Adinda,anak umur 10 tahun, datang ke IRD dengan keluhan sesak nafas dan gelisah. Sejak 1
bulan ini anak sering buang air kecil, tetapi dianggap biasa karena anak juga sering minum.
Makan seperti biasa tetapi berat badan terlihat agak kurus. Tidak didapatkan keluhan demam
atau sakit yang berat sebelumnya, juga batuk pilek. Sebulan yang lalu berat badan anak 39
kg.
Sehari sebelum dibawa ke IRD anak mengeluh nyeri perut dan muntah-muntah, kemudian
nafas mulai terlihat cepat. Anak kehausan terus dan masih sering kencing.
Tidak ada riwayat kencing manis di keluarga.
Pemeriksaan Fisik :
Anak gelisah, tidak ada anemia, ikterus maupun sianosis.
TD :100/70 mgHg, Nadi : 112x/menit, suhu 36,8o Celcius.
RR : 56x/menit, cepat dan dalam.
TB : 138 cm, BB : 35 kg
Status pubertas A1P1M2 (Fase awal pubertas)
Pemeriksaan paru dan jantung tidak didapat kelainan
Ada nyeri tekan abdomen yang tidak khas pada daerah gaster
Acral masih hangat
Pada pemeriksaan cito di IRD kadar gula darah acak 650 mg%, Urin menunjukan reduksi +3
dan keton urin +3.
Darah rutin Hb 13,6 mg%, Leukosit 20.000/mm3, trombosit 230.000/mm3.
Hasil analisa gas darah pH 7,1 dengan HCO3 12 mmol/L
C Peptide < 0,5
I.
Klarifikasi Istilah
Istilah
Makna
Gelisah
Acral
Ujung ekstremitas.
1
Ganggan
metabolik
yang
ditandai
dengan
adanya
C peptide
Ikterus
Anemia
Sianosis
TB : 138 cm, BB : 35 kg
Status pubertas A1P1M2 (Fase awal pubertas)
Pemeriksaan paru dan jantung tidak didapat kelainan
Ada nyeri tekan abdomen yang tidak khas pada daerah gaster
Acral masih hangat
5. Pada pemeriksaan cito di IRD kadar gula darah acak 650 mg%, Urin menunjukan
reduksi +3 dan keton urin +3.
Darah rutin Hb 13,6 mg%, Leukosit 20.000/mm3, trombosit 230.000/mm3.
Hasil analisa gas darah pH 7,1 dengan HCO3 12 mmol/L
C Peptide < 0,5
Sesak Nafas
Sesak nafas pada kasus ini disebabkan karena ketoasidosis. Ketoasidosis
ditandai dengan adanya hipoglikemia dan asidosis metabolik akibat penimbunan
benda keton dan diuresis osmotik sehingga memberikan bentuk kompensasi
tubuh berupa pernapasan cepat dan dalam.
Gelisah
Gejala neuroglikopenik (gelisah) yang dirasakan oleh pasien dengan diabetes
mellitus (DM) merupakan suatu gejala dari hipoglikemia. Hipoglikemia
3
merupakan suatu komplikasi terapi insulin yang sering terjadi pada pasien
diabetes mellitus. Faktor pencetus yang paling sering adalah pemberian insulin
atau obat hipoglikemik oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit, atau tingkat aktivitas yang sangat tinggi.
c. Bagaimana hubungan keluhan dengan kasus?
Jawab :
Kasus pada skenario bisa didiagnosis adalah DM tipe 1 dengan komplikasi
ketoasidosis. Hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan lab terdapat keton serta C
peptide yang menurun. Keluhan yang terjadi seperti sesak nafas dan gelisah
merupakan gejala klinis dari DM itu sendiri. Sesak nafas merupakan mekanisme
kompensasi dari asidosis yang terjadi akibat DM, sedangkan gelisah menurut
beberapa sumber merupakan dampak psikologis dari DM tersebut.
d. Bagaimana Mekanisme sesak nafas dan gelisah?
Jawab :
Mekanisme sesak nafas :
Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi
insulin, relatif ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat.
Kadar insulin tidak adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang
normal dan untuk menekan ketogenesis. Hiperglikemia sendiri selanjutnya dapat
melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin. Pada
KAD dan SHH, disamping kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga
peningkatan hormon kontra insulin, seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan. Hormon-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi
glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa dijaringan, yang
mengakibatkan hiperglikemia dan perubahan osmolaritas extracellular. Kombinasi
kekurangan hormon insulin dan meningkatnya hormon kontrainsulin pada KAD
juga mengakibatkan penglepasan/release asam lemak bebas dari jaringan adipose
(lipolysis) ke dalam aliran darah dan oksidasi asam lemak hepar menjadi benda
keton (- hydroxybutyrate [-OHB] dan acetoacetate) tak terkendali, sehingga
mengakibatkan ketonemia dan asidosis metabolik.
Sebagai mekanisme kompensasi dari asidosis metabolik akan menyebabkan
hiperventilasi dengan cepat dan dalam (Pernafasan Kussmaul). Gas-gas darah pada
pasien dengan pernapasan Kussmaul memperlihatkan tekanan parsial karbon
4
dioksida yang menurun karena adanya tekanan yang meningkat pada pernapasan.
Pernapasan ini membuang banyak karbon dioksida. Pasien akan merasa ingin cepat
untuk menarik napas secara mendalam, dan tampaknya terjadi secara tak sadar.
