STEP 1
Pertanyaaan:
1.
Pda usia 4 tahun pernah mengalami kejang dan demam, apakah ada hubungan
dengan penyakit yang dialami pasien saat dewasa?
adanya riwayat infeksi pada pasien.
Hipotesa
Dari hasil analisa riwayat kejang demam saat pasien berumur 4 tahun dan gejala yang
timbul saat ini dapat menunjukkan suspek penderita dengan Infeksi Susunan Saraf
Pusat.
Sasaran Belajar
TIU.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat
TIK.1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopis Sistem Saraf Pusat
TIK.1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Sistem Saraf Pusat
TIU.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Cairan Serebrospinalis
TIU.3. Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam
TIK.3.1. Menjelaskan Definisi Kejang Demam
TIK.3.2. Menjelaskan Etiologi Kejang Demam
TIK.3.3. Menjelaskan Patofisiologi Kejang Demam
TIK.3.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Kejang Demam
TIK.3.5. Menjelaskan Komplikasi Kejang Demam
TIK.3.6. Menjelaskan Penatalaksanaan Kejang Demam
TIU.4. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.1. Menjelaskan Definisi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.2. Menjelaskan Etiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.3. Menjelaskan Patofisiologi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.5. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.6. Menjelaskan Komplikasi Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIK.4.7. Menjelaskan Penatalaksanaan Infeksi Susunan Saraf Pusat
TIU.5. Memahami dan Menjelaskan Mukallaf
STEP 2
Tugas Mandiri
STEP 3
TIU.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Saraf Pusat
TIK.1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopik Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang
belakang (Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak,
dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruasruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini
terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan
dari tulang kepala. Diantara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga
epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labahlabah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam
cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput
arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya
kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatanlipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan
bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan
jembatan varol.
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari
reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls
motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor
Korteks serebeli memiliki tiga lapisan yaitu: lapisan molekul luar, lapisan tengah yang
terdiri dari sel-sel Purkinye besar, dan lapisan granula dalam.Sel-sel Purkinye memiliki
badan sel yang mencolok dengan dendritnya yang berkembang dengan sempurna
sehingga menyerupai kipas.Dendrit ini menempati hampir seluruh lapisan molecular dan
menjadi alasan untuk jarangnya nuclei pada lapisan itu.
Lapisan granular disusun oleh sel-sel yang sangat kecil ( sel terkecil dari tubuh kita )
yang cenderung merata, berbeda dengan lapisan molekular yang kurang padat sel.
Pada potongan melintang medula spinalis, substansi putih berada di tepi d an substansia
kelabu di tengah berbentuk H. Pada palang horizontal dari huruf H terdapat lubang yang
disebut kanal sentral, yang merupakan sisa dari lumen tabung neural embrionik.Kanal itu
dilapisi oleh sel ependim.Substansia kelabu pada bagian kaki dari huruf H itu membentuk
kornu anterior.Kornu ini mengandung neuron motorik yang aksonnya membentuk akar
ventral dari saraf spinal.Substansia kelabu juga membentuk kornu posterior ( bagian
lengan dari huruf H ), yang menerima serat sensorik dari neuron di ganglion spinal ( akar
dorsal ).
Neuron pada medulla spinalis besar dan multipolar,terutama pada kornu anterior,dimana
ditemukan neuron motorik yang besar.
Meninges
Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna vertebralis.Ia juga dibungkus
membrane jaringan ikat yang disebut meninges.Dimulai dari lapisan paling luar, berturutturut terdapat dura mater, araknoid, dan piamater.Araknoid dan piamater saling melekat
dan seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-araknoid.
a. Dura mater
Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan
langsung dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis
dipisahkan dari periosteum vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung vena
berdinding tipis,jaringan ikit longgar, dan jaringan lemak.
