Anda di halaman 1dari 21

0

NUZUL AL-QURAN

MAKALAH
Disampaikan Pada Seminar Kelas Mata Kuliah
Ulumul Quran (S2) UIN Alauddin Makassar
Semester I Tahun Akademik 2013
Oleh:
I S M A Y A N T I
NIM. 80100212178

Dosen Pemandu:
Prof. Dr. Mardan, M.Ag
Dr. Hj. Rahmi Damis, M.Ag

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Umat ini meyakininya sebagai
firman-firman Allah swt yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Nabi terakhir,
Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat manusia hingga akhir zaman.
Al-Quran adalah kitab Allah yang memberikan berita gembira bagi orang
yang berpegang teguh kepadanya dan menjalani isi kandungannya, memberikan
ancaman keras dengan siksa yang pedih terhadap orang yang melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan akidah, syariah, dan
akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan
tersebut; dan Allah menugaskan Rasul saw. untuk memberikan keterangan yang
lengkap mengenai dasar-dasar itu, Kami telah turunkan kepadamu al-Dzikr (alQuran) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada
mereka agar mereka berpikir. (Q.S. al-Nahl:44).1
Allah s.w.t menurunkan al-Quran kepada rasul kita Muhammad s.a.w. untuk
memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Quran merupakan peristiwa besar
yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya
al-Quran tahap pertama pada malam lailatul qadar, merupakan pemberitahuan
kepada penghuni alam tingkat tinggi, yang terdiri dari malaikat-malaikat akan
1

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran (Cet. I; Bandung: Mizan, 1992), h. 33.

kemuliaan ummat Muhammad s.a.w melalui risalah yang baru ini. Turunnya alQuran tahap kedua secara berangsur-angsur, berbeda dengan kitab-kitab samawi
yang turun sebelumnya, al-Quran membawa pengaruh yang dahsyat, namun di sisi
lain menimbulkan keraguan terhadapnya, sebelum jelas bagi mereka tentang rahasia
ilahi yang ada dibalik itu. Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus,
kaumnya pun juga tidak semuanya puas dengan keberadaan risalah tersebut,
disebabkan karena kesombongan dan sikap permusuhan mereka, oleh karena itu
wahyu pun turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati rasulullah s.a.w dan
menghiburnya kemudian membawanya untuk mengikuti peristiwa dan kejadiankejadian, sampai Allah menyempurnakan agamanya dan mencukupkan nikmatnya.2
Dengan demikian, proses turunnya al-Quran (Nuzul al-Quran) merupakan
pembahasan yang sangat penting dalam Ulumul Quran, bahkan boleh dikata inilah
pembahasan Ulumul Quran yang paling urgen secara keseluruhan, karena
pengetahuan tentang Nuzulul Quran adalah dasar untuk meyakini al-Quran itu
sendiri, dan bahwasanya al-Quran adalah betul-betul firman Allah, juga dasar untuk
mempercayai kenabian Rasulullah, dan bahwasanya Islam itu benar (haq). Kemudian
Nuzulul Quran merupakan pokok dari keseluruhan pembahasan-pembahasan Ulumul
Quran yang lain.3
Demikianlah gambaran ringkas tentang al-Quran yang patut diketahui
sebagai bagian dari upaya untuk mengetahui dan memahami kandungan al-Quran,
2

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi `Ulum al-Quran (Kairo: Maktabah Wahbah,2000),

h.95.
3

Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, Juz I (Beirut:
Dar al-Fikr, 1998),h.37

karena al-Quran adalah petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang haq dan
yang batil.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa poin
permasalahan yang menjadi pembahasan pokok dalam uraian makalah ini, yaitu;
1. Apa Pengertian Nuzul al-Quran?
2. Bagaimana Proses turunnya al-Quran?
3. Bagaimana cara turunnya wahyu (al-Quran)?
4. Apa hikmah diturunkannya al-Quran?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nuzul Al-Quran
Pembahasan tentang Nuzul al-Quran banyak dijumpai dalam al-Quran dan
hadits, diantaranya sebagaimana dalam firman Allah s.w.t Q.S al-Israa: 105 yang
berbunyi:


(105 : )
Artinya : Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al
Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan.4
Juga sabda Nabi SAW. :













