REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 91 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
-2-
-3-
ALOKASI
KHUSUS
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.
2. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut
hukum yang mempunyai batas-batas
mengurus urusan pemerintahan dan
menurut prakarsa sendiri berdasarkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Dana Alokasi Khusus, yang selanjutnya disingkat DAK, adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional.
4. Dana Alokasi Khusus Bidang Prasarana Pemerintahan, yang selanjutnya
disebut DAK Bidang Prasarana Pemerintahan, adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membiayai
kebutuhan sarana dan prasarana pemerintahan di daerah.
5. Dana Alokasi Khusus Bidang Transportasi Perdesaan, yang selanjutnya disebut
DAK Bidang Transportasi Perdesaan, adalah dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan sarana
dan prasarana transportasi perdesaan.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah
perangkat
daerah
pada
pemerintah
daerah
selaku
pengguna
anggaran/pengguna barang.
7. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya
disingkat RKA-SKPD, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
menampung rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD
sebagai dasar penyusunan APBD.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN BIDANG DAK
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini mencakup tata cara
pengelolaan dan uraian teknis DAK lingkup Kementerian Dalam Negeri.
-4-
Pasal 3
(1) Menteri mengalokasikan DAK
penetapan Menteri Keuangan.
Kementerian
Dalam
Negeri
berdasarkan
(2) DAK Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Bidang Prasarana Pemerintahan; dan
b. Bidang Transportasi Perdesaan.
Pasal 4
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah ditetapkan sebagai Pembina DAK
Bidang Prasarana Pemerintahan dan DAK Bidang Transportasi Perdesaan.
Pasal 5
(1) Pembina sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) mengoordinasikan
kebijakan teknis dan penatausahaan penyelenggaraan program dan kegiatan
DAK sesuai Bidang DAK yang menjadi tanggungjawabnya.
(2) Menteri melalui Sekretaris Jenderal mengoordinasikan perumusan kebijakan
seluruh Bidang DAK Kementerian Dalam Negeri.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
Pasal 6
Dalam proses perencanaan dan pemrograman pada tahun rencana selanjutnya,
Pembina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 memiliki tugas:
a. merumuskan kriteria teknis pemanfaatan DAK;
b. memberikan rekomendasi alokasi dana masing-masing bidang dan masingmasing provinsi dan kabupaten/kota;
c. melaksanakan pembinaan teknis dalam proses penyusunan RKA-SKPD; dan
d. melakukan evaluasi dan sinkronisasi rencana kegiatan dalam RKA-SKPD
dengan prioritas nasional.
Pasal 7
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota penerima DAK mengoordinasikan penyusunan
RKA-SKPD.
(2) Penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
partisipatif dengan berbagai pemangku kepentingan.
(3) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun memenuhi kriteria
prioritas nasional yang disyaratkan pada masing-masing bidang DAK.
Pasal 8
(1) Penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terdapat usulan perubahan RKA-SKPD, harus dikonsultasikan
kepada Menteri untuk mendapat persetujuan Menteri melalui Pembina.
BAB IV
KOORDINASI PELAKSANAAN
Pasal 9
(1) Dalam rangka kelancaran pengelolaan DAK Kementerian Dalam Negeri
dibentuk Tim Koordinasi DAK Kementerian Dalam Negeri.
-5-
(2) Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang kurangnya
terdiri dari unsur Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Keuangan Daerah,
dan Pembina.
(3) Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menyusun kebijakan teknis penggunaan DAK;
b. mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK;
c. memberikan saran, masukan, maupun rekomendasi kepada Menteri dalam
mengambil kebijakan terkait penyelenggaraan DAK; dan
d. Menyiapkan Laporan Tahunan Menteri kepada Menteri Keuangan tentang
pengelolaan DAK.
Pasal 10
(1) Pembina membentuk Tim Teknis DAK pada masing-masing bidang DAK.
(2) Tugas dan tanggung jawab Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menyiapkan materi petunjuk teknis penggunaan DAK pada masing-masing
bidang;
b. memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, dan pembinaan
pelaksanaan pada Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima DAK;
c. melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK pada
masing-masing bidang; dan
d. melaporkan pelaksanaan Bidang DAK kepada Menteri melalui Tim Koordinasi
Kementerian Dalam Negeri.
Pasal 11
(1) Pembina melakukan sosialisasi petunjuk teknis DAK kepada pemerintah
daerah penerima DAK paling lambat 2 (dua) bulan setelah Tahun Anggaran
berjalan.
(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan pejabat dari
Kementerian terkait.
Pasal 12
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota menetapkan Kepala SKPD penanggungjawab
pengelolaan DAK sesuai masing-masing Bidang DAK.
(2) Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara
fisik dan keuangan terhadap pelaksanaan Bidang DAK Kementerian Dalam
Negeri yang menjadi tanggungjawabnya.
