RANGKAIAN ELEKTRONIK
1. 1 Rangkaian Setara
Rangkaian setara (pengganti) adalah rangkaian sederhana yang berperilaku sama
seperti rangkaian yang diselidiki. Fungsi dari rangkaian setara adalah untuk membaha
suatu alat eletronik berdasarkan pengukuran pada keluaran tanpa mengetahui rangkaian
dalamnya. Ada dua jenis rangkaian setara, yakni rangkaian setara Thevenin dan
rangkaian setara Northon. Rangkaian setara Thevenin menggunakan sumber tegangan
tetap (suatu seumber tegangan yang tidak berubah) berapapun besarnya arus yang
diambilnya. Sedangkan rangkaian setara Northon menggunakan sumber arus tetap
berapapun besarnya hambatan yang dipasang pada keluaran.
R1=1K
=12
R1=1K
IL
=12V
V
R2=1K
Vo, b
R2=1K
Vo
a.
b.
Gambar 1.1 Rangkaian pembagi tegangan (a) tanpa beban (b) dengan beban RL,
sehingga ditarik arus IL
Pada gambar 1.1a memiliki keluaran terbuka (gerbang a b) yang tidak diambil
arusnya, sehingga tegangan keluarannya disebut tegangan keluaran terbuka (Vo, b),
dimana :
Vo,b = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
Vo,b = [ 1K / ( 1K + 1K ) ] x 12 V
Vo,b = 6 V
1-1
RL=1K
Sehingga tegangan keluaran terbuka, Vo,b pada pembagi tegangan gambar 1.1a adalah 6
V.
Pada gambar 1.1b ujung a dan b diberi hambatan beban RL sebesar 1 K. Maka
dapat dicari tegangan keluaran Vo adalah :
I = / [ R1 + ( R2 // RL )
I = 12 / [ 1K + ( 1K // 1K )]
= 12 V / 1,5 K
= 8 mA
Sehingga :
Vo = Vab = I x ( R2 // RL )
Vo = ( 8 mA ) x ( 1K // 1K )
=4V
Vo = Vab = I x ( R2 // RL )
= 12 V / [ 1K + ( 1K // 10K )]
= ( 6,3 mA ) x ( 1K // 10K )
= 5,7 V
= 6,3 mA
1-2
Dalil Thevenin :
Setiap rangkaian dengan dua ujung (gerbang tunggal) dapat digantikan dengan
suatu sumber tegangan tetap atau ggl dan suatu hambatan seri dengan ggl itu. Hambatan
setara atau hambatan penggantinya disebut hambatan keluatan atau hambatan Thevenin,
RTh = Ro.
Pada gambar 1.1a rangkaian pembagi tegangan dapat diganti dengan rangkaian
setara Thevenin berikut :
RTh =
Th =
Vo,b
IL
Ro =
Th =
Vo
RL
a.
b.
Gambar 1.2 Rangkaian setara Thevenin (a) tanpa beban R L dan (b) dengan beban RL.
