LAPORAN PENDAHULUAN
1.1
Definisi
Fransisca B. Baticaca (2008; 56).Stroke adalah suatu keadaan yang timbul
1.2
Etiologi
Smeltzer (2001; 2131). Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian:
1) Trombosis serebral (bekuan darah didalam pembuluh darah otak dan leher).
Arteriosklerosis serebal dan perlambatan sirkulasi serebal adalah penyebab
utama thrombosis serebal, yang adalah penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang
tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau
kejang dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau paresesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2) Embolismeserebal(bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari
bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokaed, serta
infeksi pulmonal adalah tempat-tempat asal emboli. Mungkin saja bahwa
oemasangan katup jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat
peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini. Resiko stroke setelah
pemasangan katup dapat dikurangi dengan terapi antikoagulan pascaoperatif.
Kegagalan pacu jantung, fibrasi atrium, dan kardioversi untuk fibrilasi atrium
adalahkemungkinan penyebab lain dari emboli serebal dan stroke. Embolus
biasanya menyumbat areri serebal tengah atau cabang-cabangnya yang merusak
sirkulasi serebal.
3) Iskemik serebal (penurunan aliran darah keotak) terutama karena konstriksi
atheroma pada arteri yang menyuplai darah keotak. Manifestasi paling umum
adalah SIS.
1.3
Manifestasi Klinis
Smeltzer (2001; 2133).Stroke menyebabkan deficit neurologic bergantung pada
lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolaeral.Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
1) Kehilangan motorik.
4) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik. Bila kerusakan telah terjadi pada
lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal
yang lebih tinggi mungkin rusak.
5) Disfungsi kandung kemih.setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontiesia
urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakanurinal/bedpan karena
kerusakan control motoric dan postural.
1.4
Patofisiologi
Muttaqin (2008; 131).Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah kearean
hari.
Dengan
berkurangnya
edema
klien
mulai
menunjukkan
perbaikan.Oleh karena biasanya thrombosis tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
massif.Oklusi pada pembuluh darahserebral oleh embolus emnyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh
darah. Hal ini akan menyebabkan perdarah serebral, jika aneurisma pecah atau
rupture.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi bang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atu ekstensi perdarahan kebatang otak. Perembesan
darah keventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus
kaudatus, thalamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral.Perubahan
yang disebabkan oleh naoksia serebral reversible untuk waktu 4 -6 menit.Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunantekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang
keluar dari kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf
di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
1.5
Komplikasi
Muttaqin (2008; 253).Ada beberapa komplikasi stroke infark:
Pemeriksaan Penunjang
Muttaqin (2008; 253). Adapun pemeriksaan stroke infark adalah:
1) Angiografi serebral.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vascular.
2) Lumbal pungsi.
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
3) Computer Temography scan (CT-Scan).
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemik, dan posisinya secara pasti.Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
Penatalaksaan Medis
Smeltzer (2001; 2137).Tindakan medist terhadap pasien stroke meliputi diuretic
Manajemen Keperawatan
Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29). Pengkajian adalah suatu tahapan ketika
perubahan
pada
tingkat
kesadaran
disebabkan
perubahan
didalam
merokok,
penggunaan
alcohol
dan
oenggunaan
obat
kontrasepsi
masalah
karena
gangguan
proses
berpikir
dan
kesulitan
berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang
melakukan
ibadah
spiritual
karena
tingkah
laku
yang
tidak
stabil
dan
Pemeriksaan Fisik
Muttaqin (2008; 134).), Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1B6)
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain). yang terarah dari
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1.8.2.1 Keadaan Umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital:
tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasi.
1.8.2.2 B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napasm penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronki pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada
pasien
kelainan.Palpasi
compos
toraks
mentis,
didapatkan
pengkajian
taktil
premitus
inspeksi
tidak
seimbang
didapat
kanan
dan
1.8.2.3 B2 (Blood)
Didapatkanrenjetan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
Tekanan darah biasanya sering terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masih
(tekanan darah >200 mmHg)
1.8.2.4 B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. B3 adalah focus pengkajian dan lebih lengkap dari yang
lainnya.
Pengkajian tingkat kesadaran.Kualitas kesadaran klien merupakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indokator paling senstif untuk disfungsi system persrafan.Beberapa system digunakan
untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingakat latergi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah mengalami koma maka
penilain GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral.Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
Status mental. Observasi penamplan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motoric klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya mengalami
perubahan.
Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan ingatan dan memori, baik jangak
pendek maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.Pada
beberapa kasus mengalami brain damege yaitu kesulitan dalam mengenal persamaan
dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Kemampuan bahasa. Penurunan kemampuan bahasa tergantung pada daerah
lesi yang memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang dominan
pada bagian posterior dari girus temporalis superior didapatkan disfasia reseptif, yaitu
klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien
dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancer.
Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang ertanggung jawab untk menghasilkan bicara.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari seelumnya),
seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
Lobus frontal. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam
lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi,
yang menyebabkan klien ini mengahadapi masalh frustasi dalam program rehabilitasi
mereka. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi
yang labil, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
Hemisfer. Stroke hemisfer kanan didpatkan hemiparese sebelah kiri tubuh
penilain buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga
kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Pada stroke hemifer kiri,
mengalami hemiparese kanan, peilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang
pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia dan mudah frustasi.
Pengkajian saraf kranial.Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial
I-XII.
1) Saraf I. Biasanya pada klien stroke ada kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial sering
terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai
pakaian
tanpa
bantuan
karena
ketidakmampuan
untuk
penurunan kemampuan
koordinasi
gerakan mengunyah,
konfusi,
ketidakmampuan
mengomunikasikan
kebutuhan
dan
1.8.2.6 B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut.Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi
asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan pristaltik usus.Adanya inkontinensia alvi
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
1.8.2.7 B6 (Bone )
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan control
volunteer terhadap gerakan motoric. Oleh karena neuron motor atas menyilang,
gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motoratas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motoric paling umum adalah hemiplegia karena lesi pada otak berlawanan.
Hemiparesisi atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit,
jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda decubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria
tau paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyababkan masalah pada pola aktivitas
istirahat.
1.8.3
Diagnosa Keperawatan
Fransisca B. Baticaca (2008: 66). Adapun diagnose keperawatan yang muncul
Intervensi Keperawatan
ekspansi
Rasional
semifowler membantu
otot-otot
perapasan
dalam
dengan
pengaruh gravitasi.
2. Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Oksigen sangat penting untuk reaksi yang
l/menit.
menghentikanmetabolisme.
tubuh
kehilangan
yang
menandakan
daya
tahan
ata
Rasional
dengan paraplegia
Klien
mengalami
luka
tekan
beresiko
(decubitus).
oleh darah.
Bedrest bertujuan mengurangi kerja fisik,
beban kerja jatung; mengatasi keadaan
high
output,
yang
disebabkan
oleh
pada
klien
dan
mencegah
ketegangan.
Cahaya merupakan salah satu rangsangan
5. Tinggikan kepala
Intervensi
6. Hindari rangsangan oral
Rangsangan
Rasional
oral
resiko
peningkatan TIK.
Tindakan yang kasar beresiko terhadap
peningkatan TIK.
Perubahan pupil menunjukkan tekanan
terjadi
konjungasi diatur oleh saraf bagian pada saraf okulomotorus atau optikus.
korteks dan batang otak
9. Periksa pupil dengan senter
trigeminus
juga
V atau
mengatur
pergerakan mata.
10. Kaji perubahan Tanda-Tanda Vital Perubahan Tanda-Tanda Vital (TD, Nadi,
(TD, Nadi, RR, dan Suhu)
11. Catat
muntah,
sakit
akibat
dari
tekanan
pada
mengobsevasi
dan
keukatan,
terhadap rangsang.
yang
dibawa
darah
melalui
oksigen.
3. Lakukan latihan secara teratur dan Mencegah deformits dan komplikasi
letakkan telapak kaki klien dilantai seperti footdrop.
saat duduk di kursi atau papan
penyangga
saat
tidur
ditempat
tidur.
