PROVINSI MALUKU
TENTANG
WALIKOTA TUAL,
-1-
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 87, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6485);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran
Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 4747);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
8. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Undang – Undang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
9. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak
Keungan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewa
-2-
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 106, Tambahan Lembararn
Republik Indonesia Nomor 6057);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6322);
12. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang / Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 330);
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2020
tentang Standar Harga Satuan Regional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 57);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113 Tahun 2012 tentang
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara
Republik Indonesia, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 678);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 157);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019
tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);
18. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 03 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2014
tentang Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 03 Tahun 2009
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2014 Nomor 07, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 2014);
19. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 02 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Kota Tual (Lembaran Daerah Tahun 2016 Nomor , Tambahan
Lembaran Daerah Nomor ).
MEMUTUSKAN:
-3-
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TUAL TENTANG STANDAR HARGA
SATUAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TUAL TAHUN
ANGGARAN 2023.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Wali kota ini, yang dimaksud dengan:
(1) Daerah adalah Kota Tual.
(2) Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
(3) Walikota adalah Walikota Tual.
(4) Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Tual.
(5) Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya singkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
(6) Non ASN adalah selain ASN yang melaksanakan tugas atau membantu
Pemerintah Daerah sesuai dengan keahliannya.
(7) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
(8) Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Perangkat Daerah.
(9) Kuasa Pengguna Anggara yang selanjunya disingkat KPA adalah pejabat
yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab pengguna anggaran.
(10) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah Pejabat
yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja daerah.
(11) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
(12) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD
adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya
disebut dengan kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
(13) Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD
yang bertindak dalam kapasitas sebagai BUD.
(14) Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas
BUD.
(15) Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah
tim yang dibentuk dengan dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin
oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
-4-
melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD
yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat
lainnya sesuai kebutuhan.
(16) Pejabat Penatausahaan Keuangan yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang ditunjuk oleh kepala SKPD untuk melaksanakan fungsi tata
usaha keuangan pada SKPD.
(17) Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
(18) Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam
rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
(19) Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disingkat Pokja Pemilihan
adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk
mengelola pemilihannya Penyedia.
(20) Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, dan/atau e-purchasing.
(21) Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP
adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Jasa.
(22) Panitia Pemeriksa Hasil Pekerja yang selanjutnya disingkat PPHP adalah
tim yang bertugas memeriksa hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 2
(1) Maksud dari Peraturan Walikota ini adalah sebagai pedoman bagi SKPD
dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan anggaran dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. dalam perencanaan anggaran, standar harga satuan ini berfungsi
sebagai batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah, referensi penyusunan proyeksi perkiraan maju dan bahan
perhitungan pagu indikatif anggaran pendapatan dan belanja daerah.
b. dalam pelaksanaan anggaran, standar harga satuan ini berfungsi
sebagai batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
pelaksanaan anggaran kegiatan dan estimasi merupakan perkiraan
besaran biaya tertinggi yang dapat dilampaui karena kondisi tertentu,
termasuk karena adanya kenaikan harga pasar.
(2) Tujuan dari Peraturan Walikota ini adalah untuk meningkatkan kinerja
ASN dan Non ASN agar pelaksanaan kegiatan lebih efektif dan efisien dan
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
-5-
Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan Walikota ini meliputi :
a. Satuan Biaya Honorarium;
b. Satuan Biaya Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, ASN, Non ASN dan
Pihak Lain;
c. Satuan Biaya Paket Kegiatan Rapat atau Pertemuan di Luar Kantor;
d. Satuan Biaya Pengadaan Kendaraan Dinas;
e. Satuan Biaya Pemeliharaan;
f. Satuan Biaya Jasa Tenaga Kerja;
g. Satuan Biaya Sewa;
h. Satuan Biaya Makan dan Minum;
i. Satuan Biaya Uang Lembur dan Uang Makan Lembur; dan
j. Satuan Biaya Pemberdayaan Masyarakat.
BAB II
SATUAN BIAYA HONORARIUM
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
Honorarium dapat diberikan kepada ASN dan Non ASN yang melaksanakan dan
mendukung kegiatan pada SKPD.
Pasal 5
Satuan Biaya Honorarium sebagaimana dimaksud meliputi;
(1) Honorarium Penanggung Jawab Pengelola Keuangan diberikan kepada:
a. PPKD/PA/KPA/;
b. Kuasa BUD;
c. PPTK;
d. PPK SKPD
e. Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Penerima;
f. Bendahara Pengeluaran Pembantu atau Bendahara Penerima
Pembantu; dan
g. Pembantu Bendahara Pengeluaran.
(2) Honorarium Penanggung Jawab Pengelola Barang diberikan kepada:
a. Pengurus Barang;
b. Pejabat Pengelolaan BMD;
c. Pembantu Pengurus Barang; dan
d. Pengurus barang pembantu.
-6-
c. PPK.
(4) Honorarium Narasumber atau Pembahas, Moderator, Pembawa Acara dan
Panitia diberikan Kepada:
a. Narasumber atau Pembahas;
b. Moderator;
c. Pembawa Acara;
d. Panitia.
(5) Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dan Sekretariat Tim Pelaksana
Kegiatan;
(6) Honorarium Pemberi Keterangan Ahli, Saksi Ahli dan Beracara;
(7) Honorarium Penyuluh;
(8) Honorarium Rohaniawan;
(9) Honorarium Tim Penyusunan Jurnal, Buletin, Majalah, Pengelola Teknologi
Informasi dan Pengelola Website;
(10) Honorarium Penyelenggara Ujian;
(11) Honorarium Penulisan butir soal tingkat Kota;
(12) Honorarium Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan; dan
(13) Honorarium Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Honorarium Penanggungjawab Pengelola Keuangan
Pasal 6
(1) Honorarium Penanggungjawab pengelola keuangan diberikan
berdasarakan besaran pagu yang dikelola.
(2) Dalam hal penanggungjawab pengelola keuangan yang mengelola lebih dari
1 (satu) DPA dapat diberikan honorarium sesuai dengan jumlah DPA yang
dikelola.
(3) Dalam hal PA tidak melimpahkan sebagian kewenangan kepada KPA, PA
dapat diberikan honorarium yang besarannya sama dengan KPA.
(4) Jumlah PPTK diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
e. pagu anggaran dibawah 5 Milyar paling banyak 3 (tiga) orang;
f. pagu anggaran 5 Milyar s.d 25 Milyar paling banyak 4 (empat) orang;
g. pagu anggaran diatas 25 Milyar paling banyak 5 (lima) orang.
Bagian Ketiga
Honorarium Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 7
(1) Honorarium Pengadaan Barang/ Jasa diberikan kepada ASN yang
melaksanakan pemilihan penyedia Barang/Jasa.
(2) Honorarium Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada :
a. pejabat pengadaan;
b. kelompok kerja pemilihan pengadaan barang/jasa;
c. pejabat pembuat komitmen.
-7-
Bagian Keempat
Honorarium Narasumber atau Pembahas, Moderator, Pembawa Acara
dan Panitia
Pasal 8
(1) Honorarium narasumber atau pembahas diberikan kepada Pejabat Negara,
Pejabat Daerah, ASN dan Non ASN yang memberikan informasi atau
pengetahuan dalam kegiatan :
a. seminar;
b. rapat;
c. sosialisasi;
d. diseminasi;
e. bimbingan teknis;
f. workshop;
g. sarasehan;
h. simposium; atau
i. fokus group discussion (FGD).
(2) Honorarium narasumber dapat diberikan dengan ketentuan :
a. narasumber berasal dari luar SKPD penyelenggara; atau
b. narasumber berasal dari dalam SKPD sepanjang peserta yang menjadi
sasaran utama berasal dari luar SKPD penyelenggaran dan/atau
masyarakat.
(3) Honorarium narasumber atau pembahas diberikan dalan satuan jam 60
(enam puluh) menit baik dilakukan secara panel maupun individu.
(4) Dalam hal narasumber atau pembahas berasal dari SKPD penyelenggara
maka diberikan honorarium sebesar 50% (lima puluh persen) dari
honorarium narasumber / pembahas.
