Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1

Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga


Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki ikatan yang kuat
di antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam menghadapi berbagai
masalah yang timbul termasuk masalah kesehatan. Banyak ahli menguraikan
pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan
dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
1.

Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,
ibu, adik, kakak dan nenek.

2.

Logans (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

3.

Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu.

4.

Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

5.

Bailon dan Maglaya (1978)


Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

6.

Johnsons (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

7.

Spradley dan Allender (1996)


Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.

8.

Menurut WHO (1969)


Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

9.

Burgess dan kawan-kawan (1963)


Burgess dan kawan-kawan. Menyebutkan bahwa :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Para anggota sebuah anggota biasanya hidup bersama dalam suatu rumah
tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga beringteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan ank perempuan, saudara dan saudari,.
4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

10. Menurut Stuart (ICN,2001)


Lima hal penting dalam definisi keluarga yaitu :
1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2) Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi
kewajiban dimasa yang akan datang.
3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan melliputi perlindungan,
pemberian nutrisi da sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal
bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.


Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan;
1) Menciptakan dan mempertahankan budaya
2) Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Setyowati dan Murwani (2007), berbagai tipe keluarga yaitu ada
keluarga tradisional dan non tradisional :
1. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak (kandung atau anak angkat).
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah , misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) Single Parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat diakibatkan
oleh perceraian atau kematian.
5) Single Adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The unmarriedteenege mather; Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family; Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family; Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak


ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisai anak dengan melalui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family; Keluarga yang hidup
besama dan berganti-ganti pasangan tanpa melaui pernikahan.
5) Gay and lesbian family; Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitang couple; Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family; Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family; Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family; Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homesless family; Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang; Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.
2.1.3 Tugas Keluarga
Menurut Suprajitno (2004;27), ada 5 tugas keluarga yang menjadi tujuan
khusus untuk di capai dalam asuhan keperawatan yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

3. Melakukan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat kepada anggota


keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada dimasyarakat (misal, puskesmas,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga.
Menurut Jhonson R. dan Leni R., dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas
dasar yang didalamnya terdapat delapan tugas pokok,antara lain:
1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya;
2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga;
3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukan;
4. Melakukan sosialisasi antara anggota keluarga agar timbul keakraban dan
kehangatan para anggota keluarga;
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diingikan;
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas;
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
2.1.4 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Edukatif. Fungsi Edukatif

sebagai suatu unsur dari tingkat pusat

pendidikan, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak.


2. Fungsi Sosialisasi. Fungsi Sosialisasi melalui interaksi dalam keluarg anak
mempelajari pola-pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai
dalam masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya.
3. Fungsi Protektif. Fungsi protektif

fungsi ini lebih menitik beratkan dan

menekankan kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan
terlindungi barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap
lingkungan.
4. Fungsi Afeksional. Fungsi Afeksional yang dimaksud dengan fungsi afeksi
adaslah adanya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.

5. Fungsi Religius. Fungsi Religius keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan


mengajak anak serta keluarga pada kehidupan beragama.
6. Fungsi Ekonomis. Fungsi Ekonomis fungsi keluarga ini meliputi pencarian
nafkah, perencanaan dan pembelanjaannya.
7. Fungsi Rekreatif. Fungsi Rekreatif suasana keluarga yang tentram dan damai
diperlukan guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Fungsi Biologis. Fungsi Biologis fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksual
(meneruskan keturunan ke generasi yang selanjutnya).
2.1.5 Ciri-Ciri Keluarga
Robert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri keluarga
sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan,
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara,
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan,
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak,
5. Keluarga mempunya tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.
2.1.6

Batasan Keluarga

1. Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi
kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,
darah, dan ikatan adopsi.
2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm


peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah
dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya
tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka
hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan
makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).
3. Whall (1986)
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki
hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu
keluarga (Setiawati, 2008 : 13).
4. Dep. Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).
5. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan
(Setiawati, 2008 : 14).

