Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LENSA
a. Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, transparan, dengan
diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dam nucleus.

Gambar 1. Anatomi Lensa

Ke depan, lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan
badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii (ligamentum
suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan korpus
siliare. Zonula Zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliare. Zonula Zini
melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian
posterior.
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di sebelah posteriornya korpus vitreus. Lensa

diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang melalukan air dan
elektrolit untuk makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator.

Gambar 2. Lapisan Lensa

Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini berperan dalam
proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA,
RNA, protein dan lipid.
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel panjang
yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih
besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang
berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di
posterior (huruf Y yang terbalik).
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan
tubuh

lainnya.

Protein

lensa

terdiri

dari water

soluble dan water

insoluble. Water

soluble merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (), beta () dan delta () kristalin,
8

sedang yang termasuk dalam water insoluble adalah urea soluble dan urea insoluble. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah disinggung
sebelumnya, tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.

b. Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri
dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas dari
optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel bagian
posterior memanjang dan menutupi bagian yang kosong. Pada stadium ini, kapsul hialin
dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan
tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang di bawah
kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf
Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7
bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan
nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup
tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi
kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.

c.

Fungsi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat
dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau
divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
9

yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau transparan
karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan
cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada
bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada
keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh
kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh
udara dan kornea.
Pada foetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih
padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada
masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini
proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada
orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan
tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal salah.
Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.

d.

Pemeriksaan Lensa
Pemeriksaan lensa dilakukan dengan menentukan visus, pemeriksaan dengan lampu
biasa, penyinaran fokal, slitlamp, oftalmoskop pada pupil yang dilebarkan dahulu.
10

B. KATARAK
a.
Definisi
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes, atau dalam
bahasa Inggris (Cataract) dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun, karena pada awalnya
katarak dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan (opasitas) pada lensa yang tidak dapat
menggambarkan obyek dengan jelas di retina, yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau kedua-duanya.

Gambar 3. Perbandingan lensa normal


dengan lensa yang terkena katarak

b.

Epidemiologi
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 6574 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.
Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap
tahun (Newell, 1986). Di USA sendiri ada 300. 000 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya.
Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1,5 % dari jumlah penduduk Indonesia. Dari
angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :
11

c.

Katarak

0,78 %

Kelainan kornea

0,13 %

Penyakit glaukoma

0,20 %

Kelainan refraksi

0,14 %

Kelainan retina

0,03 %

Kelainan nutrisi

0,02 %

Etiologi
a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang mengakibatkan
lensa mata menjadi keras dan keruh.
b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol, kurang
vitamin E, radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena mengandung
timbal.
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia yang
merusak lensa.
d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan.
e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus.
f. Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)

d.

Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparaninya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara
lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak, yaitu :
12

a. Hidrasi
Terjadi penimbunan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan cairan di
antara celah-celah serabut lensa.
b. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah tengah
sehingga bagian tengah menjadi lebih padat (yang disebut nucleus), mengalami dehidrasi
serta penimbunan kalsium dan pigmen
e. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :
a.

Berdasarkan usia :
1. Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
2. Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )

b.

Menurut lokasi kekeruhan lensa :


1. Nuklear
2. Kortikal
3. Subkapsular (posterior/anterior) jarang

c.

Menurut derajat kekeruhan lensa :


1.
2.
3.
4.

d.

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur

Menurut kecepatan perkembangannya :


1. Stationary
2. Progressive

e.

Menurut penampakan biomikroskopis :


1. Lamellar
13

2. Coralliform
3. Pungtata

f.

Menurut etiologi :
1. Katarak primer
2. Katarak sekunder

g.

Menurut konsistensinya :
1. Katarak lunak
2. Katarak keras

f.