Pernafasan Kuszmaul ini merupakan homeostasis respiratorik, adalah usaha dari
tubuh untuk mempertahankan pH darah. Mekanisme terjadinya pernafasan
Kuszmaul ini dapat diterangkan dengan menggunakan ekuasi Henderson
Hasselbach. Untuk mempertahankan rasio ini maka sebagian asam karbonat akan
diubah cepat menjadi H2O dan CO2 serta kelebihan CO2 akan dikeluarkan dengan
bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaul).
(HCO3)
PH = pK + -----------H2CO3
Mekanisme gelisah :
Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah mengidap penyakit
DM. Ia tidak dapat mengkonsumsi makanan tanpa aturan dan tidak dapat
melakukan aktifitas dengan bebas tanpa khawatir kadar gulanya akan naik pada
saat kelelahan. Selain itu, penderita DM juga harus mengikuti tritmen dokter,
pemeriksaan kadar gula darah secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan.
Seseorang yang menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di
dalam hidupnya, sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik,
namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita.
Pada anak-anak hanya diperlukan satu gejala untuk diagnosis kecemasan yaitu
gelisah (seperti pada kasus). Kecemasan merupakan respon dari persepsi ancaman
yang diterima oleh system syaraf pusat. Di dalam syaraf pusat, proses tersebut
melibatkan jalur Cortex Cerebri Limbic System Reticular Activating System
Hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk
mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yang
kemudian memacu sistem syaraf otonom melalui mediator hormonal yang lain
(Mudjadid,2006).
2. Sejak 1 bulan ini anak sering buang air kecil, tetapi dianggap biasa karena anak juga
sering minum. Makan seperti biasa tetapi berat badan terlihat agak kurus, Tidak
didapatkan keluhan demam atau sakit yang berat sebelumnya, juga batuk pilek.
Sebulan yang lalu berat badan anak 39 kg.
a. Bagaimana mekanisme penurunan berat badan?
Jawab :
a. Pengaruh Hormon Insulin
Hormon isulin berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel. Apabila ada
gangguan pada sekresi dan kerja insulin, misalnya hiposekresi dan resistensi
insulin, maka akan menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa serta
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hiposekresi insulin
disebabkan oleh rusaknya sel beta pankreas sedangkan resistensi insulin
disebabkan tidak adanya atau tidak sensitifnya reseptor insulin yang berada di
permukaan sel. Hiposekresi dan resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak
masuk ke dalam sel sehingga tidak dihasilkan energi. Akibatnya, terjadi
6
hiperglikemia.
Diduga
mekanisme
hiperglikemia
memperlambat
pengosongan lambung adalah secara tak langsung yang melibatkan perubahan pada
aktivitas vagus, aktivitas listrik lambung, sekresi hormon-hormon gastrointestinal
dan mekanisme miogenik. Fischer dkk menunjukkan bahwa hiperglikemia post
prandial pada penderita diabetes menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas
mioelektrik lambung, pengurangan aktivitas motorik antrum dan keterlambatan
pengosongan lambung. Adanya korelasi antara kadar gula darah yang tinggi
dengan keterlambatan pengosongan lambung dijumpai pada IDDM maupun
NIDDM. Tidak jelasnya kolerasi antara kadar HbA1c dengan keterlambatan
pengosongan lambung menunjukkan bahwa keterlambatan pengosongan lambung
lebih merupakan efek hiperglikemia.
Mekanisme muntah-muntah :
Asidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri abdomen
dan anoreksia.
Mekanisme nafas cepat :
Sebagai kompensasi dari asidosis metabolik seperti dijelaskan sebelumnya.
b. Bagaimana hubungan nyeri perut dan muntah-muntah serta nafas mulai terlihat
cepat pada kasus ini?
Jawab :
Hubungan nyeri perut, muntah, serta nafas cepat merupakan gambaran klinis akibat
terjadinya ketosis dan asidosis. Keduanya disebut juga ketoasidosis.
c. Mengapa anak kehausan terus dan masih sering kencing?
Jawab :
Polidipsia
Sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan
osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya
timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk
mengatasi dehidrasi akibat poliuria.
Poliuria
Resistensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun,
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang batas ginjal maka ginjal akan
9
meningkatkan
pengeluaran urin dan terjadilah poliuria. Gejala poliuria ini terutama menonjol
pada waktu malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relatif tinggi.
d. Apa faktor resiko diabetes mellitus ?
Jawab :
Faktor resiko DM tipe 1
Riwayat keluarga
Ketika seorang sanak famili (orang tua, anak, saudara kandung) memiliki
diabetes, risiko mengembangkan diabetes tipe 1 adalah sekitar 10 sampai 15
persen. Banyak kemungkinan gen sedang diselidiki. Tapi gen bukanlah menjadi
faktor resiko utama, beberapa penelitian percaya faktor lingkungan seperti virus
dan diet ataupun yang berhubungan dengan kehamilan merupakan faktor lain
yang penting.
Paparan protein susu sapi: Konsumsi susu sapi pada anak usia dini telah
diselidiki sebagai faktor penyebabnya.
Usia
DM tipe 1 bisa menyerang usia berapapun. Tapi 2/3 kasus baru menyatakan
kebanyakan penderita adalah usia dibawah 19 tahun. Terdapat 2 usia utama
penderita DM tipe 1, yaitu usia dini dan pada usia pubertas. Sedangkan faktor
10
Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada keluarga tingkat pertama (orang tua,
anak, saudara kandung) atau kedua (paman, bibi, kakek, nenek, cucu,
keponakan)
Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya
sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit
diabetes melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas dengan tidak menimbun
racun dalam tubuh kita walaupun rokok dianggab bisa memberikan kenikmatan.