Artinya :Sesungguhnya al-Quran diturunkan atas tujuh huruf. Semuanya lengkap
lagi mencukupi.5
Nuzul al-Quran terdiri dari dua kata, yaitu Nuzul dan al-Quran. Menurut
bahasa, kata al-Nuzul berarti al-hulul berdiam atau tinggal,6. Dari bahasa arab dengan
akar kata nazala yanzilu Nuzulun berarti turun atau berpindah tempat.7

Departemen agama RI, Al-Quran dan terjemahannya,(Semarang: PT Toha putra, 2002),

h.399
5

Imam Muslim, Shahih Muslim Juz iV, Maktabah Syamilah, h. 254

Ibnu Mantsur al-Anshary, Lisan al-Arab, Jilid 2 (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiah, 1993),

Mardan, Dasar-dasar Materi Kuliah Ulumul Quran (UIN Makassar: 2011) h. 19

h.610

Sedangkan menurut al-Zarqani penggunaan kata al-Nuzul itu sendiri


mengandung dua pengertian. Pertama bertarti: Tinggal di suatu tempat dan berdiam
atau beristirahat di tempat itu. Kedua berarti: turunnya sesuatu dari tempat yang
tinggi menuju ke tempat yang rendah,8.
Adapun pengertian al-Quran merupakan kata jadian dari kata dasar Qaraa
(membaca). Baik membaca dengan melihat tulisan ataupun secara menghafal. 9 Secara
terminology al-Quran adalah kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.10
Sejalan dengan itu Dr. Abd al-Shabur Syahin medefinisikan al-Quran sebagai
kalam Allah yang diturunkan ke dalam kalbu Muhammad saw. dengan perantaraan
wahyu ruh al-quds secara berangsur-angsur dalam bentuk ayat-ayat dan surahsurah sepanjang masa kerasulan (dua puluh tiga tahun), yang diawali dengan surah alFatihah dan ditutup dengan surah al-Nas, dinukilkan secara mutawatir sebagai bukti
(burhan) yang mengandung mujizat atas kebenaran risalah Islam.11
Dari defenisi tersebut, maka Nuzulul Quran dapat diartikan sebagai turunnya
al-Quran atau perpindahan tempat al-Quran. Terdapat perbedaan pendapat tentang
hakekat arti nuzul yang digandengkan dengan al-Quran, apakah hakekatnya dapat
dijangkau oleh nalar manusia, atau justru hanya Allah yang mengetahui, seperti
ungkapan ulama hingga abad ke-3 hijriyah, walaupun semua menyadari bahwa arti
8

Muhammad Abd al-Azim al-Zarqany, loc. cit.,

Majma al-lugah al-Arabiyah, al-Mujam al-Wasit, jld. II h. 750

10

Ramli abdul wahid, Ulumul Quran (Cet.2: Jakarta, Raja grafindo persada), h. 7

11

Abd al-Sabur Syahin, Hadits an al-Quran (Kairo: Dar Akhbar al-Yawm, 2000), h. 15

harfiah kata tersebut adalah perpindahan dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah.12
Sejalan dengan itu Az Zarqani menjelaskan bahwa kata nuzul mempunyai
makna dasar (perpindahan sesuatu dari atas ke bawah) atau (suatu gerak dari atas
kebawah). Menurutnya, dua batasan tersebut memang tidak layak diberikan untuk
maksud diturun-kannya Al Quran oleh Allah, karena keduanya hanya lebih tepat dan
lazim dipergunakan dalam hal yang berkenaan dengan tempat dan benda atau materi
yang mempunyai berat jenis (BJ) tertentu. Sedangkan Al Quran bukan semacam
benda yang memerlukan tempat perpindahan dari atas ke bawah. Tapi yang benar
adalah memahami bahwa kata nuzul itu bersfat majazi, yakni pengertian nuzul Al
Quran bukan tergambar dalam wujud perpindahannya Al Quran, atau Al Quran itu
turun dari atas ke bawah, tetapi harus di pahami sebagai pengetahuan bahwa Al
Quran telah diberitakan oleh Allah SWT kepada penghuni langit dan bumi. Di sini
terkandung maksud bahwa nuzul harus di tawilkan dengan kata ilam yang berarti
pemberitahuan atau pengajaran. Maka nuzul Al Quran berarti proses pemberitaan
atau penyampaian ajaran Al Quran yang terkandung di dalamnya. 13