Katarak Berdasarkan Usia


a. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan
bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan
pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh
lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.
Dibagi menjadi 2 jenis :
1) Katarak kapsulolentikular
Katarak yang mengenai kapsul dan korteks.
2) Katarak lentikular
Katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja, tanpa disertai kekeruhan kapsul.
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Katarak kongenital dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katarak polaris
posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior (piramidalis anterior, kutub
anterior), katarak inti (katarak nuklearis), dan katarak sutural.
14

1. Katarak Lamelar atau Zonular


Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat
lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat
lensa keruh dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap
bening. Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan,
katarak biasanya bilateral.
Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi
seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu
penglihatan.
Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan
lensa. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.
2. Katarak Polaris Posterior
Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa.
Kadang-kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan
pada lensa bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.
3. Katarak Polaris Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam
perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik
mata depan pada perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik
mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti
piramid. Katarak polaris anterior berjalan tidak progresif.
Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu tajam
penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka
dilakukan pembedahan.
4. Katarak Nuklear
Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang.
Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan
berbentuk titik-titik.
Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan
berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak mengganggu

15

tajam penglihatan. Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak
memerlukan tindakan.
5. Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat
statis, terjadi bilateral dan familial.
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka ia tidak
akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun. Merupakan katarak yang
terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti
bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari
suatu gejala penyakit keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan
akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan. Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan
pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh
lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin
lama lensa menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.
c. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan yang tampak ialah bertambah
tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan
lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai
terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan subkapsular
posterior.
1) Katarak Nuklear

16

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan
inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat dan kemudian
menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.

Gambar 4. Katarak Nuklear


2) Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan
mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.

Gambar 5. Katarak Kortikal

3) Katarak Subkapsular Posterior


Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan
tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior kortikal dan biasanya
axial. Indikasi awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit lamp
pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium lanjut terlihat granul dan plak pada korteks
17

subkapsul posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau
dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi penurunan
penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga mengalami diplopia
monokular.

Gambar 6. Katarak Subkaspular Posterior

Katarak Senil dapat dibagai atas 4 stadium :


1) Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau
posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2) Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

18

Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

Gambar 7. Katarak Matur

4) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

19

Gambar 8.

Katarak

Hipermatur

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis


Visus
Kekeruhan
Cairan Lensa
Iris
Bilik Mata Depan
Sudut Bilik Mata
Shadow Test
Penyulit

Insipien
6/6
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Imatur
(6/6 1/60)
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma

Matur
(1/300-1/~)
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Hipermatur
(1/300-1/~)
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis + Glaukoma

g. Katarak Berdasarkan Etiologi


a. Katarak Primer
20

Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau
degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau
metabolik, traumatik, toksik, radiasi dan kelainan kongenital.
b. Katarak Sekunder
1) Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik,
terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus,
hipokalsemia (oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis
atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2) Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan
merupakan penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak
panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblowers cataract),
dan radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah
sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus
masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang
pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu
baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu
tersangkut di vitreus atau retina.
3) Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat
menimbulkan katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan
kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan
lain-lain. Katarak-katarak ini biasanya unilateral.
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan
metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat

21

iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai
seluruh lensa.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titiktitik yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata
anterior atau dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat
reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata.
Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila
kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita
memerlukan penglihatan binokular atau kosmetik.
Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa
ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata,
walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia
yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas
yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.
Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran
belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi
pada lensa yang mengenai seluruh lapis lensa.
4) Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat
kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot,
naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik,
busulfan. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
5) Katarak Ikutan (membran sekunder)
Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah
ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca

22

ekstraksi ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin


menginduksi regenerasi serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada
kapsul posterior (mutiara Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat
membentuk banyak lapisan dan menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini
mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat
tersebut

menimbulkan

banyak

kerutan

kecil

di

kapsulposterior,

yang

menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat menyebabkan


penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien
pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat
operasi. Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan
kapsul posterior setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun,
tehnik bedah yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang baru
mampu mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara nyata.
h. Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai
gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
a.

Penglihatan kabur dan berkabut

b.

Fotofobia

c.

Penglihatan ganda

d.

Kesulitan melihat di waktu malam

e.

