Anda di halaman 1dari 22

1.

RANGKAIAN ELEKTRONIK

1. 1 Rangkaian Setara
Rangkaian setara (pengganti) adalah rangkaian sederhana yang berperilaku sama
seperti rangkaian yang diselidiki. Fungsi dari rangkaian setara adalah untuk membaha
suatu alat eletronik berdasarkan pengukuran pada keluaran tanpa mengetahui rangkaian
dalamnya. Ada dua jenis rangkaian setara, yakni rangkaian setara Thevenin dan
rangkaian setara Northon. Rangkaian setara Thevenin menggunakan sumber tegangan
tetap (suatu seumber tegangan yang tidak berubah) berapapun besarnya arus yang
diambilnya. Sedangkan rangkaian setara Northon menggunakan sumber arus tetap
berapapun besarnya hambatan yang dipasang pada keluaran.

1.1.1 Rangkaian Setara Thevenin

R1=1K

=12

R1=1K

IL

=12V

V
R2=1K

Vo, b

R2=1K

Vo

a.

b.

Gambar 1.1 Rangkaian pembagi tegangan (a) tanpa beban (b) dengan beban RL,
sehingga ditarik arus IL
Pada gambar 1.1a memiliki keluaran terbuka (gerbang a b) yang tidak diambil
arusnya, sehingga tegangan keluarannya disebut tegangan keluaran terbuka (Vo, b),
dimana :
Vo,b = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
Vo,b = [ 1K / ( 1K + 1K ) ] x 12 V
Vo,b = 6 V

1-1

RL=1K

Sehingga tegangan keluaran terbuka, Vo,b pada pembagi tegangan gambar 1.1a adalah 6
V.
Pada gambar 1.1b ujung a dan b diberi hambatan beban RL sebesar 1 K. Maka
dapat dicari tegangan keluaran Vo adalah :

I = / [ R1 + ( R2 // RL )
I = 12 / [ 1K + ( 1K // 1K )]
= 12 V / 1,5 K
= 8 mA
Sehingga :
Vo = Vab = I x ( R2 // RL )
Vo = ( 8 mA ) x ( 1K // 1K )
=4V

Kesimpulan : Dengan adanya beban RL maka rangkaian pembagi tegangan mengalami


penurunan atau jatuh tegangan. Tanpa beban, tegangan keluaran Vo = Vo,b
= 6 V, sedang dengan beban RL = 1K maka tegangan keluaran menjadi Vo
= Vab = 4 V. Artinya terjadi jatuh tegangan sebesar V = Vo,b - Vab = 6 4
= 2 V.

Misalkan R1 = R2 = 1K, maka pada gambar 1.1a tegangan keluaran terbuka :


Vo,b = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
= [1 K / (1K + 1K )] x 12
=6V

Namun, jika RL = 10 K, pada gambar 1.1b maka tegangan keluaran :


I = / [ R1 + ( R2 // RL )

Vo = Vab = I x ( R2 // RL )

= 12 V / [ 1K + ( 1K // 10K )]

= ( 6,3 mA ) x ( 1K // 10K )

= 12 V / 1,90 K = ( 6,3 mA ) x ( 0,90 K )

= 5,7 V

= 6,3 mA
1-2

Kesimpulan : Tampak bahwa jika R1 = R2 = 1 K, maka Vo,b = 6 V dan jika R1 = R2 = 1K


<<< RL = 10 K, maka Vo = 5,7 V. Artinya jatuh tegangan sebesar V = Vo,b
- Vo = 6 5,7 = 0,3 V. Hal ini juga berarti bahwa jatuh tegangan akan lebih
kecil jika R1 = R2 <<< RL dari pada saat R1 = R2 = RL.