Pasal 13
Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan sosialisasi, diseminasi, dan pembinaan
pelaksanaan DAK di wilayahnya.
Pasal 14
Petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan DAK masing-masing Bidang DAK
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I untuk Bidang Prasarana Pemerintahan;
dan Lampiran II untuk Bidang Transportasi Perdesaan, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-6-
BAB V
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Pasal 15
Gubernur dan Bupati/Walikota mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan Bidang DAK di wilayahnya.
Pasal 16
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilakukan terhadap
pelaksanaan Bidang DAK yang dikelola oleh Kepala SKPD.
(2) Evaluasi pelaksanaan Bidang DAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dilakukan terhadap:
a. kesesuaian rencana kegiatan dalam RKA-SKPD dengan arahan pemanfaatan
masingmasing bidang DAK dan kriteria program prioritas nasional;
b. kesesuaian pelaksanaan dengan RKA-SKPD;
c. kesesuaian
hasil
pelaksanaan
fisik
kegiatan
dengan
dokumen
kontrak/spesifikasi teknis yang ditetapkan;
d. pencapaian sasaran kegiatan yang dilaksanakan;
e. dampak dan pelaksanaan kegiatan; dan
f. kepatuhan dan ketertiban pelaporan.
Pasal 17
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota penerima DAK menyampaikan laporan
triwulanan hasil pemantauan pelaksanaan Bidang DAK kepada Menteri melalui
Pembina, dengan tembusan Menteri Keuangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. gambaran umum kegiatan;
b. rencana kegiatan;
c. sasaran yang ditetapkan;
d. hasil yang dicapai;
e. realisasi anggaran;
f. permasalahan; dan
g. saran tindak lanjut.
Pasal 18
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota penerima DAK menyampaikan laporan akhir
tahun hasil evaluasi pelaksanaan Bidang DAK Lingkup Kementerian Dalam
Negeri di wilayahnya kepada Menteri melalui Pembina.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2).
Pasal 19
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menjadi
pertimbangan Menteri dalam penyampaian usulan pengalokasian DAK Kementerian
Dalam Negeri tahun berikutnya.
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan DAK
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
-7-
-8-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
: 91 TAHUN 2013
TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG PRASARANA PEMERINTAHAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2014
I.
PENDAHULUAN
Dalam rangka mendorong pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran transfer ke
daerah melalui Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan amanat Pasal 39, Undang-Undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah menyatakan bahwa DAK dialokasikan kepada pemerintah
daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah. Definisi operasional ini kemudian dipertegas didalam Pasal 51, Peraturan
Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dimana DAK
dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional dan menjadi
urusan daerah.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010
2014, arah kebijakan DAK adalah : a. Mendukung program dan kegiatan yang
menjadi prioritas nasional dalam RPJMN 2010 2014; b. Diprioritaskan untuk
membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah
dalam membiayai pelayanan publik sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
(SPM); c. Diprioritaskan untuk mendanai kegiatan-kegiatan dalam program yang
bersifat lintas sektor yang merupakan prioritas nasional, termasuk program yang
bersifat kewilayahan; d. Meningkatkan secara bertahap pagu nasional DAK agar
efektif dalam mendukung pencapaian sasaran prioritas nasional serta
mempertajam perencanaan dan penghitungan alokasi DAK berdasarkan kerangka
pengeluaran jangka menengah dan anggaran berbasis kinerja dengan
menambahkan aspek ketaatan pelaporan dari daerah; e. Meningkatkan koordinasi
dan pengawasan pelaksanaan DAK, serta sinkronisasi kegiatan yang didanai oleh
APBN dan APBD; f. Bidang kegiatan dalam DAK setiap tahun ditetapkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Keterkaitan DAK Bidang Prasarana Pemerintahan Daerah (Praspem) dalam
arah kebijakan DAK pada RPJMN 2010 2014, sejatinya telah sesuai dan
mendukung prioritas nasional dalam hal reformasi birokrasi dan tata kelola.
Secara teoritis, terdapat empat fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayanan masyarakat
(public service function), fungsi pembangunan (development function), fungsi
keadilan (equity function), dan fungsi perlindungan (protection function). Terkait
dengan fungsi pelayanan masyarakat, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, adalah kewajiban daerah
menyediakan prasarana pemerintahan daerah. Namun, berbagai kajian mengenai
sarana dan prasarana di Daerah menyebutkan bahwa keuangan daerah sangat
terbatas sehingga penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan di daerah, baik
untuk instansi vertikal, SKPD, maupun kantor kecamatan sebagai unit terdepan
-9-
-10-
-11-
B. Sasaran
Adapun sasaran umum yang ingin dicapai di tahun 2014 adalah
meningkatnya ketersediaan prasarana pemerintahan daerah sejalan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja
Pemerintahan Daerah.