Pasal 9
(1) Honorarium Moderator diberikan kepada Pejabat Daerah, ASN dan Non
ASN yang ditunjuk oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan tugas
sebagai moderator dalam kegiatan :
a. seminar;
b. rapat;
c. sosialisasi;
d. diseminasi’;
e. bimbingan teknis;
f. workshop;
g. sarasehan;
h. simposium; atau
i. fokus group discussion (FGD)
-8-
Pasal 10
(1) Honorarium Pembawa Acara diberikan kepada ASN dan Non ASN yang
ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas
memandu acara dalam kegiatan ;
a. seminar;
b. rapat;
c. sosialisasi;
d. diseminasi’;
e. bimbingan teknis;
f. workshop;
g. sarasehan;
h. symposium; atau
i. fokus group discussion
(2) Honoraraium Pembawa acara dapat diberikan untuk kegiatan yang
mengundang Menteri, Walikota/Wakil Walikota , SKPD, Pimpinan/Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau Masyarakat.
Pasal 11
(1) Honorarium Panitia diberikan kepada ASN yang diberi tugas oleh Pejabat
yang berwenang sebagai Panitia dalam kegiatan:
a. seminar;
b. rapat;
c. sosialisasi;
d. bimbingan teknis;
e. workshop;
f. sarasehan;
g. symposium; atau
h. fokus group discussion (FGD)
(2) Dalam hal panitia memerlukan tambahan panitia yang berasal dari non
ASN harus secara selektif dengan mempertimbangkan urgensi dan besaran
honorarium mengacu kepada besaran honorarium untuk anggota panitia.
(3) Jumlah panita diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a. peserta kegiatan berjumlah 40 (empat puluh) orang atau kurang dari
40 (empat puluh) orang, panitia paling banyak yang dapat diberikan
honorarium sebanyak 4 (empat) orang; atau
b. peserta kegiatan berjumlah lebih dari 40 (empat puluh), panitia paling
banyak yang dapat diberikan honorarium sebanyak 10% (sepuluh
persen) dari jumlah peserta.
Bagian Kelima
Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dan Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan
Pasal 12
(1) Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan diberikan kepada seseorang yang
diangkat dalam suatu tim pelaksana kegiatan untuk melaksanakan
suatu tugas tertentu berdasarkan Keputusan Walikota atau Sekretaris
Daerah.
-9-
(2) Tim Pelaksana Kegiatan melibatkan atau mengikutsertakan instansi
pemerintah diluar paling sedikit melibatkan 2 (dua) instansi diluar
pemerintah Kota Tual yang ditetapkan oleh Walikota.
(3) Jumlah tim pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
berasal dari SKPD penyelenggara paling banyak 5 (lima) orang yang terdiri
dari pejabat eselon II dan pejabat eselon III.
(4) Tim Pelaksana Kegiatan melibatkan antar SKPD ditetapkan oleh Sekretaris
Daerah.
(5) Komposisi Tim Pelaksana Kegiatan sebagaiaman dimaksud pada ayat (4)
paling sedikit melibatkan 3 (tiga) SKPD yang terdiri dari 1 (satu) SKPD
penyelenggara kegiatan dan 2 (dua) SKPD terkait;
(6) Jumlah tim pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a. pejabat eselon II Paling banyak 3 (tiga) orang;
b. pejabat eselon III paling banyak 4 (empat) orang; dan
c. pejabat eselon IV, Pelaksana dan Pejabat Fungsional paling banyak 6
(enam) orang.
(7) Kriteria tim pelaksana kegiatan yang dapat diberikan honorarium adalah
sebagai berikut :
a. mempunyai keluaran (output) yang jelas dan terukur;
b. bersifat koordinatif;
c. bersifat temporer dan pelaksanaan kegiatannya perlu diprioritaskan;
d. merupakan tugas tambahan atau perangkapan fungsi bagi yang
bersangkutan di luar tugas dan fungsi sehari-hari; dan
e. dilakukan secara selektif, efektif, dan efisien.
(8) Jumlah tim pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
disesuaikan dengan kebutuhan sepanjang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. dilakukan penyesuaian kebawah dengan mengurangi pejabat eselon
yang lebih tinggi dan menambah pejabat eselon yang lebih
rendah; dan
b. tidak melebihi batas maksimal jumlah tim.
Pasal 13
(1) Honorarium Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan diberikan kepada
seseorang yang diberi tugas melaksanakan administratif untuk menunjang
Tim Pelaksana Kegiatan.
(2) Jumlah Sekretariat Tim Pelaksana Kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagai berikut :
a. Paling banyak 10 (sepuluh) orang tim pelaksna kegiatan yang
ditetepkan oleh Walikota; atau
b. Paling banyak 7 ( tujuh) orang tim Pelaksana Kegiatan ditetapkan yang
ditetapkan oleh Sekretaris Daerah atau kepala SKPD.
- 10 -
Bagian Keenam
Honorarium Pemberi Keterangan Ahli atau Saksi Ahli dan Beracara
Pasal 14
(1) Honorarium Pemberi Keterangan Ahli atau Saksi Ahli diberikan kepada
Pejabat Negara, Pejabat Daerah, ASN dan non ASN yang diberi Tugas
menghadiri dan memebrikan informasi atau keterangan sesuai dengan
keahlian dibidang tugasnya yang diperlukan dalam tingkat penyidikan
dan/atau persidangan di pengadilan terkait dengan perkara Pemerintah
Kota Tual.
(2) Dalam hal Instansi yang mengundang atau memanggil pemberi keterangan
ahli atau saksi ahli tidak memberikan honorarium, instansi pengririm
pemberi keterangan ahli atau saksi ahli dapat memberikan honorarium.
Pasal 15
(1) Honorarium Beracara diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat Daerah,
ASN dan Non ASN yang diberi Tugas untuk beracara untuk mewakili SKPD
dalam persidangan pengadilan sepanjang merupkan tugas tambahan.
(2) Honorarium beracara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan saat
menghadiri sidang.
Bagian Ketujuh
Honorarium Penyuluhan/Pendampingan
Pasal 16
(1) Honorarium penyuluhan/pendampingan diberikan sebagai pengganti upah
kerja kepada Non Aparatur Sipil Negara yang diangkat untuk melakukan
penyuluhan berdasarkan surat keputusan pejabat yang berwenang.
(2) Honorarium penyuluhan atau pendampingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari :
a. penyuluh/pendamping perikanan;
b. penyuluh/pendamping pertanian; dan
c. penyuluh/pendamping program keluarga berencana.
(3) Besaran honorarium penyuluhan atau pendampingan diberikan
berdasaran tingkat pendidikan.
Bagian Kedelapan
Honorarium Rohaniawan
Pasal 17
Honorarium Rohaniawan diberikan kepada seseorang yang ditugaskan oleh
Pejabat yang berwenang sebagai rohaniawan dalam pengambilan sumpah
jabatan.
- 11 -
Bagian Kesembilan
Pasal 18
Honorarium Tim Penyusun Jurnal diberikan penyusun dan penerbit jurnal yang
diangkat berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang.
Pasal 19
Honorarium Tim Penyusunan Buletin atau Majalah diberikan kepada penyusun
dan penerbit bulletin atau majalah yang diangkat berdasarkan keputusan
pejabat yang berwenang.
Pasal 20
(1) Honorarium Tim Pengelola Teknologi Informasi diberikan kepada pengelola
teknologi informasi atau media sejenis yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah diangkat oleh Walikota.
(2) Honorarium Tim Pengelola Website diberikan kepada pengelola website
atau media sejenis yang dikelola oleh Pemerintah Daerah diangkat oleh
Walikota.
(3) Teknologi informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
teknologi informasi yang dikembangkan oleh SKPD dan atau Pihak Lain
yang kemudian dikelola secara langsung oleh SKPD.
Bagian Kesepuluh
Honorarium Penyelenggara Ujian
Pasal 21
Honorarium Penyelenggara Ujian merupakan imbalan yang diberikan kepada
penyusunan naskah ujian, penguji atau pemeriksa hasil ujian yag bersifat lokal
yang merupakan kewenangan daerah.