2. Proses Turunnya Al-Quran


12

Ibnu Mantsur al-Anshary, Lisan al-arab, Juz XIV, h. 182

13

Syakur Sf, M, Ulumul al-Quran, semarang : PKPI2-FAI Universitas Wahid Hasyim, h.31

Proses turunnya al-Quran adalah melalui tiga tahapan yaitu14 ;


a. Al-Quran turun secara sekaligus dari Allah ke Lauh al-mahfuz. Yaitu suatu
tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.
Proses pertama ini diisyaratkan dalam Q.S. Al-Buruj (85) : 21-22
b. Al-Quran diturunkan dari Lauh al-mahfuz ke Bait al-Izzah. Yaitu tempat yang
berada di langit dunia. Dan sekaligus pada malam Lailatul Qader pada bulan
ramadhan15 Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam Q.S. Al-Qadr (97) :1
c. Al-Quran diturunkan dari Bait al Izzah kedlam hati Nabi dengan jalan berangsurangsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat,dua ayat dan bahkan
kadang-kadang satu surat. Proses ketiga ini diisyaratkan Allah dalam Q.S. AsySyuara (26) 193-195
Turunnya al-Quran, baik itu dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia, maupun dari
langit dunia kepada nabi Muhammad s.a.w, dalam hal ini terdapat beberapa
pandangan ulama:
a.

Turunnya al-Quran dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah (bagian dari


langit dunia) dengan sekaligus pada malam lailatul qadr di bulan ramadhan16.

b.

Turunnya al-Quran sebanyak 20 kali malam lailatul qadr dalam 20


tahun ke langit dunia, atau 23 kali dalam 23 tahun, atau 25 kali dalam 25 tahun.

14

Rosihon anwar, Ulum Al-Quran, (Cet.III. Bandung : Pustaka setia) h. 34

15

Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li Dirasati al-Quran al-Karim (Riyad:


Dar al-Liwa,1978), h. 49
16

Ibid.,

Pada tiap malam lailatul qadr diturunkan sesuai dengan ketentuan Allah pada
tahun itu dan kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sepanjang tahun.
c.

Permulaan turunnya al-Quran pada malam lailatul qadr. Kemudian


diturunkan setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu 17
Dalil yang membuktikan adanya al-Quran telah turun secara sekaligus dan

kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna al-tanzil masdar


dari dan al-inzal masdar dari . Ulama bahasa telah membedakan
antara makna al-tanzil dan al-inzal tersebut, bahwa al-tanzil maknanya adalah apa
yang diturunkan secara terpisah-pisah, sedangkan al-inzal adalah apa yang diturunkan
secara umum.18
Lafazh al-inzal pada umumnya dipergunakan oleh orang-orang arab untuk
mengungkapkan sesuatu yang turun sekaligus sedangkan lafazh al-tanzil
dipergunakan untuk sesuatu yang turun berangsur-angsur19
Manna al-Qattan menyebutkan,20 bahwa proses turunnya al-Quran, menurut
pendapat yang kuat, bisa dibagi dua macam: Pertama, turunnya secara sekaligus pada
malam lailatul qadr ke Bait al-Izzah, yaitu bagian dari langit dunia. Kedua, turunnya
secara berangsur-angsur ke bumi yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. melalui
malaikat Jibril.

17

Salahuddin Arqadan, Mukhtashar al-Itqan fi Ulum al-Quran li as-Suyuti (Beirut: Dar anNafais, 1987) h. 45.
18

Mannaa Khalil al-Qattan, op.cit., h. 105.


19

Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, loc. cit.,

20

Manna Khalil al-Qattan, op. cit., h. 95

A. Turunnya al-Quran secara sekaligus

Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Quran pada malam qadr. (Q.S. alQadr: 1)

Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Quran pada malam yang diberkati.


