Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Ynag Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan suatu makalah
wawasan sosial budaya bahari yang berjudul Potensi Kebaharian Indonesia.
Makalah ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah umum Wawasan Social
Budaya Bahari Universitas Hasanuddin dan sekaligus berbagi informasi terhadap
pembaca tentang potensi kebaharian Indonesia.
Kajian informasi yang penulis sajikan didalam makalah ini bersumber dari
buku dan internet mengenai kemaritiman atau kebaharian di Indonesia. Makalah ini
cocok untuk dijadikan bahan bacaan bagi masyarakat Indonesia untuk menambah
pengeatahuan tentang potensi kebaharian Indonesia.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan penulis juga
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis juga
mengharapkan komentar dan saran dari pembaca terutama dosen wawasan social
budaya bahari. Sekian dan terima kasih.
Supriadi
Nim. D211 12 002
Supriadi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Potensi Pembangunan Ekonomi Kebaharian Berdasarkan Jenis Sumber
Daya Alam
II.1.1 Sumber Daya dapat Pulih (renewable resources)
II.1.2 Sumber Daya Tak dapat Pulih (unrewable resources)
II.1.3 Jasa-jasa Lingkungan
II.1.4 OTEC (Ocean Thermal Energy Convention)
II.2 Potensi Pembangunan Ekonomi Kebaharian Menurut Sektor Kegiatan
Dan
Beberapa Ilustrasi Manfaat Sumber Daya Kebaharian
II.3 Beberapa Isu Strategis Pembangunan Kelautan
II.3.1 Diversifikasi Sumberdaya Pertambangan
II.3.2 Pengembangan Pariwisata Bahari
II.3.3 Pembangunan Perikanan
II.3.4 Pengembangan Pariwisata Bahari
II.3.5 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
II.3.6 Pengembangan Industri Maritim
II.3.7 Jasa Kelautan
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
Daftar Pustaka
Supriadi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Posisi letak geografis Indonesia dibelahan bumi ini berada di daerah tropis
tepatnya dalam posisi silang antara dua buah benua, yaitu Benua Asia Dan Benua
Australia selain itu juga dijepit oleh dua buah Samudra, yaitu Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia (Nondji, 1993). Indonesia terbentang dengan gugusan pulaupulaunya dari Sabang sampai Merauke atau dari Miyangas sampai Pulau Rote
membentuk suatu tanah air Indonesia yang juga disebut sebagai Nusantara atau
Perairan Nusantara. Kata Nusantara berasal dari kata Nusa berarti pulau dan kata
antara yang berarti diapit dua laut dan dua Benua. Posisi perairan Indonesia
tersebut berpengaruh terhadap kondisi perairan laut dari kedua Benua dan
Samudra tersebut.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia, luas seluruh
wilayah Indonesia ditambah dengan jalur laut 12 mil yaitu 5,8 jut km2 terdiri dari
luas daratan 1,9 juta km2 luas wilayah laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 km2 perairan
territorial; 2,8 juta km2 perairan Nusantara atau perairan kepulauan) atau sekitar
62% dari luas teritorialnya. (tim pengajar WSBM UNHAS). Konprensi PBB
tentang hokum laut ketiga paada tahun 1982 berhasil menentukan lebar laut
teritorial maksimal 12 mil dan zona tambahan maksimal 24 mil laut yang diukur
dari garis dasar laut territorial. Indonesia diberikan kewenangan memanfaatkan
perairan laut yang termasuk ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) seluas 2,7 juta km2
untuk kepentingan eksplorisasi, eksploitasi, dan pengelolaan sumberdaya hayati
maupun non-hayati, untuk tujuan penelitian, hak yuridiksi mendirikan instalasi
bawah laut atau pulau buatan (Unclos, 1982). Batas terluar dari ZEE sekitar 200
mil laut dari garis pantai pada saat surut terendah (base line).
