Referat RM
Referat RM
UL
RETARDASI MENTAL
Oleh
Emilia Puspita Sari (092011101029)
Alvin Isnaini (092011101031)
Meilani Yevista Debora br. Pasaribu (092011101059)
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
HALAMAN
JUDUL
RETARDASI MENTAL
REFERAT
diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Klinik Madya Lab/SMF Ilmu Kesehatan
Jiwa RSD dr. Soebandi Jember - Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Oleh
Emilia Puspita Sari (092011101029)
Alvin Isnaini (092011101031)
Meilani Yevista Debora br. Pasaribu (092011101059)
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Masa kanak- kanak adalah masa keemasan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik dan psikisnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini
sangat penting diperhatikan guna membentuk manusia yang sehat fisik dan psikis
sehingga dapat mengaktulisasikan diri dengan maksimal di masa depan. Namun
dalam periode emas ini banyak sekali hal- hal yang dapat menjadi penyebab
timbulnya gangguan proses tersebut, yang tentunya dapat bermanifestasi menjadi
berbagai macam kelainan baik penyakt psikis maupun penyakit fisik. Salah
satunya adalah retardasi mental, yaitu merupakan kelainan cukup serius yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan kemandirian dalam kehidupan masa depan
seorang anak.
Retardasi mental adalah suatu gangguan heterogen terutama gangguan
intelektual dan gangguan fungsi ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum
orang berusia 18 tahun. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan
dan psikososial. Selama dekade terakhir, semakin dikenali faktor biologis,
termasuk kelainan kromosom kecil, sindrom genetika dan intoksikasi timbal
subklinis dan berbagai pemaparan toksin pranatal.
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira
kira 1 persen dari populasi. Insidensi retardasi mental sulit dihitung karena
kesulitan mengenali onsetnya. Epidemiologi retardasi mental belum diketahui.
Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari
populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan termasuk
ringan. Di Amerika serikat Tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 %
anak usia sekolah mendapat pelayanan retardasi mental. 5 Insidensi tertinggi adalah
pada anak usia sekolah, dengan puncak usia 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental
1,5 kali lebih sering pada laki laki dibandingkan dengan wanita. Pada lanjut
usia, prevalensi lebih sedikit karena mereka dengan retardasi mental yang berat
atau sangat berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari
penyulit gangguan fisik yang menyertai.1
iv
2.1
teori
telah
berkembang
mengenai
perkembangan
anak.
Perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi dinamik antara nature dan
nurture atau antara biologi dan lingkungan. Walaupun secara teoritik nature dan
nuture itu dapat dipisahkan, tetapi dalam kenyataannya keduanya selalu berada
bersama, saling berinteraksi, dan tumpang tindih. Faktor lingkungan dapat
mencetuskan berkembangnya fungsi-fungsi tertentu, mengatur dan memberikan
arah, percepatan atau sebaliknya, menghambat perkembangan fungsi-fungsi itu.
Di lain pihak, sifat-sifat tertentu dari organism itu sendiri dapat merangsang
respons lingkungan yang mendukung atau menghambat, atau menimbulkan
reaksi-reaksi idiosinkratik dalam perkembangan fungsi-fungsinya.
Teori perkembangan yang ada pada pokoknya mencoba menerangkan
bagaimana manusia itu berkembang dari seorang makhluk yang tadinya mutlak
bergantung pada lingkungannya, menjadi relative mandiri dan berguna bagi
lingkungannya. Teori tersebut mengakui bahwa perkembangan terjadi menurut
suatu pola tertentu, pola itu adalah universal, terdiri dari satu fase ke fase yang
lain. Lama berlangsungnya fase tersebut tidak sama antara masing-masing
individu, ditentukan oleh faktor genetik dan sosiokultural.2
luar genital anatomik, yaitu pada mulut anal uretral, dan falus, hingga akhirnya
mencapai pemuasan orgasme klimaktik genital dewasa.
Teori ini beranggapan bahwa perkembangan
ini
memengaruhi
Freud
dan
ini
menggunakan
prinsip
epigenetik
dalam
usaha
menerangkan
b.
c.
d.
e.
confusion.
f. Stage of young adulthood :18-30 tahun, intimacy vs isolation
g. Stage of adulthood : 30-45 tahun, generativity vs stagnation
h. Stage of maturity : 45 thn keatas, Integrity vs despair.
progresif dari suatu pola dimana dasarnya adalah proses asimilasi dan proses
akomodasi Ada 4 faktor utama menurut Piaget, terjadinya perkembangan mental
a. Adanya pertumbuhan dan maturasi organik dari persyarafan dan sistem
endokrin.
b. Pengaruh dan peranan dari latihan dan pengalaman yang diperoleh dari
tindakan-tindakan yg dilakukan terhadap objek fisik
c. Adanya interaksi sosial dan transmisi sosial
d. Adanya daya upaya yang saling taut bertautan untuk mempertahankan
ekuilibrium.