Kasihanilah tubuh Anda. Efek jangka panjang rokok sungguh sangat
mengerikan. Maka sangat sesuai sekali kalau agama sangat membenci rokok
karena memang lebih banyak kerusakannya ketimbang manfaatnya.
Ras dan Etnis: Afrika-Amerika, Latin, Indian Amerika / Alaska Pribumi, serta
Asia dan Kepulauan Pasifik memiliki risiko lebih besar.
Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada seorang sanak tingkat pertama (orang tua,
anak, saudara kandung)
Berat badan sebelum hamil setidaknya 10 persen di atas berat badan ideal
Berat lahir ibu lebih besar dari 4 kg atau kurang dari 2,72 kg
senyawa
toksin, diabetogenik
3.
IFN- yang dirilis oleh sel T CD4+ dan sel TCD8+menyebabkan makrofag
menjadi sitotoksik. Makrofag sitotoksik merilis sejumlah substansial sitokin
4.
5.
pankreas.
Sel kemudian dihancurkan melalui mekanisme apoptosis dimediasi Fas dan
atau granzim dan sitosillin (perforin), keduanya toksik pada sel .
Pada DM I, kadar glukosa darah sangat tinggi, tetapi tubuh tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal untuk membentuk energi. Oleh karena itu, energi
diperoleh melalui peningkatan katabolisme protein dan lemak. Seiring dengan
kondisi tersebut, terjadi perangsangan lipolisis serta peningkatan kadar asam lemak
bebas dan gliserol darah. Dalam hal ini terjadi peningkatan produksi asetil-KoA
oleh hati, yang pada gilirannya diubah menjadi asam asetoasetat dan pada akhirnya
direduksi menjadi asam -hidroksibutirat atau mengalami dekarboksilasi menjadi
aseton. Pada kondisi normal, konsentrasi benda-benda keton relatif rendah karena
insulin dapat menstimulasi sintesis asam lemak dan menghambat lipolisis. Hanya
dibutuhkan kadar insulin yang kecil untuk menghambat lipolisis (Unger dan Foster,
1992; Lawrence, 1994).
f. Apa komplikasi DM?
Jawab :
Akut :
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
1. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Ketoasidosis diabetikum ditandai dengan hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
Glukosuria dan ketonuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik, sehingga
mengakibatkan pasien mengalami dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien
dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok bahkan mengalami koma dan
meninggal.
2. Status Hiperosmolar Hiperglikemi Non Ketotik (HHNK)
Koma hiperosmolar non ketotik sering terjadi pada penderita diabetes mellitus
tipe 2. Komplikasi ini ditandai dengan hiperglikemia tanpa disertai ketosis.
Gejala khasnya adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat, pernafasan cepat
dan dalam (kussmaul).
3. Koma Hipoglikemia
14
4.
5.
6.
7.
ginggivitis
Kaki diabetik
Aterosklerosis
Disfungsi ereksi
Normal
Fisik
Interpretasi
Normal
maupun
cyanosis
Kesadaran
Anak gelisah
TD
100 / 70 mmHg
Tidak normal
Sensorium
compos mentis
100-120 / 60-75
mmHg
Nadi
112/menit
tahun
(Takikardi)
60 - 95 BPM
Suhu
36,8o celcius
tahun
36-37,5o Celcius
RR
56 x/ menit, cepat
& dalam
tahun
14-22 x/ menit
Kurus
TB 138 cm)
18.378
18,5 25
Status pubertas
A1P1M2
diinterpretasikan
berdasarkan
terutama
Nyeri
tekan
pada
daerah
gaster
Acral
Hangat
Hangat
Menunjukkan
ekstrimitas
jaringan
masih
pada
melakukan
metabolisme.
Acral
yang
Menunjukkan
metabolisme
mendingin
penurunan
yang
bisa
nekrosis;
Tekanan darah
Kondisi hipoglikemik menyebabkan osmolaritas darah berkurang sehingga
terjadi kondisi hipovolemik dan tekanan darah menurun. Selain itu kadar
glukosa darah yang rendah dapat merangsang saraf parasimpatis untuk
meningkatkan volume darah dengan vasodilatasi namun vasodilatasi dengan
keadaan hivolemik menyebabkan tekanan darah menurun.
18
Status pubertas
1. M adalah kode yang digunakan di klinik, kode ini terdiri dari M1, M2, M3,
M4, dan M5 hal ini disesuaikan dengan stadium Tanner untuk menunjukan
adanya pertumbuhan payudara.
11.7 (+ 1.2) thn : payudara dan kenaikan papilla, areola meluas
(Tanner 2)
12.4 (+ 1.1) thn: payudara dan areola meluas, tidak ada pemisahan
(Tanner 3)
12.9 (+ 1.05) thn : Areola dan papilla masih berupa struktur tambahan
(Tanner 4)
14.4 (+ 1.1) thn : Nipple, areola bagian dari payudara (Tanner 5)
2. A adalah kode yang digunakan untuk menunjukan pertumbuhan rambut
ketiak (Aksila), pertumbuhannya hampir sama dengan pertumbuhan rambut
pubik. Kode ini terdiri dari A1, A2, A3, dimana untuk anak dengan usia
12.9 (+ 1.05) thn menurut stadium tanner harusnya sudah tumbuh 90%.
3. P adalah kode yang digunakan untuk menunjukan pertumbuhan rambut
pubik, hal ini berdasarkan stadium Tanner. Kode ini terdiri dari P1, P2, P3,
P4, P5.