4. Topang kaki saat mengubah posisi Dapat terjadi dislokasi panggul jika
dengan meletakkan bantal disisi meletakkan kaki terkulai dan jatuh serta
saat membalikkan klien.
mencegah fleksi.
5. Pada saat klien ditempat tidur Posisi ini membidangi
bahu dalam
letakkan bantal diketiak di antara berputar dan mencegah edema dan akibat
lengan atas dan dinding dada untuk fibrosis.
mencekah
letakkan
abduksi
bahu
lengan
berhubungan
dan
posisi
dengan
abduksi
sekitar 60 derajat.
6. Lakukan latihan ditempat tidur. Klien
hemiplegia
dapat
belajar
kemudian
ditingkatkan kelumpuhan.
pergerakan
behubungan
Komunikasi
Rasional
membantu
meningkatkan
Rasional
Membersihkan mulut dan gigi klien,
perawat
dapat
menemukan
berbagai
perawat.
Kolonisasi bakteri pada kulit segera
dmulai
sejak
lahir,
walaupun
3. Bantu
klien
mengganti
dan Beberapa
berpakaian
rumah
sakit
menyediakan
bentuk
fisioterapi.
5. Bantu klien mengganti pengalas Merupakan salah satu kebutuhan fisiologi
tempat tidur.
Rasional
Pagar tempat tidur melindungi klien
dengan hemiplegia terjatuh dari tempat
tidur. Klien dengan gangguan sensasi
resiko trauma
Gangguan visual meningkatkan resiko
klien
dengan
hemiplegia
mengalami
trauma.
Dengan berjalan perlahan resiko jatuh
akan berkurang.
4. Kaji adanya tanda trauma pada Dengan mengkaji tanda trauma, perawat
kulit.
memberikan
menelan
sehingga
resiko
klien
dengan
makan aspirasi.
lemaskan
otot
lidah,
terjadi
aspirasi
jumlah
makanan
Rasional
Kebiasaan makan klien memengaruhi
keadaan nutrisinya.
yang Makanan
yang
telah
disediakan
dimakan.
disesuaikan dengan kebutuhan klien.
3. Kolaborasi dengan tim gizi dan Pemberian
makanan
pada
klien
dokter untuk penentuan kalori. disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dan
Diet melindungi dengan penyebab diagnose penyakit. Pemberian makan
stroke seperti DM dan penyakit disesuaikan dengan usia, jenis kelamin,
lainnya.
9) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit. Dengan kriteria:
(1) Klien mau berpartisipasi dalam penyembuhan luka.
(2) Mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
(3) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atas luka.
Intervensi
Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan latihan Meningkatkan aliran darah ke semua
ROM dan mobilitas jika mungkin.
2. Ubah posisi setiap 2 jam.
daerah
Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah.
3. Gunakan pengganjal yang lunak Menghindaari tekanan yang berlebih
dibawah daerah yang menonjol.
pada daerah yang menonjol.
4. Lakukan masase pada daerah yang Menghindari kerusakan kapiler.
menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi.
5. Observasi terhadap eritema dan Hangat dan perlunakan adalah tanda
kehangantan
dan
kebersihan
kulit
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Brunner and Suddarth Edisi 8 (2001; 2143).Evaluasi meruapakan tahap
terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
1) Mencapai peningkatan mobilitas.
(1) Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop.
(2) Berpartisipasi dalam program latihan.
(3) Mencapai keseimbangan saat duduk.
(4) Pengunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi
pada sisi yang hemiplegia.
2) Tidak mengeluh adanya nyeri bahu.
(1) Adanya mobilisasi baku, latihan bahu.
(2) Lengan dengan tangan dinaikkan sesauai interval
3) Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan
adaptasi terhadap alat-alat.
4) Pembuangan kandung kemih dapat diatur.
5) Berpartisipasi dalam program meningkatkan kogntif.
6) Adanya peningkatan komunikasi.
1) Mempertahankan kulit yang utuh tanpa ada kerusakan; mempertahankan
turgor kulit tetap normal dan berpartisipasi dalam aktivitas membalikkan
tubuh dan posisi.
7) Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku positif dan menggunakan
mekanisme koping.
1) Mendukung program latihan.
2) Turut aktif ambil bagian dalam proses rehabilitasi.