Anda di halaman 1dari 6

PENJELASAN BAB III

Jenis Penelitian:
Metode eksperimen adalah cara yang paling kuat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara
variabel. Menurut Wasis dan Karwono (1992: 67) metode eksperimen adalah suatu penelitian yang
paling tepat dan sunguh-sungguh dapat mengetes hipotesis mengenai sebab akibat dan pengaruh
suatu
hubunngan
apabila
dibandingkan
dengan
metode
penelitian
yang
lain.
Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat dengan sungguhsungguh mengetes mengenai sebab akibat dan pengaruh suatu hubungan. Metode eksperimen
menggambarkan pendekatan yang paling tepat sebagai cara memecahkan masalah penelitian.
Menurut Kerlinger (1990) eksperimen adalah penelitian atau penyelidikan ilmiah di mana si peneliti
memanipilasikan dan mengendalikan satu variabel bebas (independent variable) atau lebih dan
melakukan observasi terhadap variabel terikat, untuk menemukan variasi ynag seiring muncul dengan
manipulasi variabel bebas tersebut. Sedangkan menurut Gay ( 19900 ), dalam metode eksperimen
peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel bebas, mengontrol variabel-variabel lain yang
diperkirakan bersangkut paut serta mengamati pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat
Penelitian
Eksperimen
Laboraturium
Eksperimen laboratorium adalah kajian penelitian di mana varian dari hampir semua variabel bebas
yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki,
diminimumkan. Dilakukan dengan mengasingkan penelitian itu dalam suatu situasi fisik yang terpisah
dari
rutinitas
kehidupan
harian.
kelebihan penelitian eksperimen laboratorium adalah (1) kemungkinan untuk pelaksanaan kontrol
yang relatif sempurna, (2) dapat menggunakan pembagian acak dan dapat pula memanipulasi satu
atau beberapa variabel bebas, (3) tingkat ketelitian (presisi) hasil penelitian yang umumnya tinggi
(asalkan
prosedurnya
tepat).
Kelemahan penelitian eksperimen laboratorium adalah (1) kurangnya kekuatan variabel bebas
menyebabkan efek dari manipulasi eksperimental biasanya lemah, (2) kesemuan (keartifisialan)
situasi penelitian eksperimen.
prosedur metode penelitian eksperimen melipiti delapan tahap sebagai berikut ( Basuki, 2006: 117118)
:
1.
Mengenali
masalah
2.
Mengidentifikasi
dan
memberi
batasan
masalah
3.
Merumuskan hipotesis masalah, membuat definisi istilah penting dan variabel
4.
Memilih
variabel
eksperimen
5.
Membuat
rancana
eksperimen
sebagai
berikut.
Mengenali
semua
variabel
noneksperimen
dan
metode
kontrol
Memilih subyek yang mewakili populasi dan menentukan kelompok eksperimen dan kelompok
kendali
Memilih
dan
menyahihkan
instrumen
untuk
mengukur
kinerja
Membuat
prosedur
pengumpulan
dan
analisis
data
Menentukan
dan
menyahihkan
sifat
eksperimen
Menentukan kajian eksperimen ( pilot studies ) untuk memeriksa prosedur
Menyatakan
hipotesis
statistik
dan
hipotesis
nol.
6.
Melakukan
eksperimen,
mencakup
langkah-langkah
berikut.
Mencatat
hasil
pra-uji
terhap
kelompok
eksperimen
dan
kendali
Mencatat
hasil
eksperimen
terhadaap
kelompok
eksperimen
Mencatat
hasil
Pasca-uji
kelompok
eksperimen
dan
kendali
7. Mengurangi data mentah untuk memungkinkan kajian terhadap efek eksperimen yang diduga

ada
8. Menguji signifikansi.

a.

Rancangan Pra Eksperimen

Rancangan ini tidak dapat melakukan secara baik pengontrolan terhadap validitas internal dan
eksternal, oleh sebab itu sedapat mungkin dihindari penggunaannya dalam penelitian pendidikan. Ada
tiga jenis rancangan pra eksperimen yaitu :
1)

The One Shot Study

Perlakuan

tes akhir

T-2

Rancanagan ini hanya menggunakan satu kelompok, kelompok diberikan perlakuan (manipulasi
yang dieksperimenkan) ( X ), diadakan tes akhir (T-2). Hasil tes akhir dianggap sebagai pengaruh
pemberian perlakuan.
Rancangan ini tidak dapat mengontrol semua ancaman terhadap validitas internal : sejarah,
kematangan serta moralitas. Menurut Kerlinger (1990) rancangan ini tidak bernilai ilmiah.
2)

One Group Pretest Postest Design

tes awal

perlakuan

tes akhir

T-1

T-2

Rancangan ini menggunakan satu kelompok, sebelum dan sesudah perlakuan diadakan tes.
Perbedaan skor tes akhir (T-2) dengan tes awal (T-1) dianggap sebagai pengaruh perlakuan ( X ).
Ciri utama rancangan ini adalah bahwa kelompok dibandingkan dengan dirinya sendiri. Jika skor
perbedaan T2 T1 ada perbedaan secara signifikan maka perbedaan ini merupakan pengaruh dari
perlakuan ( X ). Kelemahan rancangan ini adalah balum dapat mengontrol valliditas internal : sejarah,
kematangan, pengetasan awal, alat pengukur dan kemunduran statistik ; serta validitas eksternal :
interaksi tes awal.
3. The Static Group Comparison
Kelompok

Perlakuan

tes akhir

Eksperimen
Kontrol

X
-

T-2
T-2

Rancangan ini menggunakan paling sedikit dua kelompok, satu kelompok menerima perlakuan
yang dieksperimenkan (kelompok eksperimen) sedangkan kelompok yang lain tidak menerima
perlakuan (kelompok kontrol)
Perlakuan ( X ) diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol yang
diasumsikan sama dengan kelompok eksperimen tidak mendapat perlakuan. Hasil tes akhir ( T-2 )

kelompok eksperimen, dibandingkan dengan hasil tes akhir (T-2) kelompok kontrol, hasil perbedaan
tersebut merupakan pengaruh adanya perlakuan.
Kelompok rancangan ini adalah menganggap kedua kelompok (eksperimen dan kontrol)sama
variabel bebasnya kecuali variabel perlakuan (X). Anggapan ini keliru karena penempatan subyek
kedalam kelompok tidak melalui pengacakan. Sejuumlah faktor validitas internal yang tidak dikontrol
antara lain : kematangan, seleksi , interaksi kematangan dengan seleksi dan mortalitas.

b.

Rancangan Eksperimen

Rancangan eksperimen berusaha untuk mengontrol sejauh mungkin semua sumber validitas
internal dan eksternal. Dalam semua rancangan eksperimen ada satu karakteristik yang membedakan
dengan rancangan lain, yaitu penempatan subyek kedalam kelompok melalui pengacakan serta
mempunyai dua kelompok atau lebih. Ada tiga jenis rancangan eksperimen diuraikan sebagai berikut :
1)

Pre test Posttes Control Design


Kelompok

Tes Awal

(R) Eksperimen
(R)

Kontrol

Perlakuan

T-1
T-1

tes akhir

X-1
X-2

T-2
T-2

R = random ( penempatan kelompok secara acak )


Atau

Kelompok

Tes Awal

(R) Eksperimen
(R)

Kontrol

Perlakuan

T-1
T-1

tes akhir

X-1
X-2

T-2
T-2

M = matching ( penempatan kelompok dengan penjodohan )


Rancangan ini menghendaki paling sedikit ada dua kelompok, penempatan subyek ke dalam
kelompok melalui pengacakan dapat pula dengan penjodohan. Kedua kelompok menerima tes awal,
pemberian perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak
menerima perlakuan. Kemudian kedua kelompok diberikan tes awal serta adanya kelompok kontrol,
akan menjalankan pengontrolan untuk semua sumber-sumber validitas internal.
Kelemahan rancangan ini hanya belum dapat mengontrol validitas eksternal : interaksi pemberian
tes awal. Dengan adanya tes awal, maka penggenaralisasiannya hanya untuk kelompok lain yang
melalui tes awal.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan ( X ) dengan membandingkan skor
tes akhir (T-2) antara kelompok kontrol dengan t-tes, atau jika asumsi kelompok tidak sama dapat
dianalisis menggunakan teknik kovarian.

2. Posttes Only Control Group Design


Kelompok

Perlakuan

tes akhir

(R) Eksperimen
(R)

Kontrol

T-2

T-2

Rancanga ini sama dengan Pretest Postest Control Group Design, kecuali tidak diadakannya tes
awal. Penempatan subyek ke dalam kelompok dengan pengacakan yang tujuannya untuk
mengendalikan semua kemungkinan variabel ekstra, sehingga perbedaan kelompok kemungkinan
kegiatan eksperimen dilakukan terjadi hanya secara kebetulan.
Setelah penempatan subyek ke dalam dua kelompok, hanya kelompok eksperimen yang mendapat
perlakuan. Di luar perlakuan kedua kelompok diperlukan sama, tes akhir dikenakan pada kedua
kelompok , kemudian skor hasil tes tersebut dibandingkan. Apabila rerata kedua kelompok berbeda
secara signifikan, maka peneliti dapat merasa yakin bahwa perbedaan tersebut karena adanya
perlakuan ( X ).
Kelemahan rancangan ini hanya belum dapat mengontrol validitas internal: mortalitas, sedangkan
yang lainnya dapat dikendalikan.