11.7 (+ 1.2) thn : lurus, medial labia (Tanner 2)
12.4 (+ 1.1) thn : Mulai keriting, jumlah meningkat,semakin gelap
(Tanner 3)
12.9 (+ 1.05) thn : Kasar, keriting, lebih sedikit dari dewasa (Tanner 4)
14.4 (+ 1.1) thn : tipe dewasa, menyebar hingga selangkangan (Tanner 5)
Interpretasi A1P1M2 menunjukan belum adanya pertumbuhan rambut ketiak,
belum adanya pertumbuhan rambut pubik, dan pertumbuhan payudara sudah
tumbuh dengan kenaikan papilla, areola meluas.
Gelisah
19
Nadi
Nadi berada di atas rentang normal (takikardi) dikarenakan meningkatkan HR
akibat ransangan saraf simpatik sebagai respon dari kelaparan tubuh
dikarenakan ketidakmampuan jaringan mengambil glukosa.
RR
RR meningkat sebagai kompensasi penurunan pH (efek dari asidosis metabolik)
Palpasi abdomen
Nyeri tekan pada abdomen terutama gaster pada kasus ini disebabkan oleh
gastritis karena peningkatan asam lambung.
Normal
Interpretasi
Hiperglikemia
200mg/dl
20
650 mg%
Reduksi urin
+3
adalah
glukosa
glukosa
merupakan
dengan
kadar
pereduksi
+3
dalam
kasus
mencapai
30mg/dL.
Glukosa
Untuk anak-anak
60 - 100 mg%
650 mg%
Hemoglobin
13.6 mg%
normal.
12 - 15 mg%
Leukosit
20.000 / mm3
leukosit
rentang
normal
berada
di
atas
(leukositosis)
(+10.000).
mm3
Trombosit
230.000 / mm3
normal.
mm3
pH
7.1
7.35 - 7.45
normal (asidosis).
HCO3-
12 mmol/L
C-peptida
Untuk
umur
4-10 DM tipe 1
< 0.5
peptida
merupakan
proses
folding,
barulah
Reduksi urin
Peningkatan reduksi urin disebabkan karena meningkatnya zat yang
mengandung elektron yang tidak stabil yang mampu mereduksi secara spontan
reagen benedict. Dalam hal ini, pereduksi yang berlebih tersebut adalah glukosa
22
Faktor lingkungan : virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
Koma
Hiperosmolar
(KAD)
Hiperglikemik
Nonketotik (KHNK)
23
Umur
< 40 th
> 40 th
Gula darah
Na serum
K serum
/N
sering
Bikarbonat
sangat
N / sedikit
Ureum
> 60 mg/dl
Osmolaritas
Sensitivitas Insulin
sangat sensitif
Prognosis
mortalitas 10%
mortalitas 50%
ada
tidak ada
ada
tidak ada
Gejala Klinis :
Pernafasan Kussmaul
Bau aseton
asidosis,
meningkatkan
ketogenesis
dan
mencegah
komplikasi.
Cara mengatasi kondisi KAD
1. Resusitasi yang diperlukan
2. Menyiapkan pemeriksaan-pemeriksaan dasar
3. Memulai monitoring klinik secara reguler
4. Memulai rehidrasi
5. Penilaian penggantian Na
6. Penilaian penggantian K
7. Memulai pemberian insulin
8. Mengatur kebutuhan insulin sehingga tercapai hasil yang diinginkan.
Berikut terapi untuk KAD
Terapi cairan
Prioritas utama pada penatalaksanaan KAD adalah terapi cairan.8 Terapi insulin
hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi dan hanya dengan terapi
cairan saja akan membuat kadar gula darah menjadi lebih rendah.
Penentuan derajat dehidrasi dengan gejala klinis seringkali sukar dikerjakan,
namun demikian beberapa gejala klinis yang dapat menolong untuk menentukan
derajat dehidrasi adalah:
- 5% : penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, takikardia
- 10% : capillary refill time > 3 detik, mata cowong
- > 10% : pulsus arteri perifer lemah, hipotensi, syok, oliguria
Resusitasi cairan hendaknya dilakukan secara agresif. Targetnya adalah
penggantian cairan sebesar 50% dari kekurangan cairan dalam 8 " 12 jam pertama
dan sisanya dalam 12 " 16 jam berikutnya.Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan
dengan kecepatan 15 " 20 ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama ( 1 " 1,5
liter). Sebuah sumber memberikan petunjuk praktis pemberian cairan sebagai
berikut: 1 liter pada jam pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter
setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi.
Pilihan cairan selanjutnya tergantung dari status hidrasi, kadar elektrolit serum, dan
pengeluaran urine. Pada umumnya, cairan NaCl 0,45% diberikan jika kadar
natrium serum tinggi (> 150 mEq/l), dan diberikan untuk mengkoreksi peningkatan
kadar Na+ serum (corrected serum sodium) dengan kecepatan 4-14 ml/kgBB/jam
serta agar perpindahan cairan antara intra dan ekstraselular terjadi secara gradual.
25
Natrium
Penderita oleh karena level gula darah yang tinggi. Untuk tiap peningkatan gula
darah 100 mg/dl di atas 100 mg/dl maka kadar natrium diasumsikan lebih tinggi
1,6 mEq/l daripada kadar yang diukur. Hiponatremia memerlukan koreksi jika
level natrium masih rendah setelah penyesuaian efek ini. Contoh, pada orang
dengan kadar gula darah 600 mg/dl dan level natrium yang diukur 130, maka level
natrium yang sebenarnya sebesar 130 + (1,6 x 5) = 138, sehingga tidak
memerlukan koreksi dan hanya memerlukan pemberian cairan normal saline (NaCl
0,9%). Serum natrium yang lebih tinggi daripada 150 mEq/l memerlukan koreksi
dengan NaCl 0,45%.