Dalam setiap tingkatan perkembangan, persoalan dalam pembentukan
ekuilibrium, dimana konsep terdahulu akan merupakan dasar dalam pembentukan
kesanggupan selanjutnya, dan akan berakumulasi dalam pikiran logis pada saat
dewasa. Anak berada dalam suatu ekuilibrium konseptual, dan bila ia memperoleh
pengalaman yang tidak sesuai dengan ekuilibrium yang dimilikinya, anak akan
berada dalam unpleasant state, yaitu suatu keadaan disekuilibrium dan anak
akan mengadakan perubahan dalam kerangka konseptual yang dimilikinya,
sehingga ia berada dalam tingkatan yang lebih maju dalam menghadapi masalah
tersebut. Dan ini berarti anak kembali dalam state equilibrium, dan berarti anak
telah dapat menyesuaikan diri terhadap persoalan tersebut. Perkembangan mental
anak bergerak dari suatu tingkatan/dataran/plateau ke tingkat yang lebih tinggi,
dan anak mengadakan perubahan terhadap kerangka. Konseptual yg dimilikinya,
dengan melakukan proses akodasi dalam menghadapi masalah/pengalaman dan
kesulitan baru. Bila anak menerima persoalan atau pengalaman, akan tetapi masih
dalam tingkatan atau plateau yg sama, maka anak melakukan proses asimilasi.
Proses perkembangan Psikokognitif dari Jean Piaget melalaui empat peride sebgai
berikut :
1.
2.
3.
4.
membedakan yang benar atau baik dan yang salah atau buruk. Namun dalam
kenyataan, tidaklah sesederhana itu karena konsep tersebut mencakup tiga aspek
kemampuan seseorang, yaitu : aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek perilaku.
Kematangan moral akan tercapai pada akhir masa remaja, dan seringkali proses
maturasi masih berlanjut sampai usia dewasa. Panutan pada model sangat
mempengaruhi, karena itu figur-figur percontohan dalam lingkup keluarga dan
masyarakat sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Menurut
kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut
orientasi maralitas yang digunakan :
Pre Konvensional :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi perhatian diri
Konvensional :
1. Kesesuaian interpersonal
2. Otoritas dan mempertahankan perintah sosial
Post Konvensional :
1. Orientasi kontrak sosial
2. Prinsip etik universal
2.2
a.
Perkembangan Bayi-Remaja
Masa Bayi 0-1,5 tahun
Tuntutan perkembangan : Mendapatkan rasa percaya diri dan rasa aman.
Sarana
: Proses penyusunan
b.
Ciri-ciri
Kebutuhan
Tercapai
Gagal
Kebutuhan
sendiri.
Menentang
Bandel
Egois
Sadis
Belum dapat berbagi
Senang main kotor
Mau mencoba semua
Pujian
Penghargaan
Dukungan
Dorongan
Pengertian
Tercapai :
Kemandirian
Kepercayaan diri
Gagal
c.
Rasa malu
Sikap ragu-ragu
Pengekangan diri secara berlebihan
Kekaburan antara cinta dan benci
Masa Prasekolah 3-6 tahun
Tuntutan perkembangan : Memperoleh rasa inisiatif
10
Sarana :
Ingin tahu
Banyak bertanya
Berkhayal
Aktif
Senang main bersama
Senang meniru
Iri atau cemburu terhadap jenis kelamin yang sama
Ciri-ciri :
Kebutuhan
:
Pengertian
persahabatan
Penerangan
Tercapai
:
Kemampuan bermasyarakat
Identifikasi seksual
Inisiatif
Gagal :
d.
Rasa bersalah
Takut berbuat sesuatu
Takut mengemukakan sesuatu
Masa Sekolah 6-12 tahun
Tuntutan perkembangan : Memperoleh rasa mampu menyelesaikan sesuatu
dengan sempurna dan mampu menghasilkan sesuatu
Sarana :
Rasa percaya diri dan aman
Rasa kemampuan diri
Modal inisiatif
Lingkungan lebih luas (sekolah, dll)
Ciri-ciri :
Belajar
Bertanggung jawab
11
Kebutuhan
Berkarya
Bersahabat
Keadilan
Kejujuran
:
e.
