TINJAUAN TEORI
2.1
Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,
ibu, adik, kakak dan nenek.
2.
Logans (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
3.
Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu.
4.
Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
5.
6.
Johnsons (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
7.
8.
9.
menekankan kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan
terlindungi barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap
lingkungan.
4. Fungsi Afeksional. Fungsi Afeksional yang dimaksud dengan fungsi afeksi
adaslah adanya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.
Batasan Keluarga
1. Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi
kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
10
6. Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008 : 14).
2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan.
3. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22) :
1) Keyakinan dan praktek kesehatan
2) Nilai-nilai keluarga
3) Peran dan pola komunikasi keluarga
4) Koping keluarga
2.1.8 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara
yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain.
Dimensi / unit-unit tersebut adalah struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi
dan struktur kekuasaan.
Struktur dan fungsi keluarga merupakan hal yang berhubungan erat dan
terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi,
yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan
yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri,
sebagai ibu, sebagai menantu, dll, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran
11
dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan
struktur peran dalam keluarga.
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat
mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur.
1. Struktur egalisasi, masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi).
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity).
4. Struktur yang kaku, suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas, tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes).
6. Struktur yang kasar, abuse (menyiksa, kejam dan kasar).
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas (Mubarak, 2009;69).
1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi
seperti sender, chanel-media, massage, environtment dan receiver.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi yaitu
ucapan
yang
memutuskan/menyatakan
sesuatu
yang
tidak
didasari
12
mendengar,
diskualifikasi,
ofensif
(bersifat
negatif),
terjadi
13
14
1) Penghalang.
2) Dominator, adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan atau superioritas
dengan memanipulasikan anggota kelompok tertentu, membanggakan
kekuatannya, bertindak seakan-akan ian mengetahui segala-galanya, dan
tampil sempurna.
3) Penyalah (suka menyalahkan orang lain).
4) Martir, yaitu tidak menginginkan apa-apa untuk dirinya, ia hanya berkorban
untuk anggota keluarganya.
5) Keras hati.
6) Kambing
hitam
keluarga,
masalah
anggota
keluarga
yang
telah
menghindari
atau
melupakan
persoalan-persoalan
yang
15
16
17
Duvall
1. Keluarga
antara
masa
2. Terbentuknya
keluarga
baru
sekolah).
yang
memiliki
anak
dewasa
5. Keluarga
yang
mulai
melepas
Keluarga
mulai
melepas
anak
tua
pertengahan
saja/keluarga
usia
(Semua
anak
meninggalkan rumah).
tugas
perkembangan
keluarga
dapat
dilihat
sesuai
tahap
perkembangannya.
Tabel 1.2 Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap perkembangan
1. Keluarga baru menikah
18
memuaskan.
Membina
keluarga
hubungan
lain,
dengan
teman,
dan
kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki
anak.
2. Keluarga dengan anak baru lahir.
dengan
perubahan
adanya
anggota
keluarga,
interaksi
keluarga,
hubungan
rangka
hubungan
memuaskan
pasangannya.
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah.
Memenuhi
kebutuhan
anggota
anak
untuk
bersosialisasi.
Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara anak yang
lain (tua) juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yag
sehat, baik didalam atau luar
keluarga
(keluarga
lain
dan
lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak (biasanya
keluarga
mempunyai
tingkat
tanggung
jawab
19
anggota keluarga.
Merencanakan
waktu
kegiatan
untuk
dan
menstimulasi
dengan
anak
sekolah.
usia
Membantu
sosialisasi
anak
keintiman
pasangan.
Memenuhi
kebutuhan
yang
meningkat,
termasuk
biaya
Memberikan
kebebasan
yang
komunikasi
hindarkan
perdebatan,
terjadinya
kecurigaan,
dan
permusuhan.
Mempersiapkan perubahan sisten
peran dan peraturan (anggota)
keluarga
untuk
kebutuhan
tumbuh
memenuhi
kembang
20
anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa.
Memperluas
jaringan
keluarga
keintiman
pasangan.
Membantu anak untuk mandiri
sebagai
keluarga
baru
di
masyarakat
Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan dirumah.
7. Keluarga usia pertengahan.
Mempertahankan
individu
dan
kesehatan
pasangan
usia
pertengahan.
Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya.
Meningkatkan
keakraban
pasangan.
8. Keluarga usia tua.
Mempertahankan
suasana
menyenangkan
pasangannya.
Adaptasi dengan perubahan yang
akan
terjadi
kehilangan
keakraban
21
2.2
22
melembabkannya. Selain itu hidung juga berfungsi sebagai organ untuk membau
karena reseptor bau terletak di bagian atas hidung.
2.2.1.2 Sinus Paranasal
23
24
25
26
2.3
Pengertian
Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan
27
digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI,
2002).