10

6. Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008 : 14).
2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.
2. Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan
atau dukungan.
3. Faktor sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22) :
1) Keyakinan dan praktek kesehatan
2) Nilai-nilai keluarga
3) Peran dan pola komunikasi keluarga
4) Koping keluarga
2.1.8 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara
yang digunakan untuk menata unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain.
Dimensi / unit-unit tersebut adalah struktur peran, sistem nilai, proses komunikasi
dan struktur kekuasaan.
Struktur dan fungsi keluarga merupakan hal yang berhubungan erat dan
terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi,
yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan
yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri,
sebagai ibu, sebagai menantu, dll, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran

11

dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan
struktur peran dalam keluarga.
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat
mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur.
1. Struktur egalisasi, masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi).
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity).
4. Struktur yang kaku, suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas, tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes).
6. Struktur yang kasar, abuse (menyiksa, kejam dan kasar).
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas (Mubarak, 2009;69).
1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi
seperti sender, chanel-media, massage, environtment dan receiver.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi yaitu
ucapan

yang

memutuskan/menyatakan

sesuatu

yang

tidak

didasari

12

pertimbangan yang matang., dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan


gagal

mendengar,

diskualifikasi,

ofensif

(bersifat

negatif),

terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.


2. Struktur Peran
Peran adalah seperangakat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga,
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota mansyarakat/kelompok sosial
tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain
itu sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial
sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
Peran formal yang biasanya ada dalam keluarga yaitu peran sebagai
pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, manager
keuangan, sopir, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit atau
bahkan tidak ada anggota keluarga yang memenuhi perannya maka tuntutan
dan kesempatan untuk menggantikan peran yang lain lebih tinggi sehingga
peran dalam keluarga tetap berfungsi. Di samping contoh peran formal di atas,
menurut (Gesas, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998) juga mengidentifikasi
enam peran dasar sebagai suami (ayah), istri (ibu), peran-peran tersebut adalah.
1) Peran sebagai provider (penyedia).
2) Sebagai pengatur rumah tangga.
3) Perawat anak.
4) Sosialisasi anak.
5) Rekreasi.
6) Persaudaraan (memelihara hubunga keluarga paternal dan maternal),
7) Peran terapeutik memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan.
8) Peran seksual.

13

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan


hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai
tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis
kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau
kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal yang
bersifat adapatif di antaranya sebagai berikut.
1) Pendorong, memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan
mendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang
lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa
bahwa penting dan bernilai untuk didengarkan.
2) Pengharmonis, yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat di antara
para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator-kontributor, mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau
cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai, berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
5) Pencari nafkah, yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota
keluarganya.
6) Perawatan keluarga, yaitu peran yang dijalankan terkait merawat anggota
keluarga jika ada yang sakit.
7) Penghubung keluarga, perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu
mengirim dan mendapatkan pengalaman baru.
8) Pionir keluarga, yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing
dan mendapatkan pengalaman baru.
9) Sahabat, penghibur, dan koordinator. Koordinator keluarga berati
mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang
berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.
10) Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa
hal, seksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
Peran yang merusak (maladaptif) antara lain sebagai berikut.

14

1) Penghalang.
2) Dominator, adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan atau superioritas
dengan memanipulasikan anggota kelompok tertentu, membanggakan
kekuatannya, bertindak seakan-akan ian mengetahui segala-galanya, dan
tampil sempurna.
3) Penyalah (suka menyalahkan orang lain).
4) Martir, yaitu tidak menginginkan apa-apa untuk dirinya, ia hanya berkorban
untuk anggota keluarganya.
5) Keras hati.
6) Kambing

hitam

keluarga,

masalah

anggota

keluarga

yang

telah

diidentifikasikan dalam keluarga sebagai korban atau tempat pelampiasan


ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak. Kambing
hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.
7) Distraktor dan orang yang tidak relevan, distraktor bersifat tidak relevan,
dengan menunjukkan perilaku yang menarik perhatian, ia membantu
keluarga

menghindari

atau

melupakan

persoalan-persoalan

yang

menyedihkan dan persoalan-persoalan yang sulit.


3. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Tipe struktur kekuatan.
1) Legitimate power/authority; Hak untuk mengontrol, seperti orang tua
terhadap anak. Kekuatan yang sah kadang disebut juga wewenang primer
dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu
anggota keluarga lain, contohnya adalah kontrol dominasi orang tua
terhadap anak-anak (Friedman, 1988).
2) Referent power (seseorang yang ditiru); Kekuatan referen mempunyai arti
senacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang
lain karena identitas positif seperti identifikasi positif dari seorang anak
terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi
model peran (Friedman, 1988).

