OLEH:
BAGUS DICKY (125514019)
ALFIAN DWI ERNANTO (125514030)
ROHMA EKA INDRI AHADIAH (125514202)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita
sebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat berarti banyak
hal. Kadang-kadang anak belajar secara berbeda, atau mendengarkan dengan alat
bantu, atau membaca dengan huruf Braille. Seorang anak mungkin mempunyai
kesulitan dalam untuk berkomunikasi atau memberikan perhatian. Seorang anak
dapat lahir dengan kebutuhan khusus, atau memperolehnya karena kecelakaan atau
kondisi kesehatannya. Kadang-kadang seorang anak akan mengembangkan
perilaku tertentu dan kemudian menjadi terhambat perkembangannnya. Tetapi
apapun masalah yang dialami seorang anak dalam proses belajarnya, emosi,
tingkah laku, atau tubuh fisiknya, ia tetap seorang manusia. Ia tidak ditentukan oleh
ketidakmampannya; alih-alih ketidakmampuannya adalah sebagian dari jati dirinya.
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Definisi kesulitan belajar
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Karateristik anak berkesulitan belajar
4. Sebab-sebab kesulitan belajar
5. Identifikasi anak berkesultan belajar
6. Masalah dan dampak dari anak berkesulitan belajar
3. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui karateristik anak berkesulitan belajar
4. Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar
5. Untuk dapat mengidentifikasi anak berkesulitan belajar
6. Untuk mengetahui masalah dan dampak yang timbul pada anak berkesulitan
belajar
PEMBAHASAN
A.
penggunaan alat tulis seperti pensil dan ballpoint. Kemiskinan pengalaman lain
seperti kurangnya rangsangan auditif menyebabkan anak kurang memiliki
perbendaharaan bahasa (berkata-kata) yang diperlukan untuk berpikir logis dan
bernalar. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan kondisi sosial
ekonomi orang tua sehingga seringkali berkaitan erat dengan masalah kekurangan
gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu optimalisasi perkembangan dan
keberfungsian otak.
Dengan menilik faktor-faktor diatas, faktor pada tataran I dan II lebih banyak menyangkut
aspek medis, biologis, atau sosiologis sehingga bidang medis akan lebih banyak terlibat
dalam menangani masalah ini. Pada tataran III akan lebih banyak melibatkan ahli diagnostik
dan ahli psikologi; sedangkan pada tataran IV akan lebih banyak melibatkan guru dan ahli
pendidikan. Untuk kepentingan layanan pendidikan dan psikologis di dalam diagnosis dan
5
remedial, keragaman gaya belajar seperti tampak pada tataran IV harus menjadi fokus
utama penyembuhan.
Gaya belajar seperti tampak pada tataran IV merupakan hal baru tetapi merupakan
dimensi yang amat penting dalam memahami faktor kesulitan belajar. Sebagai contoh
seorang anak yang mempunyai ga
ya belajar auditif tentu tidak akan efektif mencerna informasi yang disajikan melalui
rangsangan visual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekeliruan dalam gaya
penyajian dapat menimbulkan kelambanan atau kegagalan yang dialaminya dalam belajar
seyogyanya melakukan analisis tugas dan perilaku anak sebagai dasar pengembangan
program pengajaran yang sepadan dengan gaya belajar dan gaya kognitif anak.
gunting.Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan
mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan belajar.
Hiperaktivitas.
Hipoaktivitas.
Ketidakcakapan membaca.
Ketidakcakapan berhitung.
Ketidakcakapan mengeja.
e. Karakteristik emosional
f.
Impulsif.
Eksplosif.
2. Aphasia
Aphasia merujuk kepada suatu kondisi dimana anak gagal menguasai ucapan-ucapan
bahasa yang bermakna pada usia sekitar 30 tahunan. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat
dijelaskan karena faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ bicara, atau
faktor lingkungan.
Aphasia tampak dalam berbagai bentuk dengan simptom yang cukup
kompleks.Secara garis besar simptom aphasia dapat digolongkan ke dalam tiga karakteristik
utama berikut ini.
a. Receptive aphasia
Kemiskinan kosakata.
b. Expressive aphasia
c. Inner aphasia
Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.
Lamban merespon.
3. Dyslexia
Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain gangguan belajar.
Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada
dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami
kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Simptom umum yang sering
ditampilkan anak disleksa ialah:
Kelemahan memori.
Kesulitan auditif.
10
Ekspresi lisan
Mendengarkan pemahaman
Ekspresi tulisan
Membaca pemahaman
Berpikir matematis
Keterbelakangan mental
Gangguan emosional
11
Kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa
pendidikan dan layanan khusus,
F.
12
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Delphie,Bandi (2007). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Setting Pendidikan Inklusi. Sleman:Penerbit KTSP
Somantri.Sutjihati (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung :Penerbit
Refika Aditama
14