Anda di halaman 1dari 6

Membuat Sloof Beton Bertulang (Definisi, Fungsi, Rencana Kerja dan Syarat)

Kamis, Juni 16, 2011 rumahdangriya.blogspot.com


Sloof
Setelah dalam beberapa posting kita membahas tentang fondasi rumah, maka
komponen bangunan selanjuatnya yang akan kita bahas adalah sloof. Sloof dalam
bangunan sederhana sebagaimana komponen bangunan yang lainya, lazimnya terbuat
dari beton bertulang dan letaknya di atas fondasi, baik fondasi itu berupa pasangan
batu kali atau fondasi telapak (footplate). Ilustrasi sloof dalam sebuah rumah dapat
dilihat pada posting sebelumnya dengan judul Komponen Struktur Bangunan.
Gambar posisi sloof bangunan

Fungsi Sloof
Fungsi sloof dalam bangunan atau rumah adalah sebagai komponen yang meratakan
beban dimana dengan sloof tadi pelimpahan beban dari dinding diatasnya sloof merata
ke fondasi dan kemudian dilimpahkan ke tanah. Dengan keadaan tanah yang
heterogen (berbeda-beda jenis dan kekerasan tanah) berarti reaksi tanah akibat beban
fondasi tentu saja berbeda-beda, jika pada tanah tadi terdapat bagian tanah yang
lembek (tidak keras), maka dapat mengakibatkan penurunan fondasi yang mana tentu
saja dapat menyebabkan penurunanan bangunan (konsekwensi yang terjadi akibat
penurunan bangunan yang tidak merata atau sebagian, dapat dilihat pada posting
sebelumnya tentang fondasi). Maka sloof ini sebagai perantara atau jembatan yang
menghubungkan tanah keras (tanah bagus untuk fondasi) dengan tanah yang lembek
(tanah yang jelek untuk fondasi). Dengan sloof ini maka diharapkan tidak terjadi
penurunan sebagian bangunan, karena tanah yang lembek tadi dapat dikatakan sudah

tidak ada. Ibarat ada sebuah cekungan atau sungai di jalan kemudian diatasnya
cekungan atau sungai dihubungkan dengan jembatan, maka dua jalan yang terputus
cekungan atau sungai dapat dihubungkan. Sehingga jika diatas jembatan tadi ditaruh
beban, maka beban tadi akan ditopang jembatan kemudian akan dilimpahkan pada
pilar-pilar jembatan.
Selain fungsi itu tadi, sloof juga menahan gaya lateral atau gaya horizontal (misalnya
gaya yang arahnya mendatar akibat gempa). Sehingga komponen struktur yang diikat
sloof tadi tetap diposisinya, dan bangunan tadi tidak berubah bentuk atau bahkan rusak.
Beberapa Sloof Yang Sering Dibuat Akan Tetapi Belum Benar Dalam Pembuatannya
1.Banyak sekali ditemukan pada bangunan atau rumah kuno, kebanyakannya tidak
menggunakan sloof. Sehingga didapati setelah fondasi langsung didirikan dinding
pasangan bata.
2.Tak jarang hanya mengunakan rolag (pasangan bata miring). Menurut buku Pedoman
Teknis Bangunan Tahan Gempa bahwa rolag bata ini tidak bisa menahan gaya lateral
dan meratakan beban kefondasi. Dengan kata lain rolag bata ini tidak bisa berfungsi
sebagai sloof atau jika berfungsi sebagai sloof, maka kinerjanya tidak akan sebaik sloof
dengan beton bertulang.
Dalam posting kali ini hanya disajikan definisi dan fungsi sloof, maka pada posting
selanjutnya akan kami sajikan detail konstruksi sloof, rencana kerja dan syarat disertai
gambar kesalahan dalam membuat sloof .
Simak pada edisi berikutnya ya...............

Lihat profil lengkapku

Kamis, 04 Maret 2010

Pekerjaan Kolom dan Beton Bertulang


Sebelum kita mulai membahas, perlu diketahui fungsi dan tugas masing-masing dari Kolom dan Balok
Beton didalam sebuah bangunan rumah.
Kolom beton (tiang beton) adalah beton bertulang yang diletakkan diatas pondasi dengan posisi
tegak/vertikal. Kolom berfungsi disamping sebagai pengikat pasangan dindng bata juga berfungsi
sebagai penerus beban dari atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.
Ring balok beton bertulang yang terletak di atas pasangan bata.Berfungsi sebagai tumpuan konstruksi
atap dan pengikat pasangan bata bagian atas agar pasangan bata tidak runtuh.
Balok beton bertulang merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan yang akan menerima
beban-beban diatasnya.
Didalam melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam pelaksanaannya,
karena bagian ini adalah bagian penumpu utama bangunan rumah diatas permukaan tanah.
Apabila ada yang terlewatkan maka bisa terjadi dinding rumah akan retak atau atap penutup rumah
akan turun sampai bisa terjadi rumah akan rubuh.

Pada saat pekerjaan dilaksanakan perlu diperhatikan adalah :

Dimensi/ diameter besi beton yang digunakan sudah sesuai gambar.


Cek dan lakukan pemeriksaan dimensi/ukuran sudah sesuai denga gambar lapangan.
Pada titik pertemuan atau sambungan sudah dilakukan dengan benar (syarat menyambung struktur)
Perhatikan ikatan kawat antara besi beton dan ring besi beton sudah terikat dengan kuat.
Pemasangan begisting (cetakan beton) tidak ada celah atau lobang, sehingga pada saat pengecoran
beton tidak terjadi kebocoran.
Bersihkan cetakan beton dari segala bentuk kotoran dan bersihkan apabila ada tumpahan minyak pada
besi beton, agar antara adukan beton dan besi beton dapat melekat dengan baik.
Pada saat pengecoran beton dilakukan, perhatikan cetakan beton (begisting) sudah terisi dengan padat

(tidak ada rongga), karena kalau tidak padat akan mengurangi kekuatan beton.
Tiang begisting balok sudah terpasang dengan kuat, sehingga pada saat pengecoran begisting tidak
melengkung/turun.