Sedangkan dalam jangka menengah, sasaran DAK Bidang Praspem terletak
pada aspek ketersediaan prasarana pemerintahan daerah yang sesuai dengan
penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM), Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan bagi Daerah Penerima DAK Bidang Praspem T.A.
2014, meliputi :
1. Pembangunan/perluasan gedung kantor Gubernur/Bupati/ Walikota;
2. Pembangunan/ perluasan gedung kantor Setda Provinsi/Kab/Kota;
3. Pembangunan/perluasan gedung kantor DPRD Provinsi/Kab/Kota dan
Sekretariat DPRD Provinsi/Kab/Kota;
4. Pembangunan/perluasan
gedung
kantor
Inspektorat
Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
5. Pembangunan/perluasan gedung kantor Bappeda Provinsi/Kab/ Kota;
6. Pembangunan/perluasan gedung kantor Dinas Daerah Provinsi/Kab/Kota;
7. Pembangunan/perluasan gedung kantor Lembaga Teknis Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
8. Pembangunan/perluasan gedung kantor Kecamatan di Kabupaten/ Kota;
9. Pembangunan/perluasan gedung kantor di Provinsi yang pembentukan
perangkat dan kelembagaannya diatur dalam peraturan perUndangUndangan.
Lingkup kegiatan tersebut telah membantu penyelenggaraan dan
pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam hal penyediaan
prasarana pemerintahan. Prasarana tersebut selain untuk meningkatkan
kredibilitas pemerintah daerah diharapkan juga mendukung sasaran dan
indikator keberhasilan reformasi birokrasi dan tata kelola, yang merupakan
Prioritas Nasional, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat (integritas pelayanan publik di daerah), sebagaimana tertuang
dalam Pasal 2, PermenPAN dan RB No. 1 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
III. INDIKATOR DAN CAPAIAN
A. Penentuan indikator dan capaian sasaran program/kegiatan
Dalam menentukan indikator dan capaian sasaran, perlu diperhatikan hal-hal
antara lain:
1. Penerapan pendekatan prestasi kerja dan dipertimbangkan prinsip
efisiensi, efektivitas, dan ekonomis.
2. Tolok ukur ditentukan untuk masing-masing program dan kegiatan.
3. Target kinerja terukur dan rasional dengan satuan ukuran seperti jumlah
orang, jumlah unit, meter persegi (m2), prosentase, dan sebagainya.
-12-
Indikator
a.
Capaian
Program
Masukan
b.
/input
(kegiatan)
Target Kinerja
...... %
(diisi
dengan
prosentase
sesuai
capaian
target
kinerja
dalam RKPD dan
RPJMD)
kegiatan Realisasi
gedung keuangan sebesar
90 % dari total
alokasi
DAK
Gubernur, Bupati/Walikota;
Setda Provinsi/Kab/Kota, DPRD Bidang Praspem
Provinsi/Kab/Kota dan Sekretariat T.A.
2014
DPRD Provinsi/Kab/Kota;
(499,740 Milyar)
Inspektorat
Daerah di 90 Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
Bappeda Provinsi/Kab/Kota;
Dinas Daerah Provinsi/Kab/Kota;
Lembaga
Teknis
Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
Kecamatan di Kab/Kota; serta
Provinsi
yang
pembentukan
perangkat dan kelembagaannya
diatur
dalam
peraturan
Perundang-Undangan.
-13-
No
Indikator
c.
Keluaran/
Output
d.
Dampak/
Outcome
Target Kinerja
Terlaksananya
pembangunan/perluasan
kantor :
Realisasi
fisik
gedung sebesar 100 % di
daerah penerima
DAK
Bidang
- Gubernur, Bupati/Walikota;
T.A.
- Setda Provinsi/Kab/Kota, DPRD Praspem
Provinsi/Kab/Kota dan Sekretariat 2014
DPRD Provinsi/Kab/Kota;
- Inspektorat
Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
- Bappeda Provinsi/Kab/Kota;
- Dinas Daerah Provinsi/Kab/Kota;
- Lembaga
Teknis
Daerah
Provinsi/Kab/Kota;
- Kecamatan di Kab/Kota; serta
- Provinsi
yang
pembentukan
perangkat dan kelembagaannya
diatur
dalam
peraturan
perUndang-Undangan.
Meningkatnya kualitas pelayanan Peningkatan skor
publik di Daerah Otonom Baru IKM bagi gedung
(DOB), daerah induk, daerah dampak kantor yang telah
pemekaran,
dan
daerah
non- terbangun
di
daerah penerima
pemakaran
DAK
Bidang
Praspem
T.A.
2014
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun dan menetapkan
pencapaian prioritas nasional dalam RKP 2014 termasuk program dan
kegiatan DAK seluruh bidang.