(Q.S. al-Dukhan: 3)
Tidak ada kontradiksi dalam makna ayat-ayat tersebut, karena lailah
mubarakah (malam yang diberkati) adalah malam lailatul qadr yang terdapat pada
bulan Ramadhan.21 kesemua ayat diatas menyebutkan tentang sebuah peristiwa pada
suatu malam yang mubarakah.
Al-Qurtubi mengatakan bahwa pendapat yang paling kuat dan paling masyhur
adalah al-Quran turun secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-Izzah bagian
dari langit dunia22
Ibn Abbas dan sejumlah ahli tafsir berpendapat,dan pendapat ini yang
dipegang oleh Jumhur bahwa yang dimaksud dengan nuzul al-Quran dalam kedua
ayat tersebut adalah turunnya secara sekaligus ke Bait al-Izzah, yaitu bagian dari
langit dunia, sebagai penghormatan terhadap keagungan al-Quran di sisi para
malaikat, kemudian setelah itu baru turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
saw. selama dua puluh tiga tahun.23
21

Ibid.,
22

Shalahuddin Arqadan, op.cit., 95

23

Mannaa Khalil al-Qattan, op.cit, h. 96.

10

Pendapat inilah yang banyak didukung oleh riwayat-riwayat yang shahih dari
Ibn Abbas, di antaranya diriwayatkan dari Ibn Abbas mengatakan, al-Quran telah
diturunkan pada malam lailatul qadr dalam bulan Ramadhan ke langit dunia secara
sekaligus, kemudian setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur. (H.R. alThabraniy).24
Namun Muhammad Abduh berpendapat bahwa riwayat-riwayat ini sama
sekali tidak sah dan tidak dapat diperpegangi karena tidak mutawatir (tidak
diriwayatkan oleh banyak orang) sementara tidak boleh berpegang kepada hal yang
tidak pasti. apalagi dalam hal aqidah seperti ini.
Akan tetapi pendapat ini dibantah oleh Abu Syuhbah, beliau mengatakan
bahwa permasalahan nuzul al-Quran, bukanlah hal aqidah yang harus dengan
riwayat-riwayat mutawatir baru dapat diterima, hal ini berbeda dengan aqidah tentang
keberadaan Allah. Banyak perkara-perkara langit (ghaib) yang diterima tanpa riwayat
mutawatir, dengan riwayat-riwayat yang shahih saja sudah cukup.25
Lebih lanjut Muhammad Abduh, sebagaimana yang dikutip oleh Hasbi Ash
Shiddiqy, mengatakan bahwa riwayat-riwayat ini sama sekali tidak sah. Sebenarnya
hanya merupakan beberapa tambahan yang dimaksudkan untuk memuliakan puasa.
Tuhan tidak menerangkan bahwa al-Quran itu diturunkan sekaligus dalam bulan
Ramadhan, dan tidak pula menerangkan bahwa al-Quran itu diturunkan dari Lauh

24

Ibid.,

25

Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, op. cit., h. 52

11

Mahfuzh. Maka kalau demikian tetaplah al-Quran terpelihara dengan sempurna di


Lauh Mahfuzh, sesudah diturunkannya dari Lauh Mahfuzh itu ke bumi.26
Sedangkan menurut Jumhur, lafaz-lafaz al-Quran yang tertulis di Lauh
Mahfuzh itu yang dipindahkan turun ke bumi, dengan demikian tidak ada lagi lafazlafaz al-Quran di Lauh Mahfuzh.27
Akan tetapi Hasbi Ash Shiddiqy membantah pernyataan Jumhur tersebut,
bahwa yang diturunkan bukanlah lafaz-lafaz yang termaktub di sana yang dibawa
turun, namun lafaz-lafaz hanya disalin lalu diturunkan. Sama halnya dengan orang
yang menghafal isi kitab; isi kitab tetap berada dalam kitab, yang disalin pun persis
sebagaimana yang tertulis di kitab itu.28
Namun As-Syaabiy berpendapat lain mengenai nuzul al-Quran, bahwa yang
dimaksud dengan nuzul al-Quran, adalah permulaan turunnya kepada Nabi
Muhammad saw., yaitu diturunkan di malam lailatul qadr pada bulan Ramadhan,
yaitu lailah mubarakah (malam yang diberkati), kemudian setelah itu terus-menerus
turun sacara bertahap sesuai dengan peristiwa yang ada, selama lebih kurang dua
puluh tiga tahun. Maka al-Quran punya proses turun satu kali saja, yaitu turunnya
secara bertahap kepada Rasulullah saw., karena itulah yang diungkapkan oleh alQuran.29

26

M. Hasbi Ash Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1980),

27

Ibid.,

28

ibid.,

29

Manna Khalil al-Qattan, op.cit., h. 97.

h. 57.