Dalil Thevenin :
Setiap rangkaian dengan dua ujung (gerbang tunggal) dapat digantikan dengan
suatu sumber tegangan tetap atau ggl dan suatu hambatan seri dengan ggl itu. Hambatan
setara atau hambatan penggantinya disebut hambatan keluatan atau hambatan Thevenin,
RTh = Ro.
Pada gambar 1.1a rangkaian pembagi tegangan dapat diganti dengan rangkaian
setara Thevenin berikut :
RTh =

Th =

Vo,b

IL

Ro =

Th =

Vo

RL

a.

b.

Gambar 1.2 Rangkaian setara Thevenin (a) tanpa beban R L dan (b) dengan beban RL.

Dari gambar 1.2a dapat ditentukan besarnya hambatan keluaran atau hambatan
Thevenin RTh dan tegangan keluaran terbuka atau tegangan Thevenin Th sebagai berikut :

Th = Vo,b + VRTh
Vo,b = Th - VRTh
= Th I RTh

; karena arus I = 0 maka :

Th = Vo,b
Sehingga :

Th = Vo,b = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
Vo,b = [ 1K / ( 1K + 1K ) ] x 12 V
Vo,b = 6 V
RTh = R1 // R2
1-3

= 1K // 1K
= 0,5 K

Dari gambar 1.2b rangkaian setara Thevenin dengan beban RL juga dapat
ditentukan besarnya tegangan keluaran Thevenin Th = Vo serta hambatan Thevenin RTh =
Ro sebagai berikut :

Th = VRo+ Vo
Vo =

IL = Th / [ Ro + RL]

Th VRo

Vo = Th IL Ro
maka :
IL = 6 / [ 0,5K + 1K ]
= 4 mA

Vo = Th IL Ro
Vo = 6 V (4 mA x 0,5 K)
Vo = 4 V

Kesimpulan : Rangkaian setara Thevenin dapat digunakan untuk menggantikan rangkaian


pembagi tegangan, terbukti bahwa hasil yang diperoleh sama antara
rangkaian pembagi tegangan dengan rangkaian setara Thevenin.

1-4

TUGAS 1

1). Kita ingin menurunkan tegangan aki mobil 12 V menjadi 9 V dengan rangkaian
berikut :

R1

R1=1K

=12V
R2=3K

IL

=12V

R2

Vo, b

RL

Vo

a. Tentukan rangkaian pengganti Thevenin


b. Tentukan besar jatuh tegangan bila I = 2 mA
c. Tentukan besar arus yang diambil jika hambatan 750 dipasang pada
keluaran
Jawab :
a. Rangkaian setara Thevenin
RTh = 750

Ro=3/4K

Vo,b

Th = 9 V

Th =9V

IL

Vo

RL

Dimana :
Vo,b = Th = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x

Th = VRo+ Vo

= [ 3K / (1K + 3K)] x 12 V

Th = I Ro + Vo

=9V

9V = ( 2mA x 750 ) + Vo

RTh = R1 // R2 = 1K // 3K = K
= 750

Vo = 9 V 1,5 V
= 7,5 V

b. Jatuh tegangan jika I = 2 mA


1-5

V =

Th - Vo

V = IL RTh

atau

= 9 V 7,5 V

= 2 mA x 750

= 1,5 V

= 1,5 V

c. Besar arus I yang diambil jika hambatan RL = 750 dipasang pada keluaran.
IL = Th / [ Ro + RL]
= 9 V / [750 + 750 ]
= 6 mA

2). Buatlah rangkaian setara Thevenin untuk rangkaian pada gambar berikut. Hitung
tegangan keluaran bila diambil arus 3 mA. Berapa nilai hambatan beban RL yang
harus dipasang ?
a

=12V

Ket :

R1=1K

R3=1K

R2=2K

= Io
= I1
= I2

Vo, b

R4=1K

f
b

Menentukan Th :
Io = / [R1 + (R2 // (R3 + R4))]
= 12V / [1K + (2K // (1K + 1K))]
= 6 mA
Arus Io akan terbagi menjadi I1 yang melewati R2 dan I2 yang melalui (R3 + R4),
karena harga R2 = R3 + R4 = 2 K, maka I1 = I2 = Io/2 = 3 mA. Sehingga :