15

3) Resource or expert power (pendapat ahli); Kekuatan sumber adalah tipe


dasar kekuatan yang datangnya dari sumber-sumber berharga dalam jumlah
yang lebih banyak dalam suatu hubungan. Jika kekuatan didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menekan atau mempengaruhi sumber-sumber
atau atribut-atribut tertentu, suasana, pemilikan dipandang sebagai
determinan utama kemampuan ini (Osmond, 1978) dikutip oleh Friedman,
1988. Misalnya suami dominan karena ia mengontrol uang belanja / istri
dominan karena istri lebih praktis dan lebih terarah pada tujuan suami
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima); Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang
yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif
terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988).
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya);
Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber kekuasaan ini berdasarkan
persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin
akan menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat
memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (Friedman,
1988).
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi); Dasar
kekuasaan ini berasal dari pesan persuasif. Seorang anak individu
diyakinkan oleh kebenaran dari pesan karena penjelasannya tentang
pentingnya perubahan yang dilakukan secara gemilang dan hati-hati (Roven,
et, al, 1975 dikutip oleh Friedman, 1988). Tipe kekuasaan ini sama dengan
kekuasaan ahli tapi ruang lingkupnya sempit.
7) Affective power; Pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta
kasih misalnya hubungan seksual.
4. Struktur Nilai Dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.

16

2.1.9 Ciri-ciri Struktur Keluarga dan Macam-macam Struktur Keluarga


Menurut Mubarak (2009;69), ciri-ciri struktur keluarga adalah:
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan, di mana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Menurut Mubarak (2009;68), struktur keluarga terdiri atas bermacammacam, di antaranya adalah.
1. Patrilineal. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di susun melalui jalur
garis ayah.
2. Matrilineal. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terjadi atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3. Matrilokal. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan. Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
2.1.10 Tahap Perkembangan Keluarga
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan,
keluarga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus di selesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan
pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989)
dan Davull (1985).

17

Tabel 1.1 Perbedaan Tahap Perkembangan


Carter Dan Mcgoldrick

Duvall

(Family Therapy Perspective, 1989)

(Sociological Perspective, 1985)

1. Keluarga

antara

bebas Tidak diidentifikasi karena periode

masa

(pacaran) dewasa muda.

waktu antara dewasa dan menikah


tak dapat ditentukan.

2. Terbentuknya

keluarga

baru

Keluarga baru menikah.

memulai suatu perkawinan.


3. Keluarga yang memiliki anak usia
muda (anak usia bayi sampai usia

Keluarga dengan anak baru lahir


(usia anak tertua sampai 30 bulan).
Keluarga dengan anak pra sekolah

sekolah).

(usia anak tertua 2 -5 tahun).


Keluarga dengan anak usia sekolah
(usia anak tertua 6-12 tahun).
4. Keluarga

yang

memiliki

anak

dewasa

Keluarga dengan anak remaja (usia


anak tertua 13-20 tahun).

5. Keluarga

yang

mulai

melepas

anaknya untuk keluar rumah.

Keluarga

mulai

melepas

anak

sebagai dewasa (anak-anaknya mulai


meninggalkan rumah).
Keluarga yang hanya terdiri dari
orang

tua

pertengahan

saja/keluarga

usia

(Semua

anak

meninggalkan rumah).

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas


perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga.
Gambaran

tugas

perkembangan

keluarga

dapat

dilihat

sesuai

tahap

perkembangannya.
Tabel 1.2 Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap perkembangan
1. Keluarga baru menikah

Tugas perkembangan (Utama)


Membina hubungan intim yang

18

memuaskan.
Membina
keluarga

hubungan
lain,

dengan

teman,

dan

kelompok sosial.
Mendiskusikan rencana memiliki
anak.
2. Keluarga dengan anak baru lahir.

Mempersiapkan menjai orang tua.


Adaptasi

dengan

perubahan

adanya

anggota

keluarga,

interaksi

keluarga,

hubungan

seksual, dan kegiatan.


Mempertahankan
dalam

rangka

hubungan
memuaskan

pasangannya.
3. Keluarga dengan anak usia prasekolah.

Memenuhi

kebutuhan

anggota

keluarga, misal kebutuhan tempat


tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu

anak

untuk

bersosialisasi.
Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara anak yang
lain (tua) juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yag
sehat, baik didalam atau luar
keluarga

(keluarga

lain

dan

lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak (biasanya
keluarga

mempunyai

tingkat

kerepotan yang tinggi).


Pembaian

tanggung

jawab

19

anggota keluarga.
Merencanakan
waktu

kegiatan

untuk

dan

menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan


anak.
4. Keluarga

dengan

anak

sekolah.

usia

Membantu

sosialisasi

anak

terhadap lingkungan luar rumah,


sekolah, dan lingkungan lebih
luas (yang tidak/kurang diperoleh
dari sekolah atau masyarakat).
Mempertahankan

keintiman

pasangan.
Memenuhi

kebutuhan

yang

meningkat,

termasuk

biaya

kehidupan dan kesehatan anggota


keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja

Memberikan

kebebasan

yang

seimbang dan bertanggung jawab


mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi.
Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga.
Mempertahankan

komunikasi

terbuka antara anak dan orang


tua,

hindarkan

perdebatan,

terjadinya

kecurigaan,

dan

permusuhan.
Mempersiapkan perubahan sisten
peran dan peraturan (anggota)
keluarga

untuk

kebutuhan

tumbuh

memenuhi
kembang

20

anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa.

Memperluas

jaringan

keluarga

dari keluarga inti menjadi besar.


Mempertahankan

keintiman

pasangan.
Membantu anak untuk mandiri
sebagai

keluarga

baru

di

masyarakat
Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan dirumah.
7. Keluarga usia pertengahan.

Mempertahankan
individu

dan

kesehatan
pasangan

usia

pertengahan.
Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya.
Meningkatkan

keakraban

pasangan.
8. Keluarga usia tua.

Mempertahankan

suasana

kehidupan rumah tangga yang


saling

menyenangkan

pasangannya.
Adaptasi dengan perubahan yang
akan

terjadi

kehilangan

pasangan, kekuatan fisik, dan


penghasilan keluarga.
Mempertahankan

keakraban

pasangan dan saling merawat.


Melakukan life riview masalalu.

21

2.2

Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Menurut Muttaqin (2008;4), anatomi saluran pernapasan terdiri atas saluran


pernapasan bagian atas (rongga hidung, sinus paranasal, dan faring), saluran
pernapasan bagian bawah (laring, trakea, bronkus, alveoli).
2.2.1 Saluran Pernapasan Bagian Atas
2.2.1.1 Rongga Hidung
Menurut Muttaqin (2008;4), hidung terdiri atas dua lubang hidung yang
merupakan pintu masuk menuju rongga hidung. Rongga hidung merupakan dua
kanal sempit yang dipisahkan oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh
mukosa serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu. Mukosa tersebut
menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung.
Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi
menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk ke saluran
pernapasan bagian bawah. Dalam hidung juga terdapat saluran-saluran yang
menghubungkan antara rongga hidung dengan kelenjar air mata, bagian ini
dikenal dengan kantung nasolakrimalis. Kantong nasolakrimalis berfungsi untuk
mengalirkan air melalui hidung yang berasal dari kelenjar air mata jika seseorang
menangis.
Fungsi hidung, bulu hidung dan lapisan lendir di dalam rongga hidung
yaitu menyaring debu dan mikroorganisme dari udara yang masuk. Kapiler darah
yang banyak terdapat pada selaput lendir/membran mukus membantu mengatur
suhu udara yang masuk menjadi hampir sama dengan suhu badan di samping

22

melembabkannya. Selain itu hidung juga berfungsi sebagai organ untuk membau
karena reseptor bau terletak di bagian atas hidung.
2.2.1.2 Sinus Paranasal

Menurut Muttaqin (2008;5), sinus paranasal berperan dalam mensekresi


mukus, membantu pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan
membantu dalam menjaga permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab.
Sinus paranasal juga termasuk dalam wilayah pembau di bagian posterior rongga
hidung. Wilayah pembau tersebut terdiri atas permukaan inferior palatum
kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian superior konka hidung.
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang sinus yaitu.
1. Sinus maksilaris ( terletak di pipi),
2. Sinus etmoidalis ( kedua mata),
3. Sinus frontalis (terletak di dahi) dan
4. Sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).
2.2.1.3 Faring

23

Menurut Muttaqin (2008;5), faring (tekak) adalah pipa berotot yang


bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan
esofagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang
dinamai berdasarkan letaknya yakni nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di
belakang mulut), dan laringofaring/hipofaring (di belakang laring).
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran tenggorokan yang
merupakan saluran pernapasan, dan saluran kerongkongan yang merupakan
saluran pencernaan. Faring dimulai dari akhir lubang hidung hingga daerah awal
laring (pangkal tenggorok). Fungsi faring dalam proses pernapasan hanya sebagai
tempat lewatnya udara, menuju ke laring.
2.2.2 Saluran Pernapasan Bagian Bawah
2.2.2.1 Laring

Menurut Muttaqin (2008;5).


Laring (tenggorok) terletak di antar faring dan trakea. Berdasarkan letak
vertebra servikalis, laring berada di ruas ke-4 atau ke-5 dan berakhir di vertebra
servikalis ruas ke-6. Laring disusun oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen
dan otot rangka pada tulang hioid di bagian atas dan trakea di bawahnya.
Kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid, dan didepannya terdapat
benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun yang terlihat nyata pada pria.
Kartilago tiroid dibangun oleh dua lempeng besar yang bersatu di bagian anterior
membentuk sebuah sudut seperti huruf V yang disebut tonjolan laringeal.
Laring merupakan daerah kotak suara dengan selaput suara. Pita suara
terletak di dinding laring bagian dalam. Selaput suara akan bergetar jika
terhembus udara dari paru-paru. Pada laring terdapat katup pangkal tenggorok

24

(epiglotis) dan tulang-tulang rawan yang membentuk struktur jakun. Epiglottis


berguna untuk menutup laring sewaktu kita menelan makanan. Dengan demikian,
makanan kita tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. Pada laring juga terdapat
cairan yang berguna untuk menangkap debu dan kotoran yang masuk. Bila udara
yang kotor dan mengandung banyak kuman terbawa masuk ke saluran
pernapasan, maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada laring yang disebut
laringitis (radang laring). Bila infeksi cukup parah, maka dapat mengakibatkan
selaput suara membengkak dan akhirnya suara menjadi serak atau hilang sama
sekali. Fungsi Laring mengatur tingkat ketegangan dari pita suara yang
selanjutnya mengatur suara. Laring juga menerima udara dari faring diteruskan ke
dalam trakea dan mencegah makanan dan air masuk ke dalam trakea.
2.2.2.2 Trakea
Menurut Muttaqin (2008;7), trakea adalah sebuah tabung yang berdiameter
2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trakea terletak setelah laring dan memanjang ke
bawah setara dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trakea bagian bawah
bercabang menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan kiri. Percabangan
bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina (carina). Trakea tersusun atas 1620 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding trakea dan
berfungsi untuk melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi untuk
mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan
udara yang terjadi dalam sistem pernapasan.
Dinding sebelah dalam tenggorok mempunyai selaput lendir yang selselnya berambut getar. Selaput lendir dan rambut getar berfungsi untuk menahan
dan mengeluarkan udara kotor (debu) agar tidak masuk ke dalam paru-paru.
Akibat pengeluaran secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin. Jadi, fungsi
trakea yaitu mengusir debu-debu halus yang lolos dari penyaringan di rongga
hidung.
2.2.2.3 Bronkus

25

Menurut Muttaqin (2008;7). Bronkus mempunyai struktur serupa dengan


trakea. Bronkus kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih
lebar, dan arahnya hampir vertikal dengan trakea. Sebaliknya bronkus kiri lebih
panjang, lebih sempit, dan sudutnya pun lebih runcing.
Fungsi pokok dari bronkus yaitu menyediakan jalan/saluran udara bagi
udara yang keluar dan masuk ke paru-paru.
1. Bronkus pulmonaris
Bronkus pulmonaris bercabang dan beranting sangat banyak. Dinding
bronkus dan cabang-cabangnya dilapisi epitelium batang, bersilia, dan berlapis
semu. Saluran yang semakin kecil menyebabkan jenis epitelium bronkus
mengalami penyesuaian sesuai dengan fungsinya.
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas di paru.
Selain bronkiolus terminalis, terdapat pula asinus yang merupakan unit
fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus
respiratorius dan duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus
alveolus terminalis (merupakan struktur akhir paru).
2. Duktus Alveolaris dan Alveoli
Bronkiolus respiratorius terbagi dan bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris dan berakhir pada kantong udara berdinding tipis yang disebut
alveoli. Beberapa alveoli bergabung membentuk sakus alveolaris. Setiap paru
terdiri atas sekitar 150 juta alveoli (sakus alveolaris). Kepadatan sakus
alveolaris inilah yang memberi bentuk paru tampak seperti spons. Jaringan
kapiler darah mengelilingi alveoli ditahan oleh serat elastis. Adanya daya
rekoil dari serat ini selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan
membantu mendorong udara agar keluar dari paru.
2.1.2.4 Alveoli dan Membran Respirasi

26

Menurut Muttaqin (2008;10), membran respiratorius pada alveoli


umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih sederhana. Sel-sel pipih tersebut disebut
dengan sel tipe 1. Makrofag alveolar bertugas berkeliling di sekitar epitelium
untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk ke permukaan
alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada sistem pernapasan. Sel
lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal atau disebut juga
dengan sel surfaktan dan sel tipe II.
Surfaktan terdiri atas fosfolipid dan lipoprotein. Surfaktan berperan untuk
melapisi epitelium alveolar dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat
membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan
cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apabila produksi
surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetik (kelahiran
prematur), maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan
menjadi tidak efektif.

2.3

Pengertian
Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan

akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun
saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ
adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga dan pleura. Istilah ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paruparu) dan organ adneksanya saluran pernapasan. Sedangkan infeksi akut adalah
infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat

27

digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI,
2002).
Pengerian ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan (Widoyono, 2008;155).
2.4

Klasifikasi
Menurut Suhandayani (2007). Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk

golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.
1. Umur kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat.
Tanda Bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu.
1. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
volume yang biasa diminum).
2. Kejang.
3. Kesadaran menurun.
4. Stridor.
5. Wheezing
6. Demam/dingin.
2. Umur 2 bulan-5 tahun
a. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah
ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
b. Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah.
1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih.

28

2) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.


c. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat.
Tanda Bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu.
1. Tidak bisa minum.
2. Kejang.
3. Kesadaran menurun.
4. Stridor.
5. Gizi buruk.
2.5

Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari (Widoyono, 2008;156).

1. Bakteri: Diplococcus Pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus Pyogenes,


Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenzae, dan lain-lain.
2. Virus: Influenza, Adenovirus, Sitomegalovirus.
3. Jamur: Aspergilus sp., Candida Albicans, Histoplasma, dan lain-lain.
4. Aspirasi: makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,
mainan plastik kecil, dan lain-lain).
Secara umum faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu.
1. Bibit Penyakit (Agent)
ISPA disebabkan oleh berbagai infectious agent yang terdiri dari 300 lebih
jenis virus, bakteri. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Haemofilus, Bordetella, dan
Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain, golongan Paramyksovirus
termasuk didalamnya virus Influenza, Parainfluenza, dan Virus Campak,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Herpesvirus, dan lain-lain.
2. Pejamu (Host)
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang terserang bibit penyakit,
terutama faktor yang ada pada dirinya sendiri seperti.
a. Umur. Insidens ISPA paling tinggi terdapat pada bayi di bawah satu tahun
dan insidens menurun dengan bertambahnya umur (Kartasamita, 2000).

29

b. Status Gizi. Keadaan gizi buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting
untuk ISPA. Anak yang menderita malnutrisi berat dan kronis lebih sering
terkena ISPA dibandingkan anak dengan berat badan normal (Djaja, 1999).
c. Berat Badan Lahir. Berat badan lahir rendah (BBLR) ditetapkan sebagai
suatu berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan BBLR akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian karena bayi rentan terhadap
kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Ibu yang sedang
hamil harus mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan gizi
seimbang, kekurangan asupan gizi pada saat hamil dapat menyebabkan bayi
yang dilahirkan berat badannya rendah. Penyakit anemia defisiensi zat besi
pada ibu yang tengah hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan rendah atau bayi lahir prematur (Sulistyowati, 1999). ISPA adalah
penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi yang baru lahir dengan
berat rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang beratnya di atas 2500
gram (Tuminah, S., 1999).
d. Status ASI dan Makanan Tambahan. ASI melindungi bayi terhadap infeksi
saluran pernapasan berat. Angka kematian kasus secara berarti lebih tinggi
pada anak yang telah disapih daripada anak yang masih diberi ASI
(Tuminah, S., 1999).
e. Status Imunisasi. Imunisasi yang tidak memadai merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan insidens ISPA, sehingga faktor anak yang
diimunisasi sangat menentukan dalam tingginya angka insidens ISPA
(Depkes RI., 1996).
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab
dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari
lingkungan fisik, biologis dan sosial.
Berkaitan dengan ISPA, adalah tergolong air borne disease karena salah
satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan, maka udara secara epidemiologi mempunyai
peranan yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan.

30

Salah satu gangguan yang mungkin disebabkan oleh pencemaran udara


dalam ruangan (indoor) adalah infeksi saluran pernapasan akut. ISPA dapat
meliputi bagian atas saja dan atau bahkan bagian bawah seperti laryngitis,
tracheobronchitis, bronchitis dan pnemonia (Depkes RI, 1993).
2.6

Manifestasi Klinis
Sebagian besar orang dengan infeksi saluran napas bagian atas

memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran napas bagian
bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi
dada. Selain batuk gejala ISPA juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu
tubuh meningkat lebih dari 38,50 C dan disertai sesak nafas.
Menurut Agung (2010), tanda dan gejala umum yang biasa muncul pada
penderita ISPA yaitu.
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa
mencapai 39,50C-40,50C.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas. Gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig
dan brudzinski.
3. Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
4. Vomiting (muntah), biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

31

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,


mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless.
Menurut Suhandayani (2007).
1. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut.
a. Batuk.
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
pada waktu berbicara atau menangis).
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
2. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut.
a. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur < 1 tahun atau >40
kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
menghitung pernapasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan napas
dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
b. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
g. Pernapasan berbunyi menciut-ciut.
3. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut.
a. Bibir atau kulit membiru.

32

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu


bernapas.
c. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
d. Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
f. Nadi cepat lebih dari 100 kali per menit atau tidak teraba.
g. Tenggorokan berwarna merah.
2.7

Patofisiologi
Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara

pernapasan atau percikan ludah penderita (droplet). Pada prinsipnya kuman ISPA
yang ada di udara terisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran
pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila
orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA (Depkes RI, 1996:6).
Virus atau bakteri yang terhirup, kemudian menempel pada mukosa trakea,
kemudian terjadi peradangan, edema dan eritema pada daerah tersebut. Bakteri
dan virus masuk ke bronkus dan terjadi reaksi peradangan yang mengakibatkan
produksi sekret meningkat dan merusak epitel serta terjadi akumulasi sekret,
peningkatan suhu tubuh, kemudian terjadi edema pada bronkus sehingga menjadi
sempit, suplai O2 menurun, maka terjadi sesak.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan

tubuh.Masuknya

virus

sebagai

antigen

ke

saluran

pernafasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernapasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktivitas kelenjar mukus yang banyak terdapat
pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah
batuk.

33

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder


bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga
bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.
2.8

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah.