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di Dunia setelah stelah Canada
dengan panjang garis pantai 95.181 km. wilayah Indonesia terdiri dari 17.508
pulau dari jumlah tersebut baru sekitar 6000 pulau yang telah mempunyai nama,
sedangkan pulau yang berpenghuni sekitar 1.000 pulau. Dari seluruh luas daratan
Indonesia diperkirakan terdapat 13 pulau atau 97% pulau-pulau besar, seperti :
pulau Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi, Jawa, Madura, Halmahera,
Seram Sumbawa, Timor, Flores, Bali dan Lombok. Dartannya lainnya sekitar
13.000 pulau dengan luas sekitar 54.000 km2 atau luas rata-rata 4 km2 setiap
pulau.
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya dan beragam sumber daya alamnya
telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan
makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya.
Sementara itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di
wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi
nasional sejak Pelita I. selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut,
Supriadi
wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti
transportasi dan pelabuhan, kawasan industry, agribisnis dan agroindustry,
rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembangunan
limbah.
Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim CIDA/Bappenas (1998), pada
tahun 1987 nilai ekonomi total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan
pembangunan (pemanfaatan) sumber daya pesisir dan lautan sebesar 36,6 triliyun,
atau sekitar 22% dari total produk domestik bruto. Berbagai kegiatan
pembangunan ini merupakan sumber mata pencaharian dan kesejahteraan bagi
sekitar 13,6 juta orang , dan secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi
bagi sekitar 60 % dari total penduduk Indonesia yang bermukim di kawasan
pesisir. Kemudian pada tahun 1990, konstribusi ekonomi kegiatan sector kelautan
tersebut meningkat menjadi Rp. 43,3 triliyun, atau sekitar 24% dari total produk
domestic bruto, dan menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta jiwa
(Dahuri, 1998).
Indonesia memiliki k e k a y a a n s u m b e r d a y a k e l a u t a n y a n g
b e r a g a m s e r t a t i d a k ternilai harganya, mulai dari sumber daya
yang dapat diperbaharui seperti terumbu karang, dan rumput laut ;sumberdaya
yang tak terbaharui seperti migas; sampai dengan energi dan jasa-jasa
lingkungan, khususnya pariwisata bahari.O l e h k a r e n a i t u , p o t e n s i
e k o n o m i u n t u k s e k t o r k e l a u t a n d a n perikanan merupakan suatu
prime mover yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi krisis ekonomi
menuju Indonesia yang maju dan makmur. Namun sayangnya hingga saat ini,
potensi tersebut belum dimaksimalkan sehingga dia belum
menyumbang pendapatan negara secara signifikan dibandingkan sektor lain.
Sebagai contoh, kontribusi sektor kelautan dan perikanan baru sekitar 10% dari
total anggaran belanja negara (Sholichien, Agustus2008 ) sedangkan
kontribusi sektor perikanan sendiri terhadap P D B m a s i h s a n g a t
k e c i l , ya i t u s e k i t a r 2 , 7 % ( D e w a n K e l a u t a n Indonesia, November
2008), padahal potensi ekonomi kelautan bisa mencapai US$ 100 miliar /tahun.
Di era globalisasi yang bercirikan liberalisasi perdagangandan
persaingan antarbangsa yang makin sengit, segenap sektor e k o n o m i h a r u s
m a m p u m e n g h a s i l k a n b a r a n g d a n j a s a ( g o o d s and services) berdaya
saing tinggi. Mengingat potensinya sangatbesar, sementara permintaannya terus
meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dunia. Ekonomi kelautan
diyakini dapat menjadi keunggulan kompetitif dan memecahkanpersoalan bangsa.
Supriadi
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Potensi Pembangunan Ekonomi Kebaharian Berdasarkan Jenis Sumber
Daya Alam
II.1.1 Sumber Daya dapat Pulih (renewable resources)
II.1.1.1 Sumber Daya Perikanan Laut
Potensi sumber daya laut di Indonesia terdiri dari sumber daya
perikanan pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000
ton/tahun), sumber daya perikanan demersal 3.163.630 ton/tahun, udang
(100.720 ton/tahun), ikan karang (80.082 ton/tahun) dan cumi-cumi (328.960
ton/tahun. Dengan demikian secara nasional potensi lestari perikanan laut
sebesar 6,7 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Dirjen
Perikanan 1995). Data pada tahun 1998 menunjukkan bahwa produksi ikan
laut adalah 3.616.140 ton dan hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan
potensi laut baru me ncapai 57,0% (Ditje Perikanan 1999 dalam Susilo 2001).