Kalium
Meskipun terdapat kekurangan kalium secara total dalam tubuh (sampai 3 - 5
mEq/kgBB), hiperkalemia ringan sampai sedang seringkaliterjadi. Hal ini terjadi
karena shift kalium dari intrasel ke ekstrasel oleh karena asidosis, kekurangan
insulin, dan hipertonisitas, sehingga terapi insulin, koreksi asidosis, dan
penambahan volume cairan akan menurunkan konsentrasi kalium serum. Untuk
mencegah hipokalemia, penggantian kalium dimulai setelah kadar kalium serum
kurang dari 5,0, sumber lain menyebutkan nilai 5,5 mEq/l. Umumnya, 20 - 30 mEq
kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) pada tiap liter cairan infus cukup untuk
memelihara kadar kalium serum dalam range normal 4 - 5 mEq/l. Kadangkadang
pasien KAD mengalami hipokalemia yang signifikan. Pada kasus tersebut,
penggantian kalium harus dimulai dengan terapi KCl 40 mEq/l, dan terapi insulin
26
harus ditunda hingga kadar kalium > 3,3 mEq/l untuk menghindari aritmia atau
gagal jantung dan kelemahan otot pernapasan.Terapi kalium dimulai saat terapi
cairan sudah dimulai, dan tidak dilakukan jika tidak ada produksi urine, terdapat
kelainan ginjal, atau kadar kalium > 6 mEq/l.
Fosfat
Meskipun kadar fosfat tubuh secara keseluruhan mengalami penurunan hingga 1,0
mmol/kgBB, kadar fosfat serum seringkali normal atau meningkat. Kadar fosfat
menurun dengan terapi insulin. Studi acak prospektif gagal untuk menunjukkan
efek menguntungkan dari pemberian fosfat pada hasil akhir pasien KAD, dan
terapi fosfat berlebihan dapat menyebabkan hipokalemia berat tanpa bukti adanya
tetanus.
Bagaimanapun untuk menghindari lemahnya otot rangka dan jantung serta depres
pernapasan yang disebabkan hipofosfatemia, pemberian fosfat secara hati-hati
mungkin kadangkadang diindikasikan pada pasien dengan kelainan jantung,
anemia, atau depresi pernapasan dan pada mereka dengan kadar serum posfat < 1,0
mg/dl. Ketika diperlukan, 20 " 30 mEq/l kalium fosfat dapat ditambahkan pada
terapi cairan yang telah diberikan. Untuk itu diperlukan pemantauan secara
kontinu.7 Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kalium fosfat rutin karena
mereka percaya akan dapat menurunkan hiperkloremia setelah terapi dengan
membatasi pemberian anion Cl-. Pemberian fosfat juga mencetuskan hipokalsemia
simtomatis pada beberapa pasien.
Magnesium
Biasanya terdapat de sit magnesium sebesar 1 - 2 mEq/l pada pasien KAD. Kadar
magnesium ini juga dipengaruhi oleh pemakaian obat seperti diuretik yang dapat
menurunkan kadar magnesium darah. Gejala kekurangan magnesium sangat sulit
dinilai dan sering tumpang tindih dengan gejala akibat kekurangan kalsium, kalium
atau natrium. Gejala yang sering dilaporkan adalah parestesia, tremor, spame
karpopedal, agitasi, kejang, dan aritmia jantung. Pasien biasanya menunjukkan
gejala pada kadar ! 1,2 mg/dl. Jika kadarnya di bawah normal disertai gejala, maka
pemberian magnesium dapat dipertimbangkan.
Hiperkloremik asidosis selama terapi
Oleh karena pertimbangan pengeluaran keto acid dalam urine selama fase awal
terapi, substrat atau bahan turunan bikarbonat akan menurun. Sebagian defisit
bikarbonat akan diganti dengan infus ion klorida pada sejumlah besar salin untuk
27
Terapi Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan
rehidrasi yang memadai. Pemakaian insulinakan menurunkan kadar hormon
glukagon, sehingga menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan
meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan.
Sejak pertengahan tahun 1970-an protokol pengelolaan KAD dengan drip
insulin intravena dosis rendah mulai digunakan dan menjadi popular. Cara ini
dianjurkan karena lebih mudah mengontrol dosis insulin, menurunkan kadar
glukosa darah lebih lambat, efek insulin cepat menghilang, masuknya kalium ke
intrasel lebih lambat, komplikasi hipoglikemia dan hipokalemia lebih sedikit.
Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan
insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin), disebut juga insulin
reguler.
Yang termasuk disini adalah insulin reguler (Crystal Zinc Insulin/CZI). Saat
ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.
Preparat yang ada antara lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini
diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan
efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.
b. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan
menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara
memperlambat penyerapan insulin kedalam darah. Yang dipakai saat ini
adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard, Insulatard. Jenis ini
29
awal kerjanya adalah 1,5-2,5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4-15 jam dan
efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
c. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang.
Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:
Mixtard 30 / 40.
d. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat
dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu
sekitar 24 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.
yang utama pada sebuah reseptor yaitu transduksi sinyal (Granner, 2003). Ikatan
ligan menyebabkan autofosforilasi beberapa residu tirosin yang terletak pada
bagian sitoplasma subunit dan kejadian ini akan memulai suatu rangkaian
peristiwa yang kompleks. Reseptor insulin memiliki aktivitas intrinsik tirosin
kinase dan berinteraksi dengan protein substrat reseptor insulin (IRS dan Shc).