Pengerian ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan (Widoyono, 2008;155).
2.4
Klasifikasi
Menurut Suhandayani (2007). Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk
golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.
1. Umur kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat.
Tanda Bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu.
1. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
volume yang biasa diminum).
2. Kejang.
3. Kesadaran menurun.
4. Stridor.
5. Wheezing
6. Demam/dingin.
2. Umur 2 bulan-5 tahun
a. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah
ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
b. Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah.
1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih.
28
Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari (Widoyono, 2008;156).
29
b. Status Gizi. Keadaan gizi buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting
untuk ISPA. Anak yang menderita malnutrisi berat dan kronis lebih sering
terkena ISPA dibandingkan anak dengan berat badan normal (Djaja, 1999).
c. Berat Badan Lahir. Berat badan lahir rendah (BBLR) ditetapkan sebagai
suatu berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan BBLR akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian karena bayi rentan terhadap
kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Ibu yang sedang
hamil harus mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan gizi
seimbang, kekurangan asupan gizi pada saat hamil dapat menyebabkan bayi
yang dilahirkan berat badannya rendah. Penyakit anemia defisiensi zat besi
pada ibu yang tengah hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan rendah atau bayi lahir prematur (Sulistyowati, 1999). ISPA adalah
penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi yang baru lahir dengan
berat rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang beratnya di atas 2500
gram (Tuminah, S., 1999).
d. Status ASI dan Makanan Tambahan. ASI melindungi bayi terhadap infeksi
saluran pernapasan berat. Angka kematian kasus secara berarti lebih tinggi
pada anak yang telah disapih daripada anak yang masih diberi ASI
(Tuminah, S., 1999).
e. Status Imunisasi. Imunisasi yang tidak memadai merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan insidens ISPA, sehingga faktor anak yang
diimunisasi sangat menentukan dalam tingginya angka insidens ISPA
(Depkes RI., 1996).
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab
dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari
lingkungan fisik, biologis dan sosial.
Berkaitan dengan ISPA, adalah tergolong air borne disease karena salah
satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan, maka udara secara epidemiologi mempunyai
peranan yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan.
30
Manifestasi Klinis
Sebagian besar orang dengan infeksi saluran napas bagian atas
memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran napas bagian
bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi
dada. Selain batuk gejala ISPA juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu
tubuh meningkat lebih dari 38,50 C dan disertai sesak nafas.
Menurut Agung (2010), tanda dan gejala umum yang biasa muncul pada
penderita ISPA yaitu.
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa
mencapai 39,50C-40,50C.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas. Gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig
dan brudzinski.
3. Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
4. Vomiting (muntah), biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
31
32
Patofisiologi
Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara
pernapasan atau percikan ludah penderita (droplet). Pada prinsipnya kuman ISPA
yang ada di udara terisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran
pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila
orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA (Depkes RI, 1996:6).
Virus atau bakteri yang terhirup, kemudian menempel pada mukosa trakea,
kemudian terjadi peradangan, edema dan eritema pada daerah tersebut. Bakteri
dan virus masuk ke bronkus dan terjadi reaksi peradangan yang mengakibatkan
produksi sekret meningkat dan merusak epitel serta terjadi akumulasi sekret,
peningkatan suhu tubuh, kemudian terjadi edema pada bronkus sehingga menjadi
sempit, suplai O2 menurun, maka terjadi sesak.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan
tubuh.Masuknya
virus
sebagai
antigen
ke
saluran
pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernapasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktivitas kelenjar mukus yang banyak terdapat
pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah
batuk.
33
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah.
Pencegahan
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi
pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA
adalah.
1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang
paling baik untuk bayi.
b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
34
c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.
d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya
dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung,
lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari
sayuran,dan buah-buahan
e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada
penyakit yang menghambat pertumbuhan.
2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan
imunisasi yaitu DPT. Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk
mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran
nafas.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan
menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya
memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat.
4. Menghindari faktor pemungkin yaitu menjaga kondisi udara dalam rumah tetap
sehat melalui kebiasaan tidak merokok di dalam rumah
5. Pengobatan segera
Apabila sudah positif terserang ISPA, sebaiknya tidak memberikan makanan
yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman
dingin, penyedap masakan atau penambah rasa gurih, bahan pewarna,
pengawet dan makanan yang terlalu manis. Orang yang terserang ISPA, harus
segera dibawa ke dokter.
2.10 Penatalaksanaan
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA pada perawatan di rumah yaitu (Depkes, 1991;1992).
1. Mengatasi panas (demam)
35
36
lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah
dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lubang hidung,
serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada
bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian
sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah
keluar (Agung, 2010).
2.11 Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah meningitis, radang selaput pelindung sistem,
OMA ( Otitis Media Akut), mastoiditis, kematian.