Sedangkan potensi lahan pertambakan diperkirakan seluas 866.550 ha dan
baru dimanfaatkan seluas 344.759 ha (39,78%) bahkan bias lebih tinggi lagi.
Dengan demikian masih terbuka peluang untuk peningkatan produksi dan
produktivitas lahan. Keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan produksi
perlu diatur sehingga bias mendatangkan keuntungan bagi semua pihak dalam
pengelolaan yang bersifat ramah lingkungan, lestarii berkelanjutan.
Usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan keterampilan bagi
masyarakat dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini untuk
mengantisipasi persaingan penangkapan dengan Negara lain yang sering
masuk ke perairan Indonesia dengan teknologi yang lebih maju. Usaha ini
melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat nelayan, pengusaha dan
pemerintah serta pihak terkait lainnya. Hal ini yang perlu dilakukan adalah
memberi pengertian pada masyarakat nelayan tentang bahaya penangkapan
yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak atau
penggunaan racun seperti sianida dan potassium.
Bidang pertambakan, disamping dilakukan secara ekstensifikasi, usaha
peningkatan hasil pertambakan dalam bentuk intensifikasi. Hal ini jika
dihubungkan dengan pengelolaan tambak di Indonesia pada umumnya masih
tradisional. Dengan hasil produksi pertambakan Indonesia tahun 1998
Supriadi
berjumlah 585.900 ton yang merupakan nilai lebih dari 50% hasil kegiatan
budidaya perikanan (Susilo 1999 dalam Ditjen Perikanan 1999). Keterlibatan
masyarakat dalam bentuk pertambakan ini rakyat dimana perusahaan sebagai
intinya dan masyarakat petambak sebagai plasma merupakan suatu konsep
yang baik meskipun kadangkala dalam pelaksanaannya banyak mengalami
kendala. Hubungan lainnya seperti kemitraan antara masyarakat petambak
dengan pengusaha penyedia sarana produksi juga adalah salah satu model
kemitraan yang perlu dikembangkan dan disempurnakan dimas yang akan
dating.
Di wilayah pesisir dan laut terdapat 3 (tiga) ekosistem kunci yang
mempunyai nilai dan peran ekologis yang sangat signifikan terhadap proses
regenerasi potensi suber daya alam, ekosistem yang dimaksud yaitu :
ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan ekosistem terumbu karang.
Keberadaan ekosistem di wilayah pesisir sangat menunjang proses ekologis
untuk berkelanjutan suatu organisme didalam lingkungannya. Ekosistem
tersebut pada umumnya mempunyai hal yang sama : sebagai daerah
pemijahan,daerah asuhan berbagai bibit ikan, dan daerah untuk mencari
makan berbagai organisme perairan.
Supriadi
10
11
potensi sumber daya energy yang cukup besar dan belum di manfaatkan secara
optimal. Padahal sebagaimana diketahui, wilayah pesisir dan lautan sudah dijajaki
sebagai salah satu sumber energy alternative karena resiko polusi terhadap
lingkungannya sangat kecil. Sumber energy yang dapat dimanfaatkan tersebut antara
lain : pasang surut, gelombang, perbedaan salinitas, angina, dan pemanfaatan
perbedaan suhu air laut dilapisan permukaan dan lapisan dalam perairan dikenal
dengan OTEC (Ocean Thermal Energy Convention).
Supriadi
12
13
14
Supriadi
15
kegiatan usaha seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan
usaha pengolahan hasil perikanan. Kelompok masyarakat ini memiliki sifat
unik berkaitan dengan usaha yang dilakukannya. Karena usaha perikanan
sangat bergantung pada musim, harga dan pasarmaka sebagian besar karakter
masyarakat pesisir (khususnya nelayan dan petani ikan) tergantung pada
faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Kehidupan masyarakat nelayan dan petani ikan menjadi amat
tergantung pada kondisi lingkungan atau rentan pada kerusakan
khususnya pencemaran atau degradasi kualitas lingkungan.
2. Kehidupan masyarakat nelayan sangat tergantung pada musim.
Ketergantungan terhadap musim ini akan sangat besar dirasakan oleh
nelayan-nelayan kecil.