12

Tidak ada perselisihan di antara ulama dalam menetapkan bahwa malam


permulaan turunnya al-Quran adalah pada bulan Ramadhan, karena ketetapan ini
ditegaskan oleh al-Quran sendiri dengan mengatakan, Bulan Ramadhan, yaitu bulan
di mana al-Quran telah diturunkan. (Q.S. al-Baqarah: 185). Namun terdapat
perbedaan pendapat tentang hari keberapa al-Quran itu diturunkan pada bulan
Ramadhan itu?
Ibn Ishaq menyatakan, bahwa malam pertama turunnya al-Quran adalah pada
malam ketujuh belas. Penetapan ini didasarkan pada isyarat al-Quran itu sendiri,
Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad) di hari Furqan. (Q.S. al-Anfal: 41).30
Adapun yang dimaksud dengan hari al-Furqan ialah hari jelasnya kemenangan
Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan pada perang
Badar.31 Yang demikian itu tepat jatuhnya pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan,
tahun kedua hijriyah.32

B. Turunnya al-Quran Secara Berangsur-angsur


Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah saw. secara berangsur-angsur, bukan
sekaligus semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari pemeriksaan yang
30

Departemen Agama, op.cit. h. 267.

31

Ibid.,

32

M. Hasbi Ash Shiddiqy, op.cit., h. 53.

13

lengkap, bahwa al-Quran itu diturunkan menurut keperluan; lima ayat, sepuluh ayat,
kadang-kadang lebih dan kadang-kadang hanya diturunkan satu ayat.33
Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang
berkhalwat di gua Hira pada malam Senin tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari
kelahiran Nabi Muhammad saw., bertepatan dengan 6 Agustus 610 M.34 Dan ayatayat pertama yang turun sebagaimana yang sudah masyhur adalah lima ayat pertama
surah al-Alaq.
Ulama bahasa telah membedakan antara makna al-tanzil masdar dari

maknanya adalah apa yang diturunkan secara terpisah-pisah sedangkan al-

inzal masdar dari ., makna al-inzal adalah apa yang diturunkan secara umum.
Merupakan dalil yang membuktikan adanya al-Quran telah turun secara sekaligus
dan kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna dari kedua
kata tersebut.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ayat-ayat yang menggunakan kata-kata
"al-inzal" atau "anzala" adalah menunjukkan turunnya al-Quran secara sekaligus ke
langit dunia, seperti dalam (Q.S. al-Qadr: 1) dan (Q.S. al-Dukhan: 3):
Sedangkan ayat-ayat yang menggunakan lafaz tanzil atau nazzala adalah
menunjukkan penurunan al-Quran secara bertahap melalui malaikat Jibril kepada
kalbu Muhammad saw. Misalnya (Q.S.al-Syuara: 192-194):

33

Ibid., h. 63.

34

Ibid., h. 37.

14



3. Cara Turunnya Wahyu (Al-Quran) Kepada Nabi Muhammad saw.
Menurut al-Qattan dalam bukunya Mabahits Fi Ulum al-Quran bahwa ada
dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat Jibril kepada nabi, yaitu:
1.

Datang kepadanya suara seperti gerincingan lonceng dan suara yang amat
kuat yang mempengaruhi faktor kesadaran, hingga ia dengan segala kekuatannya
siap menerima pengaruh itu, cara ini yang paling berat buat Rasulullah saw.
dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk
menerima, menghapal dan memahaminya.

2. Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia.
Cara yang demikian itu lebih ringan dari cara yang sebelumnya, karena adanya
kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasul merasa senang sekali
mendengar apa yang disampaikan oleh utusan pembawa wahyu itu.35
Kemudia timbul pertanyaan bagaimana komunikasi ini dapat terjadi, padahal
terdapat perbedaan watak, karena perbedaan tingkat eksistensi? Jawabannya adalah
adanya perubahan yang terjadi pada salah satu dari dua pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi, sehingga komunikasi dengan pihak lain dapat dimungkinkan.
Pertama: Rasulullah berubah dari status kemanusiaannya dan masuk dalam status
kemalaikatan, kemudian menerima wahyu dari Jibril. Kedua: malaikat mengubah diri

