik lain, kecuali


baterai.
7. Waktu yang diperlukan untuk
konstruksi dan instalasi pembangkit
listrik lebih pendek dibanding sistem
pembangkit batu bara dan nuklir.
8. Biaya transimisi lebih rendah karena
fuel cell dapat ditempatkan di
berbagai lokasi sesuai kebutuhan.
Di sisi lain, teknologi PEMFC menunjukkan
kelemahan tercantum di bawah ini : (Fabio,
2013)
1. Katalis
PEMFC
rentan
terhadap
keracunan CO karena suhu operasi yang
rendah. Oleh karena itu, CO concentration harus dikurangi di bawah 10
ppm CO dengan re-moval jika reformate
dari hidrokarbon atau alkohol digunakan
sebagai bahan bakar untuk PEMFC.
2. Suhu panas limbah pulih lebih rendah
dibandingkan dengan sel bahan bakar
lainnya. Akibatnya pulih panas dapat
dimanfaatkan air hanya sebagai panas.
3. Pengelolaan air elektrolit membran
sangat penting bagi kinerja sel, karena
jumlah air menunjukkan konduktivitas
ionik yang mencukupi nya.
Pada hal ini, pengembangan PEMFC
untuk kendaraan listrik dan aplikasi daya
portabel masih membutuhkan lebih banyak
waktu. Teknologi PEMFC juga menjanjikan
untuk sistem kogenerasi perumahan jika
dikombinasikan dengan prosesor bahan bakar
gas alam skala kecil.
2.2.2 Sistem Pembangkit Pada Fuel Cell

Gambar 2.5 Sistem pembangkit fuel cell (U.S


Departement Of Energy,2000).

Fuel cell mampu menghasilkan energi


listrik, meksi demikian ia sebagai pembangkit
listrik tidak dapat berdiri sendiri tanpa
perangkat lain yang mendukungnya.
Secara sederhana sistem yang ada pada
pembangkit listrik berbasis fuel cell dapat
dibagi menjadi beberapa susbsistem yaitu fuel
cell power section , fuel processor, power
conditioner dan cogeneration atau bottoming
cycle, terlihat seperti gambar 2.5 dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Fuel cell power section yaitu bagian yang
memiliki 1 atau lebih tumpukan (stack)
fuel cell,yang tiap tumpukan terdiri dari
banyak fuel cells. Dan biasanya tiap fuel
cell ini dihubungkan seri untuk
memproduksi ribuan tegangan DC (arus
searah) . Pada bagian inilah terjadi
konversi dari energi
kimia menjadi
energi listrik.
2. Fuel cell processor yaitu bagian yang
mengatur masuknya bahan bakar (Fuel)
ke power section. Bagian ini,bekerja pada
suhu tinggi antara 400-9000C tergantung
jenis bahan bakar yang akan digunakan.
dapat diatur dengan sistem control yang
sederhana sampai ke bentuk yang
kompleks. Dan pada bagian inilah
diproduksi hidrogen, yang berasal
berbagai macam bahan bakar seperti gas
alam, batubara,bahan bakar metil dan
lain-lain.
Jenisnya dapat dibagi 2 berdasarkan
lokasinya yaitu internal processor dan
eksternal processor. Internal processor
yaitu proses konversi yang menyatu /
terletak didalam sistem fuel cell power
section, hal ini ditemui pada bagian fuel
cell dengan temperatur operasional yang
tinggi (CFC,SOFC), sedangkan eksternal
processor yaitu reformer yang terpisah
dengan fuel cell power section, hal ini
ditemui pada fuel cell yang beroperasi
dengan temperatur rendah (PEMFC).
3. Power conditioner yaitu bagian yang
mengubah keluaran dari power section
menjadi jenis daya dan kualitas yang
dibutuhkan oleh pengguna. Pada bagian
ini dapat dirancang dari proses
pengaturan tegangan yang sederhana
hingga bentuk yang canggih(kompleks)
yang pada umumnya yaitu konverter