Th = Vo,b = I2 R4 = 3 mA x 1 K = 3 V
Menentukan RTh :
Untuk menentukan RTh maka hubungkan singkat , sehingga rangkaian menjadi :
R3=1K
R1=1K

R2=2K

R4=1K

Vo

RTh = R4 // [R3 + (R2//R1)] = 1K // [1K+(2K//1K)] = 625

1-6

Rangkaian setara Thevenin jika ditarik arus beban 3 mA :

Ro=625

Th =3V

IL=3mA

RL

Vo

Vo = Th - IL Ro = 3V (3mA x 625 ) = 1,125 V


RL = Vo / IL = 1,125 / 3 mA = 375

1.1.2 Rangkaian Setara Norton


Rangkaian setara Norton merupakan rangkaian atau piranti yang terdiri dari suatu
sumber arus tetap IN paralel dengan suatu hambatan Ro . Piranti ini menghasilkan arus
keluaran yang tak bergantung pada hambatan beban yang dipasang.
IL

Ro=10 M

Th

Vo
12V

RL

Gb. 1.3 Sumber arus tetap (Ro = )


Jika Ro >>> RL, maka IL = Th / [Ro + RL] Th / Ro. Jadi berapa pun RL, arus IL
yang diperoleh dianggap tetap. Akan tetapi Vo jelas akan berubah karena Vo = IL RL .
Ro
IN

Ro
atau
Go = 1/Ro

a.

Th
b.

Gb. 1.4 a) Rangkaian setara Norton dan b) Rangkaian setara Thevenin

1-7

Bila pada gambar 1.4 a dan b kedua ujung dihubungkan singkat, arus IN akan
mengalir melalui keluaran baik pada Norton (IN) atau pun Thevenin. Maka :
Io , s =

Th / Ro = IN

Io,s ( I output, singkat ) adalah arus keluaran jika dihubungkan singkat.

CONTOH :
Menentukan rangkaian setara Norton dari tugas 1 no 2.
Io

=12V

R1=1K

=12V

R3=1K

R2=2K

R4=1K

Vo

a. Rangkaian seperti tugas 1 no 2


singkat untuk menentukan IN

R1=1K
R2=2K

R3=1K

I1

IN

R4=1K

b. Keluaran diberi hubungan

Io = / [ R1 + (R2 // R3) ]
= 12 / [ 1K + (2K + 1K) ]
= 12 V / 1,67 K

IN = 4,8

mA

= 7,2 mA

Ro = 625

Karena R4 terhubung singkat, maka :


R2 I1 = R3 IN

c. Rangkaian setara

Norton

IN = [R2 / (R2 + R3)] Io


= [2K / (2K + 1K)] x 7,2 mA
= 4,8 mA
Ro untuk Norton sama dengan Thevenin, Ro = RTh = 625

Th = IN Ro
= 4,8 mA x 625
=3V

(terbukti sama dengan metode Thevenin)

1-8

TUGAS 2

1). Menentukan rangkaian setara Norton dari soal pada TUGAS 1 no 1.

R1=1K

=12V

Io
R1=1K
R2=3K

=12V

Vo, b

R2=3K

a. Rangkaian pembagi tegangan

IN

Vo

b. Keluaran dihubungkan singkat

Karena keluaran dihubungkan singkat maka R2 tidak berfungsi. Sehingga arus Io


sama dnegan arus Norton IN.
Io = IN = / R1

Th = IN Ro

= 12 V / 1K

= 12 mA x 750

= 12 mA

= 9 V (Terbukti sama dengan

Thevenin)
Ro = RTh= 750
Dan rangkaian Norton nya menjadi :

IN

Ro =750

1-9

1.2 Arus Transien.


1.2.1 Arus Transien pada Rangkaian RC.
Arus transien merupakan arus yang muncul seketika saat saklar tertutup,
kemudian arus ini berangsur mengecil dan hilang. Sebagai contohnya arus transien ini
terjadi pada peristiwa pengisian kapasitor.
R