Tercapai
: Produktivitas
Gagal
: pengertian
12
2.3
Psikopatologi Anak
Kekhususan psikopatologi pada anak sangat terkait dengan faktor
perkembangan, karena anak adalah individu yang dalam proses tumbuh kembang.
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan berkaitan dengan hal tersebut :
1. Ketergantungan. Ketergantungan pada anak pada orang lain yang begitu
besar, menyebabkan banyak hal mengenai dirinya akan ditentukan oleh
orang dewasa. Pertentangan atau konflik pun akan lebih banyak terjadi,
terutama bila orang dewasa atau lingkungan sekitar anak tidak sensitif dan
tidak mengerti akan berbagai kebutuhan perkembangan, kemampuan dan
keterbatasan anak pada setiap fase perkembangan.
2. Tekanan dan ketegangan dari proses perkembangan. Banyaknya tuntutan
dan tantangan internal maupun eksternal yang harus dihadapi anak dengan
berbagai kekurangan dan keterbatasan dalam kemampuannya.
Dalam menghadapi anak dengan gangguan psikiatrik harus diperhatikan :
1. Hubungan antara orang tua dan anak. Peranan orang tua dan suasana
emosional yang diciptakannya, mempunyai pengaruh nyata pada
pembentukan kepribadian anak, terutama pada anak dibawah usia 5-6
tahun.
2. Anak secara bertahap mengadakan pembentukan kepribadian menuju
kepribadian dewasa. Unsur yang didapat sejak lahir dan keadaan
lingkungan memegang peranan dalam perkembangan dan pematangan
kepribadian selanjutnya.
3. Anak bukan tabula rasa yang secara pasif menerima ramuan karakter
yang diolah oleh orang tuanya. Anak ikut memberikan konstribusi secara
aktif dalam pembentukan karakter tersebut
4. Hubungan antara kedua orang tua yang tidak harmonis dapat tercermin
pada gangguan mental emosional yang dialami anak.
Maka psikiatri anak dapat dinyatakan pula sebagai psikiatri keluarga.
Setiap anak dilahirkan dengan pembawaan intrinsik, sehubungan dengan batas
13
kemampuan dan potensi yang dimiliki dalam kesanggupan fisik dan psikologik.
Sifat tersebut mengalami perubahan dengan interaksi terhadap faktor lingkungan
(merupakan faktor ekstrinsik) yang dialami sejak lahir. Pada dasarnya faktor
intrinsik
adalah
hetero
konstitusional
dan
merupakan
matriks
untuk
menjadi suatu stigma yang kurang baik secara sosial dan emosional. The
American
Association
on
Intellectual
and
Developmental
Disabilities
14
Keterampilan
akademik)
Keterampilan sosial (keterampilan interpersonal, tanggung jawab
konseptual
(komunikasi,
bahasa,
waktu,
uang,
Epidemiologi
Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 1 %
dari populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya tergolong ringan.
Di Amerika Serikat tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia
sekolah mendapat pelayanan retardasi mental. 6
Prevalensi retardasi mental ringan paling tinggi diantara anak-anak dari
keluarga miskin, sementara individu yang mengalami kecacatan yang lebih berat
diwakilkan secara sama pada semua kelompok masyarakat. Kira-kira 5% populasi
mengalami retardasi mental berat atau sangat berat.
Anak-anak dengan retardasi mental dapat didiagnosis juga dengan
gangguan lain seperti autisme dan cerebral palsy. Secara keseluruhan, prevalensi
retardasi mental dapat terjadi lebih tinggi pada laki-laki di banding perempuan
yaitu 2:1 pada golongan ringan dan 1,5 : 1 pada golongan yang lebih berat.6
15
2.6
a.
Etiologi
Kelainan Kromosom
i. Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi
mental serta anomali fisik yang beragam. 1 Untuk seorang ibu usia
pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma Down
adalah kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah cirri yang
menumpang pada sindrom Down. Sebagian besar pasien berada dlam
kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya sebagian kecil yang
memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relative mudah pada anak
yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada neonates. Tanda yang paling
penting pada neonates adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang oblik,
kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi
yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Dapat dilihat juga tangan tebal dan
lebar, dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari
kelingking pendek dan melengkung ke dalam.1
16
perilakunya
adalah
tingginya
angka
gangguan
defisit
17
stigmata
yang
seringkali
disertai
dengan
penyimpangan
18
Gambar 3. Phenylketouria
c.
Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya
terjadi adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit
ibu
juga
dapat
menyebabkan
19
retardasi
mental,
seperti
sifilis,
Infeksi.
Infeksi yang paling serius mempengaruhi interitas serebral adalah
ensefalitis dan meningitis.
Trauma kepala
20
Masalah lain
Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia jarang terjadi. Satu
penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah asfiksia yang
berhubugan dengan nyaris tenggelam. Pemaparan jangka panjang
dengan
timbal
adalah
penyebab
gangguan
kecerdasan
dan
21
Diagnosis
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
22
DSM-IV TR
Skor IQ 70
Defisit
serentak
umum
atau
DSM-V
Defisit pada kemampuan mental
ini
23
Derajat
keparahan:
sosiokultural
ringan,
periode perkembangan
berdasarkan skor IQ
keparahan:
berat,
ringan,
sangat
berat
Diagnosis
sendiri
tidak
menyebutkan
penyebab
ataupun
24
Wawancara Psikiatrik
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah
sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan
verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera
mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara
pengasuh dan pasien dan dari riwayat penyakit. Sangat membantu jika
memeriksa pasien dan pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien menggunakan
bahasa isyarat, pengasuh dapat sebagai penerjemah.
Orang dengan retardasi mental mungkin mengalami kecemasan
sebelum menjumpai pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus
berusaha untuk memberikan pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan
konkret tentang proses diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif
yang memadai. Dukungan dan pujian harus diberikan dalam bahasa yang
sesuai dengan usia dan pengertian pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan
bukti klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat
harus diperiksa. Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali
dan pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan maturitas pertahanan pasien
(menundukkan
diri
sendiri
menggunakan
penghindaran,
represi,
25
26
ditujukan
untuk
melihat
jumlah
pengaturan
subtelomeric.
MRI
dapat
digunakan
untuk
28
berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
F71 Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 49. Umumnya ada profil
kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
dalam ketrampilan visuo-spasial daripada tugas tugas yang tergantung pada
bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya
untuk kebutuhan dasar mereka.
Suatu
etiologi
organik
dapat
diidentifikasikan
pada
kebanyakan
Gambaran klinis
29
Diagnosis Banding
Sebelum menegakkan diagnosis retardasi mental, kelainan-kelainan lain
yang mempengaruhi kemampuan kognitif dan perilaku adaptif juga harus menjadi
pertimbangan, diantaranya kondisi yang mirip dengan retardasi mental dan
kondisi lain yang melibatkan keterbelakangan intelektual sebagai salah satu
manifestasinya. Defisit sensoris (kemampuan pendengaran yang buruk dan
kehilangan penglihatan), gangguan komunikasi, dan kejang tak terkontrol dapat
menyerupai
retardasi
mental;
gangguan
30
neurologis
progresif
tertentu
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan
sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan
multidisiplin merupakan jalan yang terbaik.
6,7
31
perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater.7 Disamping itu diperlukan
kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua, agar tidak terjadi kesimpang
siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian, agar anak tidak diejek atau dikucilkan.
Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental,
agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.7
Pendekatan Individual dan Keluarga
Retardasi mental umumnya merupakan kondisi seumur hidup dan tidak dapat
disembuhkan dengan pengobatan medis. Hal-hal berikut ini penting untuk
dipertimbangkan sebagai panduan dalam penatalaksanaan:
1.
2.
32
menyediakan
fasilitas-fasilitas
bagi
mereka
untuk
dapat
33
program yang dapat sukses terlaksana tanpa keterlibatan dan partisipasi dari
masyarakat.
Pelayanan untuk individu dengan retardasi mental:
1. Pelayanan Medis dan Psikologis (klinis)
Dibutuhkan fasilitas yang sesuai untuk evaluasi medis / kesehatan yang
baik dan diagnosis yang akurat. Dokter harus dalam posisi untuk mengenali dan
mengelola gangguan yang dapat diobati seperti hipotiroidisme. Masalah terkait
seperti kejang, gangguan sensorik dan masalah perilaku, dapat diperbaiki atau
dikendalikan dengan tatalaksana medis yang tepat. Diharapkan tersedia fasilitas
untuk penilaian psikologis dari kekuatan dan kelemahan dalam diri anak yang
dapat dijadikan dasar untuk pelatihan-pelatihan di masa depan. Psikoterapi dapat
diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut.
Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi
dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
Semua anak dengan retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang
memerlukan penanganan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi
pranatal dengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang
progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat
timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.6,7
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan
ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi
mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,
kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.
Konseling orangtua yang memadai pada tahap awal sangatlah penting.