35

Manna Khalil al-Qattan, op.cit., h. 33

15

masuk ke status kemanusiaan, sehingga rasulullah dapat menerima wahyu dari


Jibril.36 Perubahan yang pertamalah yang paling berat.
Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip oleh Khairon Nahdhiyyin,
dalam kaitannya dengan komuniakasi antara rasulullah saw. dengan Jibril. Ada dua
keadaan, pertama: Rasulullah saw. melepaskan kodratnya sebagai manusia yang
bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya. Kedua:
malaikat berubah dari yang rohani semata menjadi manusia jasmani.37
4. Hikmah Turunnya Al-Quran:
Hikmah turunnya al-Quran dapat dibagi menjadi dua bahagian, sesuai dengan
keadaan turunnya al-Quran itu sendiri.
a. Hikmah turunnya secara sekaligus:
Abu Syamah dalam bukunya al-Mursyid al-Wajiz menyebutkan, bahwa
rahasia atau hikmah diturunkannya al-Quran secara sekaligus ke langit dunia adalah
untuk meninggikan derajatnya dan derajat orang yang diturunkan kepadanya, yaitu
dengan memberi penyampaian kepada penduduk langit tujuh, bahwasanya inilah
kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir terhadap umat paling mulia,
Kami telah mendekatkannya kepada mereka untuk selanjutkan akan Kami turunkan
kepada mereka, sekiranya bukan karena hikmah ilahiyah (sunnatullah) yang
menghendaki adanya kitab ini turun kepada mereka secara bertahap seiring dengan
peristiwa yang terjadi, niscaya ia akan turun ke bumi secara sekaligus, sebagaimana
36

Badruddin Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum al-Quran, (Cet. III,
Beirut; Dar al-Marifah li at-Thibaah), h. 229
37

Khoiron Nahdliyyin, Tekstualis al-Quran, terj. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum alQuran,(Yogyakarta; LKis,2003), h.43

16

halnya kitab-kitab lain sebelumnya. Akan tetapi Allah telah membedakan kitab ini
dengan kitab-kitab tersebut, sehingga Allah menjadikan baginya dua hal:
Diturunkannya secara sekaligus, kemudian diturunkan secara terpisah-pisah, sebagai
pemuliaan terhadap orang yang diturunkan kepadanya. 38
Sementara al-Sakhawiy mengatakan, bahwa hikmahnya diturunkan secara
sekaligus ke langit dunia adalah untuk menyamakan antara Rasulullah dan Nabi Musa di
mana kitabnya diturunkan secara sekaligus, kemudian Muhammad dilebihkan dengan
adanya diturunkan secara bertahap agar dia mampu memeliharanya dengan baik.39
b. Hikmah turunnya secara berangsur-angsur:
Manna al-Qattan menyebutkan bahwa hikmah diturunkannya al-Quran
secara bertahap adalah sebagai berikut:
1- Untuk mengukuhkan hati Rasulullah saw.
2- Sebagai tantangan dan menampilkan kemukjizatan.
3- Agar mudah dihafal dan dipahami.
4- Untuk menyesuaikannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, dan
menciptakan kebertahapan dalam pembelakuan hukum.
5- Sebagai bukti nyata atas adanya al-Quran diturunkan dari Allah Yang
Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.40

38

Jalaluddin al-Suyuthiy, al-Itqan fi Ulum al-Quran, Juz I (Cet. IV; Damaskus dan Beirut:
Dar Ibn Katsir, 2000), h. 132.
39

Ibid.,

40

Mannaa al-Qattan, op.cit., h. 107-116.

17

6- Juga di antara hikmahnya, adalah untuk menjawab segala pertanyaan dan


problem yang muncul di kalangan kaum muminin.41
Dan kenyataanya, adanya kebertahapan dalam turunnya al-Quran itu
menunjukkan adanya wahyu telah memperlakukan fitrah manusia secara bertahap
pula sehingga tidak mengagetkannya dengan hukum-hukum taklif yang melampaui
batas kemampuannya sebagai manusia. Hal itu mengajarkan kepada kita suatu metode
pendidikan dalam mengatasi suatu fitrah yang bengkok ataupun tabiat yang
menyimpang.