3. Persoalan lain dari kelompok masyarakat nelayan adalah
ketergantungan terhadap pasar. Hal ini disebabkan komoditas yang
dihasilkan harus segera dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari atau membusuk sebelum laku dijual. Karakteristik ini
mempunyai implikasi yang sangat penting yaitu masyarakat nelayan
sangat peka terhadap fluktuasi harga. Perubahan harga sekecil apapun
sangat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat nelayan.
II.3.6 Pengembangan Industri Maritim
Industri maritim merupakan salah satu industri strategis yang dipilih
sebagai suatu bagian dari berbagai ujung tombak industri berbasis teknologi
dan strategi globalisasi demi melancarkan pembangunan dalam negeri dan
kemajuan peranan Indonesia dalam persaingan internasional. Industri maritim
Indonesia sangat berpotensi dalam menjawab tantangan-tantangan masa depan
dan memberi nilai tambah yang cukup tinggi untuk produkproduk
transportasi laut yang dapat menghasilkan tambahan devisa ekspor. Secara
umum, industri maritim nasional relatif tertinggal jauh dari berbagai negara,
padahal industri maritim yang termasuk di dalamnya industri galangan kapal
dan jasa perbaikan (docking), industri mesin kapal dan perlengkapannya,
industri pengolahan minyak dan gas bumi sangat menentukan kemampuan
nasional dalam memanfaatkan potensi laut. Kemampuan bangsa Indonesia
dalam industri maritim sangat terbatas karena tingginya nilai investasi yang
harus ditanamkan di dalamnya, serta masih terbatasnya kemampuan teknologi
dan kualitas sumberdaya manusia yang handal sehingga produk industri
maritim kita secara umum tidak bisa menyaingi produk impor, untuk itu
diperlukan strategi, yang komprehensif dalam mengembangkan industri
maritim, dalam hal ini harus didukung dengan kebijakan yang berpihak pada
kemampuan sendiri.
II.3.7 Jasa Kelautan
Supriadi
16
Jasa kelautan yang terdiri dari segala jenis kegiatan yang bersifat
menunjang dan mempelancar kegiatan sektor kelautan seperti jasa pelayan
pelabuhan, keselamatan pelayaran, perdagangan, pengembangan sumberdaya
kelautan seperti pendidikan, pelatihan dan penelitian. Peluang pasar pada jasa
kelautan yang potensial harus dipersiapkan dari sekarang karena karakteristik
bisnisnya yang memerlukan kualifikasi sumberdaya manusia yang prima dan
dukungan sarana informasi, komunikasi serta dukungan teknologi maju.
Pemerintah memerlukan visi jangka panjang dan segera melakukan investasi
untuk mendorong bisnis di masa depan yang menjanjikan aktivitas ekonomi.
II.3.8 Pelabuhan Umum Dan Perikanan : Pintu Masuk Yang Mahal
Pelabuhan adalah pusat aktivitas perekonomian kelautan, sehingga
keberadaannya sangat diperlukan dalam pembangunan kelautan. Pada saat ini
dirasakan pengembangan pelabuhan umum dan perikanan belum berfungsi
secara optimal. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor seperti
terbatasnya fasilitas, rendahnya teknologi, kualitas pelayanan yang rendah
serta biaya yang mahal maupun kesalahan dalam perencanaan. Dalam rangka
peningkatan arus barang dan jasa pada era pasar bebas maka pengelolaan
pelabuhan harus mampu meningkatkan kinerjanya dan menekan biaya tinggi
agar efesiensi nasional maupun bisnis dapat tercapai. Dalam pengelolaan
perizinan perlu dicari sistem prosedur yang paling efisien dan efektif agar
pergerakan kapal dan arus barang dapat diperbaiki, perizinan kapal umum dan
kapal ikan harus dipisah karena karakteristiknya berbeda sehingga tidak terjadi
inefisiensi karena birokrasi yang panjang. Sudah saatnya pemerintah lebih
sebagai fasilitator dan membuat kebijakan sehingga bisnis bisa bergerak sesuai
dengan kekuatan yang berperilaku wajar.