S
I

Vc

Gb. 1.5 Pengisian Kapasitor

Pada gambar di atas, saat saklar S ditutup, arus transien ini mengalir seketika dari
sumber tegangan, mengisi kapasitor. Pada suatu saat t kapasitor yang tadi kosong akan
terisi muatan-muatan listrik sebesar :
q (t) = to i dt

(3.1)

Beda potensial pada kapasitor sebesar :


VC = q (t) / C = 1/C x to i dt

(3.2)

Beda potensial antar ujung resistor sebesar :


VR =
=

- VC
[1/C x

o i dt]

=iR

(3.3)

VC lama-lama akan berktambah dan VR akan terus berkurang, sehingga arus I(t) pun terus
berkurang.

Differensialkan pers. (3.3) terhadap waktu :


d / dt d [ 1/C x to i dt ] / dt = d (i R)
0 d [1/C x i t ] = d (IR)
- 1/C ( t di/dt + i dt/dt) = i dR/dt + R di/dt
- 1/C ( i ) = R di/dt
- 1/RC = di/i

(3.4)

Lalu integralkan pers. (3.4) :


1-10

(- 1/RC) dt = di/i dt
- t/RC + X = ln i
ln i = ln e- t/RC + X
ln i = ln e- t/RC ln X
i = e- t/RC X , ( X merupakan konstanta sehingga dapat diganti dengan A )

i = A e- t/RC

(3.5)

Pada saat t = 0, kapasitor belum terisi, sehingga VC = 0 ( belum ada arus muatan mengalir
ke kapasitor) dan i (t=0) =

/ R (dari persamaan 3.3 atau 3.5), maka :

I (t) = ( / R) e- t/RC
(3.6)
Maksudnya adalah arus i (t) turun secara eksponensial sebagaimana kurva berikut :
i
Io =

/R

i (t) = ( / R) e- t/RC

Io / e
t = = RC

Gb. 1.6 Perubahan arus i(t) pada pengisian kapasitor


Pada saat t = = RC (disebut juga sebagai tetapan waktu), maka :
i (t=RC) = ( 1 / e ) ( / R)
dan tegangan kapasitornya sebesar :
VC = 1/C x to i dt = 1/C to ( / R) e- t/RC dt
= (1/C) ( / R) (RC) to e- t/RC dt/RC
= to e- t/RC dt/RC
=

[- e- t/RC]to

[(- e- t/RC) (-1)]

VC =

( 1 - e- t/RC )
1-11

Jika digambarkan dalam grafik adalah sebagai berikut :


VC

(1- 1/e)
VC (t) =
0

( 1 - e- t/RC )

= RC

(1- 1/e)
0

t1

a.

t2

t3
b.

Gb. 1.7 (a) Perubahan tegangan kapasitor terhadap waktu dan (b)
semakin besar = RC semakin lama mencapai Vc =
Kenapa jika RC semakin besar, pengisian kapasitor semakin lama ? Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : jika R besar artinya arus yang terhambat cukup besar
sehingga yang mengalir mengisi kapasitor sangatlah kecil, dan bila C besar, artinya
kapasitas (volume ruang) yang terisi juga besar sehingga membutuhkan waktu lama
untuk mengisi dengan penuh.

1.2.2 Rangkaian Pengintegral RC


Perhatikan rangkaian berikut :

(a)

Gb. 1.8 (a) Rangkaian pengintegral RC, (b) Isyarat masukan Vs (t) dan
isyarat keluaran Vo (t)
1-12

Untuk = RC, kapasitor terisi penuh dalam waktu T/2. Jika = RC >> T,
tegangan Vs sudah menjadi negative sebelum kapasitor penuh. Kemudian belum terisi
penuh, Vs sudah berubah tanda lagi, akibatnya gelombang menjadi segitiga.
Jika = RC >> T atau bila f >> 1/RC, artinya isyarat keluaran merupakan integral
isyarat masukannya. Tampak pada gambar 1.8b, untuk = RC >> T pada waktu Vs =
+Vp, kemiringan Vo (t) positif, namun saat Vs = - Vp, kemiringan Vo (t) negatif.