Dari gambar 1.2a dapat ditentukan besarnya hambatan keluaran atau hambatan
Thevenin RTh dan tegangan keluaran terbuka atau tegangan Thevenin Th sebagai berikut :
Th = Vo,b + VRTh
Vo,b = Th - VRTh
= Th I RTh
Th = Vo,b
Sehingga :
Th = Vo,b = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
Vo,b = [ 1K / ( 1K + 1K ) ] x 12 V
Vo,b = 6 V
RTh = R1 // R2
1-3
= 1K // 1K
= 0,5 K
Dari gambar 1.2b rangkaian setara Thevenin dengan beban RL juga dapat
ditentukan besarnya tegangan keluaran Thevenin Th = Vo serta hambatan Thevenin RTh =
Ro sebagai berikut :
Th = VRo+ Vo
Vo =
IL = Th / [ Ro + RL]
Th VRo
Vo = Th IL Ro
maka :
IL = 6 / [ 0,5K + 1K ]
= 4 mA
Vo = Th IL Ro
Vo = 6 V (4 mA x 0,5 K)
Vo = 4 V
1-4
TUGAS 1
1). Kita ingin menurunkan tegangan aki mobil 12 V menjadi 9 V dengan rangkaian
berikut :
R1
R1=1K
=12V
R2=3K
IL
=12V
R2
Vo, b
RL
Vo
Ro=3/4K
Vo,b
Th = 9 V
Th =9V
IL
Vo
RL
Dimana :
Vo,b = Th = [ R2 / ( R1 + R2 ) ] x
Th = VRo+ Vo
= [ 3K / (1K + 3K)] x 12 V
Th = I Ro + Vo
=9V
9V = ( 2mA x 750 ) + Vo
RTh = R1 // R2 = 1K // 3K = K
= 750
Vo = 9 V 1,5 V
= 7,5 V
V =
Th - Vo
V = IL RTh
atau
= 9 V 7,5 V
= 2 mA x 750
= 1,5 V
= 1,5 V
c. Besar arus I yang diambil jika hambatan RL = 750 dipasang pada keluaran.
IL = Th / [ Ro + RL]
= 9 V / [750 + 750 ]
= 6 mA
2). Buatlah rangkaian setara Thevenin untuk rangkaian pada gambar berikut. Hitung
tegangan keluaran bila diambil arus 3 mA. Berapa nilai hambatan beban RL yang
harus dipasang ?
a
=12V
Ket :
R1=1K
R3=1K
R2=2K
= Io
= I1
= I2
Vo, b
R4=1K
f
b
Menentukan Th :
Io = / [R1 + (R2 // (R3 + R4))]
= 12V / [1K + (2K // (1K + 1K))]
= 6 mA
Arus Io akan terbagi menjadi I1 yang melewati R2 dan I2 yang melalui (R3 + R4),
karena harga R2 = R3 + R4 = 2 K, maka I1 = I2 = Io/2 = 3 mA. Sehingga :
Th = Vo,b = I2 R4 = 3 mA x 1 K = 3 V
Menentukan RTh :
Untuk menentukan RTh maka hubungkan singkat , sehingga rangkaian menjadi :
R3=1K
R1=1K
R2=2K
R4=1K
Vo
1-6
Ro=625
Th =3V
IL=3mA
RL
Vo
Ro=10 M
Th
Vo
12V
RL
Ro
atau
Go = 1/Ro
a.
Th
b.
1-7
Bila pada gambar 1.4 a dan b kedua ujung dihubungkan singkat, arus IN akan
mengalir melalui keluaran baik pada Norton (IN) atau pun Thevenin. Maka :
Io , s =
Th / Ro = IN
CONTOH :
Menentukan rangkaian setara Norton dari tugas 1 no 2.
Io
=12V
R1=1K
=12V
R3=1K
R2=2K
R4=1K
Vo
R1=1K
R2=2K
R3=1K
I1
IN
R4=1K
Io = / [ R1 + (R2 // R3) ]
= 12 / [ 1K + (2K + 1K) ]
= 12 V / 1,67 K
IN = 4,8
mA
= 7,2 mA
Ro = 625
c. Rangkaian setara
Norton
Th = IN Ro
= 4,8 mA x 625
=3V
1-8
TUGAS 2
R1=1K
=12V
Io
R1=1K
R2=3K
=12V
Vo, b
R2=3K
IN
Vo
Th = IN Ro
= 12 V / 1K
= 12 mA x 750
= 12 mA
Thevenin)
Ro = RTh= 750
Dan rangkaian Norton nya menjadi :
IN
Ro =750
1-9
S
I
Vc
Pada gambar di atas, saat saklar S ditutup, arus transien ini mengalir seketika dari
sumber tegangan, mengisi kapasitor. Pada suatu saat t kapasitor yang tadi kosong akan
terisi muatan-muatan listrik sebesar :
q (t) = to i dt
(3.1)
(3.2)
- VC
[1/C x
o i dt]
=iR
(3.3)
VC lama-lama akan berktambah dan VR akan terus berkurang, sehingga arus I(t) pun terus
berkurang.