DC/DC dan inverter untuk pengubah dari


bentuk DC ke bentuk AC.
4. Cogeneration atau bottoming cycle ialah
bagian yang mengelola keluaran dari
power section berupa uap panas, air
panas dan lain-lain, agar dapat di daur
ulang atau digunakan kembali ke sistem
atau dikombinasikan dengan sistem
pembangkit lain (U.S Departement Of
Energy,2000).
2.2.3
Produksi Hidrogen
Salah satu jenis bahan bakar alternatif
yang banyak dicermati saat ini adalah
hidrogen. Seperti diketahui bahwa hidrogen
dapat berfungsi sebagai energi untuk semua
kegunaan sebagaimana layaknya minyak bumi
dan gas alam. Hidrogen dapat dihasilkan
melalui beberapa proses seperti : elektrolisa,
fotoelektrokimia,
steam
reforming,
fotobiologi, dan lain-lain.
2.2.4
Teknologi Elektrolisa
Salah satu produksi hidrogen yang saat
ini dikenal adalah dari listrik melalui
elektrolisa.
Produksi hidrogen langsung
dengan elektrolisa air, terutama dihubungkan
dengan pembangkit listrik tenaga air,
sedangkan produksi hidrogen secara tidak
langsung melalui listrik pembawa energi.
Dekomposisi air dengan elektrolisa terdiri dari
dua reaksi yang terjadi pada dua elektroda.
Kedua elektroda ini dipisahkan oleh elektrolit
yang konduktif ion. Hidrogen diproduksi
pada elektroda negatif (katoda) dan oksigen
pada elektroda positif (anoda). Pertukaran
muatan terjadi melalui aliran ion. Untuk
menjaga gas yang diproduksi terpisah, dua
area reaksi dipisahkan oleh separator
konduktif ion, sedangkan energi untuk
pemisahan air didapatkan dari listrik. Untuk
proses elektrolisa air konvensional, area anoda
dan katoda dipisahkan oleh mikro-poros
diafragma untuk mencegah tercampurnya
produk gas. Dengan tekanan keluaran 0,2
0,5 Mpa, proses ini dapat mencapai efisiensi
sekitar 65%. Pada proses elektrolisa air
tekanan tinggi digunakan material khusus, dan
hidrogen yang dihasilkan menggunakan
tekanan di atas 5 Mpa. Sedangkan pada
proses elektrolisa air suhu tinggi, dibutuhkan
sebagian energi untuk memisahkan air
bersuhu tinggi dan mengurangi konsumsi
listrik.(Hasan,2007).

2.2.5 Efisiensi Fuel Cell


Persamaan di bawah adalah efisiensi
dari fuel cell (FC Handbook 5th ed. 2000).
=(Useful Enrgy)/H................... (2.3)
Akibat terjadinya reaksi elektrokimia terjadi
perubahan pada energi bebas Gibbs, G, dan
ini merupakan energi listrik yang dapat
digunakan, efisiensi ideal adalah,
= G/H....................... (2.4)
Umumnya energi bebas yang digunakan
adalah berdasarkan reaksi:
dimana energi bebasnya adalah,
...........(2.5)