Sejumlah protein penambat (docking protein) mengikat protein selular dan
memulai aktivitas metabolik insulin [GrB-2, SOS, SHP-2, p65, p110 dan
phosphatidylinositol 3 kinase (PI-3-kinase)]. Insulin meningkatkan transport
glukosa melalui lintasan PI-3-kinase dan Cbl yang berperan dalam translokasi
vesikel intraselular yang berisi transporter glukosa GLUT 4 pada membran plasma.
Aktivasi jalur sinyal reseptor insulin juga menginduksi sintesa glikogen, protein,
lipogenesis dan regulasi berbagai gen dalam perangsangan insulin seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.2 (Powers, 2005).
a. Golongan Sulfonilurea
31
32
b. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular
dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga menekan nafsu makan
hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita
yang overweight (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
c. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan berupa
penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi
insulin dari otot, jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa
ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat
33
lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel
pankreas.Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
Asidosis berat dan serum K rendah, hal ini menunjukkan K total yang sangat
kurang
Hipernatremia, menunjukkan keadaan hiperosmoler yang memburuk
Hiponatremia
35
Lipaemia berat
Penurunan kesadaran saat pemberian terapi menunjukkan edema otak
36
V. Learning Issue
1.
2.
3.
4.
5.
Diabetes Mellitus
Peran Endokrin dalam Homeostasis Glukosa
Metabolisme Energy Non Glukogenik (Lemak)
Ketoasidosis (Dapar Darah)
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus dan Ketoasidosis
VI. Sintesis
VI.1. Diabetes Mellitus
6.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme
dalam
Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus.
Pra-diabetes:
A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa
Terganggu)
B. IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
Riwayat keluarga
Ketika seorang sanak famili (orang tua, anak, saudara kandung) memiliki
diabetes, risiko mengembangkan diabetes tipe 1 adalah sekitar 10 sampai
15 persen. Banyak kemungkinan gen sedang diselidiki. Tapi gen bukanlah
menjadi faktor resiko utama, beberapa penelitian percaya faktor
lingkungan seperti virus dan diet ataupun yang berhubungan dengan
kehamilan merupakan faktor lain yang penting.
Paparan protein susu sapi: Konsumsi susu sapi pada anak usia dini telah
diselidiki sebagai faktor penyebabnya.
Usia
DM tipe 1 bisa menyerang usia berapapun. Tapi 2/3 kasus baru
menyatakan kebanyakan penderita adalah usia dibawah 19 tahun. Terdapat
2 usia utama penderita DM tipe 1, yaitu usia dini dan pada usia pubertas.
Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada keluarga tingkat pertama (orang tua,
anak, saudara kandung) atau kedua (paman, bibi, kakek, nenek, cucu,
keponakan)
Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan
sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah
41
terserang penyakit diabetes melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas
dengan tidak menimbun racun dalam tubuh kita walaupun rokok dianggab
bisa memberikan kenikmatan. Kasihanilah tubuh Anda. Efek jangka
panjang rokok sungguh sangat mengerikan. Maka sangat sesuai sekali
kalau agama sangat membenci rokok karena memang lebih banyak
kerusakannya ketimbang manfaatnya.
Berat badan sebelum hamil setidaknya 10 persen di atas berat badan ideal
Berat lahir ibu lebih besar dari 4 kg atau kurang dari 2,72 kg
orang
yang
mengalami gejala-gejala
tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu
check up atau melakukan pemeriksaan darah.
Menurut Orang
43
Menurut Tempat
Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita
Diabetes mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India
(31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta),
dan Jepang (6,8 juta).24 Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di
Pulau Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005,
di DKI Jakarta telah dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM
sebesar 12,8%.5
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian
epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM
terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %,
Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7%. Sedangkan
prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan antara lain
44
Menurut Waktu
Pada tahun 2000, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia,
dimana 1,4 juta atau 48,28% kematian terjadi pada pria, dan
selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada wanita. Dari jumlah kematian
ini, 1 juta atau 34,48% kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta
atau 65,52% kematian terjadi di negara berkembang.Pada tahun 2003,
WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk
dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes mellitus dan tahun 2007
mengalami peningkatan menjadi 7,3%.
Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih
banyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup)
dan faktor lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe 2
sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta
pada tahun 2030.
6.1.7 Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan
khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin
disampaikan penderita antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan,
gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada
wanita.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan
sebagai patokan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4 berikut ini.
45
Normal
<100 mg/dL
<140 mg/dL
Pra-diabetes
IFG atau IGT
Diabetes
126 mg/dL
200 mg/dL
3. Koma Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan munculnya rasa lapar, pusing, banyak
keringat, gemetar, berdebar-debar, gelisah, dan kesadaran menurun sampai
koma.
Kronis :
Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1. Makroangiopati :
dalam
darah
sebaliknya
untuk
sekresi
hormone
kadar
gula
darah,
glukagon
merangsang
6.2.1 Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam
amino dalam darah serta mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut.
Hormon insulin digunakan secara nyata untuk mempengaruhi metabolisme
karbohidrat dan protein pada
otot rangka.
Hormon ini
memudahkan
penyerapan glukosa dan asam amino kedalam otot rangka dan hati, dengan
demikian berperan dalam proses glycogenesis. Secara bersamaan, insulin
menghalangi pelepasan glukosa hati
(glycogenolysis)
dan
produksi
lemak,
yaknidalam
mengatur lipolysis
dan lipogenesis.