Bagian Kesebelas
Honorarium Penulisan Butir Soal Tingkat Kota
Pasal 22
Honorarium Penulisan Butir Soal Tingkat Kota diberikan sesuai dengan
kepakaran kepada penyusunan soal yang digunakan pada penilaian tingkat
lokal meliputi :
- 12 -
a. Penilaian akademik (Soal ujian berstandar Lokal, soal ujian, soal tes
kompetensi akademik, dan soal calon ASN); dan
b. Penilaian Non Akademik (soal tes bakat, tes minat, soal mengukur
kecenderungan prilaku soal tes kompetensi guru non akademik, soal tes
asesmen pegawai dan soal kompetensi manajerial).
Pasal 23
(1) Honorarium Penceramah diberikan kepada seseorang yang memberikan
wawasan pengetahuan dan/atau sharing Experience sesuai dengan
keahliannya kepada peserta Pendidikan dan Pelatihan.
(2) Honorarium penceramah diberikan kepada :
a. penceramah yang berasal dari luar SKPD;
b. penceramah yang berasal dari SKPD sepanjang peserta pendidikan dan
pelatihan berasal dari luar SKPD penyelenggaran dan/atau
masyarakat; atau
c. dalam hal penceramah dan peserta berasal dari SKPD yang sama
diberikan honorarium sebesar 50% (lima puluh persen) dari
honorarium penceramah.
Pasal 24
(1) Honorarium Penyusun Modul Pendidikan dan Pelatihan diberikan kepada
ASN atau Non ASN yang diberikan tugas untuk menyusun modul untuk
Pendidikan dan Pelatihan berdasarkan Keputusan Wali Kota.
(2) Dalam Hal Modul yang disusun penyempurnaan Modul Pendidikan dan
Pelatihan lama dengan presentase penyempurnaan 50% (lima puluh
persen) dapat diberikan honorarium.
Pasal 25
(1) Honorarium Panitia Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan diberikan
kepada panitia penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan.
(2) Jam pelajaran yang digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan 45 (empat puluh lima) menit untuk 1 jam
pelajaran.
(3) Honorarium Panitia Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan diberikan
dalam hal :
a. peserta pendidikan dan pelatihan berjumlah 40 (empat puluh) orang
atau kurang dari 40 (empat puluh) orang, panitia paling banyak yang
dapat diberikan honorarium sebanyak 4 (empat) orang; atau
b. peserta pendidikan dan pelatihan berjumlah lebih dari 40 (empat
puluh), panitia paling banyak yang dapat diberikan honorarium
sebanyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah peserta.
- 13 -
Bagian Ketiga belas
Honorarium Tim Anggaran Pemerintah Daerah
Pasal 26
(1) Honorarium TAPD diberikan kepada Anggota Tim yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota, TAPD dipimpin oleh Sekeratrais Daerah yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencanaan daerah, PPKD dan pejabat lain
sesuai dengan kebtuhan.
(2) Tim Anggaran Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dibantu oleh
Sekretariat dengan jumlah paling banyak 7 (tujuh) anggota.
BAB III
SATUAN BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA,
PEJABAT DAERAH, ASN, NON ASN DAN PIHAK LAIN
Bagian kesatu
Umum
Pasal 27
(1) Satuan Biaya Perjalanan Dinas merupakan perencanaan untuk
menghitung kebutuhan belanja perjalanan dinas.
(2) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. perjalanan dinas dalam daerah;
b. perjalanan dinas paket meeting dalam kota; dan
c. perjalanan dinas luar daerah.
(3) Perjalanan Dinas Dalam Daerah sebagaimana pada ayat (2) huruf a
merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan didalam
wilayah administrasi Pemerintah Kota Tual untuk kepentingan
pemerintahan.
(4) Perjalanan Dinas Dalam Daerah sebagaimana pada ayat (3) dilakukan oleh
pejabat negara, pejabat daerah, aparatur sipil negara, dan pihak lain dalam
rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan serta
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang terdiri dari :
a. Perjalanan dinas yang pelaksanaannya lebih dari 8 (delapan) jam; dan
b. Perjalanan dinas yang pelaksanaannya kurang dari 8 (delapan) jam
(5) Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 (dua) huruf b merupakan pemberian biaya uang saku rapat kepada
ASN yang mengikuti kegiatan seminar, simposium, sosialisasi, workshop,
FGD, bimbingan teknis, serta pendidikan dan pelatihan lainnya secara
Online (Daring).
(6) Pemberian uang saku sebagaimana pada dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. berdasarkan undangan kegiatan dari instansi pelaksana ;
b. berdasarkan surat tugas dari atasan langsung; dan
c. jumlah peserta yang ditugaskan mengacu pada undangan kegiatan dan
tertuang dalam surat tugas.
- 14 -
(7) Perjalanan Dinas Luar Daerah sebagaimana pada ayat (2) huruf c
merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan diluar
wilayah administrasi Pemerintah Kota Tual tetapi masih didalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk kepentingan pemerintahan.
(8) Perjalanan Dinas sebagaimana pada ayat (7) dilakukan oleh pejabat negara,
pejabat daerah, aparatur sipil negara, dan pihak lain dalam rangka:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
b. mengikuti rapat, seminar, dan kegiatan sejenis lainnya;
a. menempuh ujian dinas atau ujian jabatan;
b. mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan majelis penguji
kesehatan Pegawai Negeri;
c. penugasan untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
d. mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Pasal 28
Perjalanan Dinas sebagaimana pada Pasal 27 dilaksanakan dengan
memperhatikan beberapa prinsip antara lain :
a. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
b. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja satuan
kerja perangkat daerah;
c. efisiensi penggunaan belanja daerah; dan
d. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan perjalanan dinas dan
pembebanan Perjalanan dinas.
Bagian Kedua
Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Daerah
Pasal 29
(1) Satuan biaya perjalanan dinas dalam daerah terdiri atas komponen sebagai
berikut :
a. uang harian;
b. biaya transportasi laut;
c. biaya akomodasi; dan
d. uang representasi perjalanan dinas.
(2) Satuan biaya uang harian perjalanan dinas dalam daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan penggantian biaya keperluan
sehari-hari pejabat negara, pejabat daerah, aparatur sipil negara dan pihak
lain dalam menjalankan perintah perjalanan dinas meliputi keperluan
uang saku, keperluan transportasi lokal, serta keperluan uang makan dan
dibayarkan secara lumpsum.
(3) Satuan biaya transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan 1 (satu) perjalanan
dalam daerah dari dan ke tempat tujuan dengan menggunakan moda
transportasi laut yang dibayarkan secara riil cost;
- 15 -
(4) Biaya transportasi laut khusus untuk Walikota, Wakil Walikota dan dan
Pejabat Esselon IIA serta Pejabat yang setingkat dengan Pejabat Esselon IIA
ditetapkan keputusan dengan Walikota.
(5) Dalam hal perjalanan dinas dalam daerah yang dilakukan oleh Pejabat
Negara, Pejabat Daerah, Aparatur Sipil Negara, dan pihak lain dalam
rangka mendampingi Walikota atau Wakil Walikota, biaya transportasi
lokal untuk moda transportasi laut tidak dibayarkan.
(6) Biaya Akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya
diberikan untuk perjalanan dinas dalam daerah ke wilayah pulau-pulau
dan dibayarkan secara riil cost.
(7) Uang representasi perjalanan dinas, diberikan sebagai pengganti atas
pengeluaran tambahan dalam kedudukan sebagai pejabat negara, pejabat
daerah, dan pejabat eselon II dalam rangka perjalanan dinas, yang
diberikan secara lumpsum.
Pasal 30
(1) Biaya perjalanan dinas dalam daerah bagi pelaksana tugas eselon II
disesuaikan dengan biaya perjalanan dinas jabatan eselon II.
(2) Perjalanan dinas dalam daerah bagi Jabatan Fungsional Keahlian diatur
sebagai berikut :
a. jenjang madya, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon II;
b. jenjang muda, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon III;
c. jenjang pertama, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon IV.
(3) Perjalanan dinas dalam daerah bagi Istri Walikota dan Wakil Walikota
dipersamakan dengan Perhitungan Biaya Perjalanan Dinas Jabatan
Struktural Eselon III.