dimana
harga energi bebas gibs air untuk 1
atm ( J/Kg mol).
harga energi bebas gibs hidrogen
untuk 1 atm ( J/Kg mol).
harga energi bebas gibs oksigen
untuk 1 atm ( J/Kg mol).
Pada kondisi standard 25 C (298K) dan
tekanan 1 atm, energi kimia (H= H) pada
reaksi hidrogen /oksigen adalah 285,8
kJ/mole, dan energi bebas yang tersedia yang
dapat digunakan adalah 237,1 kJ/mole.
Sehingga efisiensi ideal fuel cell (termal)
dengan hidrogen dan oksigen murni adalah:
Menurut referensi, tegangan ideal fuel cell
pada kondisi ideal adalah 1,229 volt. Efisiensi
termal fuel cell selanjutnya dapat ditulis dalam
terminologi tegangan sel sebagai, efisiensi
termal sebenarnya dari suatu fuel cell yang
beroperasi pada suatu tegangan tertentu V
berdasarkan nilai pemanasan tertinggi dari
hidrogen diberikan dengan persamaan;
....... (2.6)
Efisiensi aktual dari fuel cell dapat
diekspresikan dengan rasio tegangan operasi
sel (Vact) terhadap tegangan sel ideal (Videal)

.......................................(2.7)
Tegangan operasi (aktual) lebih kecil
dibandingkan idealnya akibat rugi-rugi
polarisasi sel dan rugi iR. Sehingga tegangan
fuel-cell aktual adalah E (V=E-Losses).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian tugas akhir dilakukan
di Laboratorium Energi Teknik Elektro
Universitas Jenderal Soedirman pada bulan
Maret-Juni 2014.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem Hybrid GT-3000 Fuel Cell and
Photovoltaic Technology Panel
2. Multimeter Digital
3. Osiloskop
4. Sebuah unit laptop Toshiba Asus A46C
dengan spesifikasi:
a. Intel Brige Dual-Core ULV 1.5 GHz
CPU @2.50 GHz, RAM 2 GB dan
500 GB HDD

b. Sistem
Operasi
Microsoft
Windows 8 Pro 64 Bit (6.2, Build
9200)
3.3 Tahapan Penelitian
Metode peneilitian yang
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

digunakan

a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pengukuran
c. Tahap Analisis
d. Tahap Akhir
3.3.1 Tahap Persiapan
Merupakan tahapan sebelum melakukan
penelitian, meliputi pembuatan pra-proposal,
perumusan masalah, hingga mengidentifikasi
masalah. Mempelajari permasalahan melalui
studi literatur (studi pustaka, buku, jurnal,
artikel, dan sebagainya) untuk mendapatkan
suatu hipotesa. Menentukan objek serta lokasi
penelitian.
Pada tahap persiapan, penulis melakukan
pengumpulan literatur-literatur berupa jurnal,
buku maupun artikel yang terkait dengan
pembangkit listrik dengan fuel cell.

3.3.2 Tahap Pengukuran


Pada tahap pengukuran, peneliti
mengukur nilai arus, tegangan dan daya
keluaran dari pembangkit hibrida 72 watt.
Dimana parameter arus, tegangan dan daya di
dapat dari koneksi seri fuel cell 1, 2 seri dan
fuel cell 3, 4 seri dan photovoltaic seri.
Kemudian koneksi paralel fuel cell 1, 2 seri
dan fuel cell 3, 4 seri dan photovoltaic seri.
Kemudian juga di dapat dari koneksi seri fuel
cell 1,2 paralel dan fuel cell 3, 4 paralel dan
photovoltaic seri serta koneksi paralel fuel
cell 1, 2 paralel dan fuel cell 3 ,4 paralel dan
photovoltaic seri. Kemudian tegangan dan
daya di dapat dari koneksi seri fuel cell 1, 2
seri dan fuel cell 3, 4 seri dan photovoltaic
pararel. Kemudian koneksi paralel fuel cell
1, 2 seri dan fuel cell 3, 4 seri dan
photovoltaic pararel. Kemudian juga di dapat
dari koneksi seri fuel cell 1,2 paralel dan fuel
cell 3, 4 paralel dan photovoltaic pararel serta
koneksi paralel fuel cell 1, 2 paralel dan fuel
cell 3 ,4 paralel dan photovoltaic pararel.
Sehingga dari nilai yang di dapat dapat
diketahui karakteristik dari masing-masing
parameter sesuai dengan koneksi yang
berbeda antara keempat fuel cell dan dua
photovoltaic tersebut. Selain itu juga dapat
diperoleh nilai efisiensi dari fuel cell dan
photovoltaic.
3.3.3 Tahap Analisa
Setelah melakukan tahap pengukuran,
maka dilanjutkan dengan tahap analisis. Pada
tahap ini di lakukan analisa dari hasil
pengukuran yang di peroleh. Hasil
pengukuran yang diperoleh dapat diketahui
karakteristik-karakteristik dari parameter
tersebut. Selanjutnya dapat di cari nilai
efisiensi yang diharapkan sesuai dengan teori.
Untuk efisiensi photovoltaic perhitungannya
dilakukan dengan persamaan 2.1 dan 2.2.
Sedangkan efisinsi dari fuel cell dengan
persamaan 2.3, 2.4, 2.5, 2.6 dan 2.7.
3.3.4 Tahap Akhir
Merupakan tahap paling akhir dari
penelitian yaitu penulisan laporan tentang
Studi Analisis Unjuk Kerja Pembangkit
Listrik Hibrida Dengan Fuel Cell dan
Photovoltaic Kapasitas 72 watt.
3.3.5 Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
April 2014 hingga Juli 2014 seperti tampak