INSTRUKSI KERJA BEKISTING PILE CAP DAN TIE BEAM


1.0 REFERENSI
4.1. Gambar kerja denah Pile cap dan Tie beam
4.2. Rencana Mutu Proyek
2.0 ALAT
2.1. Meteran
2.2. Theodolite
2.3. Autolevel/ bak ukur
2.4. Benang
2.5. Alat gali manual/ excavator kecil
2.6. Molen beton
2.7. Sendok semen
3.0 LANGKAH KERJA
A. Pekerjaan Persiapan
a. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah, sudah dipastikan terlebih dahulu bahwa posisi,
dimensi dan elevasi pile cap telah final. Artinya telah diketahui (telah ada gambar terbaru yang
meliputi):
- Pembesaran pile cap akibat eksentrisitas as tiang pondasi.
- Penurunan elevasi pile cap, akibat ketidaksempurnaan kepala tiang.
b. Gali tanah pada lokasi pile cap dan tie beam sesuai dengan gambar kerja sampai dengan
elevasi dasar pile cap/ tie beam ditambah dengan lantai kerja dan urugan pasir, lebar galian
tersebut harus cukup untuk ruang kerja pemasangan bekisting. Lebar galian ditentukan oleh
keputusan jenis bekisting yang akan dipakai. Pemakaian bekisting kayu memerlukan lebar galian
yang lebih besar. Perlu diperhatikan sudut kemiringan galian tergantung dari kestabilan lereng
tanahtanah agar tidak longsor khususnya untuk galian dengan kedalaman lebih dari 1 meter.
c. Setelah tiang pondasi dipotong dan diangkat dilanjutkan dengan pembuatan patok dari
potongan besi atau kayu pada sudut-sudut pile cap dan pertemuan pile cap dan tie beam.
B. Pekerjaan Pelaksanaan
a. Rapikan/ ratakan dasar galian bila perlu lakukanlah pemadatan dengan stamper untuk pile cap
yang besar.
b. Setelah tanah rata, urug dasar galian dengan pasir dengan ketebalan urugan sesuai persyaratan
sampai dengan sisi luar rencana bekisting pile cap/ tie beam.
c. Buatlah lantai kerja di atas urugan pasir dengan tebal minimal 5 cm hingga elevasi dasar pile
cap/ tie beam.
d. Marking posisi pile cap dan tie beam dengan sipatan pada lantai kerja dan tarik benang pada
patok yang telah tersedia sesuai dengan rencana elevasi atas pile cap/ tie beam.
e. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting dapat menggunakan material pasangan bata kapur, batako atau bekisting
kayu. Dalam menentukan jenis material bekisting yang digunakan perlu dilakukan analisa biaya
dan kecepatan pemasangan. Keuntungan pemakaian bekisting kayu adalah pemakaian berulang
(5 6 kali), relatif cepat, tetapi sesudahnya ada pekerjaan bongkar bekisting. Di pihak lain

bekisting bata/ batako mempunyai keunggulan dalam hal hemat galian dan keterbatasan ruang
kerja serta tidak adanya pekerjaan bongkar bekisting.
1. Bekisting kayu.
Buatlah panel bekisting sesuai dengan tinggi dimensi tie beam atau pile cap dengan
menggunakan multiplek 9 mm dan diperkuat dengan kayu kaso 5/7 dijepit pada sisi atas dan
bawahnya (bila diperlukan ditengah juga 70dipasang, khususnya untuk dimensi pile cap/ tie
beam dengan tinggi jarakcm) dan diperkuat tiap jarak tertentu pada arah vertikal penjepit
kayu kaso pada arah vertikal disesuaikan terhadap dimensi tie beam atau pile cap sehingga
mampu menahan gaya lateral pada saat pengecoran beton.
Pasanglah panel bekisting pada posisi sesuai marking yang telah disediakan.
Pasanglah sekur-sekur untuk perkuatan samping menggunakan kayu balok 7/10 pada sisi atas
dan bawah panel hingga panel tidak bergeser posisinya kemudian periksalah terhadap arah
vertikal / lot vertikal.
Pasanglah form tie bila dimensi tie beam cukup besar untuk perkuatan posisi panel bekisting.
2. Bekisting bata/batako/ bata kapur
Pasanglah bata / batako / bata kapur sesuai marking dengan adukan semen dan pasir untuk
penyambungannya.
Uruglah tanah pada sisi samping pile cap/ tie beam hingga padat sebagai perkuatan terhadap
bekisting itu sendiri.
f. Pekerjaan bekisting selesai dan dapat dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan tulangan pile
cap/ tie beam dan pengecoran beton.
4.0 PEMERIKSAAN / PENGETESAN
4.1. Posisi
4.2. Dimensi
5.0 REKAMAN
5.1. Pemeriksaan Pekerjaan Sebelum Pengecoran (Lihat lamp. 6.1 dari IK/ODR/ST-12/R1 hal 1)
5.2. Pemeriksaan Pekerjaan Setelah Pengecoran (Lihat lampiran 6.2 dari IK/ODR/ST-12/R1)
6.0 LAMPIRA

Anda mungkin juga menyukai