Lipolysis, hidrolisis dari triglycerida, adalah salah satu langkah syarat dari
48
di hati dan
hormon
ini
juga berperan
didalam
meningkatkan
sintese
protein
49
Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif
langsung antara sel pankreas yang
menghasilkan insulin
dengan
3.
50
6.2.2 Glukagon
Banyak ahli fisiologi memandang sel-sel pankreas penghasil
insulin dan sel-sel pankreas penghasil glukagon sebagai pasangan sistem
endokrin yang sekresinya kombinasinya merupakan faktor utama dalam
mengatur metabolisme bahan bakar. Glukagon mempengaruhi banyak proses
metabolisme
yang
juga
dipengaruhi
oleh
insulin
ini
menimbulkan
berbagai
efek
pada
metabolisme
glikogen,
meningkatkan glikogenolisis,
dan
merangsang
glukoneogenesis
51
52
glukosa
darah
mengalami
penurunan
maka
sel
53
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar
berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air,
maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke
dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida
segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung
yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui
pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi
darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan
adiposa.
54
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi
asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut,
dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida
ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid,
trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan
menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan
ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke
jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty
acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak
dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam
lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi
trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak
tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam
lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses
pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan
protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat
sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi,
asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya
dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis
menjadi
kolesterol.
Selanjutnya
kolesterol
mengalami
steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak
juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan
aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian.
55
Diet
Triglise
rida
Esterif
Lipolisi
kasi
s
Asam
lemak
Lipoge
Oksidasi
Kolesteroge
nesis
beta
nesis
Lipid
Karboh
Protein
idrat
Gliserol
AsetilKoA
Steroid
Steroidog
enesis
Kolesterol
+ ATP
Siklus
asam
sitrat
ATP
Aseto
Ketogenesi
asetat
s
hidroksi
butirat
H2O
Aseto
n
CO2
56
dan
sejumlah
immunosuppresan
dilaporkan
mampu
6.4.3 Patofisiologi
Interaksi berbagai faktor penyebab defisiensi insulin merupakan
kejadian awal sebagai lanjutan dari kegagalan sel-? secara progresif. Keadaan
tersebut dapat berupa penurunan kadar atau penurunan efektivitas kerja
insulin akibat stres fisiologik seperti sepsis dan peningkatan kadar hormon
58
60
b. Kadar
natrium
yang
sebenarnya
dapat
dikalkulasi
dengan
3.
4.
perbaikan KAD, yaitu nilai pH >7,3 dan kadar keton kapiler < 1 mmol/L.
Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c): Peningkatan HbA1c menentukan
diagnosis diabetes, terutama pada pasien yang tidak mendapat penanganan
sesuai standar. Pemeriksaan darah rutin: Peningkatan kadar leukosit
mendaki
gunung
tanpa
O2 tambahan
dapat
menderita
61
Terapi gizi medik merupakan ssalah satu dari terapi non farmakologik
yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi ini
pada prinsipnya melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan
pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan
kebutuhan individual.
Tujuan terapi gizi ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan :
1. Kadar glukosa darah yang mendekati normal
a. Glukosa darah berkisar antaara 90-130 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam post prandial < 180 mg/dl
c. Kadar HbA1c < 7%
2. Tekanan darah <130/80
3. Profil lipid :
a. Kolesterol LDL <100 mg/dl
b. Kolesterol HDL >40 mg/dl
c. Trigliserida <150 mg/dl
4. Berat badan senormal mungkin, BMI 18 24,9
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan
perubahan pola makan diabetes antara lain, tinggi badan, berat badan,
status gizi,, status kesehatan, aktivitas fisik dan faktor usia. Selain itu
ada beberapa faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa
pertumbuhan, gangguan pencernaan pada usia tua, dan lainnya. Pada
keadaan infeksi berat dimana terjadi proses katabolisme yang tinggi
perlu dipertimbangkan pemberian nutrisi khusus. Masalah lain yang
tidak kalah pentingnya adalah masalah status ekonomi, lingkungan
kebiasaan dan tradisi dalam lingkungan yang bersangkutan serta
kemampuan petugas kesehatan yang ada.
Insulin
Edukasi
Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat.
disini adalah
Zinc
a. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan
oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Obat
golongan ini merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru dengan
66
b. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga menekan
nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak
diberikan pada penderita yang overweight (Ditjen Bina Farmasi dan
Alkes, 2005).
c. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan
berupa
penurunan
kadar
glukosa
dan
insulin
dengan
jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,
sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada
68
sasaran
kelainan
hipoglikemia
dan
yaitu
resistensi
juga
tidak
insulin
tanpa
menyebabkan
menyebabkan
kelelahan
sel
tubuh
yang
hilang,
memperbaiki
perfusi,
meningkatkan
69
dengan terapi cairan saja akan membuat kadar gula darah menjadi lebih
rendah.
Penentuan derajat dehidrasi dengan gejala klinis seringkali sukar
dikerjakan, namun demikian beberapa gejala klinis yang dapat menolong
untuk menentukan derajat dehidrasi adalah:
- 5% : penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, takikardia
- 10% : capillary refill time > 3 detik, mata cowong
- > 10% : pulsus arteri perifer lemah, hipotensi, syok, oliguria
Resusitasi cairan hendaknya dilakukan secara agresif. Targetnya adalah
penggantian cairan sebesar 50% dari kekurangan cairan dalam 8 " 12 jam
pertama dan sisanya dalam 12 " 16 jam berikutnya.Cairan fisiologis (NaCl
0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 " 20 ml/kgBB/jam atau lebih selama
jam pertama ( 1 " 1,5 liter). Sebuah sumber memberikan petunjuk praktis
pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada jam pertama, 1 liter dalam 2
jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi.
