Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium
dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul
mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah
keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan (Sjamsuhidayat. 2004).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga
sangat mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara
mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan
sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya
penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat
lensa dikeluarkan (Soeparman, dkk. 2001).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau
akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
(Mansjoer Arif, dkk. 2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
(Suzanne & Brenda, 2002:227)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan
tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C. E. 2000).
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata
berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
menembusinya. Keadaan ini memperburuk penglihatan seseorang dan akan
menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat
Etiologi
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat
besar
katarak
terjadi
karena
proses
degeneratif
atau
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak.
Sebagian
besar
katarak
terjadi
karena
proses
degeneratif
atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
a) Faktor keturunan.
b) Cacat bawaan sejak lahir.
c) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
k) Trauma.
l) Penyakit mata lain (Uveitis).
m) Penyakit sistemik (DM).
n) Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
virus prenatal, seperti German Measles).
o) Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
3.
Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih,
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
diabetes melitus, namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika
seseorang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM,
namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca
menurun.
Pada keadaan umum tanpa memperhatiak causa keluhan yang sering ditemukan
pada pasien dengan gangguan katarak adalah sebagai berikut:
a. Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu.
b. Pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop.
c. Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari.
d. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
e. Gatal gatal pada mata dan air mata mudah keluar
f. Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering berubah.
g. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat dobel
pada satu mata
h. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap.
i. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
5. Diagnostik Penunjang
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel
sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di
lakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi
Intra Okuler.
1) Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan keretina atau jalan optik.
Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
dan penggantian lensa.
b.
Gangguan
penglihatan
kabur/tak
jelas,
sinar
terang
f.
Pola neurosensory
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.
g. Pola penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang pandang
vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra okuler.
2) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik
dibatasi
3) Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi, prognosis, pengobatan
dan penyakitnya berhubungan dengan kuraqng informasi dan keterbatasan
kognitif.
4) Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
5) Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur
invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
7) Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan Tekanan intra okuler,
proses inflamasi pembedahan katarak.
8) Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan.
3. Intervensi Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang
pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra okuler.
Tujuan
b. Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien.
Rasional: Meneggetahui status nyeri pada klien
c. Posisikan yang nyaman denga posisi tidur terlentang dan hindari
pergerakan secara tiba-tiba, dan duduk terlalu lama, serta akticitas secara
bertahap
Rasional: Latihan aktivitas bertahan mengurangi respon nyeri tapi tetap
pertahan kenyamanan klien dan mengurangi rasa nyeri klien
d. Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri saat nyeri muncul
Rasional: Nafas dalam dan tekhnik relaksasi mengurangi nyeri secara
bertahap dan dapat dilakukan mandiri.
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area abdomen
yang nyeri tapi bukan area luka operasi.
Rasional: Relaksasi dan pengalihan merupakan rasa mengalihkan rasa
nyeri dan menciptakan kenyamanan klien
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam program therapy analgetik
Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan
masalah nyeri.
8) Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan personal hygiene klien
terpenuhi dan tidak terjadi deficit perawatan diri pada klien
Kriteria hasil:
Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Personal hygiene terjaga
intervensi
a. Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala
koplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter
Rasional: penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi
resiko kerusaka lebih lanjut.
b. Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti
mengenai tehnik yang benar memberikan obat.
Rasional: pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi
dan cedera mata.
c. Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
Rasional: sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan,
pendamping dan teman dirumah.
d. Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
Rasional: memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan
DAFTAR PUSTAKA