2.
Tingkat Daerah
a. Berdasarkan penetapan alokasi DAK Bidang Praspem Tahun 2014,
-15-
Data
prasarana
pemerintahan
dimaksud
mencakup
status
kepemilikan (sewa, pinjam pakai), kondisi (rusak ringan, rusak
sedang, dan rusak berat) dan rencana gedung/ruang kantor yang
akan dibangun dengan menggunakan format berikut.
INVENTARISASI DATA PRASARANA KANTOR PEMERINTAH DAERAH
:________________________________
:________________________________
:________________________________
Provinsi
Kabupaten
Tahun
Status Otonomi
No
A.
Kantor
Setda/DPRD/Inspektora
t/Bappeda/Dinas/
Lembaga Teknis
Daerah
Daerah
Induk/Dam
Non
Pemekaran
pak
Pemekaran
Pemekaran
Tahun
Status
Kepemilikan
Gedung
Sewa/G Milik
abung Pemda
......
......
.....
.......
......
.....
Tahun
Pemba
ngunan
9
Kondisi Bangunan
Jumlah Total
Pegawai (orang)
RB
RS
RR
exisitng
rencana
existing
rencana
9,6
m2/orang
> 9,6
m2/org
10
11
12
13
14
15
16
17
18
.......
.......
.......
......
Jumlah Pegawai
(existing)
Tingkat
Tingkat
Pendidikan Pendidikan
S1
< S1
19
20
DAK
TP
Sumber
Lain
21
22
23
......
......
......
Keterangan
24
1
2
dst.
B.
Kantor Kecamatan
1
2
dst.
Jumlah
Catt :
.....
......
Mohon agar melampirkan Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) terbaru
......
Kab./Kota......................dd/mm/yyyy
Petunjuk Pengisian :
Kolom :
ttd
1
Diisi dengan nomor urut
(nama ; jabatan ; stempel)
2
Sebutkan semua Kantor Pemda (Bupati/Walikota; Setda; Setwan; Inspektorat; Bappeda; Dinas Daerah; dan Kecamatan/Distrik) yang ada di Kab/Kota ( Tidak termasuk Kelurahan/Desa dan Rumah sakit)
3, 4, 5 Status otonomi Kab/Kota (diisi salah satu pada : DOB, Dampak pemekaran, atau Non Pemekaran)
6
Keterangan Tahun (Status otonomi)
7, 8 Status Kantor gedung kantor Pemda (pilih salah satu : sewa/gabung atau milik pemda)
Sewa : SKPD menempati bangunan/kantor sewa (bangunan bukan milik Pemda bersangkutan) ; Gabung : 2 atau lebih SKPD menempati kantor dalam 1 bangunan (belum memiliki kantor sendiri)
Milik Pemda : SKPD memiliki kantor sendiri yang merupakan aset Pemda bersangkutan
9
Tahun Pembangunan Kantor Pemda
Kondisi kantor Pemda (pilih salah satu : Rusak Berat, rusak Sedang, atau Rusak Ringan)
Kriteria Rusak Berat : Bangunan Roboh atau sebagian besar komponen struktur rusak (Bangunan Roboh Total,Sebagian
besar struktur utama bangunan rusak,Sebagian besar dinding dan lantai bangunan patah/retak,Secara fisik kondisi
10
kerusakan >50%,Komponen penunjang lainnya rusak) total,Membahayakan/beresiko difungsikan.
11
12
Kriteria Rusak Sedang : Bangunan masih berdiri, sebagian kecil komponen struktur rusak dan komponen penunjangnya
rusak(Membahayakan/beresiko difungsikan, Sebagian kecil struktur utama bangunan rusak,Sebagian besar komponen
penunjang lainnya rusak,Relatif masih berfungsi,Secara fisik kerusakan 30-50%)
Kriteria Rusak Ringan : Bangunan masih berdiri, sebagian komponen struktur retak namun masih bisa digunakan
(Bangunan masih berdiri, Sebagian kecil struktur bangunan rusak ringan, Retak-retak pada dinding plasteran, Sebagian kecil
komponen penunjang lainnya rusak, Masih bisa difungsikan, Secara fisik kerusakan <30%)
13, 14 Luas gedung kantor Pemda existing dan yang akan direncanankan (luas gedung kantor yang akan direncanakan mengacu pada Perpres Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Gedung Negara)
15, 16 Jumlah Total pegawai di kantor Pemda existing dan yang akan direncanakan (sesuai kebutuhan)
17, 18 Perbandingan luas bangunan dengan jumlah pegawai pada kantor existing
19, 20 Jumlah Total Pegawai dengan tingkat pendidikan Setara S1 atau lebih tinggi dan dibawah S1
21, 22, 23Sumber Dana pembangunan kantor Pemda yang pernah diterima melalui DAK, TP atau sebutkan sumber lain jika ada (tahun berapa)
Pelaksanaan
Persyaratan teknis pembangunan gedung/kantor mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2011
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Secara garis besar, persyaratan teknis tersebut meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
Persyaratan
Persyaratan
Persyaratan
Persyaratan
Persyaratan
-16-
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPASKPD) harus sesuai dengan Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) DAK Praspem Tahun Anggaran 2014;
Koordinasi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Praspem, diperlukan
koordinasi teknis secara berjenjang berdasarkan tugas dan tanggungjawab
masing-masing, yaitu:
1. Koordinasi Tingkat Pusat
Koordinasi dalam pelaksanaan tingkat pusat dilaksanakan oleh masingmasing unit yang bertanggungjawab dalam kegiatan DAK Bidang Praspem
antara lain:
a. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
mengkoordinasikan kebijakan Dana Alokasi Khusus agar sejalan
dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun yang akan
datang sehingga terjadi integrasi antara prioritas nasional dan
kebutuhan daerah.
b. Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Keuangan
Daerah melakukan koordinasi terhadap penyusunan Petunjuk Teknis
(Juknis) pelaksanaan Dana Alokasi Khusus.
c. Kementerian Keuangan melakukan koordinasi dengan Kementerian/
Lembaga dalam rengka menyusun kriteria umum dan kriteria khusus
untuk mendapatkan indeks daerah terhadap pelaksanaan masingmasing Kementerian/Lembaga.
d. Kementerian Dalam Negeri melalui Sekretariat Jenderal melakukan
koordinasi perumusan kebijakan serta penyelenggaraan DAK Bidang
Praspem.
e. Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah melalui kegiatan dukungan manajemen teknis
dan teknis lainya melakukan koordinasi kebijakan teknis dan
-17-
DAERAH
Kab. Pidie
Kab. Dairi
Kab. Nias
Kab. Toba Samosir
Kab. Humbang Hasundutan
Kab. Batubara
Kab. Agam
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Solok
Kab. Dharmasraya
Kab. Bungo
Kab. Muaro Jambi
Kab. Muara Enim
Kota Lubuklinggau
Kab. Ogan Komering Ulu Timur
Kab. Bangka
Kota Pangkal Pinang
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Kaur
Kab. Tanggamus
Kab. Mesuji
Kab. Ciamis
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
Kab. Boyolali
kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Tegal
Kab. Bangkalan
Kab. Blitar
Kab. Pamekasan
Kab. Sampang
Kab. Sumenep
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sintang
Kota Singkawang
Kab. Sekadau
Kab. Kayong Utara
Kab. Kubu Raya
Kab. Kotawaringin Timur
ALOKASI
5.387.870
4.107.890
6.003.380
7.079.910
4.660.550
3.075.400
5.723.240
5.132.070
5.688.840
5.366.640
4.951.230
3.619.670
6.053.650
4.460.330
4.446.450
3.165.850
3.297.970
3.580.190
6.725.830
4.806.500
4.300.660
6.439.940
3.977.930
5.514.370
3.589.320
3.742.740
6.122.100
4.532.880
4.790.900
4.043.900
4.689.480
4.600.070
5.817.120
4.191.990
5.234.730
4.898.140
5.720.280
5.175.040
5.994.880
7.351.920
6.551.080
-18-
NO
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
DAERAH
ALOKASI
Kota Banjarbaru
3.851.080
Kab. Kepulauan Sangihe
6.703.380
Kota Bitung
6.034.510
Kab. Kepulauan Talaud
8.762.660
Kota Tomohon
5.696.260
Kab. Minahasa Utara
6.323.750
Kab. Bolaang Mongondow Selatan
5.920.730
Kab Poso
4.221.190
Kota Palu
5.086.910
Kab. Tojo Una-Una
4.457.720
Kab. Sigi
5.910.600
Provinsi Sulawesi Selatan
4.504.640
Kab. Gowa
3.975.460
Kab.Jeneponto
4.859.820
Kab. Maros
5.610.250
Kab.Kepulauan Selayar
4.986.090
Kab. Sinjai
3.643.740
Kab. Takalar
5.160.420
Kab. Tana Toraja
4.810.120
Kab. Palopo
4.025.600
Kab. Toraja Utara
5.868.230
Kab. Gianyar
4.179.560
Kab. Karangasem
3.580.300
Kab. Sabu Raijua
6.851.600
Kab. Maluku Tenggara Barat
7.399.770
Kab. Maluku Tenggara
5.354.120
Kab. Buru
4.439.360
Kota Ambon
5.760.710
Kab. Buru Selatan
6.563.400
Kota Ternate
7.685.330
Kota Todore Kepulauan
4.902.050
Provinsi Papua
7.263.090
Kab. Marauke
12.050.750
Kab. Paniai
8.688.830
Kab. Yahukimo
8.052.840
Kab. Yalimo
12.641.640
Kab. Lanny Jaya
6.877.060
Kab. Sorong Selatan
7.484.410
Kab. Teluk Wondama
4.823.870
Kab. Kaimana
4.041.150
Provinsi Kalimantan Utara
8.221.270
Kab. Pangandaran
5.166.470
Kab. Pesisir Barat
6.269.960
Kab. Manokwari Selatan
4.737.640
Kab. Pengunungan Arfak
8.467.420
Kab. Mahakam Ulu
5.250.580
Kab. Banggai Laut
4.973.950
Kab. Pulau Taliabu
7.500.260
Kab. Kolaka Timur
5.486.520
TOTAL
499.740.000
-19-
V.
VI. PELAPORAN
1. Pelaporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Praspem T.A. 2014 dilakukan
oleh Kepala Daerah, yang berisi gambaran hasil pelaksanaan kegiatan yang
memuat target dan realisasi pencapaian sasaran keluaran (output) dan hasil
(outcome), realisasi fisik dan jumlah dana yang terealisasi yang disertai
dengan berbagai hambatan/kendala yang dihadapi di lapangan untuk
dijadikan dasar menetapkan langkah-langkah dan kebijakan lebih lanjut.
2. Dalam rangka tertib administrasi pelaporan, maka tata cara pelaporan
mengikuti Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Nomor: 0239/M.PP/11/2008, 900/3556/SJ, SE 1722/MK 07/2008
tanggal 21 November 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK, mencakup :
a. Laporan Triwulan. Laporan ini memuat perencanaan pemanfaatan DAK,
kesesuaian DPA-SKPD dengan Juknis, perkembangan pelaksanaan
kegiatan, permasalahan yang timbul. Laporan ini disampaikan oleh Kepala
Daerah penerima DAK kepada Menteri Teknis terkait (dalam hal ini Ditjen
Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri), selambatlambatnya 14 hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir;
b. Laporan Akhir. Laporan pelaksanaan akhir tahun adalah laporan yang
disampaikan Kepala Daerah kepada Kementerian Teknis (dalam hal ini
Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri), 2 bulan
setelah tahun anggaran berakhir;
c. Kab/Kota penerima DAK Bidang Praspem wajib menyampaikan tembusan
laporan triwulan dan akhir kepada Gubernur, sebagai wakil pemerintah
pusat.
d. Penyampaian laporan pelaksanaan DAK Bidang Praspem secara lengkap
dan tepat waktu, baik berupa laporan triwulan maupun laporan akhir oleh
Daerah, akan dijadikan dasar dalam penentuan pengalokasian DAK
-20-
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan Laporan
II.
III.
IV.
PENUTUP
a. Saran dan Masukan Daerah
b. Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah Pusat
LAMPIRAN
4. Format Pelaporan Triwulan DAK Bidang Praspem
-21-
VII. PENUTUP
Pedoman ini dibuat untuk dijadikan acuan oleh Pemerintahan Daerah
penerima DAK dalam menggunakan Dana Alokasi Khusus Bidang Praspem Tahun
2014 sesuai arah kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2014.
-22-
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
: 91 TAHUN 2013
TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN
TAHUN ANGGARAN 2014
I.
PENDAHULUAN
Konektivitas wilayah memiliki fungsi yang sangat penting, khususnya
sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan
wilayah dan pemersatu wilayah NKRI. Ketersediaan terhadap jasa pelayanan
transportasi, sangat penting guna mendukung perwujudan kesejahteraan
masyarakat, termasuk masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil. Oleh
sebab itu, pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan
jasa transportasi perdesaan secara efisien, handal, berkualitas, aman dan dengan
harga terjangkau.
Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya
pertumbuhan ekonomi daerah perdesaan. Dengan adanya transportasi
harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke arah
perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun
sektor lainnya di daerah perdesaan. Akses terhadap sarana dan prasarana
transportasi perdesaan merupakan permasalahan utama dan penting untuk
ditangani di perdesaan karena disamping sebagai upaya pemenuhan pelayanan
dasar juga merupakan pintu masuk bagi inovasi, mobilitas dan berbagai peluang
untuk peningkatan kehidupan sosial ekonomi.
Sampai saat ini pembangunan sektor transportasi masih belum mampu
menjangkau sampai ke pelosok daerah. Keterbatasan akses transportasi
diperdesaan sampai saat ini belum terselesaikan dengan baik terutama di
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan Kawasan
Perhatian Investasi (KPI) yang meliputi sektor pertanian, perikanan, pariwisata,
industri, dan perdagangan serta Kawasan Strategis di daerah (Kab/Kota) dengan
kondisi fiskal relatif rendah termasuk wilayah Tertinggal, Pesisir, Perbatasan dan
pulau-pulau terpencil. Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana transportasi
perdesaan masih rendah. Sulitnya akses tersebut akan menyebabkan potensi yang
ada pada wilayah perdesaan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Jenis jalan
juga mempengaruhi lalu lintas perdagangan antar satu wilayah perdesaan dengan
wilayah lainnya untuk dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah
menjadi lebih baik.