Dura mater selalu dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit, ruang subdural. Permukaan
dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis, dilapisi epitel selapis
gepeng yang asalnya dari mesenkim.
b. Araknoid
Araknoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan dura mater dan
sebuah system trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan piamater.Rongga
diantara trabekel membentuk ruang Subaraknoid, yang terisi cairan serebrospinal dan
terpisah sempurna dari ruang subdural.Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang
melindungi susunan saraf pusat dari trauma.Ruang subaraknoid berhubungan dengan
ventrikel otak.
Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah.Permukaannya dilapisi oleh
epitel selapis gepeng seperti yang melapisi dura mater.Karena dalam medulla spinalis
araknoid itu lebih sedikit trabekelnya, maka lebih mudah dibedakan dari piamater.
8
Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura mater membentuk julursn-juluran yang
berakhir pada sinus venosus dalam dura mater.Juluran ini, yang dilapisi oleh sel-sel
endotel dari vena disebut Vili Araknoid. Fungsinya ialah untuk menyerap cairan
serebrospinal ke dalam darah dari sinus venosus.
c. Pia mater
Pia mater terdiri atas jarinagn ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh
darah.Meskipun letaknya cukup dekat dengan jaringan saraf, ia tidak berkontak dengan
sel atau serat saraf.Di antara pia mater dan elemen neural terdapat lapisan tipus cabangcabang neuroglia, melekat erat pada pia mater dan membentuk barier fisik pada bagian
tepi dari susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari cairan brospinal. Piamater
menyusuri seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan menyusup kedalamnya
untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. pia mater di lapisioleh sel-sel gepeng yang
berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalai
torowongan yang dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler.
Sawar Darah Otak
Sawar darah otak merupakan barier fungsional yang mencegah masuknya beberapa
substansi,seperti antibiotic dan bahan kimia dan toksin bakteri dari darah ke jaringan
saraf.
Sawar darah otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas yang menjadi ciri kapiler
darah jaringan saraf.Taut kedap, yang menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara
sempurna merupakan unsur utama dari sawar.Sitoplasma sel-sel andotel ini tidak
bertingkap, dan terlihat sangat sedikit vesikel pinositotik. Perluasan cabang sel neuroglia
yang melingkari kapiler ikut mengurangi permeabilitasnya.
PLEKSUS KOROID DAN CAIRAN SEREBROSPINAL
Pleksus Koroid
Pleksus koroid terdiri atas lipatan-lipatan ke dalam dari pia mater yang menyusup ke
bagian dalam ventrikel.Ia ditemukan pada atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian
pada dinding ventrikel lateral. Ia merupakan struktur vasikular yang terbuat dari kapiler
venestra yang berdilatasi.
Pleksus koroid terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia mater, dibungkus oleh epitel
selapis kuboid atau silindris.
Fungsi utama pleksus koroid adalah membentuk cairan serebrospinal,yang hanya
mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal sentral dari medulla
spinalis, ruang subaraknoid, dan ruang perivasikular. Ia penting untuk metabolisme
susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan cairan dalam ruang
subaraknoid.
Cairan itu jernih, memiliki densitas rendah, dan kandungan proteinnya sangat
rendah.Juga terdapat beberapa sel deskuamasi dan dua sampai lima limfosit per milliliter.
Cairan serebrospinal mengalir melalui ventrikel, dari sana ia memasuki ruang
subaraknoid.Disini vili araknoid merupakan jalur utama untuk absorbsi CSS ke dalam
sirkulasi vena.
Menurunnya proses absorsi cairan serebrospinal atau penghambatan aliran keluar cairan
dari ventrikel menimbulkan keadaan yang disebut hidrosefalus, yang mengakibatkan
pembesarab progresif dari kepala dan disertai dengan gangguan mental dan kelemahan
otot.
10
11
12
13
limfosit dari segmen. Jika jumlahnya lebih besar, cara tersebut tidak dapat
digunakan.
Dalam keadaan normal hanya ditemukan limfosit saja. Pada infeksi ringan
yang menahun dan disertai pleiositosis sedang, meningitis tuberkulosa dan
meningitis sifilitika ditemukan terutama sel limfosit. Pada peradangan
mendadak oleh causa manapun (misalnya meningococci dan pneumococci)
ditemukan sel-sel segmen. Jumlah segmen besar dapat ditemukan pula pada
infeksi pyogen setempat seperti abses serebral atau ekstradural.