(4) Biaya perjalanan dinas dalam daerah bagi Pegawai Tidak Tetap
dipersamakan dengan biaya perjalanan dinas dalam daerah Pegawai Negeri
Golongan II.
Pasal 31
Lamanya hari perjalanan dinas dalam daerah untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi yang melekat pada jabatan dilaksanakan dengan ketentuan :
a. Pelaksanaan tugas yang bersifat umum dilaksanakan dengan waktu
maksimal 2 (dua) hari untuk wilayah daratan dan 3 (tiga) hari untuk wilayah
pulau-pulau;
b. Pelaksanaan tugas yang bersifat khusus dalam rangka pemeriksaan
disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan yang diatur dengan keputusan
Walikota; dan
c. Perjalanan dinas dalam rangka mendampingi kegiatan Reses dan
Pengawasan Pimpinan dan Anggota DPRD mengikuti waktu pelaksanaan
Reses dan Pengawasan.
Pasal 32
Penambahan biaya lain dan lamanya hari perjalanan dinas dalam daerah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan melalui persetujuan tertulis Sekretaris
Daerah selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah.
- 16 -
Bagian Ketiga
Satuan Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah
Pasal 33
(1) Satuan Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah terdiri atas kompunen sebagai
berikut :
a. uang harian;
b. biaya transportasi;
c. biaya penginapan; dan
d. uang representasi perjalanan dinas
(2) Satuan biaya uang harian perjalanan dinas luar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan penggantian biaya keperluan
sehari-hari pejabat negara, pejabat daerah, aparatur sipil negara dan pihak
lain dalam menjalankan perintah perjalanan dinas luar daerah meliputi
keperluan uang saku, keperluan transportasi lokal, serta keperluan uang
makan dan dibayarkan secara lumpsum.
(3) Satuan biaya transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari :
a. biaya taksi;
b. sewa kendaraan dalam kota; dan
c. biaya tiket pesawat.
(4) Biaya taksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a digunakan untuk
menyusun perencanaan kebutuhan biaya untuk 1 (satu) kali perjalanan
taksi yang terdiri dari :
a. keberangkatan :
1) dari kantor tempat kedudukan asal menuju bandara, pelabuhan,
terminal, atau stasiun untuk keberangkatan ke tempat tujuan; dan
2) dari bandara, pelabuhan, terminal, atau stasiun kedatangan
menuju tempat tujuan.
b. kepulangan :
1) dari tempat tujuan menuju bandara, pelabuhan, terminal, atau
stasiun untuk keberangkatan ke tempat kedudukan asal; dan
2) dari bandara, pelabuhan, terminal, atau stasiun kedatangan
menuju kantor tempat kedudukan asal.
c. kegiatan :
1) dari tempat hotel/tempat menginap menuju lokasi kegiatan; dan
2) dari lokasi kegiatan kembali ke hotel/tempat menginap.
(5) Dalam hal lokasi kantor kedudukan atau lokasi tujuan tidak dapat
dijangkau dengan taksi menuju atau dari bandara, pelabuhan, terminal,
atau stasiun, biaya transportasi menggunakan satuan biaya transportasi
darat atau biaya transportasi lainnya sepanjang didukung dengan
pengeluaran riil.
(6) Biaya sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
merupakan satuan biaya untuk membayar sewa kendaraan yang
digunakan selama pelaksanaan tugas perjalanan dinas.
(7) Biaya sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) hanya
diberikan kepada walikota/wakil walikota, pejabat eselon IIA serta pejabat
- 17 -
yang setingkat dengan pejabat eselon IIA dan dibayarkan secara riil cost.
Besaran biaya sewa kendaraan diatur dengan Keputusan Walikota.
(8) Biaya tiket pesawat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
merupakan satuan biaya tiket pesawat perjalanan dinas dalam negeri
adalah satuan biaya untuk pembelian tiket pesawat udara pergi pulang (PP)
dari bandara keberangkatan suatu kota ke bandara kota tujuan termasuk
biaya bagasi.
(9) Satuan Biaya penginapan perjalanan dinas luar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diberikan secara riil cost.
(10) Dalam hal perjalanan dinas tidak menggunakan biaya penginapan,
diberikan biaya penginapan secara lumpsum sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari tarif penginapan daerah tujuan;
(11) Uang representasi perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d hanya diberikan kepada pejabat negara, pejabat daerah, pejabat
eselon I, dan pejabat eselon II yang melaksanakan perjalanan dinas jabatan
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan.
(12) Uang representasi perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
diberikan sebagai pengganti atas pengeluaran tambahan dalam kedudukan
sebagai pejabat negara, pejabat daerah, pejabat eselon I, dan pejabat eselon
II dalam rangka perjalanan dinas, seperti biaya tips porter, tips pengemudi,
yang diberikan secara lumpsum.
(13) Biaya perjalanan dinas bagi pelaksana tugas jabatan eselon II disesuaikan
dengan biaya perjalanan dinas jabatan eselon II.
Pasal 34
(1) Lamanya perjalanan dinas luar daerah dalam rangka Sosialisasi,
Bimbingan Teknis serta Pendidikan dan Pelatihan dihitung berdasarkan
jumlah hari kegiatan dengan menambah 2 (dua) hari untuk Pulang-Pergi
(PP) ke tempat tujuan.
(2) Lamanya perjalanan dinas luar daerah dalam rangka menempuh ujian
dinas atau ujian jabatan dihitung berdasarkan jumlah hari kegiatan
dengan menambah 2 (dua) hari untuk Pulang-Pergi (PP) ke tempat tujuan.
Pasal 35
(1) Perjalanan dinas untuk mendapatkan pengobatan hanya diberikan Biaya
Transportasi dan Uang Harian sesuai tempat tujuan pengobatan;
(2) Perjalanan dinas luar daerah dalam rangka menyampaikan Laporan dan
Dokumen lainnya dapat dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Non Struktural
yang dipandang sangat penting dengan mempertimbangkan kemampuan
Pegawai yang bersangkutan.
(3) Perjalanan dinas untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3
hanya diberikan Biaya Transportasi;
(4) Pegawai Negeri Sipil Non Struktural dapat melaksanakan perjalanan dinas
luar daerah dalam rangka Bimbingan Teknis (BIMTEK), Pendidikan dan
Pelatihan (DIKLAT) yang berkaitan mengenai peningkatan Sumber Daya
Aparatur dengan penyelenggara kegiatan yaitu Kementerian/ Lembaga
termasuk Perguruan Tinggi.
- 18 -
(5) Perjalanan Dinas Luar Daerah untuk Pegawai Golongan II dapat
dilaksanakan apabila mendesak, dalam hal tenaga teknis tidak diperoleh
di OPD yang bersangkutan.
(6) Pegawai Tidak Tetap diperkenankan untuk melaksanakan perjalanan dinas
keluar daerah dengan pertimbangan :
a. perjalanan dinas mendampingi Kepala SKPD dalam kegiatan konsultasi
dan koordinasi;
b. perjalanan dinas mendampingi pimpinan DPRD khususnya pegawai
tidak tetap pada sekretariat DPRD ;
c. surat tugas perjalanan Dinas disatukan dengan surat tugas kepala
SKPD dan pimpinan DPRD;
d. jumlah pegawai yang mengikuti kepala SKPD dan pimpinan DPRD
hanya 1 (satu) orang untuk 1 (satu) perjalanan dinas.
Pasal 36
(1) Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah bagi Jabatan Fungsional Keahlian
diatur sebagai berikut :
a. jenjang madya, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon II;
b. jenjang muda, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon III;
c. jenjang pertama, dipersamakan dengan Jabatan Struktural Eselon IV.
(2) Perjalanan Dinas Luar Daerah bagi istri walikota dan istri wakil walikota
dipersamakan dengan perhitungan biaya perjalanan dinas Jabatan
Struktural Eselon III.
(3) Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah bagi Pegawai Tidak Tetap
dipersamakan dengan biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah Pegawai Negeri
Golongan II.
(4) Besaran satuan biaya penginapan Perjalanan Dinas Luar Daerah bagi
Ajudan Walikota dan Ajudan Wakil Walikota ditetapkan dengan Keputusan
Walikota.