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Transportasi
Perdesaan (DAK Transdes) Tahun 2014 mengatur tentang tertib pemanfaatan,
pelaksanaan dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten,
maupun instansi/pihak/masyarakat terkait serta pelaksanaan koordinasi antara
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian terkait, dengan dinas teknis terkait di
-23-
Tujuan
Menjamin kelancaran distribusi barang dan jasa melalui penyediaan sarana
dan prasarana transportasi wilayah di pusat-pusat pertumbuhan kawasan
yang memiliki sektor basis potensial seperti KSCT, KAPET, KSPN, dan KPI.
B. Sasaran
Meningkatnya ketersediaan dan kemudahan aksesibilitas masyarakat di
daerah terhadap pelayanan konektivitas wilayah dari sentra-sentra produksi
menuju outlet-outlet pemasaran di tingkat lokal, nasional, internasional,
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusat-pusat
pertumbuhan seperti wilayah KSCT, KAPET, KSPN, dan KPI.
C. Ruang Lingkup
Arah penggunaan DAK Transportasi Perdesaan, meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan jalan poros / jalan antar wilayah yang
menghubungkan pusat produksi dengan sentra pemasaran di pusat-pusat
pertumbuhan seperti wilayah KSCT, KAPET, KSPN, dan KPI.
2. Pengadaan sarana angkutan penumpang dan barang yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah, seperti mini bus, pick up, dump truck,
dan kapal (kapal kayu/kapan fiberglass/kapal mesin tempel) dan bus
potong.
III. INDIKATOR DAN CAPAIAN
A. Penentuan indikator dan capaian sasaran program/kegiatan
Dalam menentukan indikator dan capaian sasaran, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1.
-24-
11. Indikator dan capaian sasaran kegiatan disusun hanya sampai dengan hasil
(outcome) dan tidak diperkenankan menggunakan ukuran secara kualitatif.
12. Indikator dan capaian sasaran tersebut digunakan sebagai dasar
mengevaluasi kinerja pelaksanaan.
13. Dituangkan dalam RKA-SKPD dan DPA-SKPD sebagai rencana penggunaan
dan dasar pelaksanaan.
Contoh
: Penyusunan indikator, tolak ukur dan target kinerja untuk kegiatan
Pembangunan, Peningkatan Jalan Poros Wilayah, atau Pengadaan Sarana
Transportasi Perdesaan, sebagai berikut:
Program
: Transportasi Perdesaan
Kegiatan
No Indikator
a. Capaian
Program
b. Masukan
/input
(kegiatan)
c. Keluaran
/output
(kegiatan)
d. Hasil
/outcome
(kegiatan)
Target Kinerja
...... %
pembangunan, dan
peningkatan jalan poros
wilayah;
Tingkat Pusat
-25-
Tingkat Kabupaten
a. Berdasarkan penetapan alokasi DAK Transdes Tahun 2014, Bupati
penerima DAK Transdes Tahun 2014 membuat Rencana Kegiatan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) pemanfaatan
DAK Transdes Tahun 2014 secara partisipatif dengan tetap menjaga
kegiatan tersebut memenuhi kriteria prioritas nasional;
b. Penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) harus memperhatikan tahapan penyusunan
program, penyaringan, dan penentuan lokasi kegiatan yang akan
ditangani, penyusunan pembiayaan, serta metoda pelaksanaan yang
berpedoman pada standar, peraturan, dan ketentuan yang berlaku;
c. Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKASKPD) DAK Transdes 2014 yang diusulkan oleh kabupaten-kabupaten
penerima DAK dimaksud harus sesuai dengan pelaksanaan, dan jika
ada perubahan harus dikonsultasikan dan mendapat persetujuan dari
Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah.
B.
Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan kegiatan DAK Transdes adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan, dan Peningkatan Jalan Poros Wilayah
a. Pengelolaan prasarana jalan dilakukan oleh SKPD yang membidangi
pekerjaan umum atau istilah lainnya di kabupaten yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan seluruh proses pengelolaan
DAK Transdes Tahun 2014.
Pembangunan, dan Peningkatan jalan poros wilayah melalui DAK
Tanrsdes harus disinergikan dengan program pembangunan jalan
kabupaten, provinsi dan nasional dan koordinasi dengan Bappeda
Kabupaten dan Provinsi; dan
b. Tahapan penanganan jalan non status dalam pemanfaatan DAK
meliputi kegiatan pemrograman dan penganggaran terdiri dari:
1) Penyusunan Daftar Ruas Jalan merupakan tahap awal yang perlu
dipersiapkan oleh pelaksana Pemerintah Kabupaten berupa
penyusunan daftar luas jalan non status sesuai form data dasar
potensi desa dan ketersediaan prasarana dan sarana Trasportasi
Perdesaan.