(3.4)
(- 1/RC) dt = di/i dt
- t/RC + X = ln i
ln i = ln e- t/RC + X
ln i = ln e- t/RC ln X
i = e- t/RC X , ( X merupakan konstanta sehingga dapat diganti dengan A )
i = A e- t/RC
(3.5)
Pada saat t = 0, kapasitor belum terisi, sehingga VC = 0 ( belum ada arus muatan mengalir
ke kapasitor) dan i (t=0) =
I (t) = ( / R) e- t/RC
(3.6)
Maksudnya adalah arus i (t) turun secara eksponensial sebagaimana kurva berikut :
i
Io =
/R
i (t) = ( / R) e- t/RC
Io / e
t = = RC
[- e- t/RC]to
VC =
( 1 - e- t/RC )
1-11
(1- 1/e)
VC (t) =
0
( 1 - e- t/RC )
= RC
(1- 1/e)
0
t1
a.
t2
t3
b.
Gb. 1.7 (a) Perubahan tegangan kapasitor terhadap waktu dan (b)
semakin besar = RC semakin lama mencapai Vc =
Kenapa jika RC semakin besar, pengisian kapasitor semakin lama ? Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : jika R besar artinya arus yang terhambat cukup besar
sehingga yang mengalir mengisi kapasitor sangatlah kecil, dan bila C besar, artinya
kapasitas (volume ruang) yang terisi juga besar sehingga membutuhkan waktu lama
untuk mengisi dengan penuh.
(a)
Gb. 1.8 (a) Rangkaian pengintegral RC, (b) Isyarat masukan Vs (t) dan
isyarat keluaran Vo (t)
1-12
Untuk = RC, kapasitor terisi penuh dalam waktu T/2. Jika = RC >> T,
tegangan Vs sudah menjadi negative sebelum kapasitor penuh. Kemudian belum terisi
penuh, Vs sudah berubah tanda lagi, akibatnya gelombang menjadi segitiga.
Jika = RC >> T atau bila f >> 1/RC, artinya isyarat keluaran merupakan integral
isyarat masukannya. Tampak pada gambar 1.8b, untuk = RC >> T pada waktu Vs =
+Vp, kemiringan Vo (t) positif, namun saat Vs = - Vp, kemiringan Vo (t) negatif.
Vs
Vs (t)
+Vp
VS
Vo
0
-Vp
(a)
Vs
+Vp
0
t
=RC>>T
-Vp
Vo 2Vp
Vo (t)
Vp
t
- Vp
-2Vp
(b)
T/2 arus segera jatuh dan menjadi nol. Ini artinya kapasitor terisi penuh dengan tegangan
Vp (lihat gambar 1.10).
C
i=0
Vs
Vo
1
1
2
P P(t ) dt R i (t ) dt R i (t ) dt
T 0
T 0
T 0
Selanjutkan dapat didefinisikan arus akar rata-rata kuadrat (root means square, rms)
sebagai:
1-14
I rms
1 2
i (t ) dt
T 0
Vrms
1 2
v (t ) dt
T 0
di
samping
dikenal
dan
kapasitor
pembagi
tegangan
kompleks.
1-15
Tegangan keluaran V0
V0
V0
ZC
Vi
Z R ZC
jC
, maka
jC
Vi
R 1
jC
Vi R 1
jC
maka
G
P
j P
; dimana P 1
RC
, disebut kutub
G G G G *
sehingga diperoleh
G G
2 P2
VO
.