1.2.3 Rangkaian pendiferensial RC

Vs

Vs (t)

+Vp
VS

Vo

0
-Vp

(a)

Vs

+Vp
0

t
=RC>>T

-Vp
Vo 2Vp

Vo (t)

Vp
t

- Vp
-2Vp

(b)

Gb. 1.9 (a) Rangkaian pendiferensial RC (b) bentuk isyarat masukan


Vs(t), isyarat keluaran Vo(t).
Jika = RC << T maka isyarat keluaran merupakan diferensial dari isyarat
masukannya. Tampak pula jika = RC >> T maka isyarat keluaran mirip isyarat masukan
namun puncaknya miring.
Jika RC << T atau f << RC, isyarat berbentuk denyut dengan tegangan puncak 2
Vp. Hal ini karena mula-mula kapasitor yang ksosong, segera setelah tegangan masukan
Vs mencapai Vp, arus i (t) = Vp / R akan mengalir, sehingga tegangan Vo = Vp. Sebelum
1-13

T/2 arus segera jatuh dan menjadi nol. Ini artinya kapasitor terisi penuh dengan tegangan
Vp (lihat gambar 1.10).
C
i=0

Vs

Vo

Gb. 1.10 keadaan setelah kapasitor penuh

Tiba-tiba Vs berubah tanda negatif sehingga Vo berharga -2 Vp. Selanjutnya


kapaitas terisi negatif dan saat berubah tanda positif lagi, Vo = + 2Vp.
Rangkaian pendiferensial biasanya untuk merubah sinyal persegi menjadi isyarat
denyut yang sempit.

1.3 Arus Bolak-Balik


1.3.1 Tegangan bolak-balik sinusoida.
Tegangan bolak-balik adalah tegangan listrik yang berubah tanda secara berulang.
Tegangan bolak-balik juga disebut tegangan ac (alternating current). Listrik PLN
menggunakan tegangan bolak-balik berbentuk gelombang sinusoida, yang merupakan
bentuk gelombang yang paling dasar, karena menurut dalil Fourier hampir semua bentul
gelombang dapat diuraikan dalam bentuk Fourier menggunakan gelombang sinusoida.
Perioda T menyatakan beda waktu antara dua titik dengan bentuk gelombang dengan fasa
yang sama. Bentuk umum fungsi tegangan sinusoida adalah:
v(t) = Vp cos( t + o).
Dengan = 2f = 2/T.
Jika suatu arus i(t) mengalir melalui hambatan R terjadilah lesapan daya atau daya
lesapan atau juga daya disipasi, sebesar:
P(t) = i2(t) R.
Daya rata-rata dalam suatu periode:
T
T
1T 2

1
1
2
P P(t ) dt R i (t ) dt R i (t ) dt
T 0
T 0
T 0

Selanjutkan dapat didefinisikan arus akar rata-rata kuadrat (root means square, rms)
sebagai:
1-14

I rms

1 2
i (t ) dt
T 0

Dengan penalaran serupa dapat pula didefinisika tegangan rms sebagai:


T

Vrms

1 2
v (t ) dt
T 0

Untu tegangan sinusoida dengan v(t) = Vp cos( t + o) akan diperoleh:


Vrms = Vp/(2) = 0,707 Vp.

1.3.2 Rangkaian RC seri


Tegangan bolak-balik adalah tegangan listrik yang berubah tanda secara berulang. Isyarat
yang diproses dalam elektronika banyak yang berupa tegangan bolak-balik, dengan
berbagai bentuk gelombang. Tetapi bentuk gelombang yang paling dasar adalah bentuk
sinusoida. Ada beberapa cara membahas arus bolak-balik, diantaranya dengan
mempergunakan fungsi eksponensial kompleks. Dengan cara ini aturan yang digunakan
pada arus searah tetap berlaku, asalkan digunakan fasor kompleks. Cara ini dipergunakan
untuk membahas rangkaian tapis RC.
Rangkaian tapis merupakan rangkaian yang desain untuk meloloskan isyarat pada rentang
frekuensi tertentu. Daerah frekuensi yang diloloskan tapis disebut pass band, sedangkan
daerah frekuensi yang tidak diloloskan dinamakan stop band.