2) Penyusunan Daftar Ruas Jalan Prioritas non status Kabupaten
adalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut : (1)
Sesuai dengan kebijakan nasional, yaitu membuka aksesibilitas
jalan poros wilayah sehingga dapat memberikan akses keluar masuk
orang dan barang; (2) penanganan jalan non status bersifat
-26-
-27-
-28-
Kabupaten
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Aceh Tengah
Pidie
Simeulue
Dairi
Karo
Tapanuli Tengah
Toba Samosir
Pakpak Bharat
Nias Selatan
Humbang Hasundutan
Padang Pariaman
Pesisir Selatan
Solok
Bungo
Kerinci
Lahat
Banyuasin
Empat Lawang
Belitung
Rejang Lebong
Lebong
Lampung Selatan
Lampung Utara
Tanggamus
Tulang Bawang
Way Kanan
Pringsewu
Ciamis
Alokasi (Rp)
3.188.780
3.200.990
3.638.640
2.837.050
3.167.200
3.182.500
3.706.330
3.374.570
3.765.290
3.350.550
3.427.740
3.224.420
3.167.310
3.144.710
3.100.650
2.982.820
3.772.680
2.967.580
2.981.810
2.891.720
3.152.290
3.207.830
3.143.310
3.394.330
3.648.610
3.273.500
2.901.210
3.132.720
-29-
No.
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
Kabupaten
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kuningan
Sumedang
Tasikmalaya
Pandeglang
Karanganyar
Kebumen
Klaten
Purworejo
Sragen
Gunung Kidul
Pacitan
Kapuas Hulu
Sambas
Sintang
Kubu Raya
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Gunung Mas
Sukamara
Bolaang Mongondow
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Boalemo
Bone Bolango
Toli-Toli
Poso
Tojo Una-Una
Bantaeng
Bulukumba
Gowa
Pinrang
Sidenreng Rappang
Wajo
Majene
Polewali Mandar
Mamuju Utara
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Konawe Utara
Buton Utara
Bangli
Karangasem
Lombok Barat
Lombok Utara
Manggarai
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Manggarai Timur
Alokasi (Rp)
2.839.060
2.808.630
3.119.470
3.273.090
2.612.770
2.966.510
2.747.330
2.961.330
2.949.830
3.053.450
2.822.370
4.046.750
3.302.670
4.276.510
4.038.800
3.339.940
4.200.380
3.829.790
4.070.580
3.333.080
3.332.040
3.071.700
3.520.620
3.272.550
3.115.860
3.110.200
3.449.630
2.886.760
3.287.190
2.924.580
2.892.870
2.913.810
3.105.500
3.293.170
3.066.310
3.494.400
3.586.760
3.506.400
3.502.920
3.745.650
3.657.200
3.803.690
2.905.970
2.856.710
2.902.930
2.815.890
3.681.470
3.778.250
3.273.640
3.270.000
-30-
No.
79
80
81
82
83
84
V.
Kabupaten
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Jayawijaya
Merauke
Puncak Jaya
Kepulauan Yapen
Yahukimo
Lanny Jaya
Total
Alokasi (Rp)
7.007.510
6.799.390
11.906.680
4.573.790
6.174.370
9.334.110
301.340.000
VI. PELAPORAN
1. Pelaporan pelaksanaan DAK Transdes Tahun 2014 berisi gambaran hasil
pelaksanaan kegiatan yang memuat target dan realisasi pencapaian sasaran
keluaran (output) dan hasil (outcome);
2. SKPD pelaksana menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan (progress) setiap
triwulan kepada Bupati melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) tingkat kabupaten yang berisikan laporan yang memuat target dan
realisasi pencapaian sasaran keluaran dan hasil pelaksanaan DAK.
3. Bupati yang menerima DAK Transdes Tahun 2014 menyampaikan laporan
pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan (progress) setiap triwulan kepada
Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah;
Menteri Keuangan dan Menteri teknis terkait, dengan mengacu kepada Surat
Edararan Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
Nomor : 0239/M.PPN/ 11/2008, 900/3556/SJ, SE 1722/MK 07/2008 tanggal
21 November 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK).
4. Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengalokasian DAK Transdes tahun berikutnya sesuai
peraturan perundang-undangan.
-31-
2.
3.
4.
5.
6.
VIII. PENUTUP
Petunjuk teknis ini agar menjadi pedoman dalam pengelolaan DAK Transdes
Tahun 2014.
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd
GAMAWAN FAUZI