Vi
G dB 20 log
VO
Vi
Tanggapan fasa
G G e j
P
j P
2
2 P 2j 2 P2
j P j P P
P
1-16
tan
Im G
Re G P
1-17
dikenal
dengan
nama
Tegangan keluaran V0
V0
ZR
Vi
ZC Z R
V0
R
1
jC
Vi
Fungsi alih G
G
G
VO
1
Vi
R
jC
j
P j
R
; dimana P
1
RC
dan 2 f
P2 2
Tanggapan fasa
G G e j
j P j
2
2
j 2 P2
2
P j P j P
P
tan
Im G P
Re G
arc tan
; maka
1-18
Gambar 1.16 Diagram pengukuran tanggapan fasa pada rangkaian tapis (ed)
Pengukuran tanggapan fasa pada rangkaian tapis dilakukan dengan
merangkai alat seperti pada gambar 1.6. Saat Oscilloscope dihidupkan dan view pada
posisi dual, akan muncul dua sinyal yang merupakan sinyal masukan (Ch 1) dan
1-19
sinyal keluaran (Ch 2). Kemudian tekan tombol XY, maka Ch 1 akan menjadi sinyal
sumbu X dan Ch 2 akan menjadi sinyal sumbu Y. Serta geser view pada posisi add,
sehingga akan muncul bentuk sinyal gabungan tegak lurus antara sinyal Ch 1 (sumbu
X) dan sinyal Ch 2 (sumbu Y).
Dari tampilan pada oscilloscope tersebut, dapat ditentukan besar beda fase
antara kedua sinyal ( masukan dan keluaran). Dengan mengukur posisi tampilan
terpusat di tengah layar oscilloscope, maka beda fasa dapat diukur dengan
persamaan:
sin = y1/y2
Dimana y1 : titik potong pada sumbu y dan
y2 : proeksi vertikal maksimum.
Dari masukan, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu hambatan masukan Ri. Dari
keluaran, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu rangkaian setara Thevenin, atau
rangkaian setara Norton. Hambatan Ro disebut sebagai hambatan keluaran, sedangkan Eth
= Vo,o = Kv.Vi. Sedang Vo,o adalah tegangan keluaran terbuka, dan Kv adalah penguatan
tegagan.
Bila penguat dihubungkan dengan suatu sumber Vs dan suatu beban RL, diperoleh system
penguat seperti pada gambar 3.24.
1-20
Vi
Ri
Vs
Ri Rs
Vo
RL
Vo ,o
Ro RL
dengan
Vo,o = Kv.Vi
Contoh:
Dengan gambar 3.24 diketahui besaran berikut:
Vs = 10 mV, Rs = Ri = Ro = 1 k, RL = 10 , dan Kv = 1000.
a) Tentukan berapa persen hilang tegangan pada alih tegangan dari sumber isyarat
kepada penguat.
b) Hitung tegangan yang sampai pada beban.
c) Hitung daya yang sampai pada beban.
Jawab:
a) Vi
1k
10 m 5 mV
(1 1)k
Vo
V
RL
10
Vo,o
Vo,o o,o
Ro RL
(1000 10)
101
1-21
Sehingga Vo
Vo,o
5V
50 mV
101 101
Vo
(50.10 3 ) 2
P
0,25 mW
RL
10
2
Pada contoh di atas tampak terdapatnya ketaksesuaian impedansi yang amat parah antara
keluaran penguat dan beban. Ini dapat diatasi dengan menggunakan suatu tahap
penyangga. Suatu penyangga mempunyai impedansi masukan amat tinggi (beberapa
M) dan hambatan keluaran amat rendah (< 1 ). Sering penyangga tak member
penguatan atau Kv = 1.
Jika dipasang sutu penyangga antara keluaran dan beban pada rangkaian ganbar
2.34,system penguat akan menjadi seperti pada gambar 2.35.
Vo1
Ri 2
106
Vo,1
5V 5V
Ri 2 Ro1
(106 103 )
Vo
(5) 2
2,5 mW
RL
10
1-22