pada tabel berikut:


3.3.7 Block Diagram

3.3.6 Alur Penelitian

Gambar 2.6 Block Diagram

Daftar Pustaka
Chaar L. 2007. Solar Power Conversion.
Power Electronic Handbook. 26: 66171
Dewi EL, Ismujanto T, Chandrasa GT. 2008.
Pengembangan dan Aplikasi Fuel
Cell. ISBN 978-979-3980-15-7: A524
Giorgi L, Leccese F.2013. Fuel Cells:
Tecnologies and Applications. The
Open Fuel Cells Journal. 6: 1-20
Jay, Warmke A. 2011. Fuel Cell Technician
Training
Guide.
Educational
Technologies Group.
Kumar S, Garg V. 2013. Hybrid System of
PV Solar/ Wind and Fuel Cell.
International Journal of Advanced
Research in Electrical, Electronics
and Instrumentation Engineering.
2(8): 3666-79
gambar 2.6 Alur Penelitian

Leonardo
M.
2010.
Pengembangan
Tahap Pengukur
Konfigurasi Pengendalian
Tegangan
Keluaran Dari Proton Exchange
Membrane Fuel Cell Menggunakan
Logika Fuzzy. Skripsi. Program Studi
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. 64 Hal

10

Mamuri A, Suryoatmojo H, Ashari M. 2012.


Integrasi Sistem Hybrid Fuel CellBaterai
Kejaringan
Distribusi
Menggunakan Logika Fuzzy. Jurnal
Teknik Pomits. 1(1): 1-6
Mohammadi M. 2013. Review of Stimulation
And Optimization of Autonomous
and
Grid-Connected
Hybrid
Renewable Energy Systems as Microgrids. ISESCO JOURNAL of Science
and Technology. 9(16): 60-7
Nayar CV, Islam SM, Dehbonet H, Tan K.
2007.
Power
Electronics
for
Renewable Energy Sources. Power
Electronic Handbook. 27: 673-714
Negara TA. 2010. Aplikasi Hidrogen (Fuel
Cell) Dalam Sistem Transportasi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Pp 1-14
Raharjo

AA. 2014. Studi Perencanaan


Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida
Angin Dan Surya Kapasitas 100
Kilowatt Di Pantai Teluk Penyu
Cilacap. Skripsi. Jurusan Teknik,
Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman.

U.S Departement Of Energy,Fuel Cell


Handbook (EG&G Services
Parsons,Inc.,2000).
Xu H, Kong L, Wen X. 2004. Fuel Cell Power
System and High Power DC-DC
Converter. IEEE Transactions On
Power Ellectronics. 19(5): 1250-6

11

Anda mungkin juga menyukai