Sering berganti kacamata

f.

Perlu penerangan lebih terang untuk membaca

g.

Seperti ada titik gelap didepan mata

23

Gambar 9. Perbedaan mata sehat dengan mata katarak

Gejala klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :


a.

b.

c.

Katarak Inti/Nuclear
Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat
melepas kaca mata nya
Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih coklat
Menyetir malam silau dan sukar
Katarak Kortikal
Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
Katarak Subscapular
Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa, tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
Mengganggu penglihatan

i. Diagnosis
Diagnosis katarak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala utama yaitu :
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan atau
tahun merupakan gejala utama. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
24

utama katarak). Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah. Gambaran umum gejala katarak
yang lain, yaitu : berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. Perubahan daya lihat warna.
Gangguan mengendarai kendaraan pada malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu karena silau. Sering meminta ganti resep kacamata.
Penglihatan ganda. Menjadi baik untuk melihat dekat pada pasien rabun dekat
(hipermetropia).
b. Pemeriksaan oftalmologi
- Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan
- Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar
Dengan penyinaran miring (45o dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur.
- Slit lamp
Pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk melihat
adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat struktur okular yang lain seperti
konjungtiva, kornea, iris dan segmen anterior lainnya.
- Pemeriksaan oftalmoskop, sebaiknya dengan pupil berdilatasi.
Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita harus
meluhat keadaan fundus.
Hal hal yang perlu perhatian khusus:
-

Tajam pengelihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen, walaupun
terlihat kekeruhan sudah padat pada nukleusnya.

Pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang terlihat
belum berarti. Hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea.

j. Penatalaksanaan
a) Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
segera dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai
konsistensi yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah
tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
25

secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada
satu mata. Paling lambat yang lainnya sudah dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2
tahun.
Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan di
sisi lensa, dengan menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang cair
keluar bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah beberapa
waktu terjadi penyerapan sempurna masa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi, keadaan
ini disebut afakia.
Penyulit di sisi lensa
Masa lensa yang telah keluar dari kapsulnya merupakan benda asing untuk jaringan
mata sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap masa lensa tubuh sendiri yang disebut
uveitis fakoanafilaktik. Kadang-kadang massa lensa yang keluat ini mengakibatkan
penyumbatan jalan keluar akuos humor pada sudut bilik mata

sehingga terjadi

pembendungan akuos humor di dalam bola mata yang akan mengakibatkan naiknya tekanan
bola mata yang disebut glaukoma sekunder. Bila sisa lensa tidak diserap seluruhnya dan
menimbulkan jaringan finrosis akan terjadi katarak sekunder. Katrak sekunder yang kecil
walaupun terletak di depan pupil dapat tidak akan mengganggu tajam penglihatan. Kadangkadang katarak sekunder ini sangat tebal sehingga mengganggu perlihatan maka dalam
keadaan demikian dapat dilakukan di sisi lensa.
b) Pembedahan Katarak Senil
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan
katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil
pemeriksaan. Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan
bantuan kacamata untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Beberapa penderita mungkin
merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kacamatanya atau menggunakan
kacamata bifokus yang lebih kuat. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu
dilakukan pembedahan.

26

Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan


terjadinya penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka
secepatnya dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekeruhan lensa belum total. Demikian
pula pada katarak matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermatur maka
penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan
tindakan pembedahan.
Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya berat.
Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan anestesi lokal. Hanya
pada anak kecil, orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan dalam narkosa
umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu :
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular.
Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak senil
karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn
sehingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar
bersama-sama dengan kapsul lensa.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa
dan mengeluarkan lensa dan korteks lensa. Dilakukan pada katarak senil bila tidak
mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak sinekia
posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul ditarik akan mengkibatkan penarikan
kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul
posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak
senil untuk mencegah degenerasi makula pasca bedah.
Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan
Phacoemulsification, yaitu dengan terlebih dahulu menghancurkan masa lensa dengan
gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz), dan masa lensa yang sudah seperti
27

bubur dihisap melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2 mm. Untuk memasukkan lensa
intraokular yang dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan tidak selebar sayatan pada
ekstraksi katarak ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil ini adalah
penyembuhan yang lebih cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih kecil.