Dokter, perawat, psikolog dan pekerja sosial dapat membuat perbedaan besar bagi
orang tua dengan cara memberikan penjelasan yang benar mengenai kondisi dan
pilihan untuk pengobatan yang tersedia. Konseling juga memberikan dukungan
emosional dan bimbingan serta penguatan moral. Setelah orang tua mendapatkan
34
pemahaman yang benar mengenai kondisi anaknya, mereka perlu belajar cara
yang tepat dalam membesarkan dan melatih anak. Orang tua secara terus menerus
membutuhkan bantuan, bimbingan, dan dukungan, terutama selama masa remaja,
dewasa awal dan selama periode krisis.
2. Deteksi Dini dan Stimulasi Dini
Deteksi dan stimulasi dini pada retardasi mental sangat membantu untuk
memperkecil retardasi yang terjadi. Para orangtua biasanya membawa anaknya
pada dokter anak bila mereka mencurigai adanya kelainan pada anaknya. Oleh
karena itu dokter anak harus waspada pada setiap keluhan dari ibu, terutama
keluhan tentang keterlambatan perkembangan anaknya. Makin dini ditemukan,
dan makin dini diadakan stimulasi, makin besar kesempatan anak untuk mengejar
ketertinggalannya.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi retardasi mental pada
tahap awal, yaitu pada masa bayi, dan menyediakan
lingkungan yang
memberikan stimulasi dan penuh kasih sayang dapat membantu anak-anak ini
untuk berkembang lebih baik dan mencegah banyak komplikasi.
Beberapa kondisi medis yang terkait dengan retardasi mental dapat
dideteksi saat lahir. Dapat pula dilakukan pengelompokan bayi-bayi yang beresiko
menderita retardasi mental. Bayi-bayi tersebut merupakan bayi yang
lahir
prematur atau dengan berat lahir rendah (kurang dari 2 kg), atau yang menderita
asfiksia saat lahir, atau mereka yang menderita penyakit yang serius pada periode
neonatal. Metode yang dilakukan untuk deteksi dini adalah dengan mengikuti
perkembangan semua bayi sejak lahir dan amati apakah mereka mengalami
ketertinggalan secara konsisten. Pada umumnya, sebagian besar bayi dengan
retardasi mental yang berat bisa dikenali pada usia 6-12 bulan. Retardasi mental
ringan biasanya menjadi jelas pada usia dua tahun. Metode standar untuk deteksi
dini retardasi mental sekarang telah tersedia, dan dapat disesuaikan dengan
budaya manapun dengan modifikasi yang tepat. Ketika seorang bayi terdeteksi
atau diduga memiliki retardasi mental, penting untuk memberikan stimulasi yang
tepat untuk perkembangannya.
35
dan
mengajarkan
bayi
mereka
untuk
menggunakan
dan
36
Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling,
ia dapat diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan
mereka bagaimana suatu hal dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu,
bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-lahan ditarik sehingga anak
belajar untuk melakukan tugas secara independen.
4. Terapi Bicara
Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus
bagi manusia.
akademik
tetapi
juga
untuk
beajar
disiplin,
keterampilan
37
38
kesenian, diikut
6. Pelatihan Kejuruan
Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak muda dengan retardasi
mental dapat mengikuti pelatihan kejuruan dan kemudian dipekerjakan. Tapi ada
banyak rintangan.
Pencegahan
39
2.12
Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya
lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang
normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.7
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat
sejak dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang
berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi
kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan
bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan
perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang
40
normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa
sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai
keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan
menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan
maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori
lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan).
Beberapa anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan
komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan
berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya
telah menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab
dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan
medis terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan
dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak
penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan
sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara
periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi.
Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh
adanya retardasi mental ini.6
41
BAB 3. PENUTUP
wawancara
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Retardasi Mental. Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta, 2010
2. Elvira SD, Hadisukanto G. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2010
3. Salmiah S: Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Gigi Univeritas Sumatera Utara, Medan, 2010
4. Maslim R. F70-F79 Retardasi Mental. Buku Saku PPDGJ-III, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, 2003
5. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal
Hingga Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani
DA, Hartanto H, Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 th
ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-9.
6. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability).
In: Shreiner Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18 th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. p. 191-7.
7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.
8. American Psychiatric Association. 2013. Intellectual Disability. American
Psychiatric Publishing.
9. DSM-V: Diagnostic Criteria for Intellectual Disability
10. Zeldin,
A.S.
2014.
Intelectual
Disability.
diunduh
dari: