Anda di halaman 1dari 5

1. Mengapa terjadi perbedaan kualitas batubara di zona (teritori) eosen dan meosen?

Jawaban :
Perbedaan kualitas batubara di kedua zona tersebut dikarenakan pada zona eosen,
kualitas batubara yang dihasilkan memiliki kadar air yang rendah dan kadar abu yang
tinggi, sedangkan pada zona meosen, kualitas batubara yang dihasilkan memilki kadar air
yang tinggi dan kadar abu yang rendah. Kualitas batubara cukup baik dicerminkan
dengan kandungan abu rata-rata < 4 %, kadar sulfur total umumnya < 1 % dan nilai
kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan sebagai high rank
coal (batubara peringkat tinggi). Batubara di Eosen dan Meosen terbentuk dari adanya
endapan gambut di zaman purba. Bahkan banyak diantaranya yang terbentuk kubah
gambut di atas permukaan air tanah. Pada Eosen, kubah gambut tersebut terbentuk seiring
dengan terbawanya mineral-mineral anorganik yang masuk ke dalam sistem dan akhirnya
terbentuk lapisan batubara yang mengandung banyak sulfur dan abu.
Endapan batu bara Eosen terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai
sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan
Kalimantan. Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari
sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari
batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung
mulai terjadi pada Eosen Tengah.
Batu bara meosen umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran
pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur.
Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan
sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang
ekonomis kecuali jika sangat tebal atau lokasi geografisnya menguntungkan.

2. Jelaskan teknologi reklamasi dan remediasi untuk over burden pada tambang batubara !
Jawaban :
a. Reklamasi
Reklamasi merupakan suatu proses perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas
tambang) sebagai akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali
secara optimal. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan
kondisi fisik tanah over burden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk
perbaikan kualitas air masam tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia

dan biologis tanah tersebut. Namun upaya perbaikan dengan cara ini masih dirasakan
kurang efektif, hal ini karena tanaman secara umum kurang bisa beradaptasi dengan
lingkungan ekstrim, termasuk bekas lahan tambang. Oleh karena itu aplikasi lain untuk
memperbaiki

lahan

bekas

tambang

perlu

dilakukan,

salah

satunya

dengan

mikroorganisme.
Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang matang agar tepat pada
sasaran. Perencanaan reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum kegiatan penambangan
karena telah di atur dalam dokumen lingkungan. Lingkup reklamasi meliputi
penatagunaan lahan, pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, dan pekerjaan
sipil .
Dalam reklamasi lahan akibat penambangan harus melihat dari empat aspek, yaitu
aspek teknis, ekonomi, sosial/lingkungan, dan kelembagaan. Aspek teknis dapat dilihat
dari sifat fisik dan sifat kimia tanah, aspek lingkungan dilihat dari dampak penambangan
batubara terhadap sosial masyarakat, aspek ekonomi dari produktivitas lahannya.
Sedangkan aspek kelembagaan dilihat dari fungsi dan peran masing-masing institusi
dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan.
Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi
lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, pencegahan
air asam tambang, pengaturan drainase dan tata guna lahan pasca tambang.
b. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua

jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).

Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Teknologi bioremediasi merupakan alternatif yang baik untuk over burden pada
tambang batu bara, dikarenakan bioremediasi pada lahan terkontaminasi logam
berat,sehingga bioremediasi dilakukan dengan membersihkan (clean up) lahan dari bahanbahan pencemar (pollutant) secara biologi atau dengan menggunakan organisme hidup,
baik mikroorganisme (mikrofauna dan mikroflora) maupun makroorganisme (tumbuhan)
(Onrizal, 2005). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

3. Buat perencanaan/ read map pengembangan proses liquifaksi pada :


a. energi listrik

b. energi transportasi
Jawaban :
Perencanaan proses liquifaksi pada energi listrik

TUGAS PENGANTAR ENERGI


BATUBARA

OLEH :
FENI ALVIONITA
03101003089

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2013

Anda mungkin juga menyukai