Pasal 37
(1) Perhitungan Biaya Uang Harian perjalanan dinas luar daerah disesuaikan
dengan tempat tujuan perjalanan.
(2) Biaya Uang Harian perjalanan dinas luar daerah dalam rangka Pendidikan
dan Pelatihan atau Bimbingan Teknis yang terdapat biaya kontribusi yang
terdiri dari komponen konsumsi, akomodasi dll, hanya diperhitungkan dan
dibayarkan sebesar 65 % (enam puluh lima persen).
(3) Biaya Uang Harian perjalanan dinas luar daerah dalam rangka Pendidikan
dan Pelatihan atau Bimbingan Teknis yang biaya konsumsi, akomodasi dll,
telah ditanggung oleh panitia pelaksana hanya diperhitungkan dan
dibayarkan sebesar 65 % (enam puluh lima persen).
(4) Perhitungan Biaya Transportasi berdasarkan Kota Tujuan yang tertuang
dalam Surat Perintah Tugas.
(5) Perhitungan Uang Harian berdasarkan Kota Tujuan sesuai tiket dan lama
perjalanan yang tertuang dalam Surat Perintah Tugas.
- 19 -
(6) Biaya pemeriksaan kesehatan COVID-19 (rapid test/PCR test/swab test)
untuk perjalanan dinas luar daerah dibayarkan sesuai dengan biaya riil
(sepanjang dalam masa pandemi COVID-19).
Pasal 38
Perjalanan Dinas Luar Daerah dalam rangka konsultasi dan koordinasi dengan
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi hanya dapat dilaksanakan oleh
Pimpinan SKPD atau yang setingkat dengan jabatan Pimpinan SKPD serta
Pejabat Struktural lainnya yang ditunjuk untuk mewakili.
BAB IV
SATUAN BIAYA PAKET KEGIATAN RAPAT ATAU PERTEMUAN DI LUAR KANTOR
Bagian Kesatu
Satuan Biaya Paket Kegiatan Rapat atau Pertemuan di Luar Kantor
Pasal 39
(1) Rapat atau pertemuan yang dilaksanakan diluar kantor dapat diberikan
honorarium dalam hal ini dilakukanrangka menyelesaikan pekerjaan yang
perlu dilakukan secara intensif dan bersifat koordinatif yang paling sedikit
melibtkan peserta dari luar SKPD atau masyarakat.
(2) Rapat atau pertemuan diluar kantor terdiri dari :
a. paket fullboard;
b. paket fullday;
c. paket halfday; atau
d. paket residence.
(3) Paket Fullboard sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah paket
kegiatan rapat atau pertemuan yang dilaksanakan di luar kantor sehari
penuh dan menginap terdiri dari.
a. akomodasi (1) malam;
b. makan 3 (tiga) kali;
c. kudapan (snack) 2 (dua) kali; dan
d. ruang pertemuan dan fasilitasnya.
(4) Paket Fullday sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah paket
kegiatan rapat atau pertemuan yang dilaksanakan diluar kantor minimal 8
(delapan) jam tanpa menginap terdiri dari :
a. makan 1 (satu) kali;
b. kudapan (snack) 2 (dua) kali; dan
c. ruang pertemuan dan fasilitasnya.
(5) Paket Halfday sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah paket
kegiatan rapat atau pertemuan yang dilaksanakan diluar kantor minimal 5
(lima) jam tanpa menginap terdiri dari :
a. makan 1 (satu) kali;
b. kudapan (snack) 1 (satu) kali; dan
c. ruang pertemuan dan fasilitasnya.
- 20 -
(6) Paket Residence sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) huruf a adalah
paket kegiatan rapat atau pertemuan yang dilaksanakan diluar kantor
minimal 12 (dua belas) jam dan tanpa menginap terdiri dari :
a. makan 2 (dua) kali;
b. kudapan (snack) tiga (tiga) kali;
c. ruang pertemuan dan fasilitasnya.
Pasal 40
(1) Rapat atau pertemuan yang dilaksanakan paket fullboard sebagaimana
dimaksud dalam pasal 39 ayat (2) huruf a diberikan kepada :
a. pejabat eselon II atau yang disertakan keatas diberikan akomodasi 1
(satu) kamar untuk 1 (satu) orang; dan
b. pejabat eselon III kebawah diberikan akomodasi 1 (kamar) untuk 2
(dua) orang.
(2) Dalam hal pelaksanaan rapat atau pertemuan diluar kantor, PA atau KPA
agar selektif dalam melaksanakan rapat/pertemuan diluar kantor dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan keuangan dengan baik.
Pasal 41
(1) Setiap kali rapat ASN atau Non ASN diberikan konsumsi.
(2) Konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari ;
a. makan; dan
b. kudapan (snack).
(3) Konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam hal rapat
dilaksanakan selama 2 (dua) jam.
Bagian Kedua
Uang Harian Paket Kegiatan Rapat atau Pertemuan di Luar Kantor
Pasal 42
(1) Rapat atau Pertemuan diluar kantor yang dilaksanakan oleh ASN atau Non
ASN diberikan uang harian.
(2) Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. paket fullboard;
b. paket fullday;
c. paket halfday; dan
d. paket residence.
(3) Dalam hal panitia atau ASN memerlukan waktu tambahan dalam rangka
persiapan pelaksanaan rapat atau pertemuan diluar kantor dapat
diberikan biaya penginapan dan uang harian perjalanan dinas untuk 1
(satu) hari sebelum dan/atau 1 (satu) hari sesudah pelaksanaan.
(4) Besaran biaya penginapan dan uang harian perjalanan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diberikan sesuai dengan lokasi kegiatan.
- 21 -
BAB V
SATUAN BIAYA PENGADAAN KENDARAAN DINAS
Pasal 43
(1) Satuan biaya pengadaan kendaraan dinas merupakan batas maksimum
yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan pengadaan kendaraan
dinas melalui pembelian guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
SKPD.
(2) Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) terdiri dari:
a. kendaraan dinas pejabat;
b. kendaraan operasional kantor dan/atau lapangan Roda 4 (empat);
c. kendaraan operasional bus; dan
d. kendaraan operasional kantor dan/atau lapangan Roda 2 (dua).
BAB VI
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN
Bagian Kesatu
Satuan Biaya Pemeliharaan Kendaraan Dinas
Pasal 44
(1) Satuan biaya pemeliharaan kendaraan dinas merupakan satuan biaya
yang digunakan untuk merencanakan kebutuan pemeliharaan kendaraan
dinas untuk mempertahankan kendaraan dinas dalam kondisi normal dan
siap pakai sesuai dengan peruntukannya.
(2) Biaya pemeliharaan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk biaya bahan bakar dan biaya pajak sesuai peruntukannya.
(3) Satuan biaya pemeliharaan kendaaan dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperuntukan bagi :
a. kendaraan yang rusak berat yang memerlukan biaya pemeliharaan
besar dan untuk selanjutnya harus dihapuskan dari daftar inventaris;
dan/atau
b. pemeliharaan kendaraan yang bersifat rekondisi dan/atau overhaul.
Bagian Kedua
Satuan Biaya Pemeliharaan Gedung atau Bangunan
Pasal 45
(1) Satuan biaya pemeliharaan gedung atau bangunan dalam negeri
merupakan satuan biaya yang digunakan untuk menyusun perencanaan
kebutuhan biaya pemeliharaan rutin gedung atau bangunan milik
pemerintah.
- 22 -
(2) Satuan biaya pemeliharaan gedung atau bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan untuk menjaga atau mempertahankan gedung dan
bangunan kantor agar tetap dalam kondisi semula, atau perbaikan dengan
tingkat kerusakan kurang dari atau sama dengan 2% (dua persen) dari nilai
bangunan saat ini.
(3) Biaya pemeliharaan gedung atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari :
a. Pemeliharaan Gedung atau bangunan bertingkat’;
b. Pemeliharaan Gedung atau bangunan tidak bertingkat; atau
c. Pemeliharaan halaman kantor.
(4) Dalam hal Gedung atau bangunan milik pihak lain yang disewa dan/atau
dipinjam oleh Pengguna Barang dapat dilakukan pemerintah sepanjang
diatur dalam perjanjian sewa atau pinjam.