Jumlah segmen yang meningkat menandakan proses sedang menghebat
sedangkan bila limfosit bertambah maka proses tersebut mereda.
3. Bakterioskopi
Kuman yang paling sering terdapat di dalam cairan serebospinal adalah M.
tuberculosis, meningococci, pneumococci, streptococci dan H. influenzae.
Pemeriksaan bakteriologi berguna untuk mengetahui etiologi radang.
Pewarnaan yang dipakai adalah pulasan menurut Gram dan Ziehl-Nielsen atau
Kinyoun. Sedimen merupakan bahan pemeriksaan.
Pulasan terhadap batang tahan asam baik dilakukan dengan bekuan halus
atau dengan selaput permukaan sebagai bahan pemeriksaan pada meningitis
tuberkulosa.
II.3. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi yang baik adalah dengan langsung menampung
cairan serebrospinal dari jarum pungsi ke dalam medium biakan. Jika hal tersebut
tidak mungkin dilakukan, segera kirim bahan tersebut dalam tabung steril ke
laboratorium secepatnya. Jika terpaksa menunggu, simpan tabung di dalam lemari
pengeram 37oC.
II.4. Pemeriksaan Kimia
1. Protein
Pemeriksaan protein dalam cairan serebrospinal adalah yang paling
penting di antara pemeriksaan kimia. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Jika ada darah dalam cairan serebrospinal, hasil pemeriksaan tidak ada
artinya lagi (dengan cara manapun).
a. Tes Busa
Merupakan tes kasar terhadap kadar protein yang sangat meningkat.
Jika cairan serebrospinal normal dikocok kuat-kuat, maka busa yang muncul
hanya sedikit dan menghilang lagi setelah didiamkan 1-2 menit. Jika kadar
protein sangat tinggi, lebih banyak busa yang terbentuk dan tidak hilang
setelah didiamkan selama 5 menit.
b. Tes Pandy
14
Reagens Pandy, yaitu larutan jenuh fenol dalam air bereaksi dengan
globulin dan albumin. Tes Pandy mudah dilakukan pada waktu pungsi dan
sering dijalankan sebagai bedside test.
Dalam keadaan normal tidak akan terjadi kekeruhan atau kekeruhan
yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin tinggi kadar protein,
semakin keruh hasil reaksi. Penilaian harus segera dilakukan setelah
pencampuran cairan serebrospinal dengan reagens.
Hasil negatif bila tidak terdapat kekeruhan atau kekeruhan yang sangat
halus berupa kabut. Hasil positif bila terdapat kekeruhan yang lebih berat.
c. Tes Nonne
Reagens yang digunakan adalah larutan jenuh amoniumsulfat. Tes
Nonne digunakan untuk mengukur kadar globulin dalam cairan
serebrospinal. Tes Nonne juga sering digunakan sebagai bedside test pada
waktu mengambil cairan serebrospinal dengan pungsi.
Hasil negatif apabila tidak terjadi kekeruhan pada perbatasan. Hasil
positif apabila terbentuk cincin keruh pada perbatasan. Semakin tinggi kadar
globulin semakin tebal cincin keruh yang terjadi.
Tes Nonne lebih bermakna dibandingkan Tes Pandy karena cairan
serebrospinal dalam keadaan normal pada Tes Nonne menunjukkan hasil
negatif.
d. Penetapan Protein Kuantitatif
Kadar protein dapat diukur dengan cara :
Fotokolorimetri
Dengan mengukur absorbansi larutan setelah membuat warna
dengan reaksi biuret atau mengukur warna hasil reaksi warna dengan
tirosin atau triptofan.
Turbidimetri
Diukur kekeruhan yang timbul oleh reaksi antara protein dan asam
sulfosalisilat atau reagens lain yang mengendapkannya.