1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab), hasil yang didapatkan adalah biakan


kuman sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
2.9

Pencegahan
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi

pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA
adalah.
1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang
paling baik untuk bayi.
b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

34

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.
d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya
dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung,
lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari
sayuran,dan buah-buahan
e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada
penyakit yang menghambat pertumbuhan.
2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan
imunisasi yaitu DPT. Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk
mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran
nafas.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan
menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya
memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat.
4. Menghindari faktor pemungkin yaitu menjaga kondisi udara dalam rumah tetap
sehat melalui kebiasaan tidak merokok di dalam rumah
5. Pengobatan segera
Apabila sudah positif terserang ISPA, sebaiknya tidak memberikan makanan
yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman
dingin, penyedap masakan atau penambah rasa gurih, bahan pewarna,
pengawet dan makanan yang terlalu manis. Orang yang terserang ISPA, harus
segera dibawa ke dokter.
2.10 Penatalaksanaan
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA pada perawatan di rumah yaitu (Depkes, 1991;1992).
1. Mengatasi panas (demam)

35

Untuk anak usia 2 bulan-5 tahun demam diatasi dengan memberikan


parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah, dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan di rumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau
petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan di atas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung, pergunakan selang dalam melakukan pengisapan

36

lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah
dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lubang hidung,
serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada
bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian
sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah
keluar (Agung, 2010).
2.11 Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah meningitis, radang selaput pelindung sistem,
OMA ( Otitis Media Akut), mastoiditis, kematian.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja
    Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja
    Dokumen31 halaman
    Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    80% (10)
  • Sop Pemeliharaan Stetoskop
    Sop Pemeliharaan Stetoskop
    Dokumen3 halaman
    Sop Pemeliharaan Stetoskop
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Woc Iufd
    Woc Iufd
    Dokumen1 halaman
    Woc Iufd
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Data Spo Ek9
    Data Spo Ek9
    Dokumen2 halaman
    Data Spo Ek9
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Keputusan Kepala Sekolah Dasar Negeri Sei Dahuyan Logo Gumas
    Keputusan Kepala Sekolah Dasar Negeri Sei Dahuyan Logo Gumas
    Dokumen7 halaman
    Keputusan Kepala Sekolah Dasar Negeri Sei Dahuyan Logo Gumas
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Soal Ulangan SD Tangki Durian
    Soal Ulangan SD Tangki Durian
    Dokumen5 halaman
    Soal Ulangan SD Tangki Durian
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Cover Skripsi
    Cover Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Cover Skripsi
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen15 halaman
    Bab 1
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 2 Infark
    Bab 1 Dan 2 Infark
    Dokumen24 halaman
    Bab 1 Dan 2 Infark
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Sap CKD
    Sap CKD
    Dokumen6 halaman
    Sap CKD
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diit CKD
    Leaflet Diit CKD
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diit CKD
    Aya Gabrie Ebonk II
    83% (6)
  • WOC Pre Eklamsia
    WOC Pre Eklamsia
    Dokumen1 halaman
    WOC Pre Eklamsia
    Ruri Andrie Rusen
    100% (2)
  • Leaflet GGK
    Leaflet GGK
    Dokumen3 halaman
    Leaflet GGK
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • BAB 3.docx Askep CKR
    BAB 3.docx Askep CKR
    Dokumen14 halaman
    BAB 3.docx Askep CKR
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • WIRNA
    WIRNA
    Dokumen2 halaman
    WIRNA
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Wirnot
    BAB 1 Wirnot
    Dokumen4 halaman
    BAB 1 Wirnot
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Dokumen8 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen16 halaman
    Bab 3
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen12 halaman
    Bab 3
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak
    Askep Anak
    Dokumen7 halaman
    Askep Anak
    Echa ARhiyanthi Dhewie
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi ISPA WIRNA
    Daftar Isi ISPA WIRNA
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi ISPA WIRNA
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Woc Ispa
    Woc Ispa
    Dokumen1 halaman
    Woc Ispa
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    89% (9)
  • Daftar Pustaka Ispa
    Daftar Pustaka Ispa
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka Ispa
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Ispa Wirna
    BAB 1 Ispa Wirna
    Dokumen2 halaman
    BAB 1 Ispa Wirna
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • TUGAS Wirna PENENTUAN VARIABEL
    TUGAS Wirna PENENTUAN VARIABEL
    Dokumen2 halaman
    TUGAS Wirna PENENTUAN VARIABEL
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Cover ISPA
    Cover ISPA
    Dokumen1 halaman
    Cover ISPA
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Proposal Skripsi Wirna
    Bab 1 Proposal Skripsi Wirna
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 Proposal Skripsi Wirna
    Rhiirii ChiieChemonkk Gonjezz
    Belum ada peringkat