(5) Biaya pemeliharaan gedung atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperkenankan untuk untuk pemeliharaan gedung atau
bangunan di dalam negeri yang memiliki spesifkasi khusus berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Satuan Biaya Pemeliharan Sarana Kantor
Pasal 46
(1) Satuan biaya pemeliharaan saran kantor merupakan satuan biaya yang
digunakan untuk mempertahankan barang inventaris kantor yang
digunakan langsung oleh pegawai.
(2) Biaya pemeliharaan sarana kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk mempertahankan barang inventaris kantor agar tetap
berada dalam kondisi normal.
BAB VII
Pasal 47
(1) Satuan biaya jasa tenaga kerja merupakan satuan biaya yang digunakan
untuk menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan jasa tenaga kerja
dalam rangka mendukung tercapainya sasaran dari program dan kegiatan
SKPD.
(2) Satuan biaya jasa tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan sebagai pengganti upah kerja kepada Non ASN yang diangkat
oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Satuan biaya jasa tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
dari :
a. jasa tenaga administrasi; dan
b. jasa tenaga teknis.
- 23 -
Pasal 48
Pemberian biaya Jasa Tenaga Administrasi dan Tenaga Teknis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (2) dilakukan secara selektif dengan
memperhatikan urgensi kegiatan, serta perpedoman pada prinsip efektivitas
dan efisiensi.
BAB VIII
SATUAN BIAYA SEWA
Bagian Kesatu
Satuan Biaya Sewa Kendaraan
Pasal 49
(5) Satuan biaya sewa kendaraan merupakan satuan biaya yang digunakan
untuk perencanaan kebutuhan biaya sewa kendaraan roda 4 (empat), roda
6 (enam) atau bus.
(6) Satuan biaya pelaksanaan sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatas terdiri dari :
a. sewa kendaraan pelaksanaan kegiatan insidentil; dan
b. sewa kendaraan operasional.
(7) Satuan biaya sewa kendaraan inseidentil sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan yang
membutuhkan mobilitas tinggi.
(8) Satuan biaya sewa kendaraan inseidentil sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a sudah termasuk biaya bahan bakar minyak.
(9) Satuan biaya sewa kendaraan operasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b difungsikan sebagai kendaraan dinas kantor.
(10) Perencanaan kebutuhan biaya sewa kendaraan operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilakukan sepanjang tidak tersedia
kendaraan bagi pimpinan SKPD/Unit SPKD.
Bagian Kedua
Satuan Biaya Sewa Gedung
Pasal 50
Satuan biaya sewa gedung merupakan satuan biaya yang digunakan untuk
perencanaan kebutuhan biaya sewa gedung untuk pelaksanaan kegiatan di luar
kantor.
- 24 -
Bagian Ketiga
Satuan Biaya Sewa Peralatan
Pasal 51
(1) Satuan biaya sewa peralatan merupakan satuan biaya yang digunakan
untuk perencanaan kebutuhan biaya sewa peralatan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan baik didalam kantor maupun diluar kantor.
(2) Perencanaan kebutuhan biaya sewa peralatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan sepanjang tidak tersedia peralatan milik SKPD/Unit
SPKD.
BAB IX
Pasal 52
Satuan biaya makan dan minum merupakan satuan biaya yang digunakan
untuk menyusun perencanaan kebutuhan biaya pengadaan makan dan
kudapan, termasuk minuman untuk kegiatan :
a. rapat koordinasi tingkat kepala daerah, eselon I, atau setara yang
pesertanya menteri, eselon I, atau pejabat yang setara;
b. rapat biasa yang pesertanya melibatkan ASN atau Non ASN pada satuan
kerja, satuan kerja lainnya, eselon II lainnya instansi pemerintah, dan atau
masyarakat dan dilaksanakan minimal selama 2 (dua) jam;
c. rapat-rapat paripurna yang digelar oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
d. kegiatan reses yang dilaksanakan oleh oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan limit waktu tertentu;
e. seminar, simposium, sosialisasi, workshop, FGD, bimbingan teknis, serta
pendidikan dan pelatihan;
f. mendukung kegiatan pada fasilitas pelayanan urusan kesehatan/dan atau
fasilitas pelayanan urusan pendidikan; dan
g. penerimaan kunjungan tamu pada SPKD atau tamu Pemerintah Daerah.
BAB X
Pasal 53
(1) Satuan biaya uang lembur merupakan kompensasi bagi ASN dan Non ASN
seperti tenaga administrasi perkatoran, tenaga teknis dan tenaga penyuluh
yang melaksanakan kerja lembur berdasarkan surat perintah dari pejabat
berwenang.
(2) Satuan biaya uang makan lembur diperuntukan bagi ASN dan Non ASN
seperti tenaga administrasi perkatoran, tenaga teknis dan tenaga penyuluh
- 25 -
setelah bekerja lembur paling kurang 2 (dua) jam secara berturut-turut dan
berikan maksimal 1 (satu) kali per hari.
Pasal 54
(1) Batasan waktu kerja lembur maksimal 3 (tiga) jam sehari atau 14 (empat
belas) jam seminggu;
(2) Pada hari libur kerja tarif lembur dihitung 200 % dari tarif lembur hari
kerja; dan
(3) Uang lembur tidak diperkenankan untuk pekerjaan setelah jam kantor
yang tidak terkait dengan urusan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing unit
kerja.
Pasal 55
(1) Pemberian uang lembur bagi tenaga teknis urusan kesehatan yang
bertugas pada Rumah Sakit Umum Daerah, dikecualikan dari ketentuan
pada Pasal 54 huruf a.
(2) Satuan uang lembur bagi tenaga teknis urusan kesehatan yang bertugas
pada Rumah Sakit Umum Daerah sebagamana dimaksud pada ayat (1)
dihitung berdasarkan satuan shift kerja.
BAB XI
SATUAN BIAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 56
(1) Satuan biaya pemberdayaan masyarakat diberikan kepada masyarakat
yang membantu atau mendukung program pemerintah daerah.
(2) Kelompok masyarakat yang membantu atau mendukung program
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Petugas Pembina Mental;
b. Tokoh Agama;
c. Kader Posyandu; dan
d. Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) pada Kelurahan.
(3) Jumlah masyarakat yang membantu atau mendukung program
pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
kebutuhan pemerintah.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
(1) Biaya-biaya yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sepanjang
belum diatur dalam Peraturan Walikota Ini dapat ditetapkan dengan
- 26 -
Keputusan Walikota yang mengacu pada Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan tentang pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari DAK.
(2) Biaya-biaya yang digunakan dalam rangka penanganan keadaan darurat
yang belum diatur dalam Peraturan Walikota ini dapat ditetapkan dengan
Keputusan Walikota sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Walikota ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Standar Harga Satuan dilingkungan Pemerintah Kota Tual Tahun Anggaran
2022 yang ditetapkan sebagai batas tertinggi dalam penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran SKPD dan merupakan estimasi pada saat melaksanakan
Anggaran SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Tual dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Pasal 59
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan
Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tual
Ditetapkan di Tual
Pada tanggal, 4 Juli 2022
WALIKOTA TUAL,
ADAM RAHAYAAN
Diundangkan di Tual
Pada tanggal 4 Juli 2022
SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL
TABEL 1.1
SATUAN BIAYA HONORARIUM
-1-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
Nilai pagu dana di atas Rp250 miliar s.d.
m. OB Rp5.290.000,00
Rp500 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp500 miliar s.d.
n. OB Rp5.810.000,00
Rp750 miliar
-2-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
Nilai pagu dana di atas Rp250 juta s.d.
c. OB Rp500.000,00
Rp500 juta
Nilai pagu dana di atas Rp500 juta s.d.
d. OB Rp570.000,00
Rp1 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp1 miliar s.d.
e. OB Rp670.000,00
Rp2.5 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp2.5 miliar s.d.
f. OB Rp770.000,00
Rp5 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp5 miliar s.d.
g. OB Rp860.000,00
Rp10 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp10 miliar s.d.
h. OB Rp1.090.000,00
Rp25 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp25 miliar s.d.
i. OB Rp1.320.000,00
Rp50 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp50 miliar s.d.
