Skenario C Blok 15
1. Talita, 5-year old girl, was referred to MH hospital for poor weight gain.Post
natal history; her birth weight was 3 kg (Main Problem)
a. bagaimana mekanisme poor weight gain pada kasus ?
Pada skenario ini, Talita mengalami kelainan penyakit jantung bawaan
dimana terjadi kebocoran pada sekat
pemisah antara atrium kiri dengan
atrium kanan. Jika terjadi kebocoran
jantung, darah bersih yang berada
pada atrium kiri akan mengalir ke
darah kotor yang ada di atrium
kanan. Dengan demikian, akan
mengakibatkan penurunan aliran
oksigen dan nutrisi ke jaringan
perifer dan akibatnya terjadi
penurunan jumlah energi atau ATP
yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh. Selain itu penyakit jantung
bawaan juga berpengaruh pada daya
isap bayi yang tak baik sehingga
asupan makanannya pun berkurang.
Infeksi saluran pernapasan
yang sering dikeluhkan Talita juga
berpengaruh pada masalah berat
badannya. Karena penyakit tersebut
dapat menimbulkan sesak napas
sehingga menyebabkan daya isap
bayi juga tidak kuat dan asupan makanannya berkurang. Mekanisme lainnya,
infeksi saluran nafas ini akan membuat nafsu makan berkurang, sehingga intake
makanan berkurang. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan nutrisi. Juga
infeksi saluran nafas akan meningkatkan metabolisme tubuh, sedangkan intake
oksigen menurun. Hal ini mengakibatkan pertambahan berat badan memburuk.
Seluruh hal tersebut diatas mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh
yang akhirnya akan menyebabkan poor weight gain.
b. apa dampak dari poor weight gain ?
Poor weight gain dapat menyebabkan terjadinya:
1. penurunan laju pertumbuhan
2. Penurunan kecerdasan intelektual
3. emosional
4. penurunan sistem imun.
5. Penurunan metabolism tubuh
Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis
horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan
panjang / tinggi badan.
Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal
pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur,
dan IMT.
Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran
perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
rata
Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis
ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang
3
4
5
Catatan :
1
Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik
jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau
IMT terhadap umur.
Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi
lebih.
Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).
2. ECG : Sinus rhythm right bundle branch block (RBBB) pattern, right
ventricular hypertrophy (RVH), right atrial hypertrophy (RAH)
a. bagaimana interpretasi pada kasus ?
Pemeriksaan
Interpretasi
Mekanisme abnormal
Sinus Rhytm
Normal
RBBB
Tidak normal
RBBB
pada
hasil
EKG
merupakan
kepanjangan dari right bundle branch block.
Adanya RBBB menandakan adanya gangguan
pada sistem konduksi listrik jantung pada
bagian ventrikel/bilik kanan jantung. Terjadi
delay dari
Hipertrofi
Tidak normal
atrium kanan
ventrikel kanan.
Peningkatan aliran darah dari atrium kiri akan
menyebabkan volume overload, akibatnya akan
menyebabkan hipertrofi atrium kanan sebagai
Hipertrofi
Tidak normal
mekanisme kompensasi
Peningkatan aliran darah dari atrium kanan
ventrikel
kanan
c. RBBB
Berdasarkan patofisologi terjadinya RBBB seperti yang sudah dijelaskan
diatas, maka kriteria suatu RBBB di EKG adalah adanya gambaran klasik
komplek QRS yang berbentuk rabbit ears atau M-shape dengan pola RSR
(Gambar 2.3) (Horton, 2009).
6. Template
a. Bagaimana penengakan diagnosis ?
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur (bunyi jantung yang
terus-menerus) yang nyaring.
a
Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery mur-mur), edema tungkai, hepatomegali, angina,
palpitasi, sinkop.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari pengukuran tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan, dan suhu tubuh sampai pada langkah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi.
c
pembesaran segmen pulmonal, dan downward apex indikasi ada hipertrofi ventrikel
kiri.
d
Pemeriksaan tambahan
i ECG
Jika ada gel. R tinggi dengan perubahan axis ke kanan menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel kanan dan hiperensi pulmonal
ii Echocardiography
iii MRI
Mengetahui besarnya curah jantung, besar pirau, dan kelainan pada aorta
iv Kateter (untuk indikasi hipertensi pulmonal)
Faktor Genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah atau ibu menderita PJB
Kelainan kromosom seperti Down Syndrome
Lahir dengan kelainan bawaan lain
Elektrokardiografi
Gambaran EKG penting dalam membantu diagnosis DSA sekundum.
EKG menunjukkan pola RBBB pada 95%, yang menunjukkan terdapatnya
beban volume ventrikel kanan. Deviasi sumbu QRS ke kanan (Rigth axis
deviation) pada DSA sekundum membedakannya dari defek primum yang
memperlihatkan defiasi sumbu ke kiri (left axis deviation). Blok AV derajat I
(pemanjangan interval PR) terdapat pada 10% kasus defect sekundum.
2.
Echocardiography
Dengan alat diagnosis ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defect ini paling
baik divisualisasikan dengan menggunakan pandangan subxifoid, karena
tegak lurus pada sekat atrium. Dengan menggunakan pemetaan aliran dopler
bewarna dapat dilihat aliran shuntyang melewati defect septum. Dengan
ekokardiografi M-mode, pada defect sekat atrium tipe sekundum sering
tampak pembesaran ventrikel kanan dan juga terlihat gerakan septum yang
paradoks atau mendatar.
Sementara itu pada defect sekat atrium tipe primum kadang kita perlu
melihat gamabaran katub mitral. Gambaran ini dapat dilihat paling baik pada
pandangan sumbu pendek subsifoid dan parasternal.
3.
Foto rontgen
Ukuran jantung membesar sebanding dengan besar shunt. Mungkin
terdapat pembesaran jantung kanan yang tampak sebagai penonjolan pada
bagian kanan atas jantung. Batang arteri pulmonalis juga dapat membesar
dan tampak sebagai tonjolan pulmonal yang prominen. Vaskularisasi corakan
paru bertambah. Gambaran ini (disertai dengan gejala klinik yang ada) sering
didiagnosis sebagai Klompleks Primer Tuberkulosis (KPTB).
4.
Kateterisasi jantung
Kadang-kadang dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing
ruangan jantung misalnya hipertensi pulmonal.
5.
P menggambarkan
depolarisasi
atrium
kanan,
sementara
bagian
kedua
Oleh
karena
itu,
sadapan
II
Sadapan
V1
berguna
karena
Atrium kanan secara elektris mendominasi atrium kiri. Vektor depolarisasi atrium dapat
bergeser ke kanan, sehingga aksis gelombang P dapat bergeser ke kanan, sampai atau bahkan
melebihi +900. Oleh sebab itu, gelombang P yang tertinggi mungkin tidak lagi terlihat di sadapan
II tetapi di aVF atau III.
Gambaran klasik pembesaran atrium kanan diperlihatkan di sadapan II dan VI, di bawah ini, dan
disebut sebagai P pulmonale, karena sering disebabkan oleh penyakit paru berat.
Diagnosis pembesaran atrium kanan ditegakkan dengan adanya gelombang P yang beramplitudo
melebihi 2,5 mm di sadapan inferior (II, III, aVF).
Pembesaran atrium kanan ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Gelombang P yang beramplitudo melebihi 2,5 mm di sadapan inferior.
2. Tidak ada perubahan durasi gelombang P.
3. Kemungkinan deviasi aksis gelombang P ke kanan