Fraksi Protein
Prealbumin
Albumin
-1-globulin
-2-globulin
-globulin
-globulin
Kadar
4,6 1,3%
49,5 6,5%
6,7 2,1%
8,3 2,1%
18,5 4,8%
8,2 2,7%
17
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan
potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp
ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi
ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membrane
sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan
mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya
sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang tersebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau
lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya
kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh
karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah,
1997: 229).
TIK.3.4. Menjelaskan Manifestasi Klinis Kejang Demam
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
Kejang lama > 15 menit
19
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejangparsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Gejalanya berupa :
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara
tiba-tiba)
Kejang tonik-klonik atau grand mal
Pingsan yang berlangsung selama 30detik s/d 5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama biasanya
berlangsung 1-2 menit
Lidah atau pipinya tergigit
Gigi atau rahangnya terkatup rapat
Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
Gangguan pernafasan
Apneu (henti nafas)
Kulitnya kebiruan
20
d.
22
Meningitis
Adalah reaksi peradangan yang mengenai cairan serebrospinalis disertai radang pada
piamater dan arachnoid, ruang subarachnoid, jaringan superficial otak dan medulla
spinalis.
Ensefalitis :
Dapat terjadi lokal atau difus. Radang otak lokal misalnya abses, tuberkuloma,
gumma, sistiserkosis. Ensefalitis yang disebabkan virus mengenai otak lebih luas.
Myelitis ;
Kerusakan medulla spinalis yang dapat terjadi pada sebagai macam trauma, radang,
keracunan, kerentanan, neoplasma, gangguan peredaran darah, dll.
Tanda klinis yang biasa di dapat adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.
Saraf kranial yang sering mengalami kelainan adalah N VI, VII, dan IV. Bila
terdapat trombosis vaskular dapat timbul kejang dan hemiparesis.
Meningitis Tuberkulosis
- Stadium pertama : gejala demam, sakit perut, nausea, muntah, apatis, klainan
neurologis belum ada.
- Stadium kedua : tidak sadar, sopor, terdapat kelainan neurologis, ada tanda
rangsang meningeal, saraf otak yang biasa terkena adalah N.III, IV, VI, dan VII
- Stadium ketiga : koma, pupil tidak bereaksi, kadang timbul spasme klonik pada
ekstremitas, hidrosefalus.
Ensefalitis
- Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit
kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat.
- Berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron.
- Gejalanya berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang.
- Kadang-kadang disertai neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,
ataksia dan paralisis saraf otak.
- Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.
TIK.4.5. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Infeksi Susunan Saraf Pusat
Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri)
Elektrolit darah : Abnormal .
ESR/LED : meningkat pada meningitis
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah tindakan untuk memperoleh likuor serebrospinalis dan untuk
mengetahui keadaan lintasan likuor.
25
Indikasi
1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan
sel,kimia dan bakteriologi
2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan
spinal anastesi
3.
Untuk
membantu
diagnosa
dengan
penyuntikan
udara
pada
pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi
Kontra Indikasi Pungsi Lumbal :
1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala,muntah dan
papil edema
2. Penyakit kardiopulmonal yang berat
3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi
Persiapan Pungsi Lumbal :
1. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP
2.
Jelaskan
prosedur
pemeriksaan,
bila
perlu
pasen/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi
diminta
persetujuan
Tata Cara
Teknik Pungsi Lumbal :
1. Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus
dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah
kepala atau lutut.
2. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu
setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke
bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5
3. Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi
4. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCL
5. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus dengan
ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan
meningen penusukan dihentikan, kemudian jarum diputar dengan bagian pinggir yang
miring menghadap ke kepala.
6. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila
diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar
gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.
Komplikasi
1.Sakit kepala
Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini
pengurangan cairan serebrospinal
2. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot
3. Infeksi
4. Herniasi
5. Untrakranial subdural hematom
timbul
karena
26
27
Katakanlah Muhammad, Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
kalian semua. (QS al-Arf [7]: 158).