Fungsi Sloof
Fungsi sloof dalam bangunan atau rumah adalah sebagai komponen yang meratakan
beban dimana dengan sloof tadi pelimpahan beban dari dinding diatasnya sloof merata
ke fondasi dan kemudian dilimpahkan ke tanah. Dengan keadaan tanah yang
heterogen (berbeda-beda jenis dan kekerasan tanah) berarti reaksi tanah akibat beban
fondasi tentu saja berbeda-beda, jika pada tanah tadi terdapat bagian tanah yang
lembek (tidak keras), maka dapat mengakibatkan penurunan fondasi yang mana tentu
saja dapat menyebabkan penurunanan bangunan (konsekwensi yang terjadi akibat
penurunan bangunan yang tidak merata atau sebagian, dapat dilihat pada posting
sebelumnya tentang fondasi). Maka sloof ini sebagai perantara atau jembatan yang
menghubungkan tanah keras (tanah bagus untuk fondasi) dengan tanah yang lembek
(tanah yang jelek untuk fondasi). Dengan sloof ini maka diharapkan tidak terjadi
penurunan sebagian bangunan, karena tanah yang lembek tadi dapat dikatakan sudah
tidak ada. Ibarat ada sebuah cekungan atau sungai di jalan kemudian diatasnya
cekungan atau sungai dihubungkan dengan jembatan, maka dua jalan yang terputus
cekungan atau sungai dapat dihubungkan. Sehingga jika diatas jembatan tadi ditaruh
beban, maka beban tadi akan ditopang jembatan kemudian akan dilimpahkan pada
pilar-pilar jembatan.
Selain fungsi itu tadi, sloof juga menahan gaya lateral atau gaya horizontal (misalnya
gaya yang arahnya mendatar akibat gempa). Sehingga komponen struktur yang diikat
sloof tadi tetap diposisinya, dan bangunan tadi tidak berubah bentuk atau bahkan rusak.
Beberapa Sloof Yang Sering Dibuat Akan Tetapi Belum Benar Dalam Pembuatannya
1.Banyak sekali ditemukan pada bangunan atau rumah kuno, kebanyakannya tidak
menggunakan sloof. Sehingga didapati setelah fondasi langsung didirikan dinding
pasangan bata.
2.Tak jarang hanya mengunakan rolag (pasangan bata miring). Menurut buku Pedoman
Teknis Bangunan Tahan Gempa bahwa rolag bata ini tidak bisa menahan gaya lateral
dan meratakan beban kefondasi. Dengan kata lain rolag bata ini tidak bisa berfungsi
sebagai sloof atau jika berfungsi sebagai sloof, maka kinerjanya tidak akan sebaik sloof
dengan beton bertulang.
Dalam posting kali ini hanya disajikan definisi dan fungsi sloof, maka pada posting
selanjutnya akan kami sajikan detail konstruksi sloof, rencana kerja dan syarat disertai
gambar kesalahan dalam membuat sloof .
Simak pada edisi berikutnya ya...............
(tidak ada rongga), karena kalau tidak padat akan mengurangi kekuatan beton.
Tiang begisting balok sudah terpasang dengan kuat, sehingga pada saat pengecoran begisting tidak
melengkung/turun.
bekisting bata/ batako mempunyai keunggulan dalam hal hemat galian dan keterbatasan ruang
kerja serta tidak adanya pekerjaan bongkar bekisting.
1. Bekisting kayu.
Buatlah panel bekisting sesuai dengan tinggi dimensi tie beam atau pile cap dengan
menggunakan multiplek 9 mm dan diperkuat dengan kayu kaso 5/7 dijepit pada sisi atas dan
bawahnya (bila diperlukan ditengah juga 70dipasang, khususnya untuk dimensi pile cap/ tie
beam dengan tinggi jarakcm) dan diperkuat tiap jarak tertentu pada arah vertikal penjepit
kayu kaso pada arah vertikal disesuaikan terhadap dimensi tie beam atau pile cap sehingga
mampu menahan gaya lateral pada saat pengecoran beton.
Pasanglah panel bekisting pada posisi sesuai marking yang telah disediakan.
Pasanglah sekur-sekur untuk perkuatan samping menggunakan kayu balok 7/10 pada sisi atas
dan bawah panel hingga panel tidak bergeser posisinya kemudian periksalah terhadap arah
vertikal / lot vertikal.
Pasanglah form tie bila dimensi tie beam cukup besar untuk perkuatan posisi panel bekisting.
2. Bekisting bata/batako/ bata kapur
Pasanglah bata / batako / bata kapur sesuai marking dengan adukan semen dan pasir untuk
penyambungannya.
Uruglah tanah pada sisi samping pile cap/ tie beam hingga padat sebagai perkuatan terhadap
bekisting itu sendiri.
f. Pekerjaan bekisting selesai dan dapat dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan tulangan pile
cap/ tie beam dan pengecoran beton.
4.0 PEMERIKSAAN / PENGETESAN
4.1. Posisi
4.2. Dimensi
5.0 REKAMAN
5.1. Pemeriksaan Pekerjaan Sebelum Pengecoran (Lihat lamp. 6.1 dari IK/ODR/ST-12/R1 hal 1)
5.2. Pemeriksaan Pekerjaan Setelah Pengecoran (Lihat lampiran 6.2 dari IK/ODR/ST-12/R1)
6.0 LAMPIRA