Gambar 10. Phacoemulsification

Keuntungan dari metode ini antara lain:

Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjahit karena akan
menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa
adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko
perdarahan.

Cepat menyembuh.

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata.

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan sering
sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan
penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi perdarahan, atau
28

mempercepat penyembuhan, beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau
salep. Untuk menghindari mata dari cedera, pasien sebaiknya menggunakan kacamata atau
pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
Persiapan bedah katarak
Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, Uji Anel, Tonometri dari ada atau
tidak adanya infeksi di sekitar mata.
Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol gula darah,
tekanan darah selain penderita sudah diperiksa paru untuk mencegah kemungkinan batuk
pada saat pembedahan atau pasca bedah.

k. Komplikasi
Glaucoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaucoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

Fakolitik
-

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan
menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.

Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula
serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.

Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.

Fakotopik
-

Berdasarkan posisi lensa

Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior
menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaucoma
29

Fakotoksik
-

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri (auto
toksik)

Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi
glaukoma.

Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma, maka diindikasikan ekstraksi lensa
secara bedah. Selain itu uveitis kronik yang terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak
dilaporkan.

Hal

ini

berhubungan

dengan

terdapatnya

bakteri

pathogen

termasuk

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

l.

Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif
lambat.
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta
mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat
melihat kembali dengan normal.

m. Pencegahan

30

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila

telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan :
Tidak merokok, karena merokok dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga
risiko katarak dapat bertambah.
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata.
Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis keluhan pasien adalah penglihatan kedua mata kabur dan silau
yang sudah dirasakan sekitar 1 tahun, semakin lama semakin parah terutama untuk mata kirinya
pasien mengeluhkan tidak dapat melihat, mata kanan masih dapat melihat seperti remang31

remang. Melalui pemeriksaan visus didapatkan VOD 1/60 dan VOS 1/~ dan dari pemeriksaan
slit lamp didapatkan kekeruhan lensa padat pada mata kiri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan slit lamp dapat disimpulkan pasien menderita
katarak. VOD katarak senilis matur, VOS katarak senilis hipermatur. Didiagnosis katarak senilis
karena usia pasien lebih dari 50 tahun yaitu 80 tahun, serta tidak ada riwayat trauma benturan
pada maupun riwayat penyakit metabolic sperti diabetes mellitus dan hipertensi.
Penatalaksanaan pada kasus katarak yaitu dengan operasi, ada beberapa metode operasi
seperti EKIK, EKEK dan Phacoemulsification. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan. Metode operasi katarak pacho merupakan metode yang saat ini sering digunakan,
karena insisi yang dilakukan kecil, tidak perlu dijahit, penyembuhan lebih cepat dan resiko
infeksi lebih kecil, namun biaya lebih mahal.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology. Preferred Practice Pattern; Cataract in the Adult eye. San
Fransisco: 2006. Diunduh dari www.aao.org/ppp. Diakses tanggal 01 Oktober 2014.
Cataracts. http://www.nortwesteyeclinic.com. Diambil tanggal 30 September 2014.
Ilyas,Sidharta. Katarak Lensa Mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cetakan Kedua. Balai Penerbitan
FKUI. Jakarta. 2007.
Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman; Simarmata,Monang; Widodo,Purbo.
Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Sagung Seto.
Jakarto. 2002.
Ilyas, Sidharta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Penerbit : Sagung Seto. Jakarta. 2002.
Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.
32

Olver J, Cassidy L. Opthalmology at A Glance. Hongkong : SNP Best-set Typesetter Limited. 2005.
p36-9.
Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. FKUGM. 2007.
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta.
2008.
Victor V. Cataract Senile. Tersedia di : http://www.emedicine.com. Diambil tanggal 02 Oktober
2014.

33

Anda mungkin juga menyukai