1.3.3 Tapis RC lolos rendah (Low Pass Filter)


Tapis RC lolos rendah atau Low Pass Filter (LPF) merupakan rangkaian RC yang
meloloskan frekuensi rendah, akan tetapi pada frekuensi tinggi isyarat keluarannya
diperkecil.
Rangkaian

di

samping

dikenal

dengan nama rangkaian RC lolos


rendah.
Hambatan
membentuk
Gambar 1.11 Rangkaian LPF

dan

kapasitor

pembagi

tegangan

kompleks.

1-15

Tegangan keluaran V0

V0

V0

ZC
Vi
Z R ZC

; jika diketahui Z R R dan ZC 1

jC

, maka

jC
Vi
R 1
jC

Perbandingan antara tegangan keluaran kompleks V0 dan tegangan masukan


kompleks Vi disebut fungsi alih.
1
VO
jC
G

Vi R 1
jC

maka
G

P
j P

; dimana P 1

RC

, disebut kutub

Besar atau amplitudo fungsi alih G

G G G G *
sehingga diperoleh

G G

2 P2

Grafik G sebagai fungsi frekuensi f


G G

disebut tanggapan amplitudo karena


2

VO
.
Vi

Dalam melukiskan tanggapan amplitudo, dipergunakan nisbah tegangan dalam dB


(desibel), yang didefinisikan sebagai :

G dB 20 log

VO
Vi

Tanggapan fasa
G G e j

P
j P
2

2 P 2j 2 P2
j P j P P
P

1-16

tan

Im G

Re G P

; maka arc tan

Gambar 1.12 Tanggapan amplitudo dari Low Pass Filter

Gambar 1.13 Diagram tanggapan amplitudo (atas), dan diagram


tanggapan fasa (bawah) untuk tapis lolos rendah

1.3.4 Tapis RC lolos tinggi (High Pass Filter)

1-17

Tapis RC lolos rendah atau High Pass


Filter (HPF) merupakan rangkaian RC
yang meloloskan frekuensi tinggi, akan
tetapi pada frekuensi rendah isyarat
keluarannya diperkecil. Rangakaian di
samping
Gambar 1.14. Rangkaian tapis lolos tinggi

dikenal

dengan

nama

rangakain RC lolos tinggi.

Tegangan keluaran V0
V0

ZR
Vi
ZC Z R

V0

R
1

jC

Vi

Fungsi alih G

G
G

VO

1
Vi

R
jC

j
P j

R
; dimana P

1
RC

dan 2 f

Besar atau amplitudo fungsi alih G

P2 2

Tanggapan fasa
G G e j

j P j
2

2
j 2 P2
2
P j P j P
P

tan

Im G P

Re G

arc tan

; maka

1-18

Gambar 1.15 Diagram tanggapan amplitudo (atas) dan diagram


tanggapan fasa (bawah) pada tapis lolos tinggi
Tanggapan Fasa.

Gambar 1.16 Diagram pengukuran tanggapan fasa pada rangkaian tapis (ed)
Pengukuran tanggapan fasa pada rangkaian tapis dilakukan dengan
merangkai alat seperti pada gambar 1.6. Saat Oscilloscope dihidupkan dan view pada
posisi dual, akan muncul dua sinyal yang merupakan sinyal masukan (Ch 1) dan
1-19

sinyal keluaran (Ch 2). Kemudian tekan tombol XY, maka Ch 1 akan menjadi sinyal
sumbu X dan Ch 2 akan menjadi sinyal sumbu Y. Serta geser view pada posisi add,
sehingga akan muncul bentuk sinyal gabungan tegak lurus antara sinyal Ch 1 (sumbu
X) dan sinyal Ch 2 (sumbu Y).
Dari tampilan pada oscilloscope tersebut, dapat ditentukan besar beda fase
antara kedua sinyal ( masukan dan keluaran). Dengan mengukur posisi tampilan
terpusat di tengah layar oscilloscope, maka beda fasa dapat diukur dengan
persamaan:
sin = y1/y2
Dimana y1 : titik potong pada sumbu y dan
y2 : proeksi vertikal maksimum.