BAB III
KESIMPULAN
Demikianlah makalah ini penulis buat dengan sangat sederhana mengenai
beberapa aspek Nuzulul Quran. Dari pemaparan di atas, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
41

Abd al-Shabur Syahin, op.cit., h. 23.

18

1. Nuzulul Quran maknanya adalah turunnya al-Quran, dalam pengertian alQuran secara terminologi. Dan pembahasan Nuzulul Quran adalah pembahasan
tentang proses turunnya wahyu al-Quran kepada Rasulullah saw.
2. Proses turunnya al-Quran dapat dibagi pada dua bagian: Pertama, turunnya
secara sekaligus pada malam lailatul qadr ke langit dunia. Kedua, turunnya secara
bertahap kepada Nabi saw. melalui malaikat Jibril.
3. Cara turunnya wahyu (al-Quran) kepada Rasulullah saw. melalui perantaraan
malaikat Jibril ada dua macam: 1) datang kepadanya suara seperti gerincingan
lonceng dan suara yang amat kuat. 2) malaikat menjelma kepada rasul sebagai
seorang laki-laki dalam bentuk manusia.
4. Hikmah turunnya al-Quran
1) Secara sekaligus kepada Nabi saw. adalah:
a. Untuk meninggikan derajat al-Quran dan derajat orang-orang yang
diturunkan kepadanya.
b. untuk menyamakan antara Rasulullah dan Nabi Musa dan kitab-kitab
samawi lainnya, dimana kitab-kitab tersebut diturunkan secara sekaligus,
kemudian Muhammad dilebihkan dengan adanya diturunkan secara
bertahap.
2) Secara sekaligus kepada Nabi saw. adalah:
a.

Untuk mengukuhkan hati Rasulullah saw.

19

b.

Sebagai tantangan dan manampakkan kemukjizatannya.

c.

Untuk memudahkan dihafal dan dipahami.

d.

Penyesuaian dengan peristiwa aktual yang terjadi, dan terciptanya


kebertahapan pemberlakuan hukum.

e.

Sebagai bukti adanya al-Quran turun dari Allah.

f. Untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan yang muncul


kaum muslimin.

dikalangan

20

DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarqaniy, Muhammad Abd al-Azhim. Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, Juz
I. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi: 1995
Al-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin Abdillah, al-Burhan Fi Ulum al-Quran,
(Cet. III, Beirut; Dar al-Marifah li at-Thibaah)
Al-Qattan, Manna` Khalil. Mabahis fi `Ulum al-Quran. Kairo: Maktabah
Wahbah,2000.
Al-Suyuthiy, Jalaluddin. al-Itqan fi Ulum al-Quran, Juz I. Cet. IV; Damaskus dan
Beirut: Dar Ibn Katsir, 2000.
Anwar, Rosihon, Ulumul Quran, Cet.3, Bandung Pustaka Setia; 2012
Arqadan, Shalahuddin. Mukhtashar al-Itqan fi Ulum al-Quran li as-Suyuthi. Beirut:
Dar an-Nafais, 1987
Ash Shiddiqy, Hasby. Sejarah dan Pengantara Ilmu al-Quran/Tafsir. Jakarta: Bulan
Bintang, 1992.
Departemen Agama R.I. Al-Quran dan Terjemahnya. Medinah: Mujamma al-Malik
Fahd li Thibaah al-Mushhaf al-Syarif, 1418 H.
Ibnu Mantsur, Lisan al-Arab, Jilid 2. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiah, 1993
Majma al-Lugah al-Arabiyah, al-Mujam al-Wasit, jld. II. [t.p.], [t.t.].
Mardan, Dasar-Dasar Materi kuliah Ulumul Quran, UIN Makassar : 2001
Muhammad,Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li Dirasati al-Quran al-Karim.
Riyad: Dar al-Liwa,1978
Nahdliyyin, Khoiron, Tekstualis al-Quran, terj. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum
al-Quran,Yogyakarta; LKis,2003
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran. Cet. I; Bandung: Mizan, 1992.
Syahin, Abd al-Sabur. Hadits an al-Quran. Kairo: Dar Akhbar al-Yawm, 2000.
Wahid, Ramli Abdul, Ulumul quran, Cet.2. Jakarta Raja Grafindo persada, 1994

Anda mungkin juga menyukai