j. OB Rp1.550.000,00
Rp75 miliar
Nilai pagu dana di atas Rp75 miliar s.d.
k. OB Rp1.780.000,00
Rp100 miliar
-3-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
Nilai pagu dana di atas Rp250 juta s.d.
c. OB Rp250.000,00
Rp500 juta
-4-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
Nilai Aset di atas Rp100 juta s.d. Rp250
b. OB Rp170.000,00
juta
Nilai Aset di atas Rp250 juta s.d. Rp500
c. OB Rp230.000,00
juta
Nilai Aset di atas Rp500 juta s.d. Rp1
d. OB Rp290.000,00
miliar
Nilai pagu di atas Rp1 miliar s.d. Rp2.5
e. OB Rp340.000,00
miliar
Nilai Aset di atas Rp2.5 miliar s.d. Rp5
f. OB Rp390.000,00
miliar
Nilai Aset di atas Rp5 miliar s.d. Rp25
g. OB Rp450.000,00
miliar
Nilai Aset di atas Rp25 miliar s.d Rp50
h. OB Rp480.000,00
miliar
i. Nilai Aset di atas Rp50 miliar OB Rp520.000,00
-5-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
Nilai pagu pengadaan jasa konsultasi/
a. OP Rp350.000,00
jasa lainnya s.d. Rp200 juta
-6-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
1.3.4 Honorarium Tenaga Ahli OJ Rp500.000,00
c. Sekretaris OK Rp300.000,00
d. Anggota OK Rp300.000,00
c. Ketua OB Rp1.000.000,00
e. Sekretaris OB Rp750.000,00
f. Anggota OB Rp750.000,00
a. Pengarah OB Rp750.000,00
c. Ketua OB Rp650.000,00
e. Sekretaris OB Rp500.000,00
f. Anggota OB Rp500.000,00
b. Anggota OB Rp220.000,00
-7-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
a. SLTA OB Rp900.000,00
b. Diploma OB Rp950.000,00
c. S1 OB Rp1.000.000,00
-8-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
a. Penanggung Jawab OB Rp500.000,00
b. Redaktur OB Rp450.000,00
c. Editor OB Rp400.000,00
Naskah/
a. Penyusun atau Pembuat Bahan Ujian Rp150.000,00
Pelajaran
Siswa/
c. Pemeriksa Hasil Ujian Mata Rp5.000,00
ujian
-9-
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
2.Ketua/ Wakil ketua OK Rp400.000,00
3.Sekretaris OK Rp300.000,00
4.Anggota OK Rp300.000,00
b. Lama Diklat 6 s'd. 30 hari:
1.Penanggung Jawab OK Rp675.000,00
3.Sekretaris OK Rp450.000,00
4.Anggota OK Rp450.000,00
c. Lama Diklat lebih dari 30 hari:
1.Penanggung Jawab OK Rp900.000,00
3.Sekretaris OK Rp600.000,00
4.Anggota OK Rp600.000,00
b. Pengarah OB Rp3.000.000,00
c. Ketua OB Rp2.500.000,00
e. Sekretaris OB Rp1.500.000,00
g. Anggota OB Rp1.300.000,00
a. Ketua OB Rp1.000.000,00
b. Sekretaris OB Rp900.000,00
c. Anggota OB Rp600.000,00
- 10 -
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
TABEL 1.2
SATUAN BIAYA UANG HARIAN
TABEL 1.3
SATUAN BIAYA TRANSPORTASI LOKAL
- 11 -
TABEL 1.4
SATUAN BIAYA AKOMODASI
TABEL 1.5
SATUAN BIAYA UANG REPRESENTASI PERJALANAN DINAS DALAM DAERAH
TABEL 1.6
SATUAN BIAYA UANG HARIAN
BESARAN (Rp)
WALIKOTA
NO PROVINSI ANGGOTA PEJABAT PEJABAT
/WAKIL WAKIL GOL. II
DPRD/ ESELON ESELON
WALIKOTA KETUA DAN I /
PEJABAT III /GOL. IV /GOL.
/KETUA DPRD NON ASN
ESELON II IV III
DPRD
- 12 -
BESARAN (Rp)
WALIKOTA
NO PROVINSI ANGGOTA PEJABAT PEJABAT
/WAKIL WAKIL GOL. II
DPRD/ ESELON ESELON
WALIKOTA KETUA DAN I /
PEJABAT III /GOL. IV /GOL.
/KETUA DPRD NON ASN
ESELON II IV III
DPRD
- 13 -
TABEL 1.7
WALIKOTA
No PROVINSI ANGGOTA PEJABAT
/WAKIL WAKIL PEJABAT GOL. II
DPRD/ ESELON
WALIKOTA KETUA ESELON DAN I /
PEJABAT III /GOL.
/KETUA DPRD IV/GOL. III NON ASN
ESELON II IV
DPRD
- 14 -
TARIF HOTEL (Rp)
WALIKOTA
No PROVINSI ANGGOTA PEJABAT
/WAKIL WAKIL PEJABAT GOL. II
DPRD/ ESELON
WALIKOTA KETUA ESELON DAN I /
PEJABAT III /GOL.
/KETUA DPRD IV/GOL. III NON ASN
ESELON II IV
DPRD
31 MALUKU
c. Kabupaten Seram Bagian Timur 2.000.000 1.890.000 1.860.000 900.000 600.000 500.000
d. Kabupaten Seram Bagian Barat 2.000.000 1.890.000 1.860.000 900.000 600.000 500.000
k. Kabupaten Maluku Barat Daya 2.000.000 1.890.000 1.860.000 900.000 600.000 500.000
TABEL 1.8
SATUAN BIAYA UANG REPRESENTASI PERJALANAN DINAS LUAR DAERAH
- 15 -
TABEL 1.9
Walikota dan
1 OP Rp.245.000,00 Rp.310.000,00 Rp.987.000,00 Rp.555.000,00
Wakil Walikota
Kepala skpd/
2 eselon II OP Rp.173.000,00 Rp.240.000,00 Rp.663.000,00 Rp.413.000,00
kebawah
TABEL 1.10
SATUAN BIAYA UANG HARIAN PAKET KEGIATAN RAPAT ATAU PERTEMUAN
DI LUAR KANTOR
TABEL 1.11
- 16 -
TABEL 1.12
KENDARAAN OPERASIONAL KANTOR DAN/ATAU LAPANGAN RODA 4
(EMPAT)
DOUBLE
No URAIAN SAT. PICK UP MINIBUS
GARDAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kendaraan
1 Unit Rp249.099.000,00 Rp353.320.000,00 Rp509.930.000,00
Roda 4
TABEL 1.13
KENDARAAN OPERASIONAL BUS
TABEL 1.14
KENDARAAN OPERASIONAL KANTOR DAN/ATAU LAPANGAN RODA 2 (DUA)
TABEL 1.15
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN KENDARAAN DINAS PEJABAT
- 17 -
TABEL 1.16
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL
DOUBLE
No URAIAN SAT. RODA EMPAT RODA DUA
GARDAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kendaraan Dinas
1 UT Rp23.560.000,00 Rp24.310.000,00 Rp3.940.000,00
Operasional
TABEL 1.17
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN OPERASIONAL DALAM LINGKUNGAN
KANTOR, RODA 6, ALAT BERAT DAN SPEED BOAT
TABEL 1.18
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN GEDUNG ATAU BANGUNAN
HALAMAN
GEFUNG
GEDUNG GEDUNG/
No URAIAN SATUAN TIDAK
BERTINGKAT BANGUNAN
BERTINGKAT
KANTOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Satuan Pemeliharaan
1 Gedung atau m2/tahun Rp223.000,00 Rp.197.000,00 Rp14.000,00
Bangunan
TABEL 1.19
SATUAN BIAYA PEMELIHARAAN SARANA KANTOR