II.3.9 Armada Angkutan Laut: menjadi Tamu di Negeri Sendiri
Wawasan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara sebagai
satu kesatuan wilayah, politik dan ekonomi sehingga untuk membangun
nusantara wilayahnya yang 75% wilayahnya adalah laut diperlukan angkutan
laut yang kuat untuk melancarkan arus masuk, barang dan jasa. Selain itu
ekspor dan impor produk memerlukan jasa transportasi yang prima. Saat ini
sekitar 96% angkutan ekspor impor dan 55% angkutan domestik masih
dilayani oleh kapal-kapal berbendera asing, Namun demikian, ternyata
pemintaan yang besar tersebut tidak dapat dilayani oleh armada nasional
dikarenakan berbagai kelemahan di antaranya terbatasnya armada kapal yang
handal, lemahnya dukungan lembaga keuangan, kemampuan manajemen
dalam persaingan internasional, sehingga armada angkutan laut seperti
menjadi tamu di negeri sendiri karena aktivitas transportasi lebih banyak
ditangani perusahaan asing. Pemerintah dan dunia swasta harus segera
mengantisipasi globalisasi perdagangan dengan membangun armada laut
nasional, apabila bangsa Indonesia ingin mengembangkan perekonomian dan
membangun jati-dirinya sebagai negara bahari terbesar di dunia. OIeh karena
itu, hendaknya sekurang-kurangnya kita dapat menjadi tuan rumah dinegeri
sendiri, melalui penerapan kebijakan yang berpihak pada armada nasional
serta pembangunan kembali armada niaga modern dan tradisional.
Supriadi
17
KESIMPULAN
Kesimpulan makalah yang berjudul potensi kebaharian Indonesia ini adalah
sebagai berikut :
1. Potensi kebaharian berdasarkan sumber daya alam di Indonesia secara garis
besar terdiri dari empat kelompok yaitu sebagai berikut :
a. Sumber daya dapat pulih (renewable resource) seperti terumbu karang,
hutan mangrove, pandang lamun, rumput laut, ikan pelagis besar/kecil dll.
b. Sumber daya tak dapat pulih (unrenewable resource) yaitu bahan tambang
dan mineral seperti garam, bahan bangunang, batu apung serta minyak dan
gas bumi.
c. Jasa-jasa lingkungan (environmental) yaitu pemanfaatan kawasan pesisir
dan lautan sebagai tempat rekreasi dan wisata, media transportasi dan
komunikasi, sumber energy dll.
d. OTEC (Ocean Thermal Energy Convection) yaitu bentuk pengalihan
energy yang tersimpan dari sifat fisik air laut menjadi energy listrik.
2. Potensi kebaharian Indonesia menurut sektor kegiatan dan beberapa ilustrasi
manfaat sumber daya kebaharian yaitu sebagai berikut :
a. Perikanan tangkap
b. Perikanan budidaya
c. Industry pengolahan produk perikanan
d. Industry bioteknologi
e. Pariwisata bahari dan pantai
f. Pertambangan dan energy
g. Perhubungan laut
h. Ekosistem pesisir dan laut.
3. Beberapa isu strategis pembangunan kelautan
a. Diversifikasi Sumberdaya Pertambangan
b. Pengembangan Pariwisata Bahari
c. Pembangunan Perikanan
d. Pengembangan Pariwisata Bahari
e. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
f. Pengembangan Industri Maritim
g. Jasa Kelautan.
Supriadi
18
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari buku :
Dahuri, Rokmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
James M. Acheson, et. Al. 1981. Antrhopology of Fishing. In Bernard J.
Siegel, Alam R. Beals dan Stephen A. Tyler (eds). Annual Review of
Antrhopology. Vol.10: 275-316, Palo Alto.
Lampe, Munsi. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Wawasan Sosial Budaya
Bahari (WSBB). Makassar: UPT.MKU UNHAS
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Tim Pengajar WSBM. 2011.Wawasan Sosial Budaya Maritim. Makassar:
UPT.MKU UNHAS.
Sumber dari internet :
http://www.lfip.org/english/pdf/baliseminar/pemberdayaan%20sumber%20da
ya%20kelautan%20%20tridiyo%20kusumastanto.pdf
Diakases pada hari selasa 22 April 2014 jam 09:00
Supriadi
19