Pilihan cairan selanjutnya tergantung dari status hidrasi, kadar elektrolit
serum, dan pengeluaran urine. Pada umumnya, cairan NaCl 0,45% diberikan
jika kadar natrium serum tinggi (> 150 mEq/l), dan diberikan untuk
mengkoreksi peningkatan kadar Na+ serum (corrected serum sodium)
dengan kecepatan 4-14 ml/kgBB/jam serta agar perpindahan cairan antara
intra dan ekstraselular terjadi secara gradual.
Natrium
Penderita oleh karena level gula darah yang tinggi. Untuk tiap peningkatan
gula darah 100 mg/dl di atas 100 mg/dl maka kadar natrium diasumsikan
lebih tinggi 1,6 mEq/l daripada kadar yang diukur. Hiponatremia
70
serum posfat < 1,0 mg/dl. Ketika diperlukan, 20 " 30 mEq/l kalium fosfat
dapat ditambahkan pada terapi cairan yang telah diberikan. Untuk itu
diperlukan pemantauan secara kontinu.7 Beberapa peneliti menganjurkan
pemakaian kalium fosfat rutin karena mereka percaya akan dapat
menurunkan hiperkloremia setelah terapi dengan membatasi pemberian anion
Cl-. Pemberian fosfat juga mencetuskan hipokalsemia simtomatis pada
beberapa pasien.
Magnesium
Biasanya terdapat de sit magnesium sebesar 1 - 2 mEq/l pada pasien KAD.
Kadar magnesium ini juga dipengaruhi oleh pemakaian obat seperti diuretik
yang dapat menurunkan kadar magnesium darah. Gejala kekurangan
magnesium sangat sulit dinilai dan sering tumpang tindih dengan gejala
akibat kekurangan kalsium, kalium atau natrium. Gejala yang sering
dilaporkan adalah parestesia, tremor, spame karpopedal, agitasi, kejang, dan
aritmia jantung. Pasien biasanya menunjukkan gejala pada kadar ! 1,2 mg/dl.
Jika kadarnya di bawah normal disertai gejala, maka pemberian magnesium
dapat dipertimbangkan.
Hiperkloremik asidosis selama terapi
Oleh karena pertimbangan pengeluaran keto acid dalam urine selama fase
awal terapi, substrat atau bahan turunan bikarbonat akan menurun. Sebagian
defisit bikarbonat akan diganti dengan infus ion klorida pada sejumlah besar
salin untuk mengkoreksi dehidrasi. Pada kebanyakan pasien akan mengalami
sebuah keadaan hiperkloremik dengan bikarbonat yang rendah dengan anion
gap yang normal. Keadaan ini merupakan kelainan yang ringan dan tidak
akan berbahaya dalam waktu 12 - 24 jam jika pemberian cairan intravena
tidak diberikan terlalu lama.
Penatalaksaan terhadap Infeksi yang Menyertai
Antibiotika diberikan sesuai dengan indikasi, terutama terhadap faktor
pencetus terjadinya KAD. Jika faktor pencetus infeksi belum dapat
ditemukan, maka antibiotika yang dipilih adalah antibiotika spektrum luas.
VII.Kesimpulan
72
Daftar Pustaka
Baradero , Mary,. . .et. Al. 2009. Klien Dengan Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC.
Campbell, M. K., Farrell, S. O. (2012). Biochemistry. USA: Mary Finch
Carthy, T; Horesh N; Apter A; Edge MD; Gross JJ (May 2010). "Emotional reactivity and
cognitive regulation in anxious children". Behavior Research and Therapy 48 (5): 384393
Charts for heart rate, respirations, and blood pressure taken from Robert M. Kliegman,et al.,
editors,
2007), 389
73
Kail, RV; Cavanaugh JC (2010). Human Development: A Lifespan View (5th ed.). Cengage
Learning. p. 296
Lawrence, J.C., 1994, Insulin and Oral Hypoglycemic Agents, In Brody, T.M., Larner, J.,
Minneman, K.P., and Neu, H.C. (Ed.), Human Pharmacology, 2nd Ed., 523-539, Mosby,
London.
Marks, Basic Medical Biochemistry, 4th edition, Elsevier
Marshall WA, Tanner JM (June 1969). "Variations in pattern of pubertal changes in girls".
Arch. Dis. Child
Nelson Textbook of Pediatrics, 19th edition (Philadelphia: Saunders Elsevier, 2012)
Normal Reference Range Table from The University of Texas Southwestern Medical Center
at Dallas. Used in Interactive Case Study Companion to Pathologic basis of disease.
Price & Wilson. 2002. Patofisiologi (ed. 6). Jakarta: EGC
PTS PANELS Ketone Test Strips Information paper PS-002588E Rev. 2 10/05 by Polymer
Technology Systems
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed. 5. Jakarta :
Suyono, Slamet,. . .et. Al. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : FKUI.
Thomas E Creighton (1993). Proteins: Structures and Molecular Properties (2nd ed.). W H
Freeman and Company. pp. 8183
Unger, R.H. and Foster, D.W., 1992, Diabetes Mellitus, In Wilson, J.D. and Foster, D.W.,
Endocrinology, 1255-1317, W.B Sunders Company, A Division of Harcourt Brace and
Company, London.
Waspadji, sarwono, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 1V Jilid 3. Jakarta : FKUI.
74