2 Printer UT 690.000,00
- 18 -
NO URAIAN SATUAN BESARAN (Rp)
(1) (2) (3) (4)
3 AC Split UT 610.000,00
4 AC Standing UT 1.200.000,00
TABEL 1.20
SATUA BIAYA JASA TENAGA KERJA
- 19 -
No URAIAN VOLUME BESARAN
- 20 -
No URAIAN VOLUME BESARAN
- 21 -
No URAIAN VOLUME BESARAN
TABEL 1.21
SATUAN BIAYA SEWA KENDARAAN
TABEL 1.22
SATUAN BIAYA SEWA GEDUNG
- 22 -
TABEL 1.23
SATUAN BIAYA SEWA PERALATAN
5 Tenda UH Rp600.000,00
TABEL 1.24
SATUAN BIAYA MAKAN DAN MINUM
- 23 -
NO URAIAN SATUAN BESARAN
TABEL 1.25
SATUAN BIAYA UANG LEMBUR DAN UANG MAKAN LEMBUR ASN
TABEL 1.26
SATUAN BIAYA UANG LEMBUR BAGI TENAGA KESEHATAN
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
- 24 -
TABEL 1.27
SATUAN BIAYA UANG LEMBUR DAN UANG MAKAN LEMBUR NON ASN
TABEL 1.28
SATUAN BIAYA JASA TENAGA PENANGANAN SOSIAL / TENAGA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
- 25 -
NO URAIAN SATUAN BESARAN
(1) (2) (3) (4)
2.14 Anggota Badan Amil Zakat Nasional OB Rp2.500.000,00
2.15 Pengasuh/guru Buta Aksara Baca Al OB Rp750.000,00
Qur''an - ASN Pemkot Tual
KETERANGAN :
OJ : Orang Jam
OK : Orang Kegiatan
OP : Orang Paket
OR : Orang Rapat
OU : Orang Unit
OH : Orang Hari
OB : Orang Bulan
Oter : Orang Terbitan
UR : Unit Ret
UH : Unit Hari
UB : Unit Bulan
UT : Unit Tahun
WALIKOTA TUAL,
ADAM RAHAYAAN
- 26 -
LAMPIRAN II
PERATURAN WAIKOTA TUAL
NOMOR : 64 TAHUN 2022
TANGGAL : 4 JULI 2022
TABEL 2.2
SATUAN BIAYA SEWA KENDARAAN MOTOR LAUT UNTUK PERJALANAN
DINAS DALAM DAERAH
TABEL 2.3
SATUAN BIAYA TAKSI PERJALANAN DINAS LUAR DAERAH
-1-
NO PROVINSI SATUAN BESARAN
-2-
3. SATUAN BIAYA TRANSPORTASI DARAT DARI IBUKOTA PROVINSI
KE KABUPATEN/ KOTA DALAM PROVINSI YANG SAMA (ONE WAY)
TABEL 2.4
SATUAN BIAYA TRANSPORTASI DARAT DARI IBUKOTA PROVINSI KE
KABUPATEN/ KOTA DALAM PROVINSI YANG SAMA (ONE WAY)
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-3-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-4-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-5-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-6-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-7-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-8-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
-9-
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
- 10 -
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
- 11 -
KABUPATEN/ KOTA
NO. IBUKOTA PROVINSI SATUAN BESARAN
TUJUAN
TABEL 2.5
SATUAN BIAYA TRANSPORTASI DARI DKI JAKARTA
KE KABUPATEN/ KOTA SEKITAR (ONE WAY)
IBUKOTA
NO KABUPATEN/ KOTA TUJUAN SATUAN BESARAN
PROVINSI
TABEL 2.6
SATUAN BIAYA TIKET PESAWAT PERJALANAN DINAS LUAR DAERAH
PERGI PULANG (PP)
- 12 -
KOTA SATUAN BIAYA TIKET
NO.
ASAL TUJUAN BISNIS EKONOMI
(1) (2) (3) (4) (5)
9 AMBON TERNATE Rp4.022.000,00 Rp2.449.000,00
10 AMBON LANGGUR - Rp3.240.000,00
11 LANGGUR AMBON - Rp3.240.000,00
12 MAKASSAR BIAK Rp8.493.000,00 Rp4.931.000,00
13 MAKASSAR JAYAPURA Rp10.193.000,00 Rp5.787.000,00
14 MAKASSAR KENDARI Rp2.663.000,00 Rp1.786.000,00
15 MAKASSAR MANADO Rp5.327.000,00 Rp2.909.000,00
16 MAKASSAR TIMIKA Rp 11.723.000,00 Rp6.567.000,00
17 SURABAYA DENPASAR Rp3.198.000,00 Rp1.979.000,00
18 SURABAYA JAYAPURA Rp12.675.000,00 Rp7.231.000,00
19 SURABAYA MAKASSAR Rp5.936.000,00 Rp3.433.000,00
20 SURABAYA TIMIKA Rp11.295.000,00 Rp6.589.000,00
21 JAKARTA AMBON Rp 13.285.000,00 Rp7.081.000,00
22 JAKARTA BALIKPAPAN Rp7.412.000,00 Rp3.797.000,00
23 JAKARTA BANDA ACEH Rp7.519.000,00 Rp4.492.000,00
BANDAR
24 JAKARTA Rp2.407.000,00 Rp1.583.000,00
LAMPUNG
25 JAKARTA BANJARMASIN Rp5.252.000,00 Rp2.995.000,00
26 JAKARTA BATAM Rp4.867.000,00 Rp2.888.000,00
27 JAKARTA BENGKULU Rp4.364.000,00 Rp2.621.000,00
28 JAKARTA BIAK Rp14.065.000,00 Rp7.519.000,00
29 JAKARTA DENPASAR Rp5.305.000,00 Rp3.262.000,00
30 JAKARTA GORONTALO Rp7.231.000,00 Rp4.824.000,00
31 JAKARTA JAMBI Rp4.065.000,00 Rp2.460.000,00
32 JAKARTA JAYAPURA Rp14.568.000,00 Rp8.193.000,00
33 JAKARTA YOGYAKARTA Rp4.107.000,00 Rp2.268.000,00
34 JAKARTA KENDARI Rp7.658.000,00 Rp4.182.000,00
35 JAKARTA KUPANG Rp9.413.000,00 Rp5.081.000,00
36 JAKARTA MAKASSAR Rp7.444.000,00 Rp3.829.000,00
37 JAKARTA MALANG Rp4.599.000,00 Rp2.695.000,00
38 JAKARTA MAMUJU Rp7.295.000,00 Rp4.867.000,00
39 JAKARTA MANADO Rp10.824.000,00 Rp5.102.000,00
40 JAKARTA MANOKWARI Rp16.226.000,00 Rp10.824.000,00
41 JAKARTA MATARAM Rp5.316.000,00 Rp3.230.000,00
42 JAKARTA MEDAN Rp7.252.000,00 Rp3.808.000,00
43 JAKARTA PADANG Rp5.530.000,00 Rp2.952.000,00
44 JAKARTA PALANGKARAYA Rp4.984.000,00 Rp2.984.000,00
45 JAKARTA PALEMBANG Rp3.861.000,00 Rp2.268.000,00
46 JAKARTA PALU Rp9.348.000,00 Rp5.113.000,00
47 JAKARTA PANGKAL PINANG Rp3.412.000,00 Rp2.139.000,00
48 JAKARTA PEKANBARU Rp5.583.000,00 Rp3.016.000,00
49 JAKARTA PONTIANAK Rp4.353.000,00 Rp2.781.000,00
- 13 -
KOTA SATUAN BIAYA TIKET
NO.
ASAL TUJUAN BISNIS EKONOMI
(1) (2) (3) (4) (5)
50 JAKARTA SEMARANG Rp3.861.000,00 Rp2.182.000,00
51 JAKARTA SOLO Rp3.861.000,00 Rp2.342.000,00
52 JAKARTA SURABAYA Rp5.466.000,00 Rp2.674.000,00
53 JAKARTA TERNATE Rp10.001.000,00 Rp6.664.000,00
KETERANGAN :
OJ : Orang Jam
OK : Orang Kegiatan
OP : Orang Paket
OR : Orang Rapat
OU : Orang Unit
OH : Orang Hari
OB : Orang Bulan
Oter : Orang Terbitan
UR : Unit Ret
UH : Unit Hari
UB : Unit Bulan
UT : Unit Tahun
WALIKOTA TUAL,
ADAM RAHAYAAN
- 14 -