3. Solomon Four Group Design


Kelompok

Tes Awal

(R) Eksperimen
(R)

Perlakuan

T-1

Kontrol

tes akhir
X

T-1

(R) Kontrol

(R) Kontrol

T-2
T-2

T-2
T-2

Rancangan empat kelompok solomon, penempatan subyek kedalam kelompok secara random. Dua
kelompok melaksanakan tes awa, sedangkan dua kelompok tidak mengadakan tes awal. Dua
kelompok yang mendapatkan perlakuan (X) satu kelompok melakukan tes awal sedangkan kelompok
yang lain tidak, akan tetapi keempat kelompok tersebut mendapat tes akhir.
Rancangan ini merupakan kombinasi Pretest-postest Control Group Design dengan Postest Only
Control Group Design, tujuannya untuk menutup kelemahan dari kedua rancangan tersebut.
Kombinasi kedua rancangan ini menghasilkan rancangan yang dapat mengontrol semua sumber
ancaman validitas internal dan eksternal. Jalan terbaik untuk menganalisis data dengan menggunakan
analisis faktor 2 x 2. Analisis faktor akan mengurangi interaksi validitas antara perlakuan dengan tes
awal.

c.

Rancangan Eksperimen Kuasi

Banyak situasi pendidikan yang tidak mungkin dapat dipecahkan dengan menggunakan rancangan
eksperimen, karena alasan berbagai hal sehingga tidak mungkin mambagi kelompok dan penempatan
subyek-subyek dalam kelompok secara acak. Rancangan eksperimen kuasi tidak memberikan
pengontrolan secara penuh, oleh sebab itu penting sekali bagi peneliti mengetahui variabel mana yang
mungkin tidak sepenuhna dapat dikendalikan dan dikontrol. Ada 3 jenis rancangan eksperimnen kuasi
adalah sebagai berikut :

1. The Noneequivalent Control Design


Kelompok

Tes Awal

Eksperimen

Perlakuan
T-1

Kontrol

T-1

Tes akhir

T-2
T-2

Rancangan ini hampir sama dengan rancangan ekperimental (pretest-postest Control Group
Design), perbedaannya terletak pada tidak adanya pengacakan dalam penempatan subyek ke dalam
kelompok-kelompok. Walaupun penempatan subyek secara acak tidak dapat dilakukan, namun
usahakan agar kedua kelompok sejauh mungkin sama. Apabila kedua kelompok memang berbeda
analisis selanjutnya dengan menggunakan analisis kovarian.

2. The Time Series Design


Tes Ke-

Perlakuan

T-1 T-2 T-3 T-4

Tes KeX

T-5 T-6 T-7 T-8

Rancangan rangkaian waktu seperti ini adalah lebih jelas dalam memerinci rancangan One Group
Pretest-Postest dengan cara kelompok berulang-ulang mendapat tes (T-1 sampai T-8) diantara
pemberian perlakuan ( X ). Pengaruh perlakuan akan ditunjukan perbedaan antar tes, yaitu dengan
membandingkan skor-skor pengukuran. Analisis yang cocok untuk dipergunakan pengolahan data
jenis ini adalah analisis varian.
Kelemahan rancangan ini tidak dapat mengontrol validitas internal : sejarah dan penggunaan alat
pengukuran ; serta validitas eksternal : interaksi tes awal.

3.

Counterbalanced Design

Replikasi

Perlakuan dan Tes


X-1

Kelompok
2

X-2

X-3

A. T-1

B. T-2

Kelompok

B. T-1

C. T-3
C. T-2

A. T-3

Kelompok
Rerata

C. T-1
Rerata

A. T-2

B. T-3

Rerata

Dalam rancanangan ini semua kelompok ( A, B dan C ) menerima semua perlakuan ( X-1, X-2 dan
X-3) tetapi dengan pelaksanaan yang berbeda, seperti digambarkan dalam bagan di atas. Rancangan
ini melibatkan serangkaian replikasi, dalam setiap replikasi kelompok ditukar sehingga pada akhir
eksperimen setiap kelompok telahy menerima samua jenis perlakuan.
Kelemahan utama rancangan ini adalah kemungkinan terjadinya pengaruh pindahan ( carry over
effect) dari satu perlakuan keperlakuan berikutnya, atau perlakuan tertentu mempengaruhi perlakuan
yang lain. Analisis statistik dengan menggunakan analisis varian.

Anda mungkin juga menyukai