1.3.5 Alih tegangan


Kita bahas rangkaian setara Thevenin untuk jaringan dengan dua gerbang, yaitu gerbang
masukan dan keluaran.

Gambar 1.17 Rangkaian setara suatu penguat

Dari masukan, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu hambatan masukan Ri. Dari
keluaran, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu rangkaian setara Thevenin, atau
rangkaian setara Norton. Hambatan Ro disebut sebagai hambatan keluaran, sedangkan Eth
= Vo,o = Kv.Vi. Sedang Vo,o adalah tegangan keluaran terbuka, dan Kv adalah penguatan
tegagan.
Bila penguat dihubungkan dengan suatu sumber Vs dan suatu beban RL, diperoleh system
penguat seperti pada gambar 3.24.

1-20

Gambar 1.18 Penguat dengan sumber isyarat dan beban.


Keterangan:
Rs = hambatan keluaran sumber isyarat.
Ri = hambatan masukan penguat
Ro = hambatan keluaran penguat

Vi

Ri
Vs
Ri Rs

Vo

RL
Vo ,o
Ro RL

dengan

Vo,o = Kv.Vi

Contoh:
Dengan gambar 3.24 diketahui besaran berikut:
Vs = 10 mV, Rs = Ri = Ro = 1 k, RL = 10 , dan Kv = 1000.
a) Tentukan berapa persen hilang tegangan pada alih tegangan dari sumber isyarat
kepada penguat.
b) Hitung tegangan yang sampai pada beban.
c) Hitung daya yang sampai pada beban.
Jawab:
a) Vi

1k
10 m 5 mV
(1 1)k

Jadi hilang tegangan 50%.


Agar tegangan isyarat tak banyak hilang, haruslah digunakan suatu penguat dengan Ri >>
Rs.
b) Tegangan yang sampai ke beban adalah:

Vo

V
RL
10
Vo,o
Vo,o o,o
Ro RL
(1000 10)
101

Tegangan isyarat Vo,o = Kv.Vi = (1000)(5 mV) = 5 V.

1-21

Sehingga Vo

Vo,o
5V

50 mV
101 101

c) Daya yang sampai pada beban:

Vo
(50.10 3 ) 2
P

0,25 mW
RL
10
2

Pada contoh di atas tampak terdapatnya ketaksesuaian impedansi yang amat parah antara
keluaran penguat dan beban. Ini dapat diatasi dengan menggunakan suatu tahap
penyangga. Suatu penyangga mempunyai impedansi masukan amat tinggi (beberapa
M) dan hambatan keluaran amat rendah (< 1 ). Sering penyangga tak member
penguatan atau Kv = 1.
Jika dipasang sutu penyangga antara keluaran dan beban pada rangkaian ganbar
2.34,system penguat akan menjadi seperti pada gambar 2.35.

Gambar 1.19 Penguat dengan tahap penyangga.


Dengan gambar 2.34 dan 2.35 diketahui besaran berikut:
Vs = 10 mV, Rs = Ri1 = Ro1 = 1 k, Ri2 = 1 M, Ro2 = 0,1 , RL = 10 , dan Kv = 1000.
Jawab:

Vo1

Ri 2
106
Vo,1
5V 5V
Ri 2 Ro1
(106 103 )

Dengan menggunakan penyangga, maka:


Vo,o2 = Kv2.Vo1 = 1 . (5 V) 5 V
Daya yang sampai pada beban menjadi:
2

Vo
(5) 2

2,5 mW
RL
10

1-22

Anda mungkin juga menyukai